11 a. Berdasarkan jenis pelayanan
1. Rumah Sakit Umum Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
penyakit. 2. Rumah Sakit Khusus
Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit, atau kekhususan lainnya. b. Berdasarkan
pengelolaannya 1. Rumah Sakit Publik, dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Pemerintah dalam penyelenggaraannya diwajibkan untuk melayani masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Rumah Sakit Privat, dikelola oleh badan hukum dengan tujuan
pofit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
2.2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi
rujukan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Depkes RI, 2009.
a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum
1. Rumah Sakit Umum kelas A Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspsialistik luas. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5lima Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12dua belas Pelayanan Medik
Spesialis Lain dan 13tiga belas Pelayanan Medik Sub Spesialis. 2. Rumah Sakit Umum kelas B
Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar,
Universitas Sumatera Utara
12 4empat Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8delapan Pelayanan
Medik Spesialis Lainnya, dan 2dua Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. 3. Rumah Sakit Umum kelas C
Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar
dan 4empat Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. 4. Rumah Sakit Umum kelas D
Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2dua Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
1. Rumah Sakit Khusus kelas A 2. Rumah Sakit Khusus kelas B
3. Rumah Sakit Khusus kelas C
2.2.4. Rumah Sakit Pemerintah
Perbedaan pokok dengan rumah sakit swasta terutama sekali menyangkut sumber pendanaan rumah sakit yang bersangkutan, yakni kalau rumah sakit
Pemerintah biaya untuk pengelolaan rumah sakit sepenuhnya didanai oleh Pemerintah, yaitu dengan cara menganggarkannya dalam APBN, APBD, dan lain-
lainnya. Karena dana pengelolaan rumah sakit ini berasal dari Pemerintah maka segala pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit tersebut juga harus disetorkan
ke Kas Negara Iskandar, 1998. Dalam penyelenggaraan pelayanannya, rumah sakit Pemerintah di wajibkan
melayani masyarakat secara keseluruhan sehingga masyarakat miskin di daerah pelayanan dapat dilayani 100.
2.2.5. Rumah Sakit Swasta
Yang dimaksud dengan rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak swasta non-Pemerintah, yaitu dapat beberapa orang, badan hukum,
kelompok keagamaan, perusahaan, dan lain-lain. Awalnya rumah sakit swasta didirikan oleh yayasan dengan tujuan sosial, sehingga pendanaannya berasal dari
sumbangan para dermawan Iskandar, 1998
Universitas Sumatera Utara
13 Namun dengan perkembangan masa dan pemikiran masyarakat, kondisi rumah
sakit yang bertujuan sosial tersebut mengalami perubahan, karena sulit bagi pihak pengelola rumah sakit untuk mendapatkan biaya yang berasal dari sumbangan para
relawan tersebut.sebab semakin hari biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit semakin besar, dan tidak seimbang lagi dengan pemasukan rumah sakit.sehingga
untuk kelangsungan rumah sakit, pihak pendiri pengelola membuat kebijaksanaan untuk menetapkan tarif pelayanan kepada pasien.
Setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 84 tahun 1990, ditegaskan bahwa pelayanan kesehatan swasta dibidang medis boleh
diselenggarakan oleh: perorangan, kelompok, yayasan, atau badan hukum lainnya, dan dapat pula dilakukan oleh sebuah perusahaan yang berbadan hukum
Perseroan Terbatas yang profit oriented memperhitungkan potensi keuntungan
Iskandar, 1998
2.2.6. Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA
Menurut Lampiran Keputusan Menkes no. RI no. 340MenkesPerIii2010, Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA adalah Rumah Sakit yang melayani kesehatan
ibu dan anak, meliputi ibu pada masalah reproduksi dan anak berumur sampai dengan 18 tahun Depkes RI, 2010.
Rumah Sakit Ibu dan Anak merupakan Rumah Sakit Khusus yang lingkup pelayanannya meliputi : promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada maternal,
serta kesehatan reproduksi termasuk Ante Natal Care ANC, pertolongan persalinan, perawatan nifas, pertolongan bayi baru lahir, perawatan bayi baru lahir,
imunisasi, dan pelayanan kesehatan anak, program Keluarga Berencana KB.
2.2.7. Klasifikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 340MenkesPerIII2010, Rumah Sakit Ibu dan Anak khusus di klasifikasikan menjadi beberapa kelas , yaitu
kelas A, B, dan C. Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan : 1. Lingkup
Pelayanan; 2. Sumber Daya Manusia;
3. Peralatan; 4. Sarana da Prasarana
5. Administrasi dan Menejemen.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.8. Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Ibu Dan Anak A. Lingkup Pelayanan
Tabel. 2.1. Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak
No. Lingkup Pelayanan
Kelas A Kelas B
Kelas C 1.
Pelayanan spesialistik kebidanan dan kandungan Umum
+ +
+
2.
Pelayanan Subspesialistik Kebidanan dan Kendungan:
a. Fetomaternal perinatologi
kebidanan +
+ -
b. Onkologi Ginekologi
+ -
- c. Kesehatan
reproduksi +
- -
d. Obgyn sosial
+ -
- e. Uro-ginekologi
Rekonstruksi +
- -
3. Pelayanan Spesialis Anak Umum
+ +
+
4.
Pelayanan Subspesialistik Anak: a. Perinatologi
+ +
- b. Neurologi
+ -
- c. Hematologi-Onkologi
+ -
- d. Nefrologi
+ -
- e. Gastrohepatologi
+ -
- f. Respirologi
+ -
- g. Alergi
imunologi +
- -
h. Endokrinologi +
- -
i. Nutrisi dan
Metabolic +
- -
j. Kardiologi +
- -
k. Gawat Darurat Anak +
+ -
l. Infeksi dan penyakit tropis +
- -
m. Tumbuh kembang dan Pediatri Sosial
+ -
-
Universitas Sumatera Utara
15
No. Lingkup Pelayanan
Kelas A Kelas B
Kelas C
5.
Pelayanan Spesialis lainnya: a. Spesialis Bedah Anak
+ -
- b. Spesialis Rehabilitasi Medik
+ +
- c. Spesialis
Mata +
+ -
d. Spesialis THT
+ -
- e. Spesialis kulit Dan Kelamin
+ -
- f. Spesialis Bedah Umum
+ +
+ g. Spesialis Penyakit Dalam
+ +
+ h. Spesialis
Anastesi +
+ +
i. Spesialis Radiologi
+ +
+ j. Spesialis Patologi Klinik
+ +
- k. Spesialis Patologi Anatomi
+ -
-
6. Pelayanan Gigi
+ +
-
7. Pelayanan Psikolog
+ -
-
8. Pelayanan Rawat Inap
+ +
+
9. Pelayanan Rawat Jalan
+ +
+
10. Pelayanan Gawat Darurat +
+ +
11.
Pelayanan Rawat Intensif ICU, HCU, PICU, NICU
+ +
HCU, NICU
+ HCU
12. Pelayanan Bersalin +
+ +
13. Pelayanan Operasi +
+ +
14. Pelayanan Darah +
+ -
15. Pelayanan Radiologi +
+ -
16. Pelayanan Laboratorium
+ +
+
17. Pelayanan Farmasi
+ +
+
18. Pelayanan Gizi
+ +
+
19.
Pelayanan Penunjang Non medik: a. Sterilisasi
+ +
+ b. Laundry
+ +
+
Universitas Sumatera Utara
16
No. Lingkup Pelayanan
Kelas A Kelas B
Kelas C
c. Pemulasan Jenazah
+ -
- d. IPSRS
+ +
+ e. IPLRS
+ +
+ Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010
B. Sumber Daya
Manusia
Tabel. 2.2. Sumber Daya Manusia Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak
No. Jenis Ketenagaan
Kelas A Kelas B
Kelas C
Total Tenaga
Tetap Total
Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
I Medis
1. Dokter Spesialis
Obstetri – Ginekologi 4
2 2
1 1
- Dokter Subspes.
Fetomaternal 1
- -
- -
- Dokter Subspes. Obgin
Sosial 1
Dokter Subspes. Onkologi Ginekologi
1 Dokter Subspes.
Uroginekologi konst. 1
Dokter Subspes. Kesehatan reproduksi
1
2. Dokter Spesialis Anak
4 2
2 1
1 -
Dokter Subspes. Alergi Imunologi
Sub- Spes
Min. 1 Sesuai
pelaya nan
- Sub-
Spes Min.
1 -
- -
Dokter Subspes. Endokrinologi
Universitas Sumatera Utara
17
No. Jenis Ketenagaan
Kelas A Kelas B
Kelas C
Total Tenaga
Tetap Total
Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
Dokter Subspes. Gastrohepatologi
Dokter Subspes. Nutrisi dan Metabolik
Dokter Subspes. Hematologi dan
Onkologi Dokter Subspes.
Kardiologi Dokter Subspes.
Nefrologi Dokter Subspes.
Neurologi Dokter Subspes. Gawat
Darurat Dokter Subspes.
Pencitraan Anak Dokter Subspes. Infeksi
Tropia Dokter Subspes.
Perinatologi Dokter Subspes.
Respirologi Dokter Subspes.
Tumbuh Kembang
3. Dokter Spesialis
Lainnya:
a. Spesialis Bedah Anak
1 1
-
Universitas Sumatera Utara
18
No. Jenis Ketenagaan
Kelas A Kelas B
Kelas C
Total Tenaga
Tetap Total
Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
b. Spesialis Rehabilitasi Medik
1 1
- c. Spesialis
Mata 1
1 -
d. Spesialis THT
1 -
- e. Spesialis
Kulit Kelamin
1 -
-
f. Spesialis Bedah
Umum
1 1
1
g. Spesialis Penyakit
Dalam 1
1 1
h. Spesialis Anastesi
1 1
1 i. Spesialis
Radiologi 1
1 1
j. Spesialis Patologi
Klinik 1
1 -
k. Spesialis Patologi
Anatomi 1
- -
II. Keperawatan dan
Bidan Keperawatan
100 50
25
1. S2 Keperawatan +
PONEK
2. S1 Keperawatan +
PONEK
3. D3 Keperawatan +
PONEK
Bidan 50
25 12
4. D4 Kebidanan terlatih
PONEK
Universitas Sumatera Utara
19
No. Jenis Ketenagaan
Kelas A Kelas B
Kelas C
Total Tenaga
Tetap Total
Tenaga Tetap
Total Tenaga Tetap
5. D3 Kebidanan terlatih
PONEK
6. D1 Kebidanan terlatih
PONEK III.
Kefarmasian 1.
Apoteker 1
1 1
2. D3 Farmasi Asisten
Apoteker 1
1 1
IV. Laboratorium 1.
S1 Analis Kesehatan 1
1 1
2. S2 Analis Kesehatan
1 1
1
V. Gizi
1. S1 Gizi Klinik dietisien
1 1
1
2. D4 Gizi Klinik dietisien
1 1
1
3. D3 Gizi Klinik dietisien
1 1
1
4. D1 Gizi Klinik dietisien
1 1
1
VI. Rekam Medis 1.
S1 Rekam Medis 1
1 1
2. D3 Rekam Medis
1 1
1 Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010
Universitas Sumatera Utara
20
C. Peralatan
Tabel. 2.3. Peralatan Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak
No. Nama Peralatan
Kelas A Kelas B
Kelas C 1.
Pelayanan Umum +
- -
2. Pelayanan Spesialis Obstetri-Ginekologi
1. Laparoskopi operatif set +
+ -
b. Laparatorry set +
+ +
c. Sectio set +
+ +
d. Histerectomy set +
+ +
e. Colposcopy +
+ +
f. Alat kauterisasi
+ +
+ g. Alat punksi
+ -
-
h. Bone Densitometri +
- -
i. Peralatan khusus bayi tabung +
- -
j. USG +
+ +
k. Implant Kit +
+ +
l. IUD Kit
+ +
+ m. Pap smear kit
+ +
+ n. Dilatasi dan Curetase set
+ +
+ o. CTG
+ +
+
3. Pelayanan Spesialis Anak
a. Ventilator +
+ -
b. Bedside monitor
+ +
- c. CPAP
+ +
- d. Incubator
+ +
+ e. ECG
+ +
-
f. Phototerapy +
+ +
g. Infusion Devices
+ +
+ h. Peritoneal
Dialysis +
- -
i. Hemodialisis +
- -
j. Brain Mapping
+ -
-
k. EEG +
- -
Universitas Sumatera Utara
21
No. Nama Peralatan
Kelas A Kelas B
Kelas C
l. Endoscopy +
- -
m. Colonoscopy +
- -
n. pH meter
+ -
o. Echocardiography +
- -
p. Orchidometer -
- -
q. Ottium pemeriksaan gula +
-
r. Spirometri +
- -
s. BMP +
- t. Skin Prick Tets
+ -
-
u. Infant Warmer
+ +
+
4. Pelayanan Darah
+ +
+
5. Rekam Medis
+ +
+
6. Pelayanan Spesialis lainnya
+ +
- 7.
Pelayanan Spesialis Penunjang lainnya
+ +
- 8.
Pelayanan Rawat Inap +
+ +
9. Pelayanan Rawat Darurat
+ +
+
10. Pelayanan Operasi
+ +
+
11. Pelayanan Rawat Intensif
+ +
- 12.
Pelayanan Persalinan +
+ +
13. Pelayanan Radiologi
+ +
+
14. Pelayanan Laboratorium
+ +
+
15. Pelayanan Gizi
+ +
+
16. Pelayanan Farmasi
+ +
+
17. Pelayanan Rehabilitasi Medis
+ +
-
Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010
Universitas Sumatera Utara
22
D. Sarana dan Prasarana
Tabel. 2.4. Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Ibu dan Anak
INSTALASI RUANGAN Kelas A
Kelas B Kelas C
A. Instalasi Rawat Jalan
1. Gigi +
+ -
2. KIA +
+ +
3. Spesialis +
+ +
4. Subspesialis +
+ -
5. Ruang Menyusui
+ +
+ 6. Ruang
Penyuluhan +
+ +
7. Ruang Konseling
+ +
+
B. Instalasi Rawat Inap Ibu Total TT Rawat Inap Ibu dan Anak
100 TT 50-100 TT
25-50 TT 1. Ruang
Tindakan +
+ +
2. Ruang Isolasi
+ +
- 3. Ruang Rawat Gabung
+ +
+ 4. Gudang
Alat +
+ +
5. Kamar Mandi
+ +
+ 6. Ruang Perawat Bidan
+ +
+ 7. Kamar
Cuci Alat
+ +
+ 8. Ruang
Pekarya +
+ -
9. Ruang Istirahat 1 toilet +
+ -
10. Ruang Tunggu 1 toilet +
+ +
11. Pantry +
+ +
12. Ruang Penyuluhan +
+ +
13. Ruang Dokter Jaga +
+ +
C. Ruang Rawat Inap Anak
1. Ruang Rawat
+ +
+ 2. Ruang
Tindakan +
+ +
Universitas Sumatera Utara
23
INSTALASI RUANGAN
Kelas A Kelas B
Kelas C 3. Ruang
Observasi +
+ -
4. Ruang Isolasi
+ +
-
D. Ruang Pendukung
1. Ruang Menyusui
+ +
+ 2. Ruang
Tindakan +
+ +
3. Ruang Observasi lamp +
+ +
4. Ruang Perawat
+ +
+ 5. Tempat Penyimpanan ASI
+ +
+
E. Ruang Bersalin
1. Ruang Administrasi
+ +
+ 2. Ruang Persiapan Pasien
+ +
+ 3. Ruang
Bersalin +
+ +
4. Ruang Observasi
+ +
+ 5. Ruang
Isolasi +
+ +
6. Kamar Pemrosesan Alat +
+ +
7. Ruang Bidan Perawat Dokter +
+ +
8. Ruang Pemeriksaan
+ +
+ 9. Ruang Alat Pembersih
+ +
+ 10. Gudang Perlengkapan Habis Pakai
+ +
+ 11. Gudang Perlengkapan Tidak Habis
Pakai +
+ +
12. Kamar Mandi +
+ +
13. Ruang Tunggu +
+ +
F. Instalasi Gawat Darurat
1. Ruang Resusitasi
+ +
+ 2. Ruang
Tindakan +
+ +
3. Ruang Tunggu +
+ +
4. Toilet +
+ +
Universitas Sumatera Utara
24
INSTALASI RUANGAN Kelas A
Kelas B Kelas C
G. Instalasi Pusat Sterilisasi +
- -
H. Instalasi Laboratorium
1. Ruang Pengambilan Sampel +
+ +
2. Ruang Pemeriksaan Sampel +
+ +
3. Gudang Perlengkapan habis pakai +
+ +
4. Gudang Perlengkapan tidak habis pakai
+ +
+ 5. Kamar cuci alat
+ +
+ 6. Lemari
instrumen +
+ +
7. Toilet +
+ +
I. High Care Unit HCU
1. Ruang pasien dewasa +
+ -
2. Ruang parinatal
+ +
- 3. Ruang resusitasi tindakan
+ +
- 4. Ruang
isolasi +
+ -
5. Ruang dapur ASI +
+ -
6. Ruang dokter jaga +
+ -
7. Ruang perawat jaga +
+ -
8. Kamar mandi
+ +
- 9. Gudang perlengkapan habis pakai
+ +
- 10. Gudang perlengkapan tidak habis
pakai +
+ -
11. Ruang sterilisasi + lemari instrumen +
+ -
J. NICU PICU
+ +
- K. ICU
+ +
-
L. Ruang Operasi
1. Mesin Anasthesi
+ +
+ 2. Bedside
Monitor +
+ +
Universitas Sumatera Utara
25
INSTALASI RUANGAN Kelas A
Kelas B Kelas C
3. Dc Shock
+ +
+ 4. Ventilator
+ +
+ 5. Ambubag : Dewasa, Anak, dan
Neonatus +
+ +
6. Peralatan SC + Laparotomy +
+ +
7. Ruang Strerilisasi + lemari instrumen
+ +
+ 8. Ruang Operasi Utama
+ +
+ 9. Kamar Ganti Staf
+ +
+ 10. Ruang Ganti Brankar
+ +
+ 11. Toilet jumlah
+ +
+ 12. Tempat antisepsis cuci tangan
operator +
+ +
13. Ruang gas medis +
+ +
14. Ruang dokter +
+ +
15. Ruang perawat +
+ +
16. Ruang pemulihan +
+ +
17. Kantor +
+ +
M. Instalasi Radiologi +
+ -
N. Instalasi Laboratorium +
+ +
O. Instalasi Patologi Anatomi +
+ -
P. Instalasi Farmasi +
+ +
Q. Instalasi Gizi +
+ +
R. Instalasi Rehabilitasi Medis +
- -
S. IPSRS +
+ +
T. IPLRS +
+ +
U. Rekam Medis +
+ +
V. Ruang KDRT +
- -
Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010
Universitas Sumatera Utara
26
E. Administrasi dan Menejemen
Tabel. 2.5. Administrasi dan Menejemen Rumah Sakit Ibu dan Anak
No. Administrasi dan Menejemen
Kelas A Kelas B
Kelas C 1.
Status Badan Hukum +
+ +
2. Struktur Organisasi
+ +
+
3. Tatalaksana Tata Kerja Uraian
Tugas +
+ +
4. Peraturan Internal Rumah Sakit
+ +
+
5. Komite Medik
+ +
+
6. Komite Etik Hukum
+ +
+
7. Saluran Pemeriksaan Internal
+ +
+
8. Surat Izin Praktik Dokter
+ +
+
9. Perjanjian Kerjasama Rumah Sakit
Dokter +
+ +
10. Akreditasi RS +
+ +
Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010
2.2.9. Spesialisasi dalam Kesehatan dan Pengertiannya
Menurut kamus Saku Kedokteran Dorland, 1995 : a.
Obstetri-Ginekologi Obgin Adalah cabang kedokteran yang menangani kehamilan, kelahiran, dan
pueperium periode atau keadaan setelah melahirkan b.
Onkologi Adalah pengetahuan mengenai tumor kanker.
c. Endokrinologi
Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit kelainan hormon.
d. Gastrohepatologi
Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan peradangan lambung dan hati.
e. Hematologi
Adalah cabang Kedokteran yang mempelajari mengenai morfologi darah dan jaringan pembentuk darah, serta fisiologi dan patologinya.
Universitas Sumatera Utara
27 f.
Patologi Adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sifat esensial
penyakit, khususnya perubahan pada jaringan dan organ tubuh yang menyebabkan atau disebabkan penyakit.
g. Kardiologi
Adalah cabang kedokteran yang mempelajari tentang kesehata jantung dan fungsinya.
h. Nefrologi
Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan ginjal i.
Neurologi Adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan sistem
saraf, baik normal maupun sakit. j.
Perinatologi Adalah cabang ilmu kedokteran obstektrik dan pediatrik yang
berhubungan dengan janin dan bayi selama masa perinatal bayi umur 0-28 hari.
k. Respirologi
Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan pernapasan. l.
Anastesi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan penghilangan
kemampuan untuk merasakan sakit, disebabkan karena pemberian obat atau intervensi medis lainnya.
m. Radiologi
Adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan
penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi seperti sinar-X maupun nonionisasi seperti ultrasonografi.
n. Farmasi
Adalah cabang ilmu kesehatan yang berkenaan dengan pembuatan, penyaluran, dan penggunaan obat dengan benar.
o. Pediatrik
adalah cabang kedokteran yang mempelajari anak, perkembangannya serta pemeliharaannya, dan mempelajari penyakit pada anak serta
pengobatannya.
Universitas Sumatera Utara
28
2.3. Tinjauan Fungsi
2.3.1. Deskripsi Pengguna Kegiatan
Pengguna dan pelaku kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak ini terbagi atas: a. Tenaga Medis Kesehatan
Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, Tenaga Medis atau tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. b. Tenaga Non Medis
Pengelola Karyawan
Service c. Pengunjung
Farmasi d. Pasien Rawat Jalan
Adalah pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan tertentu Iskandar, 1998:57.
e. Pasien Rawat Inap Adalah pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara
menginap dan dirawat di rumah sakit Iskandar, 1998:57. f. Penunggu Pasien Rawat Inap
g. Pengunjung Pasien Rawat Inap h. Pasien Gawat Darurat
2.3.2. Unit Pelayanan Medis dan Pelayanan Tambahan
A. Pelayanan Medik 1. Instalasi Rawat Jalan Poliklinik
Menurut Kunders 2004, lokasi perawatan pasien rawat jalan di suatu rumah sakit biasanya ada di bagian samping dan biasanya
dirancang dengan ruang lingkup yang terbatas, dan hanya menawarkan layanan yang sifatnya mendasar atau
Minor Service.
Universitas Sumatera Utara
29 Unit rawat jalan haruslah ditempatkan berdekatan dengan layanan
vitals seperti registrasi dan medical record, penerimaan, UGD dan layanan sosial. Juga harus mudah menjangkau laboratorium, radiologi,
farmasi dan terapi fisik karena pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan terapi selama kunjungannya.
2. Instalasi Rawat Inap Area pasien terdiri dari ruangan pribadi, semi pribadi, dan bagian
bangsal dengan banyak tempat tidur yang dirancang menjadi daerah perawatan dan terapi yang aman, indah, dan kondusif untuk pemulihan
dengan cepat. 3. Instalasi Gawat Darurat
Ruang gawat darurat secara tak langsung dapat pula dikatakan merupakan bagian yang penting dari bagian atau unit rawat jalan.
Bagian unit gawat darurat ini haruslah berada di lantai dasar yang mudah dijangkau oleh pasien dan ambulans. Juga harus memiliki pintu
Gambar 2.1. Contoh Denah Instalasi Rawat Jalan
Universitas Sumatera Utara
30 masuk yang terpisah, yang jauh dari pintu masuk rumah sakit utama dan
pintu masuk ke pasien rawat jalan. Juga harus diberi tanda dengan jelas menggunakan lampu atau tanda yang sesuai dan harus mudah terlihat
dan dapat diakses dari jalan utama. Karena bagian unit gawat darurat ini menjadi pintu utama ke rumah sakit pada malam hari, maka harus
berdekatan dengan transportasi umum dan kendaraan umum Kunders, 2004.
Bagian ini haruslah berdekatan dengan bagian penerimaan, medical record dan juga bagian kasir.
4. Instlasi Rawat Intensif a. ICU Intensive Care Unit
b. NICU Neonatal Care Unit B. Pelayanan Penunjang Medik
1. Radiologi Gambar 2.2. Contoh Denah Instalasi Gawat Darurat
Universitas Sumatera Utara
31 Fungsi utama dari layanan radiologi adalah membantu petugas
klinis dalam melakukan diagnosa dan pengobatan penyakit melalui pemakaian radiografi, fluoroscopy, radioisotop dan percepatan volume
tinggi.
2. Farmasi 3. Anastesi
4. Laboratorium Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat
melayani pasien rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian penerimaan pasien. Juga harus berdekatan atau mudah diakses oleh
bagian bedah, unit perawatan intensif, radiologi dan obstetrik. Gambar 2.3. Contoh Denah Unit Radiologi
Universitas Sumatera Utara
32 C. Pelayanan Penunjang Non Medik
1. Bengkel Workshop
2. Instalasi Gizi Dapur 3. Cuci
Loundry 4. Gudang
Peralatan: Bahan
Bakar Makanan Minuman
5. Rekam Medis
6. Mushalla 7. Cafetaria
Kantin 8. Ruang Bermain Anak
9. Mini Market
D. Pelayanan Adminstrasi E. Service
2.3.3. Sistem Sirkulasi Antar Ruang
Menurut Sumber: Pokok-Pokok pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum Kelas C Depkes RI, 2009, sistem sirkulasi antar ruang-ruang pada masing-masing
instalasi adalah sebagai berikut: Gambar 2.4. Contoh Rencana Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
2.
2.3 .3.3.1. Ins
3.3.2. Insta stalasi Raw
lasi Rawat
Gamb Gamb
wat Jalan
Inap
ar 2.6. Siste bar
2.5. Siste
em Sirkulas em Sirkulas
si Instalasi R si Instalasi R
Rawat Inap Rawat Jalan
n
33
Universitas Sumatera Utara
34
2.3.3.3. Instalasi Rawat
Intensif
2.3.3.4. Instalasi Radiologi
2.3.3.5. Instalasi Laboratorium
Gambar 2.7. Sistem Sirkulasi Instalasi Rawat Intensif
Gambar 2.8. Sistem Sirkulasi Instalasi Radiologi
Gambar 2.9. Sistem Sirkulasi Instalasi Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
35
2.3.3.6. Instalasi Bersalin
2.3.3.7. Instalasi Bedah Operasi
2.3.3.8. Instalasi Rehabilitasi Medis
Gambar 2.10. Sistem Sirkulasi Instalasi Bersalin
Gambar 2.11. Sistem Sirkulasi Instalasi Bedah Operasi
Gambar 2.12. Sistem Sirkulasi Instalasi Rehabilitasi Medis
Universitas Sumatera Utara
36
2.3.3.9. Instalasi Farmasi
2.3.3.10. Instalasi Gizi Dapur
2.3.3.11. Loundry Cuci
Gambar 2.13. Sistem Sirkulasi Instalasi Farmasi
Gambar 2.14. Sistem Sirkulasi Instalasi Gizi Dapur
Gambar 2.15. Sistem Sirkulasi Loundry Cuci
Universitas Sumatera Utara
37
2.3.4. Persyaratan Bangunan Rumah Sakit 2.3.4.1. Pengertian
2.3.4.2. Persyaratan Persyaratan meliputi berbagai kelompok sebagai berikut:
1. Ligkungan bangunan
2. Konstruksi bangunan
3. Ruang bangunan
4. Kualitas udara ruang 5. Pencahayaan
6. Penghawaan 7. Kebisingan
8. Fasilitas sanitasi
Universitas Sumatera Utara
38 9. Jumlah tempat tidur
10. Sanitasi dan gudang Berikut uraian persyaratan bangunan rumah sakit menurut SK Menkes no.
1204MENKESSKX2004. A. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. 2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitasteknologi untuk mengatasinya.
4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok 5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup. 6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
7. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah.
8. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
9. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,
dan binatang pengganggu lainnya. B. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
1. Lantai a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
Universitas Sumatera Utara
39 b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konuslengkung agar
mudah dibersihkan 2. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam
berat 3. Ventilasi
a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik.
b. Luas ventilasi alamiah minimum 15 dari luas lantai c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatanmekanis.
d. Penggunaan ventilasi buatanmekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan.
4. Atap a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
5. Langit-langit a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai. c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap. 6. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. 8. Jaringan
Instalasi
Universitas Sumatera Utara
40 a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk
tujuan pelayanan kesehatan. b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari
risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 empat lantai
harus dilengkapi Automatic Rexserve Divide ARD yaitu alat yang dapat
mencari lantai terdekat bila listrik mati. c. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
10. Fasilitas Pemadam Kebakaran Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku C. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut : 1. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikanpelatihan. a. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
Universitas Sumatera Utara
41 b. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
c. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai. d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik, bila
ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis exhauster .
e. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
2. Zona dengan Risiko Sedang Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada
zona risiko rendah. 3. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis medical imaging, ruang bedah
mayat autopsy, dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
• Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
• Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang
dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar-X dengan kamar gelap dilengkapi
dengan transfer cassette. b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
Universitas Sumatera Utara
42 c. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atau bahan yang kuat, warna
terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
4. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
b. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
d. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar gantungan lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit f. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
g. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke
bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA Ultra Clean Air System.
h. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
Universitas Sumatera Utara
43 j. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai
atau di atas langit-langit. k. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
D. Kualitas Udara Ruang 1. Tidak berbau terutana bebas dari H2S dan Amoniak
2. Kadar debu particulate matter berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
μgm3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman untuk setiap ruangunit
seperti tabel berikut : Tabel 2.6. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
No. Ruang Unit
Konsenterasi Maksimum Mikro- organisme m
2
Udara CFUm
3
1. Operasi
10
2. Bersalin
200
3. Pemulihan
perawatan 200-500
4. Observasi Bayi
200
5. Perawatan Bayi
200
6. Perawatan Prematur
200
7. ICU
200
8. Jenazah
200-500
9. Penginderaan Medis
200
10. Laboratorium 200-500
11. Radiologi 200-500
12. Sterilisasi 200
13. Dapur 200-500
14. Gawat Darurat 200
15. Administrasi
Pertemuan 200-500
16. Ruang luka bakar 200
Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004
Universitas Sumatera Utara
44 Tabel 2.7. Indeks Kadar Gas dan bahan Berbahaya dalam Udara
Ruang Rumah Sakit
No. Parameter Kimiawi
Rata-Rata Waktu Pengukuran
Konsentrasi Maksimal sebagai Standar
1. Karbon monoksida
CO 8 jam
10.000 mg mfi
2. Karbon doiksida CO
2
8 jam 1 ppm
3. Timba Pb
24 jam 0,5 mg mfi
4. Nitrogen dioksida
NO
2
1 jam 200 mg mfi
5. Radon Rn
- 4pCi l
6. Sulfur dioksida SO
2
24 jam 125 mg mfi
7. Formaldehida HCHO
30 menit 100 g mfi
8. Total Senyawa Organik
yang mudah menguap T.VOC
- 1 ppm
Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 E. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukannya seperti berikut:
Tabel 2.8. Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No. Ruangan Unit
Intensitas Cahaya Lux
Keterangan
1. Ruang pasien :
Saat tidak tidur Saat
tidur 100-200
Max. 50 Warna cahaya sedang
2. Ruang Operasi Umum
300-500
3. Meja Operasi
10.000-20.000 Warna cahaya sejuk
sedang tanpa bayangan
4. Anastesi, pemulihan
300-500
5. Endoscopy, lab
75-100
6. Sinar X
Min. 60
Universitas Sumatera Utara
45 Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004
F. Penghawaan Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :
1. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di
ruang-ruang tersebut. 2. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
minimum 0,10 mbar dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit. 3. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban seperti dalam tabel berikut :
Tabel 2.9. Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Ruangan Unit
No. Ruang Unit
Suhu ºC Kelembaban
Tekanan 1.
Operasi 19-24
45-60 Positif
2. Bersalin
24-26 45-60
Positif
3. Pemulihan
perawatan 22-24
45-60 Seimbang
4. Observasi Bayi
21-24 45-60
Seimbang
No. Ruangan Unit
Intensitas Cahaya Lux
Keterangan
7. Koridor
Min. 100
8. Tangga
Min. 100
9. Administrasi Kantor
Min. 100
10. Ruang alat gudang
Min. 200
11. Farmasi
Min. 200
12. Dapur
Min. 200
13. Ruang Cuci
Min. 100
14. Toilet
Min. 100
15. Ruang Isolasi khusus
Penyakit Tetanus 0,1-0,5
Warna cahaya biru
16. Ruang luka bakar
100-200
Universitas Sumatera Utara
46
No. Ruang Unit
Suhu ºC Kelembaban
Tekanan 5.
Perawatan Bayi 22-26
35-60 Seimbang
6. Perawatan prematur
24-26 35-60
Positif
7. ICU
22-23 35-60
Positif
8. Jenazah Autopsi
21-24 -
Negatif
9. Penginderaaan media
19-24 45-60
Seimbang
10. Laboratorium 22-26
35-60 Negatif
11. Radiologi 22-26
45-60 Seimbang
12. Sterilisasi 22-30
35-60 Negatif
13. Dapur 22-30
35-60 Seimbang
14. Gawat Darurat 12-24
45-60 Positif
15. Administras,
Pertemuan 21-26
- Seimbang
16. Ruang luka bakar 24-26
35-60 Positif
Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 4. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam
ruangan harus cukup mengikuti pedoman teknis yang berlaku. G. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti tabel berikut:
Tabel 2.10. Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit
No. Ruangan Unit
Kebisingan Max waktu pemaparan 8 jam dalam satuan
dBA 1.
Ruang pasien : Saat tidak tidur
Saat tidur
45 40
2. Ruang Operasi Umum
45
3. Anastesi, pemulihan
45
4. Endoscopy, lab
65
5. Sinar X
40
6. Koridor
40
Universitas Sumatera Utara
47 Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004
H. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi seperti pada tabel berikut: Tabel 2.11. Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar
Mandi
No. Jumlah Tempat Tidur
Jumlah Toilet
Jumlah Kamar Mandi
1. sd 10
1 1
2. sd 20
2 2
3. sd 30
3 3
4. sd 40
4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet 1 kamar mandi
Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004
No. Ruangan Unit
Kebisingan Max waktu pemaparan 8 jam dalam satuan
dBA 7.
Tangga 45
8. Kantor Lobby
45
9. Ruang alat gudang
45
10. Farmasi 45
11. Dapur 78
12. Ruang Cuci 78
13. Ruang Isolasi 40
14. Ruang Poli Gigi 80
Universitas Sumatera Utara
48 Tabel 2.12 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan, Jumlah Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi
No. Jumlah Tempat Tidur
Jumlah Toilet
Jumlah Kamar Mandi
1. sd 20
1 1
2. sd 40
2 2
3. sd 60
3 3
4. sd 80
4 4
5. sd 100
5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet 1 kamar mandi
Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 I. Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
1. Ruang Bayi
a. Ruang perawatan minimal 2 m
2
TT b. Ruang Isolasi minimal 3,5 2 m
2
TT 5. Ruang
Dewasa a. Ruang perawatan minimal 4,5 m
2
TT b. Ruang Isolasi minimal 6 m
2
TT J. Lantai dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut : 1. Ruang Operasi : 0 - 5 CFUcm2 dan bebas patogen dan gas gangrene
2. Ruang perawatan : 5 – 10 CFUcm2 3. Ruang isolasi : 0 – 5 CFUcm2
4. Ruang UGD : 5 – 10 CFUcm2
2.3.4.3. Pengelolaan
Pengelolaan atau tata laksana meliputi hal-hal sebagai berikut. A. Pemeliharaan Ruang Bangunan
1. Kegiatan pembersihan ruangan minimal pagi dan sore
Universitas Sumatera Utara
49 2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahanmerapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, 3. jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana
diperlukan. 4. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
5. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih pel yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
6. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. 7. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 dua kali setahun
dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. 8. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. B. Pencahayaan
1. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barangperalatan perlu diberikan penerangan.
3. Ruang pasienbangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu
ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik. C. Penghawaan Ventilasi dan Pengaturan Udara
1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan
dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk
rumah sakit yang menggunakan pengatur udara AC sentral harus diperhatikan
cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri Legionella dan untuk Air Handling Unit Filter AHU udara harus dibersihkan
dari debu dan bakteri atau jamur. 2. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan
exhaustfan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
Universitas Sumatera Utara
50 3. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 satu fan dengan
diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 dua sampai dengan 12 kali.
4. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau
perlengkapan pembakaran. 5. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
6. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. 7. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil
dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 dua buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
8. Suplai udara di atas lantai. 9. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya
tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.
10. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan
efisiensi 30 dan saringan II filter bakteri dipasang 90 . Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari
khusus central air conditioning system.
11. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang cross
ventilation dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang. 12. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis air
conditioner. 13.
Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air
conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit.
14. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang indoor 1 satu kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol resorcinol, trietylin
glikol, atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.
Universitas Sumatera Utara
51 15. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara kuman, debu, dan gas.
D. Kebisingan 1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar
dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. 2. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara : a. Pada sumber bising di rumah sakit : peredaman. penyekatan,
pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising. b. Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatanpenyerapan
bising dengan penanaman pohon green belt, meninggikan tembok, dan meninggikan tanah bukit buatan.
E. Fasilitas Sanitasi 1. Penyediaan Air Minum dan Air Bersih
c. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan. d. Tersedia air bersih minimum 500 lttempat tidurhari.
e. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.
f. Distribusi air minum dan air bersih disetiap ruangankamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
g. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air bersih sebagaimana tercantum dalam Bagian III tentang Penyehatan Air.
2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet jamban, peturasan dan tempat cuci tangan tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedia kamar mandi. d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau water seal.
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
Universitas Sumatera Utara
52 f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1
satu toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 satu toilet untuk 1 – 30 pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
3. Fasilitas Pembuangan Sampah Persyaratan pembuangan sampah padat medis dan domestik, limbah
cair dan gas. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non-medis. a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,
dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. b. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya. c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
d. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik.
Universitas Sumatera Utara
53 Tabel 2.13. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Universitas Sumatera Utara
2.
di m
2.
an ke
ad
.4. Studi
Studi ke analisis un
mempunyai p
.4.1. Kota
Kota Med ntara : 3º,2
etinggian 2 dalah 265,1
i Kelayakan
layakan be ntuk menda
prospek ata
a Medan
dan Merupa 27 - 3º,47
,5 – 37,5 10 km
2
ter
n
erarti peng apatkan ga
au tidak Sa
akan Ibu Ko Lintang U
meter di a rdiri dari 21
Gambar 2 umpulan d
ambaran y abarguna, 20
ota Propinsi Utara dan 9
tas permuk 1 Kecamata
.16. Peta S data dan in
yang dapat 010:2.
i Sumatera 98º,35 - 98
kaan laut. an dan 15
Sumatera Ut nformasi ya
dilaksana
Utara. Kota 8º,44 Buju
Luas wilay 1 Keluraha
tara ang selanj
kan atau
a Medan te r Timur de
yah Kota M an. Kota M
54 utnya
tidak,
rletak engan
Medan Medan
Universitas Sumatera Utara
55 beriklim tropis, dengan suhu minimum 23
o
C -24
o
C dan suhu maksimum 30,6
o
C – 33,1
o
C. Kelembaban udara rata-rata 78-72, kecepatan angin 0,42 msec dengan laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm.
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kota Medan, pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.097.610 jiwa.
Tabel 2.14. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2010
Tahun Jumlah
Penduduk Luas Wilayah
KM² Kepadatan Penduduk
JiwaKM² [1]
[2] [3]
[4]
2005 2.036.185
265,10 7.681
2006 2.067.288
265,10 7.798
2007 2.083.156
265,10 7.858
2008 2.102.105
265,10 7.929,5
2009 2.121.053
265,10 8.001
2010 2.097.610
265,10 7,913
Sumber BPS Kota Medan Tabel 2.15. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010
No. Kelompok
Umur Tahun Jumlah Penduduk Jiwa
Laki – Laki Perempuan
Jumlah
1 2
3 4
5
1 0-4
98.437 92.857
191.294
2 5-9
99.961 93.532
193.493
3 10-14
97.514 91.828
189.342
4 15-19
102.566 107.423
209.989
5 20-24
112.860 123.092
235.952
6 25-29
100.935 103.459
204.394
7 30-34
85.609 87.265
172.874
8 35-39
77.344 80.795
158.139
9 40-44
69.238 71.727
140.965
10 45-49
57.718 59.997
117.715
Universitas Sumatera Utara
56 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan
2.4.2. Fasilitas Kesehatan di Kota Medan
Pada Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2010 Dinkes Kota Medan, 2011, disebutkan bahwa di Kota Medan terdapat fasilitas kesehatan yang terdiri dari:
Tabel 2.16. Fasilitas Kesehatan di Kota Medan
No. Jenis Fasilitas
Jumlah Unit 1.
Rumah Sakit Umum RSU 58
2.
Rumah Sakit Jiwa 6
3. Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA
8 4.
Rumah Sakit Khusus lainnya 3
5. Rumah Sakit Bersalin
117
6. Puskesmas:
- Pusk. Rawat Inap
- Pusk. Non Rawat Inap
39 13
26
7. Puskesmas Pembantu
41
8. Puskesmas Keliling
28
9. Posyandu
1406
10. Balai Pengobatan Klinik
359
11. Apotek
503
12. Praktek Dokter Umum
1511
13. Praktek Dokter Spesialis
996
14. Praktek Dokter Gigi
465
No. Kelompok
Umur Tahun Jumlah Penduduk Jiwa
Laki – Laki Perempuan
Jumlah
1 2
3 4
5
11 50-54
48.163 49.244
97.407
12 55-59
34.548 34.282
68.830
13 60-64
20.373 22.555
42.928
14 65-69
14.573 17.556
32.129
15 70-74
9.596 12.384
21.980
16 75 +
7.491 12.688
20.179
Total 1.036.926
1.060.684 2.097.610
Universitas Sumatera Utara
57
15.
Laboratorium Kesehatan Pemerintah 42
16.
Laboratorium Kesehatan Swasta 39
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Medan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak
RSIA yang terdapat di Kota Medan hanya berjumlah 8 unit yang semuanya adalah milik swasta. Jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kota Medan yang tergolong anak-anak dan wanita produktif. Berikut disajikan penyebaran RSIA yang terdapat di Kota Medan.
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Medan Johor tidak terdapat Rumah Sakit Ibu dan Anak, sedangkan pembangunan perumahan di Kecamatan
Gambar 2.17. Peta Penyebaran RSIA di Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
58 Medan Johor sangat pesat dan jumlah penduduk selalu naik setiap tahun. Jumlah
penduduk di Kecamatan Medan Johor pada tahun 2009 adalah sebesar 116.220 jiwa, dan pada tahun 2010 sebesar 123.851 jiwa. Dalam satu tahun saja jumlah
penduduk di Kecamatan Medan Johor naik sebanyak 7.631 jiwa.
2.4.3. Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu Kecamatan di Kota Medan. Kecamatan Medan Johor memiliki luas wilayah 14.58 km
2
. Menurut data dari Kantor Statistik Kota Medan, pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Medan
Johor adalah sebesar 123.851 jiwa. Tabel 2.17. Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Johor Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010
No. Kelompok
Umur Tahun Jumlah Penduduk
Jiwa 1
0-4 11.551
2 5-14
22.565
3 15-44
66.476
4 45-64
19.599
5
≥ 65 3.660
Total 123.851
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk berusia produktif
berada pada angka yang cukup tinggi. Hal tersebut juga dapat meningkatkan jumlah keluarga dan angka kelahiran bayi di Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan data
dari Dinkes Kota Medan, jumlah ibu hamil dan bayi lahir hidup di Kecamatan Medan Johor menurut Puskesmas pada tahun 2010 yaitu:
Tabel 2.18. Jumlah Ibu Hamil dan Bayi Lahir Hidup di Kecamatan Medan Johor Menurut Puskesmas Tahun 2010
Jumlah Keluarga
Jumlah Ibu Hamil
Jumlah Bayi Lahir Hidup
Puskesmas Medan Johor 18.396
2.013 1.716
Puskesmas Kedai Durian 16.710
961 822
Total 35.106
2.974 2.538
Sumber : Dinkes Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
59 Tidakadanya RSIA di kawasan Medan Johor menyebabkan ibu-ibu Maternal
hanya dapat dilayani oleh Rumah Sakit Umum RSU, Rumah Bersalin dan Praktek Bidan. Sedangkan anak-anak berusia 0-18 tahun yang sakit hanya dapat ditangani
oleh RSU. Atau jika mereka ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik, mereka harus mencari Rumah Sakit Ibu dan Anak yang berada di tengah kota Medan yang
letaknya lebih jauh dari tempat tinggal mereka, karena RSU ataupun Rumah Bersalin tidak khusus melayani ibu Maternal ataupun anak-anak, sehingga harus
dirujuk ke rumah sakit khusus ibu dan anak.
2.5. Lokasi 2.5.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Terdapat beberapa persyaratan mengenai pemilihan lokasi Rumah Sakit, yaitu: • Menurut Depkes RI dalam Pokok-Pokok Pedoman Arsitektur Medik
Rumah Sakit Umum Kelas C: a. Ditinjau dari geografi, rumah sakit harus mempunyai lokasi yang
dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah, b. Tersedianya infra struktur dan fasilitas dengan mudah,
c. Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, d. Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit,
e. Tersedianya luas tanah ± 3,5 ha, cukup untuk perkembangan selanjutnya,
f. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat Tata Kota yang berlaku.
• Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 147menkesperi2010 tentang Perizinan Rumah Sakit, luas tanah untuk
Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ satu setengah kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2
dua kali luas bangunan lantai dasar.
2.5.2. Alternatif Lokasi Site
Terdapat 2 alternatif lokasi site, yaitu: 1. Lokasi A
Terdapat di Jl. A.H. Nasution Jl. Karya Jasa, Kecamatan Medan Johor, Medan Luas Site : ±1 Ha
Universitas Sumatera Utara
2. Batas Site
Utara Timur
Selatan Barat
Lokasi B Terdapat d
Luas Site Batas Site
¾ Utara ¾ Timur
¾ Selatan ¾ Barat
e antara lain : Peruma
: Peruma : Jl. A.H.
: Sungai
di Jl. Karya : ±3 Ha
e antara lain : Jl. Karya
: Komple n : Ruko
: Komple
G G
n : ahan Pendu
ahan Pendu Nasution J
Babura
Wisata, Ke n :
a Kasih ks Perumah
ks Perumah
Gambar 2.1 Gambar 2.1
duk duk
Jl. Karya Ja
ecamatan M
han Bukit J han Citra W
9. Lokasi B 8. Lokasi A
asa
Medan Joho
Johor Mas Wisata
B Jl. Karya A Jl. A.H. N
or, Medan
Wisata asution
60
Universitas Sumatera Utara
3.
2.
N
1 2
Lokasi C Terdapat d
Luas Site Batas Site
¾ Utara ¾ Timur
¾ Selatan ¾ Barat
.5.3. Penil
o. Kr
1 Luas L
2 Tingkat
di Jl. A.H. N : ±1 Ha
e antara lain : Pertoko
: - Jl. Ka -
n : Rumah : - Ruma
- Kanto
aian Altern
T
riteria
ahan tan jalan
Gam Nasution, Ke
n : an Ruko
arya Budi Penduduk
ah Pendudu or Dinas Ta
natif Lokas
Tabel 2.19.
Altern 3
± 1 3
Jalan Arte mbar 2.20. L
ecamatan M
uk ta Ruang
si
Penilaian A
natif 1 3
Ha 3
eri Primer Lokasi C Jl
Medan Joho
Alternatif Lo
Lok
Altern 2
± 3 2
Jalan K Seku
. Jend. A.H or, Medan
okasi
kasi
natif 2 2
3Ha 2
Kolektor under
. Nasution
Alter ± 1
Jalan Art
61 natif 3
3 1Ha
3 teri Primer
Universitas Sumatera Utara
62
No. Kriteria
Lokasi
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3
3 Pencapaian ke
Lokasi 1
Cukup mudah karena berada di
jalan utama jalan lintas sumatera
sehingga dapat langsung di akses
oleh pengguna jalan, baik yang
menggunakan kendaraan pribadi
maupun angkot angkot yang
melintas jalan ini sangat banyak.
Akan tetapi beresiko
kemacetan yang sering terjadi di
simpang jalan Karya Wisata.
3 Mudah karena
berada di dalam kawasan
permukiman, sehinga pengunjung
yang tinggal di dalam kawasan
tersebut dapat dengan mudah
mengaksesnya. Terlebih lagi karena
jalan di dalam kawasan ini berupa
grid blok dan terhindar dari
kemacetan yang biasanya terjadi di
simpang jalan Karya Wisata.
3 Mudah karena
berada di jalan utama jalan lintas
sumatera sehingga dapat
langsung di akses oleh pengguna
jalan, baik yang menggunakan
kendaraan pribadi maupun angkutan
kota.
4 Jangkauan
Terhadap Struktur Kota
2 Kawasan
permukiman, perkantoran, dan
perdagangan. 2
Kawasan permukiman,
perdagangan, dan pendidikan.
2 Kawasan
permukiman, perdagangan
perkantoran.
5 Faktor
Pendukung Sekitar Lokasi
2 Perumahan
penduduk, restauran, dan
swalayan. 2
Kompleks Perumahan,
Restauran, dan swalayan super
market 2
Perumahan penduduk,
restauran, dan retail.
Universitas Sumatera Utara
63 Keterangan :
3 : Baik sekali 1 : Cukup
2 : Baik 0 : Kurang
2.5.4. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi
Rumah Sakit Ibu dan Anak ini menargetkan masyarakat medis pada khususnya dan masyarakat umum pada ummnya sebagai user. Sehingga penempatan
bangunan ini sebaiknya berada dekat dengan daerah kegiatan dan hunian mereka. Kasus Proyek
: Rumah Sakit Ibu dan Anak Status Proyek
: Fiktif Pemilik Proyek
: Swasta Lokasi tapak
: Jl. Jend. A.H. Nasution Karya Jasa, Kecamatan Medan Johor, Medan
Batas-batas site
: ¾ Utara : Jl. Jend. A.H. Nasution Karya Jasa
¾ Timur : - Jl. Karya Budi - Kawasan Komersil dan Perumahan dalam proses
pembangunan ¾ Selatan : Perumahan Penduduk
¾ Barat : Kantor Dinas Tata Ruang Tata Bangunan
No. Kriteria
Lokasi
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3
6 Fungsi
Eksisting 3
Lahan Kosong 3
Lahan Kosong + Bangunan non
permanen 3
Lahan kosong + bangunan tidak
terpakai
7 Kontur
Relatif Datar Relatif Datar
Relatif Datar
8 Pengenalan
Entrance 1
Cukup Berada
di tengah
3 Baik
Berada di
persimpangan jalan
3 Baik
Berada di
persimpanga n jalan
Total Nilai 15
17 19
Peringkat 3
2 1
Universitas Sumatera Utara
2. 2.
D ya
sa Pe
m hi
ru ho
Luas Kontu
KDB KLB
GSB Bang
Poten ¾
¾
.6. Studi .6.1. Ruma
Rumah S enpasar, B
ang berope akit ini beru
erubahan i masyarakat a
Letak ru ruk pikuk la
uang rawat otel berbinta
Lahan ur
unan Eksis nsi Lahan :
Berada d
Transpor
i Banding P ah Sakit Ib
Sakit Ibu d ali. Pada a
erasi sejak ubah ststusn
ni sebagai agar Puri Bu
umah sakit alu lintas. B
inap denga ang. Ruang
: ± 1 H : Rela
: 60 : 4-5
: 11 m ting :
Laha dekat denga
rtasi lancar
Proyek Sej u dan Anak
Gambar dan Anak P
awalnya rum 15 Novemb
nya menjad tuntutan p
unda bisa m di tengah l
Bangunan d an 7 spesif
g-ruang itu d Ha ± 10.00
atif datar lantai
m an kosong d
an kawasan dan baik
enis k RSIA Pu
2.21. RSIA Puri Bunda
mah sakit in ber 2003. N
di Rumah S pelanggan d
merawat pa lingkungan
engan arsit fikasi yang
diberi nama 00 m
2
dan bangun permukima
uri Bunda,
A Puri Bunda a terletak d
ni adalah R Namun seja
Sakit Ibu da dan untuk
sien anak. yang tidak
tektur Bali m masing-ma
a sesuai nam nan kosong
an pendudu
Bali
a di Jl. Gatot
umah Sakit ak Novemb
n Anak RS mengakom
k polutif ser modern ini m
asing setara ma tokoh-to
uk
t Subroto V t Bersalin
ber 2006, ru SIA Puri Bu
modasi kein rta terhinda
menyediaka a dengan k
okoh perem
64 VI19,
RSB umah
unda. ginan
r dari an 50
kamar mpuan
Universitas Sumatera Utara
65 utama dalam epos Ramayana dan Mahabharata seperti Dewi Sita, Dewi Kunti, Dewi
Supraba, Drupadi, dan Kausalya. RSIA Puri Bunda didukung peralatan kedokteran modern seperti ruang bersalin yang dilengkapi continous and central monitoring
CTG cardiotocografi, ruang bayi dengan infant core unit dan photo therapy, ruang operasi yang dilapisi lapisan steril berstandar internasional, ruang pulih dan intensif
care unit ICU serta USG 4 dimensi. Untuk kenyamanan pasca-persalinan, tersedia ruang rawat inap dengan peralatan dan perlengkapan standar hotel berbintang.
Tersedia juga klinik laktasi yang menyediakan layanan konsultasi menyusui, perawatan, dan pemijatan bayi.
¾ Visi :
Menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda sebagai Rumah Sakit unggulan dan terdepan dalam memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
terkemuka yang berstandar Internasional di wilayah Indonesia bagian timur khususnya di Bali.
¾ Misi : • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi wanita dan
kesehatan anak yang sesuai dengan standar pelayanan tertinggi, aman, informatif, profesional, manusiawi dan terjangkau.
• Mengupayakan terwujudnya Sumber Daya Manusia yang profesional, akuntabel dan berorientasi pelanggan.
• Melaksanakan pendidikan dan latihan yang berkesinambungan dalam upaya menuju pelayanan prima.
• Menjalin kerjasama dengan instansi, perusahaan dan semua pihak yang peduli terhadap pelayanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
wanita dan kesehatan anak. • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang senantiasa
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, menuju pelayanan berstandar Internasional.
Universitas Sumatera Utara
¾ Pelayana
a. Medis Te
do In
In In
b. Pelay U
La Ko
G
G an:
s empat prak
okter gigi an nstalasi gaw
nstalasi Raw nstalasi Raw
yanan Penu SG 4 dimen
aparoskopi olposkopi
Gambar 2.22
Gambar 2.2 ktek bersa
nak wat darurat
wat Inap wat Intensif
unjang Medi nsi
2. NICU
24. ICU ama dokter
UGD
is r anak, ka
Gamba
Gambar 2 andungan,
ar 2.23. PIC
.25. Ruang kebidanan,
CU
Resti
66 dan
Universitas Sumatera Utara
67
2.6.2. Rumah Sakit Ibu daAnak RSIA Bunda, Jakarta
Gambar 2.26. RSIA Bunda Rumah Sakit Bunda terletak dipojok antara Jalan Sutan Syahrir dan Teuku Cik
Ditiro adalah Kompleks, terletak didaerah bergengsi Menteng Jakarta Pusat ±1Km ke Timur dari Bundaran HI Wisma Nusantara.
Rumah Sakit Bunda Jakarta hari kelahirannya dianggap tanggal 27 Maret 1973 yang dikaitkan dengan kelahiran bayi pertama dirumah bersalin waktu itu ditolong
oleh pendiri Rumah Sakit Bunda Jakarta adalah Dr. Rizal Sini SpOG. Rumah Sakit Bunda semula merupakan Rumah Sakit Bersalin yang bernaung dibawa Yayasan
Bunda 1972 dengan kapasitas 26 tempat tidur dewasa, 1 kamar operasi, 1 kamar bersalin, 1 kamar bayi dan 1 ruang kamar praktekpoliklinik.
Rumah Sakit Bunda Jakarta melihat realita lebih dini mengakui bahwa rumah sakit adalah industri jasa yang serba kompleks. Visi dan misi industri jasa pada
umumnya harus tergambar dan menjadi fondasi yang realistis harus mampu memikul beban yang berat menghadapi tantangan masa kekinian yang
berkelanjutan. Modal kuat, asset, sistim tatakelola, sumber daya manusia dengan memperhitungkan kondisi sosioekonomi masyarakat yang dilayaninya dan landasan
undang undang yang berlaku perlu diperhitungkan. Tahun 1982 Rumah Sakit Bunda Jakarta meresmikan bangunan Blok A
berlantai 5 dengan kapasitas 60 tempat tidur dewasa dan ruang poliklinik yang terletak dilantai 1. Tahun1985 awal dari penggunaan komputer dan penggunaan
SIRS system informasi terintergrasi rumah sakit yang telah dibakukan, dijalankan dengan mesin mini mainframe IBM-AS400.
Universitas Sumatera Utara
68 Rumah Sakit Bunda Jakarta Tahun 1976 telah berbadan hukum Perseroan
Terbatas sebagai landasan kepemilikan asset dan penanggung fiscal tax payer. Karena sebelumnya diwajibkan selaku pengelola operator rumah sakit adalah
Yayasan Bunda namun kemudian setelah UU tentang Kesehatan 1992 dinyatakan non aktif hingga dua badan hukum sudah menjadi satu.
Rumah Sakit Bunda dalam ekspasi kedalam tahun 1995 meresmikan bangunan Blok C, merupakan pengembangan poliklinik dan.Klinik Fertilitas Morula KFM.
Pada tahun yang sama dibuka fasilitas NICU, Neonatus Intensive Care Unit, yaitu kamar ICU untuk bayi dibawah pengawasan dokter spesialis anak dan tenaga
perawat yang terdidik dan terlatih. Tahun 1996 peresmian CDC, Comprehensive Delivery Care suatu inovasi yang dikembangkan. CDC adalah ruangan persalinan
terpadu yang terdiri dari 1 kamar bersalin, 1 ruang untuk pasien dan bayirooming in, 1 ruang tidur untuk suamiruang keluarga dengan fasilitas hotel berbintang. Pada
tahun yang sama Rumah Sakit Bunda Jakarta menambah fasilitas pelayanan klinik Gigi dan Klinik kulit. Tahun 1997 peresmian Wing Balita ruang Perawatn anak usia
sampai dengan 5 tahun. Fasilitas terdiri dari 6 kamar Utama dan 1 kamar kelas 2 dengan 4 tempat tidur.
Tahun 2000 penambahan fasilitas Bone densitometri dan Mamografi kebutuhan masa kini.Tahun 2003 peresmian bangunan Blok D yang terdiri dari 3 lantai,
merupakan pengembangan dari klinik anak dan perawatan anak sampai dengan usia 10 tahun. Fasilitas di Blok D adalah 4 buah ruang praktek dokter anak, 1
ruangan terapi anak, 6 kamar perawatan anak kelas perdana dan 2 kamar perawatan anak kelas Utama, serta 1 lantai untuk ruang KIE komunikasi informasi
dan Edukasi yang penggunaannya banyak diperuntuk bagi penyelenggaraan seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan serta rapat-rapat intern managemen.
Dengan diresmikannya Blok D, maka fasilitas pelayanan untuk klinik anak bertambah dengan adanya klinik Tumbuh Kembang dan Klinik Alergi pada anak
Balita. Tahun 2004 Rumah Sakit Bunda Jakarta mengembangkan PICU Perinatologi
Intensive Care Unit yaitu kamar ICU untuk anak sampai dengan usia 10 tahun dengan kapasitas 4 tempat tidur dan tenaga dokter spesialis anak yang
berpendidikan dan pengalaman internasional.
Universitas Sumatera Utara
69 Rumah Sakit Bunda dalam ekspasi keluar diawal millennium 2000, Landasan
Kelompok Rumah Sakit Bunda Indonesia, kerjasama tidak formal antara beberapa rumah sakit swasta ditahun 1992 telah membentuk kerjasama berbadan hukum, PT.
Bunda Global Pertama, antara rumah sakit di Medan, Padang, Batam, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan kegiatan usaha a.l. kordinasi kegiatan rumah sakit
Bunda Indonesia Hospital Alliance, procurement kebutuhan bahan dan peralatan rumah sakit, sharing pengalaman dll. Tahun 2002, telah mengakuisisi salah satu
rumah sakit di daerah, Rumah Sakit Umum Restu Ibu di Padang. Diawal tahun 2003 telah dimulai pula pembangunan RSU,Bunda Margonda, Depok dengan
kekhususan, Klinik Spesialis dan Rawat Sehari, seperti protype yang telah direncanakan dan sedang dibangun di RSU.Restu Ibu Padang
Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA Bunda memiliki beberapa fasilitas umum, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan fasilitas pendukung lainnya, yaitu:
a. Fasilitas Umum
Gambar 2.27. Area Parkir Gambar 2.28. Bunda Gift Shop
Gambar 2.29. ATM Centre
Gambar 2.30. Brandinas Café and Resto
Universitas Sumatera Utara
70 b. Pelayanan
Kesehatan 1. Klinik
Kebidanan
Gambar 2.31. Klinik Kebidanan RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik kebidanan yang melayani
pemeriksaan kehamilan, penyakit kandungan dan persalinan. Waterbirth
adalah salah satu fasilitas persalinan terkini yang memiliki dan masih jarang ditemui di rumah sakit persalinan lainnya.
2. Klinik Anak RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik anak yang memberikan pelayanan
konsultasi anak kepada pasien yang memiliki keluhan seputar masalah kesehatan anak. Konsultasi akan dilayani oleh dokter spesialis anak
pediatric dengan batuan para perawat. Konsultasi dokter spesialis anak dilakukan setiap hari sesuai dengan jam praktek dokter masing-masing.
Beberapa unggulan pelayanan klinik anak di RSIA Bunda Jakarta adalah:
o Tumbuh Kembang anak
o Alergi pada anak
o Gangguan pada paru-paru anak
o Psikologi anak
o Spesifikasi peyakit demam berdarah
Universitas Sumatera Utara
71 3. Klinik
Gigi
Gambar 2.32. Klinik Gigi Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. RSIA Bunda Jakarta memiliki fasilitas Klinik Gigi untuk memberikan pelayanan demi pemeliharaan
kesehatan gigi. Pelayanan yang tersedia di rumah sakit ini adalah pelayanan gigi dalam bentuk preventif atau pencegahan dan pengobatan.
4. Klinik Dokter Umum RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik dokter umum yang disediakan bagi
seluruh pasien yang datang dengan segala keluhan atau masalah kesehatan yang dialaminya. Klinik dokter umum memberikan konsultasi dan pengobatan
kepada para pasien yang datang, atau untuk beberapa kasus dengan spesifikasi atau kekhususan tertentu akan dirujuk ke dokter spesailis lainnya
dengan pengantar yang jelas dari dokter umum RSIA Bunda Jakarta. 5. Ruang
Bersalin
RSIA Bunda memiliki fasilitas kamar bersalin yang nyaman untuk para pasien yang akan melahirkan di Bunda, dengan 3 buah kamar untuk
persalinan dimana salah satunya adalah ruangan persalinan untuk waterbirth metode
melahirkan normal di dalam air. Untuk pasien yang akan Gambar 2.33. Ruang Bersalin
Universitas Sumatera Utara
72 melahirkan RSIA Bunda juga memiliki ruangan pra-persalinan dengan 3 buah
tempat tidur bagi para ibu yang menantikan masa sebelum persalinannya. Selama proses pra-persalinan ibu akan selalu di obeservasi dipantau
perkembangannya sampai pada proses persalinan tersebut. Selama proses persalinan pasien akan dibantu oleh seorang dokter, bidan dan para perawat
terlatih di kamar bersalin tersebut. 6. Kamar
Operasi Kamar Operasi adalah ruangan khusus memberikan pelayanan berkualitas
kepada pasien saat sebelum, selama, dan sesaat sesudah dilakukan tindakan pembedahan. Kamar operasi di RSIA Bunda Jakarta disediakan untuk proses
persalinan caesar cesar dan tindakan operasi lainnya. Beberapa tindakan yang
paling sering dilakukan selain operasi persalinan adalah laparaskopi dan laparatomi. RSIA Bunda Jakarta juga banyak menerima pasien rujukan dari rumah sakit
lainnya. Kami memiliki 3 buah ruangan sebagai kamar operasi dengan peralatan kesehatan yang canggih dan lengkap didalamnya. Dalam proses operasi pasien
akan dibantu oleh para dokter bedah yang berpengalaman dan para perawat yang terlatih.
Gambar 2.34. Kamar Operasi
Universitas Sumatera Utara
73
STRUKTUR ORGANISASI RSIA Bunda
Gambar 2.35. Struktur Organisasi RSIA Bunda, Jakarta
Universitas Sumatera Utara
74
BAB 3 ELABORASI TEMA
3.1. Pengertian Tema yang digunakan pada rancangan proyek ini adalah ‘Healing
Environment’. 3.1.1. Pengertian Healing
‘Healing’ berasal dari bahasa Inggris ‘heal’ yang berarti ‘menyembuhkan’. Sedangkan healing berarti penyembuhan atau proses penyembuhan. Secara medis,
healing berarti penyembuhan fisiologis, yaitu pemulihan jaringan hidup yang rusak, organ dan sistem biologis sehingga berfungsi normal. Merupakan proses dimana
sel-sel dalam tubuh meregenerasi dan memperbaiki untuk mengurangi ukuran dari daerah yang rusak atau nekrotik.
3.1.2. Pengertian Environment
‘Environment’ berarti ‘lingkungan’. Secara umum, lingkungan mengacu ke lingkungan dari suatu obyek, atau lingkungan alam, seluruh makhluk hidup dan tak
hidup yang terjadi secara alami di Bumi. Jadi,
Healing Environment atau lingkungan penyembuhan untuk bangunan kesehatan adalah sesuatu yang menggambarkan suasana fisik dan budaya
organisasi yang mendukung pasien dan keluarga dalam melalui tekanan yang dikarenakan oleh penyakit, rawat inap opname, kunjungan medis, proses
penyembuhan, dan terkadang kehilangan.
3.2. Kajian Mengenai Tema Healing Environment
Keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind manusia.
Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang menyehatkan, nyaman,
dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan.
Banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan
medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Salah satu faktor pendukung
Universitas Sumatera Utara
75 yang dominan bagi pemulihan kesehatan seseorang adalah faktor psikologis yang
mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting Kaplan dkk, 1993.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah belajar bahwa perasaan tidak dapat dipisahkan dari biokimia ergonomi human factor engineering. Pikiran kita
mempengaruhi psikologi kita. Apa yang kita rasakan dan pikirkan, semua digerakkan oleh pesan dari otak. Cepat tidaknya proses penyembuhan juga
dipengaruhi tingkat stres psikologis pasien. Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita yang sedang
dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang bersangkutan. Kehadiran
sebuah suasana tertentu diharapkan dapat mereduksi faktor stress atau tekanan mental yang dialami oleh penderita yang sedang menjalani proses pemulihan
kesehatan. Suasana tertentu dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat menambah faktor stress penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan proses
pemulihan kesehatannya. Kaplan dkk, 1993. Munurut Michael L. Knecht, terdapat beberapa faktor penyebab stres, antara
lain: Pelanggaran
privasi Kehilangan
kontrol Perasaan tidak berdaya
Pemisahan dari keluarga teman Tidak yakin tentang proses perawatan
Tak terkendali kebisingan dan gangguan Kekhawatiran tentang kesalahan medis dan biaya perawatan
Berawal dari faktor penyebab stres di atas, tubuh manusia langsung merespon faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan hal-hal berikut:
Peningkatan ketegangan otot Peningkatan tekanan darah dan keringat
Menurunkan ambang nyeri Depresi
Insomnia
Universitas Sumatera Utara
76 Menunda
penyembuhan luka
Dampak terhadap sistem kekebalan tubuh Healing Environment pada perancangan adalah bagaimana menjadikan
bangunan dan lingkungan sebagai sarana penyembuh bagi pasien. Bangunan dan lingkungan tersebut diharapkan dapat menurunkan tekanan psikologis stres pada
pasien. Pada tahun 1994, Roger Ulrich meneliti dampak klinis yang timbul pada pasien
terhadap kamar dengan jendela menghadap lingkungan luar. Ulrich menemukan pasien dengan jendela menghadap pemandangan alam memiliki:
Menjalani rawat inap dalam jangka waktu singkat Lebih sedikit mendapat evaluasi negatif dari perawat
Kemungkinan terjadinya komplikasi pasca operasi lebih rendah Menurut Jain Malkin 2003 dalam The Bussiness Case for Creating a Healing
Environment, suasana fisik memiliki potensi untuk menjadi sarana terapi jika memenuhi:
• Menghilangkan stres karena lingkungan seperti kebisingan, silau, kekurangan privasi, dan kualitas udara yang buruk.
• Menghubungakan pasien dengan alam dengan pemandangan keluar, taman dalam, akuarium, elemen-elemen air, dan lain-lain
• Menawarkan opsi dan pilihan untuk merubah perasaan terkendali, ini mungkin termasuk privasi terhadap sosialisasi, tingkat pencahayaan, jenis
musik, pilihan tempat duduk, ruang tunggu yang tenang atau aktif • Memberi kesempatan bagi dukungan sosial, pengaturan tempat duduk yang
memberikan privasi bagi keluarga, akomodasi untuk anggota keluarga atau teman dalam perawatan, dan tempat tidur tambahan untuk keluarga di
ruangan pasien. • Memberi tambahan-tambahan positif seperti koneksi internet, fasilitas musik
dan videoyang dapat membantu penyembuhan. • Melahirkan perasaan kedamaian, pengharapan, refleksi dan spritual dan
memberikan kesempatan untuk relaksasi, humor, pendidikan dan imajinasi.
Universitas Sumatera Utara
77
Membawa Rumah ke Dalam Rumah Sakit
Yang paling penting bagi pasien rawat inap di rumah sakit adalah kenyamanan dan kebebasan memiliki anggota keluarga dan teman-teman yang mengunjungi dan
menghabiskan waktu bersama mereka. Dengan kemajuan dalam perawatan kesehatan kebanyakan pasien lebih memilih dirawat di instalasi rawat jalan, dimana
mereka datang dengan memiliki prosedur atau menjalankan tes dan kemudian kembali ke rumah mereka.
Pasien rawat inap saat ini lebih cenderung memiliki kondisi serius dan berada di sana untuk jangka waktu setidaknya beberapa hari dan kadang-kadang bahkan
berbulan-bulan. Hal ini membutuhkan perubahan pada tren kesehatan dengan menciptakan lingkungan yang membuat tidak hanya pasien, tetapi juga orang yang
mereka cintai merasa seperti mereka dapat bersantai dan bahkan mungkin lupa bahwa mereka berada di rumah sakit. Hal ini terbukti bahwa jika seseorang merasa
nyaman dan santai, mereka dapat beristirahat lebih mudah dan lebih cepat sembuh. Masalah penyembuhan seseorang merupakan kompleksitas yang terjalin antara
kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind dari pasien. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan seseorang. Untuk mendukung
kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses
penyembuhan. Dalam konteks tersebut kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar 40 dalam proses penyembuhan, faktor medis 10, faktor
genetis 20 dan faktor lain 30 Kaplan dkk, 1993.
Interaksi Manusia Dengan Lingkungan
Lingkungan buatan meliputi semua tempat yang sebagian besar telah direncanakan dan diciptakan oleh manusia, seperti: ruangan, gedung, lingkungan
sekitar, dan kota Hemistra and McFarling, 1974. Pada saat mengamati interaksi manusia dengan lingkungan tertentu yang ditempatinya, maka akan ditemukan
karakteristik dasar pada pola perilaku yang berbeda pada tiap interaksi tersebut. Dengan demikian manusia membentuk bangunan dan selanjutnya bangunan akan
membentuk manusia. Manusia dan alam lingkungan pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling berinteraksi, dan dari proses interaksi
Universitas Sumatera Utara
78 tersebut dapat berupa lingkungan fisik, yaitu alam sekitar baik yang sifatnya alamiah
maupun yang bersifat buatan, dan lingkungan fisik yang merupakan lingkungan sosial budaya. Melalui interaksi dengan kedua lingkungan inilah seorang manusia
dapat disebut sebagai manusia yang lengkap Altaman, 1975. Ditinjau dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa faktor lingkungan
mempunyai peran terbesar dalam proses penyembuhan, maka seharusnya faktor lingkungan tersebut mendapat perhatian yang cukup besar pada sebuah fasilitas
penyembuhan. Desain interior rumah sakit juga merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen
yang pembentuk ruang dalam interior seperti elemen warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang mendukung proses penyembuhan.
3.3. Interpretasi Tema