93
Selanjutnya dijelaskan bahwa seandainya ada suatu tindak pidana yang harus dihentikan penyidikannya, maka proses penyidikan kasusnya harus digelar terlebih dahulu
oleh PPNS yang menangani kasus tersebut. Gelar perkara ini dapat dilakukan secara internal organisasi atapun secara eksternal dengan menghadirkan aparat-aparat penegak hukum yang
terkait. Dalam hal PPNS telah menghentikan penyidikannya, maka PPNS segera memberitahukan hal tersebut kepada penyidik Polri maupun penuntut umum sebagaimana
diatur dalam pasal 109 ayat 3 KUHAP.
G. Pelimpahan Proses Penyidikan
Penyerahan tersangka dan barang bukti disertai dengan surat pengantar dan dicatat dalam buku ekspedisi yagn harus ditandatangani oleh penyidik POLRI atau penuntut umum
yang menerima penyerahan tersebut, dengan nama terang,NIPNomor Induk Pajak atau NRPNomor Register Pajak, tanggal, dan Cap Dinasnya. Untuk kegiatan penyerahan dan
barang bukti tersebut diatas dibuatkan berita acara dan ditanda tangani oleh penyidik pajak dan penyidik POLRI atau penuntut umum serta penanggung jawab rumah penyimpanan
benda sitaan negara. Penyidik pajak memantau atau memonitor penuntutan perkara di bidang pengadilan. Apabila tahapan pelimpahan berkas dan pra penuntutan telah selesai maka
tahapan selanjutnya sesuai pasal 139 KUHP adalah menjadi tanggung jawab Jaksa Penuntut Umum.
113
Pelimpahan proses penyidikan tindak pidana dilakukan dalam hal kasus yang sedang disidik oleh PPNS ternyata menyangkut ketentuan perundang-undangan lain di luar dari
kewenangan yang menjadi dasar hukumnya. Seksi Korwas PPNS menerima pelimpahan proses penyidikan dari Instansi Perpajakan mengenai tindak pidana sebagaimana diatur
113
Ibid., hal 363
Universitas Sumatera Utara
94
dalam perundang-undangan perpajakan. Proses penyidikan tindak pidana tersebut seharusnya dapat disidik sendiri oleh PPNS karena termasuk dalam lingkup bidang tugasnya, namun
kemudian dilimpahkan kepada penyidik Polri karena kasus tersebut sudah mempunyai kategori tertentu.
Penyidik Polri yang menerima pelimpahan selanjutnya melakukan proses penyidikan tindak pidana dimaksud sesuai dengan prosedur penyidikan tindak pidana yang ada mulai
dari pengiriman Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan sampai dengan penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum. Meskipun berkas perkara tersebut telah dilimpahkan,
namun penyidik Polri masih tetap melakukan koordinasi dengan dinas Perpajakan dalam hal pemeriksaan terhadap saksi ahli.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat ketentuan-ketentuan perundang- undangan yang penyidikannya menjadi kewenangan PPNS, namun dengan adanya
kesepakatan di antara kedua belah pihak yang dituangkan dalam Keputusan Bersama, proses penyidikannya dapat dilimpahkan kepada penyidik Polri. Pada sisi lain, meskipun penyidik
Polri dapat melakukan penyidikan terhadap semua tindak pidana, sebagaimana diatur dalam pasal 14 ayat 1 huruf f Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Repulbik Indonesia Polri disebutkan kewajiban polri untuk melakukan kordinasi,pembinaan dan pengawasan teknis terhadap PPNS . Namun,KUHAP juga memberikan kesempatan yang
sama kepada PPNS selain Polri untuk melakukan penyidikan. Upaya mendudukan PPNS sebagai lembaga mandiri dalam melakukan suatu tindak pidana sudah mengarah pada upaya
kelembagaan akibatnya dalam praktek penegakan hukum ,tidak jarang muncul adanya tumpang tindih kewenangan antara PPNS dengan penyidik POLRI.
Universitas Sumatera Utara
95
Menurut,Kabareskrim Mabes Polri Ito Sumardi,
114
mengatakan polri kesulitan membongkar sejumlah kasus mafia pajak yang terungkap berkat kicauan Gayus Tambunan.
Banyak aturan hukum acara yang memberi kewenangan penyidik pegawai negeri sipil untuk melakukan penyidikan bertentangan dengan KUHAP.Menurutnya, ada kendala-kendala baik
secara yuridis maupun teknis yang dihadapi oleh penyidik polri dalam menuntaskan kasus- kasus tersebut. Salah satu kendala yuridisnya adalah adanya ketidakhormanisan antar
undang- undang. “Salah satu contohnya adalah UU No 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan,” ujarnya. Ito menjelaskan undang-undang ini mengatur prosedur penyidikan oleh PPNS Pajak yang bertentangan dengan KUHAP. PPNS mempunyai
prosedur penyidikan yang berbeda dengan KUHAP,ujarnya. Ia juga menambahkan polri hanya mempunyai kewenangan koordinasi, tanpa bisa melakukan penyidikan langsung.Pasal
44 ayat 1 UU KUP berbunyi Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.Polri tak mempunyai kewenangan menyelidiki kasus pajak. Polri hanya bisa melakukan
pengawasan terhadap penyidikan yang dilakukan oleh PPNS,” jelasnya lagi. Ia berharap ke depan ada revisi undang-undang agar Polri memiliki kewenangan menyelidiki kasus pajak
secara langsung sehingga bisa menyelesaikan kasus mafia pajak secara tuntas.Kendala ini yang menjadikan Polri itu seolah-olah tidak serius dan lambat dalam menuntaskan kasus
mafia pajak tersebut. Padahal, kendalanya ada pada harmonisasi undang- undang,” ujar Ito
lagi.
114
http:www.hukumonline.comberitabacalt4d48233251e53kabareskrim-keluhkan- disharmoni-hukum-acara
, diakses Tanggal 28 Desember 2012
Universitas Sumatera Utara
96
Dari hal diatas dapat diperhatikan bahwa keterlibatan PPNS dan tugas tugas penyidikan tidak pada tataran taktis dan teknis penyidikan karena sudah sejak semula instansi
tersebut dibentuk hanya untuk mambantu penyidik POLRI dalam penyidikan,sehingga upaya melembagakan PPNS sebagai lembaga mandiri dalam melakukan tugas penyidikan
dikawatirkan dapat menghambat proses penegakan hukum Hal yang dipertanyakan adalah apakah penyidik POLRI dapat menyempurnakan
penyidikan sendiri apabila pelimpahan hasil PPNS melalui POLRI yang tidak dapat memeriksa keuangan yang terdapat didalamnya hal ini tercantum pada pasal 107 ayat1 yang
memberi wewenang pada PPNS. Wewenang yang seperti ini perlu sekali dimiliki penyidik polri ,untuk menghindari pengembalianberkas oleh penuntut umum berdasarkan ketentuan
Pasal 110 ayat 2,yakni penuntut umum dapat segera mengembalikan hasil penyidikan kepada penyidik ,apabila berpendapat hasil penyidikan dianggap “kurang lengkap”. Sesuai
amanat KUHAP, Penyidik Polri sebagai koordinasi dan pengawasan Korwas PPNS mempunyai kewajiban dan tanggung jawab memberikan batuan penyidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas PPNS agar pelaksanaan penyidikan dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.
Jadi untuk menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam melakukan penyidikan yang diperlukan peningkatan koordinasi dan pengawasan antar institusi yang
terkait dalam penegakan hukum, serta sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kewenangan melakukan penyidikan agar diperoleh pemahaman yang tepat
terkait tugas dan kewenangan masing-masing institusi. Melalui sosialisasi ini diharapkan dapat mempersempit jurang pemisah di antara masing-masing institusi sekaligus dapat
mewujudkan institusi penyidik yang saling melengkapi.
Universitas Sumatera Utara
97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN