Menyelesaikan masalah pemilihan lahan sesuai dengan
kriteria yang diinginkan Material
Metode
Mesin Lingkungan
Masih menggunakan sistem manual dalam
pemilihan lahan Banyaknya data
kriteria dalam pemilihan lahan
Data belum terkomputerisasi
Hasil keputusan belum tentu akurat
Belum menggunakan metode pengambilan
keputusan
Memanfaatkan lahan yang terbatas dengan
memilih yang terbaik Terbatasnya lahan
yang tersedia Belum ada alat
yang membantu pemilihan
Gambar 3.1. Diagram Ishikawa
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat diketahui bahwa permasalahan pemilihan lahan dikarenakan terbatasnya lahan yang tersedia, sehingga dalam memanfaatkan lahan
yang terbatas dapat digunakan metode dalam memilih lahan terbaik serta belum adanya sistem yang membantu pemilihan, Data lahan juga masih disimpan dengan
secara manual, belum terkomputerisasi. Untuk itu dibuatlah sebuah Sistem Pendukung Keputusan dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting dan Profile
Matching dalam proses pemilihan lahan tembakau terbaik.
3.1.2. Analisis kebutuhan sistem Analisis kebutuhan sistem terbagi menjadi dua bagian, yaitu kebutuhan fungsional dan
kebutuhan nonfungsional. Kebutuhan fungsional mendeskripsikan aktivitas yang disediakan suatu sistem dan kebutuhan nonfungsional mendeskripsikan fitur,
karakteristik dan batasan lainnya.
a. Kebutuhan Fungsional
Kebutuhan fungsional merupakan kebutuhan yang menyatakan proses yang harus disediakan oleh suatu sistem atau aplikasi. Kebutuhan fungsional meliputi input,
output dan process. Adapun kebutuhan fungsional yang harus dimiliki oleh sistem
pendukung keputusan dalam pemilihan lahan tembakau yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Sistem dapat menampilkan fitur sesuai hak akses user.
2. Sistem dapat menerima inputan data kriteria penilaian lahan.
3. Sistem dapat mengetahui lahan tembakau terbaik sesuai dengan kriteria user
berdasarkan perhitungan metode SAW dan Profile Matching. 4.
Sistem dapat menampilkan hasil perhitungan pemilihan lahan tembakau terbaik berdasarkan metode SAW dan Profile Matching.
b. Kebutuhan Nonfungsional
Kebutuhan nonfungsional yang dimiliki oleh sistem adalah mencakup karakteristik
berikut:
1. Performa
Sistem yang dibangun harus dapat menampilkan hasil dari fungsi sistem dalam pemilihan lahan terbaik dengan cara yang berurutan.
2. User Friendly
Sistem yang dibangun harus mudah dijalankan dan memiliki tampilan interface yang sederhana dan mudah dimengerti oleh user sehingga user dapat mengakses
sistem dengan mudah. 3.
Hemat Biaya Sistem ini harus dapat bekerja dengan baik dengan tidak menggunakan perangkat
tambahan maupun perangkat pendukung lainnya yang dapat mengeluarkan biaya tambahan.
4. Kontrol
Sistem yang akan dibangun menampilkan pesan untuk setiap input atau program yang dijalankan, seperti pesan error pada input yang tidak sesuai atau pesan exit
jika ingin keluar dari program. 5.
Pelayanan Sistem dapat dikembangkan ke tingkat yang lebih kompleks lagi bagi pihak terkait
yang ingin mengembangkan sistem sehingga memperoleh hasil yang lebih efektif.
3.2. Pemodelan Sistem
Pemodelan sistem digunakan untuk menggambarkan dengan jelas semua kondisi dan bagian-bagian yang berperan dalam sistem dan objek apa saja yang berinteraksi
Universitas Sumatera Utara
dengan sistem, serta hal-hal yang harus dilakukan sebuah sistem agar sistem dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kegunaannya.
Pemodelan ini menggunakan Unified Modelling Language UML sebagai bahasa pemodelan untuk mendesain dan merancang sistem pendukung keputusan
pemilihan lahan tembakau dengan menggunakan metode SAW dan Profile Matching. Dalam pemodelan ini digunakan beberapa diagram antara lain use case diagram,
activity diagram , sequence diagram serta penggunaan flowchart.
3.2.1. Use case diagram Use case diagram
digunakan untuk menggambarkan interaksi yang terjadi antara sistem dengan user pengguna dan memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja.
Kemampuan sistem secara garis besar dapat dilihat menggunakan use case diagram. Gambar 3.2. adalah use case diagram untuk aplikasi pemilihan lahan tembakau.
Pemilihan Lahan Tembakau
Login
Actor
Home Data Lahan
View Tabel Kriteria dan Bobot
Tentang Penulis
Add Data Delete Data
Lihat Data
Hitung Perankingan
Metode include
include
Gambar 3.2. Use Case Diagram
Gambar 3.2. menjelaskan tentang use case diagram yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan sistem eksternal dan pengguna user. Serta
memodelkan bagaimana pengguna user menggunakan sistem.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Activity diagram Activity diagram
adalah diagram yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara grafis aliran proses bisnis, langkah-langkah sebuah use case atau logika behaviour
metode. Diagram ini berbeda dengan flowchart dimana diagram ini menyediakan sebuah mekanisme untuk menggambarkan kegiatan yang tampak secara paralel
Whitten, dkk, 2004. Activity diagram untuk proses perankingan dengan Algoritma SAW dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Login
User Sistem
Menampilkan Menu Utama Menu Data Lahan
Menampilkan Menu Data Lahan Input Data Kriteria dan Alternatif
Menampilkan Data Tabel Kriteria Lahan Simpan Data
Hapus Data Data disimpan dan diperbaharui
Lihat Data Kembali ke Menu Utama
Hitung Proses Perankingan Metode SAW Memanggil Data yang Tersimpan
Menampilkan Menu Utama
Menampilkan Hasil Perankingan Lahan Terbaik
Gambar 3.3. Activity Diagram Metode SAW dan Profile Matching
Pada Gambar 3.3. diatas menggambarkan tentang activity diagram dengan metode SAW dan Profile Matching dimana diagram diatas menunjukkan langkah-
langkah proses atau kegiatan sistem pada kedua metode.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3. Sequence diagram Sequence diagram
merupakan diagram yang memodelkan logika dari sebuah use case dengan menggambarkan interaksi antara actor dengan sistem, yang terjadi di dalam
skenario use case. Sequence diagram secara khusus menjabarkan behavior sebuah skenario tunggal. Diagram ini menunjukkan sejumlah objek contoh dan pesan-pesan
yang melewati objek-objek tersebut di dalam use case. Sequence diagram untuk proses pemilihan lahan terbaik diperlihatkan pada Gambar 3.4. dan Gambar 3.5.
User Matriks Keputusan
Normalisasi Metode SAW
Input Kriteria dan Alternatif Menampilkan Tabel Hasil Matriks
Keputusan
Hitung Nilai Total Hitung Normalisasi Matriks
Melakukan Perhitungan Nilai Total
Menampilkan Data Hasil Perhitungan Nilai Total
Gambar 3.4. Sequence Diagram Metode SAW
Gambar 3.4. menggambarkan tentang sequence diagram yang menampilkan interaksi-interaksi antar objek di dalam sistem dengan menggunakan metode SAW.
Keterkaitan antara user dan data yang disimpan serta proses perhitungan metode digambarkan dalam diagram ini.
Universitas Sumatera Utara
User Pembobotan Nilai GAP
Core dan Secondary Factor Hasil Akhir
Input Kriteria dan Alternatif Menampilkan Tabel Hasil
Pembobotan
Hitung Nilai Total Menghitung Nilai Core Factor
dan Secondary Factor Melakukan Perhitungan Nilai
Total
Menampilkan Data Hasil Perhitungan Nilai Total Menampilkan Nilai Core Factor dan Secondary Factor
Gambar 3.5. Sequence Diagram Metode Profile Matching
Gambar 3.5. memperlihatkan tentang sequence diagram yang menampilkan interaksi antar objek di dalam sistem dengan menggunakan metode Profile Matching.
Keterkaitan antara user dengan proses perhitungan metode digambarkan dalam diagram ini.
3.2.4. Flowchart
Flowchart merupakan
bagan yang memperlihatkan hubungan antar proses beserta pernyataannya. Bagan ini dinyatakan dengan simbol dan setiap simbol
menggambarkan proses, antara proses digambarkan dengan garis penghubung. Flowchart
berfungsi untuk menjelaskan
bagaimana tahap awal sistem dijalankan hingga sistem selesai beroperasi.
Universitas Sumatera Utara
Start
Input Nilai Data Kriteria
Ubah nilai data berdasarkan rating kecocokan
Normalisasi Matriks Keputusan
Mengurutkan Nilai Total
Output Alternatif Lahan Terbaik
End Menghitung Perkalian
dengan Vektor Bobot W = 3,4,4,4,5,5,5,5
Gambar 3.6. Flowchart Sistem Metode SAW
Gambar 3.6. menjelaskan tentang alur proses sistem dengan metode Simple Additive Weighting
. Bagan diatas memperlihatkan alur proses pada sistem dari proses input hingga proses output.
Universitas Sumatera Utara
Start Input Nilai
Data Kriteria Menghitung Nilai Profil
Ideal Lahan
Pembobotan Nilai GAP
Menghitung Core Factor CF dan Secondary Factor
SF
Output Alternatif Lahan Terbaik
End Perhitungan Nilai Total =
60 x CF + 40 x SF
Mengurutkan Nilai Total
Gambar 3.7. Flowchart Sistem Metode Profile Matching
Gambar 3.7. menjelaskan tentang alur proses sistem dengan metode Profile Matching
. Bagan diatas memperlihatkan alur proses pada sistem dari proses input hingga proses output.
3.2.5. Perancangan struktur tabel Perancangan struktur tabel berguna bagi pengembangan sistem dalam merancang
basis data yang nantinya akan digunakan oleh sistem. Tujuan dari perancangan struktur tabel ini adalah untuk mempermudah pengembangan sistem dalam merancang
database yang akan digunakan dalam sistem.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Struktur Tabel Kriteria SAW
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 nama
Varchar 50
Nama dari kriteria lahan 2
C1 Double
- Nilai bobot kriteria status lahan
3 C2
Double -
Nilai bobot kriteria unsur CN 4
C3 Double
- Nilai bobot kriteria unsur pH tanah
5 C4
Double -
Nilai bobot kriteria P
2
O
5
tanah 6
C5 Double
- Nilai bobot kriteria persentase pokok mati
7 C6
Double -
Nilai bobot kriteria persentase phytoptora 8
C7 Double
- Nilai bobot kriteria persentase bakteri
9 C8
Double -
Nilai bobot kriteria persentase virus
Tabel 3.2. Struktur Tabel Kriteria Profile Matching
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 nama
Varchar 100
Nama dari kriteria lahan 2
C1 Double
- Status lahan yang telah diubah kedalam
bobot kriteria 3
C2 Double
- Unsur CN yang telah diubah kedalam bobot
kriteria 4
C3 Double
- Unsur pH yang telah diubah kedalam bobot
kriteria 5
C4 Double
- Unsur P
2
O
5
yang telah diubah kedalam bobot kriteria
6 C5
Double -
Persentase pokok mati yang telah diubah kedalam bobot kriteria
7 C6
Double -
Persentase phytoptora yang telah diubah kedalam bobot kriteria
8 C7
Double -
Persentase bakteri yang telah diubah kedalam bobot kriteria
9 C8
Double -
Persentase virus yang telah diubah kedalam bobot kriteria
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Struktur Tabel Bobot Ideal
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 ideal_c1
Double -
Bobot ideal status lahan 2
ideal_c2 Double
- Bobot ideal unsur CN
3 ideal_c3
Double -
Bobot ideal unsur pH 4
ideal_c4 Double
- Bobot ideal unsur P
2
O
5
5 ideal_c5
Double -
Bobot ideal persentase pokok mati 6
ideal_c6 Double
- Bobot ideal persentase phytoptora
7 ideal_c7
Double -
Bobot ideal persentase bakteri 8
ideal_c8 Double
- Bobot ideal persentase virus
Tabel 3.4. Struktur Tabel Nilai GAP
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 gap_c1
Double -
Bobot nilai GAP status lahan 2
gap_c2 Double
- Bobot nilai GAP unsur CN
3 gap_c3
Double -
Bobot nilai GAP unsur pH 4
gap_c4 Double
- Bobot nilai GAP unsur P
2
O
5
5 gap_c5
Double -
Bobot nilai GAP persentase pokok mati 6
gap_c6 Double
- Bobot nilai GAP persentase phytoptora
7 gap_c7
Double -
Bobot nilai GAP persentase bakteri 8
gap_c8 Double
- Bobot nilai GAP persentase virus
Tabel 3.5. Struktur Tabel Ranking Profile Matching
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 core_factor
Double -
Hasil perhitungan core factor 2
secondary_factor Double
- Hasil perhitungan secondary factor
3 Skor
Double -
Hasil akhir perhitungan Profile Matching
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.6. Struktur Tabel Ranking SAW
No Nama Field
Tipe Data Field
Keteran
gan
1 Nama
Varchar 50
Nama dari kriteria lahan 2
Skor Double
- Hasil akhir perhitungan SAW
3.2.6. Entity relationship diagram Entity Relationship Diagram
ERD merupakan sebuah teknik dari pemodelan data yang menggambarkan entitas dan hubungan antar entitas dalam sebuah sistem.
Kriteria Profile Matching
C1 C2
C3 C4
C5
C6 C7
C8 nama
Bobot Ideal ideal_c1
ideal_c2 ideal_c3
ideal_c8 ideal_c7
ideal_c6
Nilai GAP
gap_c1 gap_c2
gap_c6 gap_c7
gap_c8
gap_c3 gap_c4
gap_c5 Ranking Profile
Matching
core_factor skor
secondary_ factor
Diubah
Hasil Menghitung
ideal_c4 ideal_c5
Gambar 3.8. ERD Metode Profile Matching
Gambar 3.8. menjelaskan tentang rancangan ERD dalam pemilihan lahan tembakau dengan metode Profile Matching yang mempresentasikan hubungan antar
entitas secara grafis.
Hasil Kriteria SAW
C1 C2
C3 C4
C5
C6 C7
C8 nama
Ranking SAW nama
skor
Gambar 3.9. ERD Metode SAW
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.9. menjelaskan tentang rancangan ERD dalam pemilihan lahan tembakau dengan metode SAW yang mempresentasikan hubungan antar entitas secara
grafis.
3.3. Perancangan Sistem