Kajian Mengenai Tema Healing Environment

74

BAB 3 ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema yang digunakan pada rancangan proyek ini adalah ‘Healing

Environment’. 3.1.1. Pengertian Healing ‘Healing’ berasal dari bahasa Inggris ‘heal’ yang berarti ‘menyembuhkan’. Sedangkan healing berarti penyembuhan atau proses penyembuhan. Secara medis, healing berarti penyembuhan fisiologis, yaitu pemulihan jaringan hidup yang rusak, organ dan sistem biologis sehingga berfungsi normal. Merupakan proses dimana sel-sel dalam tubuh meregenerasi dan memperbaiki untuk mengurangi ukuran dari daerah yang rusak atau nekrotik.

3.1.2. Pengertian Environment

‘Environment’ berarti ‘lingkungan’. Secara umum, lingkungan mengacu ke lingkungan dari suatu obyek, atau lingkungan alam, seluruh makhluk hidup dan tak hidup yang terjadi secara alami di Bumi. Jadi, Healing Environment atau lingkungan penyembuhan untuk bangunan kesehatan adalah sesuatu yang menggambarkan suasana fisik dan budaya organisasi yang mendukung pasien dan keluarga dalam melalui tekanan yang dikarenakan oleh penyakit, rawat inap opname, kunjungan medis, proses penyembuhan, dan terkadang kehilangan.

3.2. Kajian Mengenai Tema Healing Environment

Keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind manusia. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang menyehatkan, nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Salah satu faktor pendukung Universitas Sumatera Utara 75 yang dominan bagi pemulihan kesehatan seseorang adalah faktor psikologis yang mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting Kaplan dkk, 1993. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah belajar bahwa perasaan tidak dapat dipisahkan dari biokimia ergonomi human factor engineering. Pikiran kita mempengaruhi psikologi kita. Apa yang kita rasakan dan pikirkan, semua digerakkan oleh pesan dari otak. Cepat tidaknya proses penyembuhan juga dipengaruhi tingkat stres psikologis pasien. Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita yang sedang dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang bersangkutan. Kehadiran sebuah suasana tertentu diharapkan dapat mereduksi faktor stress atau tekanan mental yang dialami oleh penderita yang sedang menjalani proses pemulihan kesehatan. Suasana tertentu dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat menambah faktor stress penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan proses pemulihan kesehatannya. Kaplan dkk, 1993. Munurut Michael L. Knecht, terdapat beberapa faktor penyebab stres, antara lain: ƒ Pelanggaran privasi ƒ Kehilangan kontrol ƒ Perasaan tidak berdaya ƒ Pemisahan dari keluarga teman ƒ Tidak yakin tentang proses perawatan ƒ Tak terkendali kebisingan dan gangguan ƒ Kekhawatiran tentang kesalahan medis dan biaya perawatan Berawal dari faktor penyebab stres di atas, tubuh manusia langsung merespon faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan hal-hal berikut: ƒ Peningkatan ketegangan otot ƒ Peningkatan tekanan darah dan keringat ƒ Menurunkan ambang nyeri ƒ Depresi ƒ Insomnia Universitas Sumatera Utara 76 ƒ Menunda penyembuhan luka ƒ Dampak terhadap sistem kekebalan tubuh Healing Environment pada perancangan adalah bagaimana menjadikan bangunan dan lingkungan sebagai sarana penyembuh bagi pasien. Bangunan dan lingkungan tersebut diharapkan dapat menurunkan tekanan psikologis stres pada pasien. Pada tahun 1994, Roger Ulrich meneliti dampak klinis yang timbul pada pasien terhadap kamar dengan jendela menghadap lingkungan luar. Ulrich menemukan pasien dengan jendela menghadap pemandangan alam memiliki: ƒ Menjalani rawat inap dalam jangka waktu singkat ƒ Lebih sedikit mendapat evaluasi negatif dari perawat ƒ Kemungkinan terjadinya komplikasi pasca operasi lebih rendah Menurut Jain Malkin 2003 dalam The Bussiness Case for Creating a Healing Environment, suasana fisik memiliki potensi untuk menjadi sarana terapi jika memenuhi: • Menghilangkan stres karena lingkungan seperti kebisingan, silau, kekurangan privasi, dan kualitas udara yang buruk. • Menghubungakan pasien dengan alam dengan pemandangan keluar, taman dalam, akuarium, elemen-elemen air, dan lain-lain • Menawarkan opsi dan pilihan untuk merubah perasaan terkendali, ini mungkin termasuk privasi terhadap sosialisasi, tingkat pencahayaan, jenis musik, pilihan tempat duduk, ruang tunggu yang tenang atau aktif • Memberi kesempatan bagi dukungan sosial, pengaturan tempat duduk yang memberikan privasi bagi keluarga, akomodasi untuk anggota keluarga atau teman dalam perawatan, dan tempat tidur tambahan untuk keluarga di ruangan pasien. • Memberi tambahan-tambahan positif seperti koneksi internet, fasilitas musik dan videoyang dapat membantu penyembuhan. • Melahirkan perasaan kedamaian, pengharapan, refleksi dan spritual dan memberikan kesempatan untuk relaksasi, humor, pendidikan dan imajinasi. Universitas Sumatera Utara 77 Membawa Rumah ke Dalam Rumah Sakit Yang paling penting bagi pasien rawat inap di rumah sakit adalah kenyamanan dan kebebasan memiliki anggota keluarga dan teman-teman yang mengunjungi dan menghabiskan waktu bersama mereka. Dengan kemajuan dalam perawatan kesehatan kebanyakan pasien lebih memilih dirawat di instalasi rawat jalan, dimana mereka datang dengan memiliki prosedur atau menjalankan tes dan kemudian kembali ke rumah mereka. Pasien rawat inap saat ini lebih cenderung memiliki kondisi serius dan berada di sana untuk jangka waktu setidaknya beberapa hari dan kadang-kadang bahkan berbulan-bulan. Hal ini membutuhkan perubahan pada tren kesehatan dengan menciptakan lingkungan yang membuat tidak hanya pasien, tetapi juga orang yang mereka cintai merasa seperti mereka dapat bersantai dan bahkan mungkin lupa bahwa mereka berada di rumah sakit. Hal ini terbukti bahwa jika seseorang merasa nyaman dan santai, mereka dapat beristirahat lebih mudah dan lebih cepat sembuh. Masalah penyembuhan seseorang merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind dari pasien. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan seseorang. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks tersebut kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar 40 dalam proses penyembuhan, faktor medis 10, faktor genetis 20 dan faktor lain 30 Kaplan dkk, 1993. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Lingkungan buatan meliputi semua tempat yang sebagian besar telah direncanakan dan diciptakan oleh manusia, seperti: ruangan, gedung, lingkungan sekitar, dan kota Hemistra and McFarling, 1974. Pada saat mengamati interaksi manusia dengan lingkungan tertentu yang ditempatinya, maka akan ditemukan karakteristik dasar pada pola perilaku yang berbeda pada tiap interaksi tersebut. Dengan demikian manusia membentuk bangunan dan selanjutnya bangunan akan membentuk manusia. Manusia dan alam lingkungan pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling berinteraksi, dan dari proses interaksi Universitas Sumatera Utara 78 tersebut dapat berupa lingkungan fisik, yaitu alam sekitar baik yang sifatnya alamiah maupun yang bersifat buatan, dan lingkungan fisik yang merupakan lingkungan sosial budaya. Melalui interaksi dengan kedua lingkungan inilah seorang manusia dapat disebut sebagai manusia yang lengkap Altaman, 1975. Ditinjau dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa faktor lingkungan mempunyai peran terbesar dalam proses penyembuhan, maka seharusnya faktor lingkungan tersebut mendapat perhatian yang cukup besar pada sebuah fasilitas penyembuhan. Desain interior rumah sakit juga merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen yang pembentuk ruang dalam interior seperti elemen warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang mendukung proses penyembuhan.

3.3. Interpretasi Tema