Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Perkawinan

dapat mengikatkan tali persahabatan lebih erat lagi setelah mereka dewasa, menikah dan membangun rumah atas usahanya sendiri. 4. Penyesuaiaan yang baik dalam masalah keuangan Dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan dan kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. Bagaimanapun besarnya pendapatan, keluarga perlu mempelajari cara membelanjakan pendapatannya sehingga mereka dapat menghindari utang yang selalu melilitnya agar disamping itu mereka dapat menikmati kepuasan atas usahanya dengan cara yang sebaik- baiknya, daripada menjadi seorang istri yang selalu mengeluh karena pendapatan suaminya tidak memadai. 5. Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan Apabila suami istri mempunyai hubungan yang baik dengan pihak keluarga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan, kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan hubungan dengan mereka.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Perkawinan

Banyak faktor sosial dan demografis yang ditemukan memiliki hubungan dengan penyesuaian perkawinan Dyer, 1983. Berikut ini beberapa hal yang mempengaruhi penyesuaian pernikahan : 1. Usia Udry dan Schoen dalam Dyer, 1983 mengatakan bahwa penyesuaian pernikahan rendah apabila pasangan menikah pada usia yang sangat muda, yaitu Universitas Sumatera Utara laki-laki di bawah 20 tahun dan wanita di bawah 18 tahun. Mereka dihadapkan pada tuntutan dan beban seputar perkawinan, dimana bisa menyebabkan rasa kecewa, berkecil hati, dan tidak bahagia. Dalam hal perbedaan usia, ditemukan tidak terlalu meyakinkan. Ada penelitian menemukan bahwa akan lebih menguntungkan bagi pasangan yang memiliki usia yang sama Locke; Blode Wolfe, dalam Dyer, 1983, namun pada penelitian lain juga ditemukan bahwa usia yang berbeda tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyesuaian pekawinan Udry, Nelson Nelson, dalam Dyer, 1983. 2. Agama Hubungan antara agama dan penyesuaian perkawinan sudah diselidiki sepanjang tahun. Walaupun begitu, selalu ditemukan hasil yang berbeda-beda dan selalu tidak konsisten. Terman dalam Dyer, 1983 menyimpulkan bahwa latar belakang agama dari pasangan bukan faktor yang berarti dalam kebahagiaan perkawinan. Pada penelitian pernikahan beda agama Christensen Barber; Glenn, dalam Dyer, 1983 ditemukan bahwa pernikahan beda agama antara Katolik, Yahudi, dan Protestan sedikit kurang bahagia dibandingkan pernikahan dengan agama yang sama di ketiga agama tersebut. 3. Ras Sejauh ini tidak ada penelitian khusus penyesuaian perkawinan dimana perkawinan antar ras sebagai variabelnya. Walaupun ada opini terkenal yang mengatakan bahwa perkawinan antar ras penuh resiko, sebenarnya secara statistik sangat sedikit yang mendukung pandangan ini Udry, dalam Dyer, 1983. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan Monahan dalam Dyer, 1983 pada perkawinan antar ras di Iowa, ditemukan bahwa perkawinan antar kulit hitam dan putih lebih stabil daripada perkawinan kulit hitam dan hitam; dia juga menemukan bahwa perkawinan dengan suami kulit hitam dan istri kulit putih memiliki rata-rata perceraian yang rendah dibandingkan dengan rata-rata perceraian pada perkawinan kulit putih dan putih. Dimana perbedaan sosial dan kultur masih tetap ada dan larangan pada perkawinan antar ras masih kuat, mereka berusaha untuk tahan menghadapi larangan dan berusaha kuat untuk menghadapi sangsi yang ada dari kelompok ras mereka masing-masing. 4. Pendidikan Data dari survei nasional mengatakan bahwa pendidikan tidak selamanya menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian perkawinan. Glenn dan Weaver dalam Dyer, 1983 menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya mengecap pendidikan dengan kebahagiaan perkawinan. Terman; Burgess Wallin, dalam Dyer, 1983 mengungkapkan perbedaan pendidikan pada pasangan dengan penyesuaian perkawinan belum sepenuhnya jelas, karena ada pendapat yang mengatakan bahwa pasangan dengan tingkat pendidikan yang sama akan lebih puas dengan perkawinannya dan hasil penelitian yang lain juga mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara perbedaan tingkat pendidikan suami istri dengan penyesuaian perkawinan . Universitas Sumatera Utara 5. Keluarga Pasangan Salah satu hal yang harus dihadapi oleh pasangan yang baru menikah adalah bagaimana mengatasi hubungan selanjutnya dengan orang tua dan sanak saudara setelah menikah. Beberapa penelitian dalam hal saudara istri atau suami mengindikasikan bahwa masalah ini lebih mempengaruhi wanita daripada pria Duvall; Komorovsky, dalam Dyer, 1983. Ibu mertua dan kakak ipar lebih cenderung sebagai masalah dalam ketidakcocokan dari pada bapak mertua dan abang ipar. Inti dalam perselisihan biasanya menyangkut aktifitas dan peran wanita dalam rumah tangga. C.REMAJA 1. Definisi Remaja Istilah remaja dikenal dengan “adolescence” yang berasal dari kata dalam bahasa latin “adolescere” kata bendanya adolescentia = remaja, yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Istilah adolescence merupakan suatu tahap dalam perkembangan yang mencakup dalam kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja juga merupakan peralihan antara masa kanak –kanak dan dewasa meliputi perubahan fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja adalah individu yang berusia antara 13 sampai 18 tahun yang sedang mengalami masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. dengan pembagian 13 sampai 16 tahun termasuk masa remaja awal dan 16 sampai 18 tahun termasuk masa remaja akhir Hurlock, 2004. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun Universitas Sumatera Utara adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir Monks, 2009 Menurut WHO badan PBB untuk kesehatan dunia batas usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi pelayanan program pelayanan definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN Direktorat Remaja dan perlindungan Hak reproduksi batasan usia remaja adalah 10-21 tahun. Berdasarkan uraian diatas remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan usia antara 16-18 tahun.

2. Tugas Perkembangan Remaja