87
PPNS tersebut ternyata harus dilakukan melalui dua tahapan yaitu oleh penyidik Polri dan Penuntut Umum. Sejatinya, dengan sudah dilakukan pemeriksaan berkas perkara oleh
Penyidik Polri, maka berkas tersebut sudah tidak perlu dikembalikan lagi oleh penuntut umum. kalau hal ini dapat dilakukan, niscaya akan dapat membantu mempercepat proses
penyidikan tindak pidana. sebaliknya, bila hal ini tidak dapat dilaksanakan, maka dapat memperlambat proses penyidikan tindak pidana dan dapat menunjukkan ketidakefektifan dan
ketidakefisienan fungsi koordinasi dan pengawasan yang dilakukan oleh penyidik Polri. PPNS dapat langsung mengirimkan berkasnya ke Pengadilan Negeri setempat untuk
disidangkan pada saat itu juga. Pengiriman berkas perkara tersebut tetap dilakukan melalui koordinasi dan pengawasan dari Penyidik Polri. Hal ini sudah sesuai dengan bunyi pasal 205
ayat 2 KUHAP bahwa dalam perkara-perkara dengan acara pemeriksaan cepat tipiring, penyidik atas kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga hari sejak berita acara berkas perkara
selesai dibuat, dapat langsung mengirimkan berkas perkara serta menghadapkan terdakwa beserta barang bukti dan saksi-saksinya ke depan sidang pengadilan.
E. Penyanderaan dan Barang Bukti
Untuk melaksanakan Undang-Undang tentang penagihan pajak dengan surat paksa, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan
Tatacara Penyanderaan, Rehabilitasi nama baik penanggung pajak dan pemberian ganti rugi dalam rangka penagihan pajak. Selain peraturan pemerintah tersebut dikeluarkan juga SKB
Surat Keputusan Bersama antara menteri keuangan serta menteri kehakiman dan hak asasi manusia No. M-02.UM.01 Tahun 2003 dan No. 294KMK.032003 tentang tata cara
penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah tahanan negara dalam rangka penagihan pajak dengan surat paksa. Selanjutnya peraturan tersebut di tindak lanjuti dengan
diterbitkannya keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-218PJ2003 tentang petunjuk
Universitas Sumatera Utara
88
pelaksanaan penyanderaan dan pemberian rehabilitasi nama baik penanggung pajak yang disandra.
106
Proses paksa badan diawali dengan diajukannya permohonan ijin penyanderaan oleh kepala KPPKPPBB Kantor Pelayanan PajakKantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
kepada menteri keuangan melalui Dirjen Pajak untuk perhatian direktur pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak dengan tebusan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak. Permohonan tersebut memuat: a
Identitas penanggung pajak yang akan disandera b
Jumlah hutang pajak yang belum dilunasi, disertai Kartu Pengawawsan Tunggakan Pajak Penanggung Pajak yang bersangkutan sampai dengan
tanggal usulan penyanderaan, dan upaya hukum yang ditempuh Wajib Pajak ataupun Penanggung Pajak. Upaya hukum tersebut dapat berupa keberatan,
banding, gugatan maupun peninjauan kembali ke Mahkamah Agung c
Tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak persuasif dan represif yang telah dilaksanakan oleh KPPKPPBB dengan melampirkan
fotokopi Surat Paksa dan Berita Acara Penyampaian Surat Paksa. d
Uraian tentang adanya petunjuk bahwa Penanggung Pajaknya diragukan iktikad baiknya dalam melunasi hutang pajak.
107
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajaknya dengan menempatkannya di tempat tertentu penyanderaan hanya dapat dilakukan
terhadap penanggung pajak yang mempunya jumlah hutang pajak sekurang-kurangnya
106
Y.Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perlindungan Hukum Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal 113- 114
107
Ibid., hal 118
Universitas Sumatera Utara
89
sebesar RP.100.000.000,00seratus juta rupiah dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Penyanderaan hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri Keuangan atau Gubernur Kepala Daerah provinsi. Masa penyanderaan paling lama 6 bulan dan dapat
diperpanjang selama-lamanya 6 bulan. Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, atau sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang
mengikuti pemilihan umum.
108
Jurusita pajak menyampaikan Surat Perintah Penyandraan secara langsung kepada Penanggung pajak dengan disaksikan oleh dua orang warga Indonesia yang telah dewasa
,dikenal oleh Jurusita Pajak ,dan dapat dipercaya :yaitu Kepala Seksi Penagihan ,Koordinator Pelaksana Penagihan, atau aparat DesaKelurahan.Dalam melaksanakan penyandraan
Jurussita Pajak Pajak dapat meminta bantuan aparat Kepolisian atau Kejaksaan. Tindakan ini ditempuh guna memperlancar proses penyanderaan ,serta menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan.Ketika Penanggung Pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan ,bersembunyi ,atau melarikan diri ,maka jurusita pajak melalui Kepala KPPKPPBB atau
atasannya dapat meminta bantuan Kepolisian atau Kejaksaan untuk menghadirkan Penanggung Pajak tersebut.
109
Dalam hukum acara pradilan pajak secara tegas ditentukan bahwa alat bukti yang dapat digunakan oleh para pihak yang bersengketa berdasarkan norma hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 69 ayat1 UUDILJAK adalah:
108
Mardiasmo, Perpajakan Djokjakarta: Andi, 2006, hal 119
109
Y.Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perlindungan Hukum Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal 118- 119
Universitas Sumatera Utara
90
a Surat atau tulisan
b Keterangan ahli
c Keterangan para saksi
d Pengakuan para pihak
e Pengetahuan hakim
Alat bukti lain selain alat bukti surat dan tulisan mungkin dapat digunakan tatkala tidak ada lagi alat bukti surat atau tulisan yang dapat menguatkan dalil-dalil para pihak yang
bersengketa. Penggunaan alat bukti lain selain alat bukti surat atau tulisan, misalnya kesaksian dari seorang sakti atau lebih, kadang kala berdiri sendiri atau bahkan mendukung
kebenaran dari alat bukti surat atau tulisan. Hal ini bergantung pada penilaian mmajelis atau hakim tunggal yang memeriksa sengketa pajak dalam persidangan di pengadilan pajak.
110
Pasal 110 ayat 4 KUHAP menyebutkan bahwa penyidikan dianggap selesai apabila dalam waktu 14 empat belas hari Penuntut Umum tidak mengembalikan hasil penyidikan
atau apabila sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang hal itu dari Penuntut Umum kepada Penyidik. Kemudian pada hari berikutnya Penyidik segera
menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada Penuntut Umum sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat 3 huruf b KUHAP.
Penyerahan tersangka dan barang bukti kepada Penuntut Umum dilakukan oleh PPNS dengan Penyidik Polri secara bersamaan, yaitu PPNS yang menyerahkan barang bukti
sedangkan Penyidik Polri yang menyerahkan tersangkanya. Terhadap tersangka yang tidak dilakukan penahanan, pemberitahuan kepada tersangka akan diserahkan kepada Penuntut
Umum dilakukan oleh Penyidik Polri dengan membuat Surat Panggilan.
110
Saidi Muhammad Djafar, Perlindungan Hukum Wajib Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007,hal 247-248
Universitas Sumatera Utara
91
F. Penghentian Penyidikan