negatif, tidak realistik dan tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau individu dapat membatalkan pikiran-pikiran yang keliru menjadi pikiran-pikiran yang benar,
maka individu dapat menolong dirinya sendiri untuk mengatur emosinya sehingga dapat mempersepsikan sesuatu hal dengan baik.
c. Faktor pengalaman Pengalaman yang diperoleh individu selama hidupnya akan mempengaruhi
kematangan emosinya. Pengalaman yang menyenangkan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap individu, akan tetapi pengalaman yang tidak
menyenangkan bila selalu terulang dapat memberi pengaruh negatif terhadap individu maupun terhadap kematangan emosi individu tersebut.
3. Karakteristik Kematangan Emosi
Hurlock 2004 mengemukakan tiga karakteristik dari kematangan emosi, antara lain:
a. Kontrol emosi
Individu tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang dapat diterima. Individu dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol
ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara
sosial.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemahaman diri
Memiliki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain. Individu mampu memahami
emosi diri sendiri, memahami hal yang sedang dirasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi individu tersebut.
c. Pengunaan fungsi kritis mental Individu
Mampu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap
situasi tersebut, dan individu juga tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau individu yang tidak matang.
4. Kematangan Emosi Remaja
Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi jika individu dapat mengerti situasi tanpa harus diberikan arahan oleh orang lain serta mengerti
kewajiban dan tanggungjawabnya Chaube, 2002. Selain itu, Hurlock 2004 juga menambahkan remaja mencapai kematangan emosi jika pada akhir masa
remajanya tidak sembarangan dalam meluapkan emosinya dihadapan orang lain, tetapi menempatkannya secara tepat dan dengan cara-cara yang dapat diterima
oleh orang lain. Chaplin 2005 mendefinisikan kematangan emosi sebagai kondisi atau keadaan dalam mencapai tingkat kedewasaan dalam perkembangan
emosional seseorang. Kematangan emosi juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan remaja
untuk menilai suatu situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara
Universitas Sumatera Utara
emosional dan memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu suasana hati ke suasana hati yang lain. Yusuf 2011 menjelaskan tentang
bagaimana perubahan kematangan emosional sebelum masa remaja sampai memasuki masa remaja, hal ini dapat terlihat dari tabel berikut ini:
Tabel 1 .Perubahan Kematangan Emosi
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan kematangan emosi remaja merupakan kondisi remaja mampu mengendalikan dan mengarahkan
penyaluran emosi sesuai situasi dan waktu yang tepat dengan cara yang dapat diterima, mampu menggunakan pemikiran terlebih dahulu terhadap suatu situasi
sebelum menggunakan respon emosional, serta mengambil keputusan yang didasarkan pada pertimbangan sehingga tidak mudah berubah-ubah.
B. PENYESUAIAN PERNIKAHAN 1. Pengertian Penyesuaian Pernikahan
Hurlock 2000 mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah
terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses
No DARI ARAH
KE ARAH
1. Tidak
toleran dan
bersikap superior
Bersikap toleran 2.
Kaku dalam bergaul Luwes dalambergaul
3. Peniruan buta terhadap teman
sebaya Interdependensi dan memiliki harga
diri 4.
Kontrol orang tua Kontrol diri sendiri
5. Perasaan yang tidak jelas tentang
dirinyaorang lain Perasaan mau menerima dirinya dan
orang lain. 6.
Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah
Mampu menyatakan emosinya secara konstruktif.
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian diri. Penyesuaian pernikahan juga merupakan suatu proses memodifikasi, mengadaptasi dan mengubah individu dan pola perilaku pasangan
serta adanya interaksi untuk mencapai kepuasan yang maksimum dalam pernikahan DeGenova, 2008.
Menurut Lasswel Lasswel 1987, penyesuaian perkawinan berarti kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan
masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses
yang terus menerus terjadi.Sedangkan Duval dan Miller 1985 mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi
baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri.
Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan suami istri.
Dalam penelitian ini penyesuaian pernikahan adalahproses membiasakan diri beradaptasi dengan situasi baru sebagai suami istri untuk memenuhi harapan
atau tujuan perkawinan dan memecahkan konflik yang muncul dalam perkawinan.
2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Pernikahan