tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan dalam standar-standar pembebanan struktur gedung, dapat dianggap sebagai beban mati
nominal SNI-1726-2002. a. Beban Mati Utama The Main Dead Load, DL
Beban mati utama adalah seluruh beban yang diterima oleh bangunan dalam jangka waktu panjang, sehingga secara dominan dipengaruhi oleh gaya tarik-menarik
bumi gravitasi. Besaran beban gravitasi ditentukan oleh berat spesifik bahan bangunan yang digunakan.
b. Beban Mati Tambahan The Supplementary Dead Load, SDL Beban mati tambahan adalah beban yang diakibatkan oleh penutup lantai seperti
plesteran, keramik, marmer, plafond, dan lain-lain.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang berasal dari manusia dan berbagai barang peralatan. Beban hidup yang bekerja akibat manusia biasanya ditentukan 100 kg untuk setiap titik
kumpul pada konstruksi atap, sedangkan beban bergerak pada lantai bangunan ditentukan berdasarkan volume benda yang ada pada suatu ruangan. Beban hidup ini akan berbeda
pada setiap ruangan, dan ditentukan berdasarkan fungsi ruangan itu. Namun dalam perencanaan, dengan alasan penyederhanaan, besaran beban hidup ditentukan berdasarkan
fungsi dominan bangunan yang dibedakan antara lain sebagai berikut : a. Bangunan hunian;
b. Bangunan sekolah; c. Bangunan perkantoran; dan
d. Bangunan ruang pertemuan. Beban hidup nominal yang bekerja pada struktur gedung merupakan beban yang
terjadi akibat penghunian atau penggunaan gedung tersebut, baik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang dipindahkan atau mesin dan peralatan serta
komponen yang tidak merupakan bagian yang tetap dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah rupa. Pada umumnya probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah dalam
kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan sebesar 10. Namun demikian, beban hidup rencana yang biasa ditetapkan dalam standar pembebanan struktur gedung, dapat
dianggap sebagai beban hidup nominal SNI-1726-2002.
3. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang diakibatkan oleh pergerakan udara dalam waktu tertentu yang dibedakan menjadi angin tekan dan angin hisap. Beban angin ditentukan
oleh bentuk geometris, tinggi, kemiringan atap, dan lokasi bangunan di pantai, pegunungan.
Daniel L.Schodek 1999 menjelaskan, struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Hal ini mengakibatkan energi
kinetik angin berubah bentuk menjadi energi potensial berupa tekanan atau hisapan pada struktur. Besar tekanan atau hisapan yang diakibatkan oleh angin bergantung pada banyak
faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kecepatan angin. Penentuan beban angin dengan menganggap adanya tekanan desak atau isap yang
bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya beban angin ditentukan berdasarkan SNI 03-1727-1989 sebagai berikut:
a. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kgm2, kecuali yang ditentukan dalam ayat- ayat 2, 3, dan 4.
b. Tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil 40 kgm2, kecuali yang ditentukan dalam ayat 3 dan 4.
c. Untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu yang memiliki kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar
dari pada yang ditentukan dalam ayat 1 dan 2, tekanan tiup harus dihitung dengan rumus:
16
2
V P
2.1 dengan P dalam kgm
2
dan V adalah kecepatan angin dalam mdet, yang harus ditentukan oleh instansi yang berwenang
d. Pada cerobong, tekanan tiup dalam kgm2 harus ditentukan dengan rumus 42.5 + 0,6h, dengan h adalah tinggi cerobong seluruhnya dalam meter, diukur dari lapangan
yang berbatasan.
4. Beban Hujan
Beban hujan adalah massa hujan yang diperkirakan akan membebani bangunan dalam jangka waktu tertentu. Beban hujan biasanya diambil dengan asumsi setebal 10-30
mm, dimana besarannya tergantung pada kelandaian konstruksi atap dan bahan penutup atap yang digunakan.
5. Beban Gempa