Data Crack Pattern Data Hasil Field Investigation
1 2
3 4
5 6
7
As D-3-4 4,000
11 27
Di bawah Bahaya
As 4-D-E 3,000
8 25
Di bawah Bahaya
As E-3-4 4,000
11 17
Di bawah Bahaya
As F-3-4 4,000
11 32
Di bawah Bahaya
As 4-A-B 3,000
8 28
Di bawah Bahaya
As A-2-3 3,000
8 3
Di atas Masih Aman
As 2-A-B 3,000
8 25
Di bawah Bahaya
As B-2-3 3,000
8 20
Di bawah Bahaya
As 3-B-C 3,000
8 45
Di atas Bahaya
As 4-B-C 3,000
8 5
Di atas Masih Aman
As B-4-5 3,000
8 20
Di atas Bahaya
Posisi Dari Titik
Acuan Ket.
Te mpat Te mpat
Yang Ditinjau
No. Titik Panjang
Be ntang mm
Nilai Le ndutan Maksimum yang
Diijinkan mm Nilai Lendutan
Maksimum Eksisting
mm
Sumber : Pengukuran lapanga
n Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar balok yang ada sekitar
82 mengalami lendutan yang sudah melebihi nilai batas lendutan yang diijinkan sesuai ketentuan di dalam peraturan yang ada, yaitu SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung pada sub bab 11.5. Tetapi pengukuran di lapangan tersebut didasarkan pada pengukuran balok beton yang sudah difinishing.
Terjadinya defleksilendutan masih bisa dimungkinkan karena berbagai faktor, bisa karena jeleknya kualitas finishing beton, kesalahan dan kecerobohan pada saat pelaksaaan berkaitan
dengan pemasangan begesting balok betonnya, maupun karena beban dari struktur itu sendiri.
Sedangkan untuk data hasil pengukuran defleksilendutan, baik untuk komponen struktur balok maupun pelat lantai secara lebih jelas dan terperinci dapat dilihat pada
lampiran F
.