2.7. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh penulis, diantaranya:
1. Alfi Rahman 2014 membuat penelitian dengan judul Implementasi Metode
Simple Additive Weighting SAW dan Profile Matching dalam Menentukan
Pejabat Struktural pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi, menyimpulkan bahwa waktu penyelesaian perhitungan proses pada metode Simple Additive Weighting
yaitu 1.0183 detik, lebih cepat dari metode Profile Matching yaitu 1.0434 detik dan pada metode Simple Additive Weighting profil pegawai terbaik bisa menjadi
solusi terbaik sedangkan pada metode Profile Matching profil pegawai yang mendekati profil jabatan ideal yang menjadi solusi terbaik tidak harus profil
pegawai yang terbaik Rahman, 2014. 2.
Ibrahim Ahmad Harahap 2014 membuat penelitian dengan judul Implementasi Perbandingan dengan Metode Profile Matching dan Simple Additive Weighting
SAW dalam Penilaian Kinerja Karyawan Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa metode Simple
Additive Weighting memperoleh hasil penilaian dua kali sama dengan hasil
penilaian yang dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan dan Provinsi Sumatera Utara sehingga terbukti lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode
Profile Matching dalam kasus ini Harahap, 2014.
3. Sartana Fitra Amir 2011 membuat penelitian dengan judul Analisis dan
Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Menggunakan Model Simple Additive Weighting
untuk Seleksi Penerima Beasiswa Bidik Misi Universitas Sumatera Utara, menyimpulkan bahwa pada model Simple Additive Weighting menggunakan
metode MADM dan FMADM, setiap kriteria dianggap independen dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain sehingga diharapkan agar menambahkan
beberapa kriteria yang dapat saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain dan menggabungkannya dengan metode Multi-Attribute Utility Theory MAUT
Amir, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tembakau merupakan tanaman yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan
rokok. Sebelum memutuskan untuk menanam tembakau, hal terpenting yang harus dilakukan adalah memilih areal lahan. Kualitas lahan sangat berpengaruh terhadap
produksi tembakau. Semakin baik lahan maka semakin baik pula jenis tanahnya yang berakibat pada semakin berkualitasnya tembakau yang dihasilkan. Lahan yang layak
ditanami tembakau adalah lahan yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik, dekat dengan sumber air, memiliki tingkat serangan penyakit yang rendah dan
memiliki curah hujan yang baik. Ada areal lahan yang memiliki produktivitas yang tinggi tetapi menghasilkan kualitas tembakau yang rendah. Tetapi areal lahan di
daerah Deli, Sumatera Utara, yang saat ini dikelola oleh PTPN II merupakan tempat yang paling berpeluang dalam menghasilkan tembakau yang baik dari segi mutu
maupun kualitas. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah terbatasnya areal lahan yang
tersedia untuk penanaman tembakau, salah satu penyebabnya adalah terjadinya penggarapan. Dengan keterbatasan lahan yang ada, hasil produksi tembakau dituntut
untuk tetap menghasilkan mutu dan kualitas yang diharapkan. Di kebun Bulu Cina, proses penanaman tembakau dilakukan setiap 5 tahun sekali dan setiap akan dilakukan
penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemilihan areal guna mencari lahan terbaik dari lahan yang tersedia agar menghasilkan tembakau yang sesuai harapan. Selama ini,
proses pemilihan dilakukan secara manual hanya dengan melihat berdasarkan hasil produktivitas lahan pada tahun-tahun yang lalu, tanpa adanya data maupun
perangkingan.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan
aturan-aturan pengambilan keputusan, model analisis, database yang komprehensif dan pengetahuan dari pengambil keputusan itu sendiri Janakiraman, 1999.
Metode Simple Additive Weighting merupakan sebuah mekanisme penjumlahan terbobot yang digunakan untuk menyelesaikan Multi Atributte Decision
Making MADM, MADM merupakan model dari Multiple Criteria Decision Making
MCDM, MCDM sendiri adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria
tertentu Kusumadewi, 2006. Pada metode Simple Additive Weighting dilakukan penilaian secara lebih tepat didasarkan pada nilai kriteria dan bobot preferensi yang
sudah ditentukan untuk proses pemilihan lahan, oleh karena itu atribut terbaik yang dimiliki suatu lahan bisa menjadi solusi terbaik.
Metode Profile Matching merupakan sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang
ideal yang harus dimiliki, bukan tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati Kusrini, 2007. Pada metode Profile Matching dilakukan penilaian dengan
memberikan tingkat nilai ideal untuk sebuah lahan, atribut yang mendekati nilai ideal yang akan menjadi solusi terbaik dalam proses pemilihan lahan.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, penulis berniat membuat penelitian pendukung keputusan dengan menggunakan metode Simple
Additive Weighting dan Profile Matching agar proses pemilihan areal lahan dapat
dilakukan secara terdata dan hasilnya dapat diurutkan dari lahan terbaik yang direkomendasikan hingga yang tidak direkomendasikan sehingga dapat dihasilkan
hasil panen tembakau yang berkualitas baik dari segi bentuk, rasa dan mutunya.
1.2. Rumusan Masalah