Klasifikasi Rumah Sakit Umum Kajian Mengenai Tema Healing Environment

11 a. Berdasarkan jenis pelayanan 1. Rumah Sakit Umum Memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. 2. Rumah Sakit Khusus Memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. b. Berdasarkan pengelolaannya 1. Rumah Sakit Publik, dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Pemerintah dalam penyelenggaraannya diwajibkan untuk melayani masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Rumah Sakit Privat, dikelola oleh badan hukum dengan tujuan pofit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

2.2.3.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit Depkes RI, 2009.

a. Klasifikasi Rumah Sakit Umum

1. Rumah Sakit Umum kelas A Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspsialistik luas. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5lima Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12dua belas Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13tiga belas Pelayanan Medik Sub Spesialis. 2. Rumah Sakit Umum kelas B Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Universitas Sumatera Utara 12 4empat Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8delapan Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2dua Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. 3. Rumah Sakit Umum kelas C Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4empat Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. 4. Rumah Sakit Umum kelas D Adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2dua Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus

1. Rumah Sakit Khusus kelas A 2. Rumah Sakit Khusus kelas B 3. Rumah Sakit Khusus kelas C

2.2.4. Rumah Sakit Pemerintah

Perbedaan pokok dengan rumah sakit swasta terutama sekali menyangkut sumber pendanaan rumah sakit yang bersangkutan, yakni kalau rumah sakit Pemerintah biaya untuk pengelolaan rumah sakit sepenuhnya didanai oleh Pemerintah, yaitu dengan cara menganggarkannya dalam APBN, APBD, dan lain- lainnya. Karena dana pengelolaan rumah sakit ini berasal dari Pemerintah maka segala pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit tersebut juga harus disetorkan ke Kas Negara Iskandar, 1998. Dalam penyelenggaraan pelayanannya, rumah sakit Pemerintah di wajibkan melayani masyarakat secara keseluruhan sehingga masyarakat miskin di daerah pelayanan dapat dilayani 100.

2.2.5. Rumah Sakit Swasta

Yang dimaksud dengan rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak swasta non-Pemerintah, yaitu dapat beberapa orang, badan hukum, kelompok keagamaan, perusahaan, dan lain-lain. Awalnya rumah sakit swasta didirikan oleh yayasan dengan tujuan sosial, sehingga pendanaannya berasal dari sumbangan para dermawan Iskandar, 1998 Universitas Sumatera Utara 13 Namun dengan perkembangan masa dan pemikiran masyarakat, kondisi rumah sakit yang bertujuan sosial tersebut mengalami perubahan, karena sulit bagi pihak pengelola rumah sakit untuk mendapatkan biaya yang berasal dari sumbangan para relawan tersebut.sebab semakin hari biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit semakin besar, dan tidak seimbang lagi dengan pemasukan rumah sakit.sehingga untuk kelangsungan rumah sakit, pihak pendiri pengelola membuat kebijaksanaan untuk menetapkan tarif pelayanan kepada pasien. Setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 84 tahun 1990, ditegaskan bahwa pelayanan kesehatan swasta dibidang medis boleh diselenggarakan oleh: perorangan, kelompok, yayasan, atau badan hukum lainnya, dan dapat pula dilakukan oleh sebuah perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas yang profit oriented memperhitungkan potensi keuntungan Iskandar, 1998

2.2.6. Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA

Menurut Lampiran Keputusan Menkes no. RI no. 340MenkesPerIii2010, Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA adalah Rumah Sakit yang melayani kesehatan ibu dan anak, meliputi ibu pada masalah reproduksi dan anak berumur sampai dengan 18 tahun Depkes RI, 2010. Rumah Sakit Ibu dan Anak merupakan Rumah Sakit Khusus yang lingkup pelayanannya meliputi : promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif pada maternal, serta kesehatan reproduksi termasuk Ante Natal Care ANC, pertolongan persalinan, perawatan nifas, pertolongan bayi baru lahir, perawatan bayi baru lahir, imunisasi, dan pelayanan kesehatan anak, program Keluarga Berencana KB.

2.2.7. Klasifikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 340MenkesPerIII2010, Rumah Sakit Ibu dan Anak khusus di klasifikasikan menjadi beberapa kelas , yaitu kelas A, B, dan C. Klasifikasi tersebut ditetapkan berdasarkan : 1. Lingkup Pelayanan; 2. Sumber Daya Manusia; 3. Peralatan; 4. Sarana da Prasarana 5. Administrasi dan Menejemen. Universitas Sumatera Utara 14

2.2.8. Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Ibu Dan Anak A. Lingkup Pelayanan

Tabel. 2.1. Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak No. Lingkup Pelayanan Kelas A Kelas B Kelas C 1. Pelayanan spesialistik kebidanan dan kandungan Umum + + + 2. Pelayanan Subspesialistik Kebidanan dan Kendungan: a. Fetomaternal perinatologi kebidanan + + - b. Onkologi Ginekologi + - - c. Kesehatan reproduksi + - - d. Obgyn sosial + - - e. Uro-ginekologi Rekonstruksi + - -

3. Pelayanan Spesialis Anak Umum

+ + + 4. Pelayanan Subspesialistik Anak: a. Perinatologi + + - b. Neurologi + - - c. Hematologi-Onkologi + - - d. Nefrologi + - - e. Gastrohepatologi + - - f. Respirologi + - - g. Alergi imunologi + - - h. Endokrinologi + - - i. Nutrisi dan Metabolic + - - j. Kardiologi + - - k. Gawat Darurat Anak + + - l. Infeksi dan penyakit tropis + - - m. Tumbuh kembang dan Pediatri Sosial + - - Universitas Sumatera Utara 15 No. Lingkup Pelayanan Kelas A Kelas B Kelas C 5. Pelayanan Spesialis lainnya: a. Spesialis Bedah Anak + - - b. Spesialis Rehabilitasi Medik + + - c. Spesialis Mata + + - d. Spesialis THT + - - e. Spesialis kulit Dan Kelamin + - - f. Spesialis Bedah Umum + + + g. Spesialis Penyakit Dalam + + + h. Spesialis Anastesi + + + i. Spesialis Radiologi + + + j. Spesialis Patologi Klinik + + - k. Spesialis Patologi Anatomi + - -

6. Pelayanan Gigi

+ + -

7. Pelayanan Psikolog

+ - -

8. Pelayanan Rawat Inap

+ + +

9. Pelayanan Rawat Jalan

+ + + 10. Pelayanan Gawat Darurat + + + 11. Pelayanan Rawat Intensif ICU, HCU, PICU, NICU + + HCU, NICU + HCU 12. Pelayanan Bersalin + + + 13. Pelayanan Operasi + + + 14. Pelayanan Darah + + - 15. Pelayanan Radiologi + + -

16. Pelayanan Laboratorium

+ + +

17. Pelayanan Farmasi

+ + +

18. Pelayanan Gizi

+ + + 19. Pelayanan Penunjang Non medik: a. Sterilisasi + + + b. Laundry + + + Universitas Sumatera Utara 16 No. Lingkup Pelayanan Kelas A Kelas B Kelas C c. Pemulasan Jenazah + - - d. IPSRS + + + e. IPLRS + + + Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010

B. Sumber Daya

Manusia Tabel. 2.2. Sumber Daya Manusia Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak No. Jenis Ketenagaan Kelas A Kelas B Kelas C Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap I Medis

1. Dokter Spesialis

Obstetri – Ginekologi 4 2 2 1 1 - Dokter Subspes. Fetomaternal 1 - - - - - Dokter Subspes. Obgin Sosial 1 Dokter Subspes. Onkologi Ginekologi 1 Dokter Subspes. Uroginekologi konst. 1 Dokter Subspes. Kesehatan reproduksi 1

2. Dokter Spesialis Anak

4 2 2 1 1 - Dokter Subspes. Alergi Imunologi Sub- Spes Min. 1 Sesuai pelaya nan - Sub- Spes Min. 1 - - - Dokter Subspes. Endokrinologi Universitas Sumatera Utara 17 No. Jenis Ketenagaan Kelas A Kelas B Kelas C Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap Dokter Subspes. Gastrohepatologi Dokter Subspes. Nutrisi dan Metabolik Dokter Subspes. Hematologi dan Onkologi Dokter Subspes. Kardiologi Dokter Subspes. Nefrologi Dokter Subspes. Neurologi Dokter Subspes. Gawat Darurat Dokter Subspes. Pencitraan Anak Dokter Subspes. Infeksi Tropia Dokter Subspes. Perinatologi Dokter Subspes. Respirologi Dokter Subspes. Tumbuh Kembang

3. Dokter Spesialis

Lainnya: a. Spesialis Bedah Anak 1 1 - Universitas Sumatera Utara 18 No. Jenis Ketenagaan Kelas A Kelas B Kelas C Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap b. Spesialis Rehabilitasi Medik 1 1 - c. Spesialis Mata 1 1 - d. Spesialis THT 1 - - e. Spesialis Kulit Kelamin 1 - - f. Spesialis Bedah Umum 1 1 1 g. Spesialis Penyakit Dalam 1 1 1 h. Spesialis Anastesi 1 1 1 i. Spesialis Radiologi 1 1 1 j. Spesialis Patologi Klinik 1 1 - k. Spesialis Patologi Anatomi 1 - -

II. Keperawatan dan

Bidan Keperawatan 100 50 25 1. S2 Keperawatan + PONEK 2. S1 Keperawatan + PONEK 3. D3 Keperawatan + PONEK Bidan 50 25 12

4. D4 Kebidanan terlatih

PONEK Universitas Sumatera Utara 19 No. Jenis Ketenagaan Kelas A Kelas B Kelas C Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap Total Tenaga Tetap

5. D3 Kebidanan terlatih

PONEK

6. D1 Kebidanan terlatih

PONEK III. Kefarmasian 1. Apoteker 1 1 1

2. D3 Farmasi Asisten

Apoteker 1 1 1

IV. Laboratorium 1.

S1 Analis Kesehatan 1 1 1

2. S2 Analis Kesehatan

1 1 1

V. Gizi

1. S1 Gizi Klinik dietisien

1 1 1

2. D4 Gizi Klinik dietisien

1 1 1

3. D3 Gizi Klinik dietisien

1 1 1

4. D1 Gizi Klinik dietisien

1 1 1

VI. Rekam Medis 1.

S1 Rekam Medis 1 1 1

2. D3 Rekam Medis

1 1 1 Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010 Universitas Sumatera Utara 20

C. Peralatan

Tabel. 2.3. Peralatan Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak No. Nama Peralatan Kelas A Kelas B Kelas C 1. Pelayanan Umum + - -

2. Pelayanan Spesialis Obstetri-Ginekologi

1. Laparoskopi operatif set + + - b. Laparatorry set + + + c. Sectio set + + + d. Histerectomy set + + + e. Colposcopy + + + f. Alat kauterisasi + + + g. Alat punksi + - - h. Bone Densitometri + - - i. Peralatan khusus bayi tabung + - - j. USG + + + k. Implant Kit + + + l. IUD Kit + + + m. Pap smear kit + + + n. Dilatasi dan Curetase set + + + o. CTG + + +

3. Pelayanan Spesialis Anak

a. Ventilator + + - b. Bedside monitor + + - c. CPAP + + - d. Incubator + + + e. ECG + + - f. Phototerapy + + + g. Infusion Devices + + + h. Peritoneal Dialysis + - - i. Hemodialisis + - - j. Brain Mapping + - - k. EEG + - - Universitas Sumatera Utara 21 No. Nama Peralatan Kelas A Kelas B Kelas C l. Endoscopy + - - m. Colonoscopy + - - n. pH meter + - o. Echocardiography + - - p. Orchidometer - - - q. Ottium pemeriksaan gula + - r. Spirometri + - - s. BMP + - t. Skin Prick Tets + - - u. Infant Warmer + + +

4. Pelayanan Darah

+ + +

5. Rekam Medis

+ + +

6. Pelayanan Spesialis lainnya

+ + - 7. Pelayanan Spesialis Penunjang lainnya + + - 8. Pelayanan Rawat Inap + + +

9. Pelayanan Rawat Darurat

+ + +

10. Pelayanan Operasi

+ + +

11. Pelayanan Rawat Intensif

+ + - 12. Pelayanan Persalinan + + +

13. Pelayanan Radiologi

+ + +

14. Pelayanan Laboratorium

+ + +

15. Pelayanan Gizi

+ + +

16. Pelayanan Farmasi

+ + +

17. Pelayanan Rehabilitasi Medis

+ + - Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010 Universitas Sumatera Utara 22

D. Sarana dan Prasarana

Tabel. 2.4. Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Ibu dan Anak INSTALASI RUANGAN Kelas A Kelas B Kelas C

A. Instalasi Rawat Jalan

1. Gigi + + - 2. KIA + + + 3. Spesialis + + + 4. Subspesialis + + - 5. Ruang Menyusui + + + 6. Ruang Penyuluhan + + + 7. Ruang Konseling + + +

B. Instalasi Rawat Inap Ibu Total TT Rawat Inap Ibu dan Anak

100 TT 50-100 TT 25-50 TT 1. Ruang Tindakan + + + 2. Ruang Isolasi + + - 3. Ruang Rawat Gabung + + + 4. Gudang Alat + + + 5. Kamar Mandi + + + 6. Ruang Perawat Bidan + + + 7. Kamar Cuci Alat + + + 8. Ruang Pekarya + + - 9. Ruang Istirahat 1 toilet + + - 10. Ruang Tunggu 1 toilet + + + 11. Pantry + + + 12. Ruang Penyuluhan + + + 13. Ruang Dokter Jaga + + +

C. Ruang Rawat Inap Anak

1. Ruang Rawat + + + 2. Ruang Tindakan + + + Universitas Sumatera Utara 23 INSTALASI RUANGAN Kelas A Kelas B Kelas C 3. Ruang Observasi + + - 4. Ruang Isolasi + + -

D. Ruang Pendukung

1. Ruang Menyusui + + + 2. Ruang Tindakan + + + 3. Ruang Observasi lamp + + + 4. Ruang Perawat + + + 5. Tempat Penyimpanan ASI + + +

E. Ruang Bersalin

1. Ruang Administrasi + + + 2. Ruang Persiapan Pasien + + + 3. Ruang Bersalin + + + 4. Ruang Observasi + + + 5. Ruang Isolasi + + + 6. Kamar Pemrosesan Alat + + + 7. Ruang Bidan Perawat Dokter + + + 8. Ruang Pemeriksaan + + + 9. Ruang Alat Pembersih + + + 10. Gudang Perlengkapan Habis Pakai + + + 11. Gudang Perlengkapan Tidak Habis Pakai + + + 12. Kamar Mandi + + + 13. Ruang Tunggu + + +

F. Instalasi Gawat Darurat

1. Ruang Resusitasi + + + 2. Ruang Tindakan + + + 3. Ruang Tunggu + + + 4. Toilet + + + Universitas Sumatera Utara 24 INSTALASI RUANGAN Kelas A Kelas B Kelas C G. Instalasi Pusat Sterilisasi + - -

H. Instalasi Laboratorium

1. Ruang Pengambilan Sampel + + + 2. Ruang Pemeriksaan Sampel + + + 3. Gudang Perlengkapan habis pakai + + + 4. Gudang Perlengkapan tidak habis pakai + + + 5. Kamar cuci alat + + + 6. Lemari instrumen + + + 7. Toilet + + +

I. High Care Unit HCU

1. Ruang pasien dewasa + + - 2. Ruang parinatal + + - 3. Ruang resusitasi tindakan + + - 4. Ruang isolasi + + - 5. Ruang dapur ASI + + - 6. Ruang dokter jaga + + - 7. Ruang perawat jaga + + - 8. Kamar mandi + + - 9. Gudang perlengkapan habis pakai + + - 10. Gudang perlengkapan tidak habis pakai + + - 11. Ruang sterilisasi + lemari instrumen + + -

J. NICU PICU

+ + - K. ICU + + -

L. Ruang Operasi

1. Mesin Anasthesi + + + 2. Bedside Monitor + + + Universitas Sumatera Utara 25 INSTALASI RUANGAN Kelas A Kelas B Kelas C 3. Dc Shock + + + 4. Ventilator + + + 5. Ambubag : Dewasa, Anak, dan Neonatus + + + 6. Peralatan SC + Laparotomy + + + 7. Ruang Strerilisasi + lemari instrumen + + + 8. Ruang Operasi Utama + + + 9. Kamar Ganti Staf + + + 10. Ruang Ganti Brankar + + + 11. Toilet jumlah + + + 12. Tempat antisepsis cuci tangan operator + + + 13. Ruang gas medis + + + 14. Ruang dokter + + + 15. Ruang perawat + + + 16. Ruang pemulihan + + + 17. Kantor + + + M. Instalasi Radiologi + + - N. Instalasi Laboratorium + + + O. Instalasi Patologi Anatomi + + - P. Instalasi Farmasi + + + Q. Instalasi Gizi + + + R. Instalasi Rehabilitasi Medis + - - S. IPSRS + + + T. IPLRS + + + U. Rekam Medis + + + V. Ruang KDRT + - - Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010 Universitas Sumatera Utara 26

E. Administrasi dan Menejemen

Tabel. 2.5. Administrasi dan Menejemen Rumah Sakit Ibu dan Anak No. Administrasi dan Menejemen Kelas A Kelas B Kelas C 1. Status Badan Hukum + + +

2. Struktur Organisasi

+ + +

3. Tatalaksana Tata Kerja Uraian

Tugas + + +

4. Peraturan Internal Rumah Sakit

+ + +

5. Komite Medik

+ + +

6. Komite Etik Hukum

+ + +

7. Saluran Pemeriksaan Internal

+ + +

8. Surat Izin Praktik Dokter

+ + +

9. Perjanjian Kerjasama Rumah Sakit

Dokter + + + 10. Akreditasi RS + + + Permenkes RI no. 340MenkesPerIII2010

2.2.9. Spesialisasi dalam Kesehatan dan Pengertiannya

Menurut kamus Saku Kedokteran Dorland, 1995 : a. Obstetri-Ginekologi Obgin Adalah cabang kedokteran yang menangani kehamilan, kelahiran, dan pueperium periode atau keadaan setelah melahirkan b. Onkologi Adalah pengetahuan mengenai tumor kanker. c. Endokrinologi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit kelainan hormon. d. Gastrohepatologi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan peradangan lambung dan hati. e. Hematologi Adalah cabang Kedokteran yang mempelajari mengenai morfologi darah dan jaringan pembentuk darah, serta fisiologi dan patologinya. Universitas Sumatera Utara 27 f. Patologi Adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sifat esensial penyakit, khususnya perubahan pada jaringan dan organ tubuh yang menyebabkan atau disebabkan penyakit. g. Kardiologi Adalah cabang kedokteran yang mempelajari tentang kesehata jantung dan fungsinya. h. Nefrologi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan ginjal i. Neurologi Adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan sistem saraf, baik normal maupun sakit. j. Perinatologi Adalah cabang ilmu kedokteran obstektrik dan pediatrik yang berhubungan dengan janin dan bayi selama masa perinatal bayi umur 0-28 hari. k. Respirologi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan pernapasan. l. Anastesi Adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan penghilangan kemampuan untuk merasakan sakit, disebabkan karena pemberian obat atau intervensi medis lainnya. m. Radiologi Adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi seperti sinar-X maupun nonionisasi seperti ultrasonografi. n. Farmasi Adalah cabang ilmu kesehatan yang berkenaan dengan pembuatan, penyaluran, dan penggunaan obat dengan benar. o. Pediatrik adalah cabang kedokteran yang mempelajari anak, perkembangannya serta pemeliharaannya, dan mempelajari penyakit pada anak serta pengobatannya. Universitas Sumatera Utara 28

2.3. Tinjauan Fungsi

2.3.1. Deskripsi Pengguna Kegiatan

Pengguna dan pelaku kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak ini terbagi atas: a. Tenaga Medis Kesehatan Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, Tenaga Medis atau tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. b. Tenaga Non Medis ƒ Pengelola ƒ Karyawan Service c. Pengunjung Farmasi d. Pasien Rawat Jalan Adalah pasien yang hanya memperoleh pelayanan kesehatan tertentu Iskandar, 1998:57. e. Pasien Rawat Inap Adalah pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara menginap dan dirawat di rumah sakit Iskandar, 1998:57. f. Penunggu Pasien Rawat Inap g. Pengunjung Pasien Rawat Inap h. Pasien Gawat Darurat

2.3.2. Unit Pelayanan Medis dan Pelayanan Tambahan

A. Pelayanan Medik 1. Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Menurut Kunders 2004, lokasi perawatan pasien rawat jalan di suatu rumah sakit biasanya ada di bagian samping dan biasanya dirancang dengan ruang lingkup yang terbatas, dan hanya menawarkan layanan yang sifatnya mendasar atau Minor Service. Universitas Sumatera Utara 29 Unit rawat jalan haruslah ditempatkan berdekatan dengan layanan vitals seperti registrasi dan medical record, penerimaan, UGD dan layanan sosial. Juga harus mudah menjangkau laboratorium, radiologi, farmasi dan terapi fisik karena pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan terapi selama kunjungannya. 2. Instalasi Rawat Inap Area pasien terdiri dari ruangan pribadi, semi pribadi, dan bagian bangsal dengan banyak tempat tidur yang dirancang menjadi daerah perawatan dan terapi yang aman, indah, dan kondusif untuk pemulihan dengan cepat. 3. Instalasi Gawat Darurat Ruang gawat darurat secara tak langsung dapat pula dikatakan merupakan bagian yang penting dari bagian atau unit rawat jalan. Bagian unit gawat darurat ini haruslah berada di lantai dasar yang mudah dijangkau oleh pasien dan ambulans. Juga harus memiliki pintu Gambar 2.1. Contoh Denah Instalasi Rawat Jalan Universitas Sumatera Utara 30 masuk yang terpisah, yang jauh dari pintu masuk rumah sakit utama dan pintu masuk ke pasien rawat jalan. Juga harus diberi tanda dengan jelas menggunakan lampu atau tanda yang sesuai dan harus mudah terlihat dan dapat diakses dari jalan utama. Karena bagian unit gawat darurat ini menjadi pintu utama ke rumah sakit pada malam hari, maka harus berdekatan dengan transportasi umum dan kendaraan umum Kunders, 2004. Bagian ini haruslah berdekatan dengan bagian penerimaan, medical record dan juga bagian kasir. 4. Instlasi Rawat Intensif a. ICU Intensive Care Unit b. NICU Neonatal Care Unit B. Pelayanan Penunjang Medik 1. Radiologi Gambar 2.2. Contoh Denah Instalasi Gawat Darurat Universitas Sumatera Utara 31 Fungsi utama dari layanan radiologi adalah membantu petugas klinis dalam melakukan diagnosa dan pengobatan penyakit melalui pemakaian radiografi, fluoroscopy, radioisotop dan percepatan volume tinggi. 2. Farmasi 3. Anastesi 4. Laboratorium Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat melayani pasien rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian penerimaan pasien. Juga harus berdekatan atau mudah diakses oleh bagian bedah, unit perawatan intensif, radiologi dan obstetrik. Gambar 2.3. Contoh Denah Unit Radiologi Universitas Sumatera Utara 32 C. Pelayanan Penunjang Non Medik 1. Bengkel Workshop 2. Instalasi Gizi Dapur 3. Cuci Loundry 4. Gudang Peralatan: ƒ Bahan Bakar ƒ Makanan Minuman

5. Rekam Medis

6. Mushalla 7. Cafetaria Kantin 8. Ruang Bermain Anak 9. Mini Market D. Pelayanan Adminstrasi E. Service

2.3.3. Sistem Sirkulasi Antar Ruang

Menurut Sumber: Pokok-Pokok pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum Kelas C Depkes RI, 2009, sistem sirkulasi antar ruang-ruang pada masing-masing instalasi adalah sebagai berikut: Gambar 2.4. Contoh Rencana Laboratorium Universitas Sumatera Utara 2.

2.3 .3.3.1. Ins

3.3.2. Insta stalasi Raw

lasi Rawat Gamb Gamb wat Jalan Inap ar 2.6. Siste bar 2.5. Siste em Sirkulas em Sirkulas si Instalasi R si Instalasi R Rawat Inap Rawat Jalan n 33 Universitas Sumatera Utara 34

2.3.3.3. Instalasi Rawat

Intensif

2.3.3.4. Instalasi Radiologi

2.3.3.5. Instalasi Laboratorium

Gambar 2.7. Sistem Sirkulasi Instalasi Rawat Intensif Gambar 2.8. Sistem Sirkulasi Instalasi Radiologi Gambar 2.9. Sistem Sirkulasi Instalasi Laboratorium Universitas Sumatera Utara 35

2.3.3.6. Instalasi Bersalin

2.3.3.7. Instalasi Bedah Operasi

2.3.3.8. Instalasi Rehabilitasi Medis

Gambar 2.10. Sistem Sirkulasi Instalasi Bersalin Gambar 2.11. Sistem Sirkulasi Instalasi Bedah Operasi Gambar 2.12. Sistem Sirkulasi Instalasi Rehabilitasi Medis Universitas Sumatera Utara 36

2.3.3.9. Instalasi Farmasi

2.3.3.10. Instalasi Gizi Dapur

2.3.3.11. Loundry Cuci

Gambar 2.13. Sistem Sirkulasi Instalasi Farmasi Gambar 2.14. Sistem Sirkulasi Instalasi Gizi Dapur Gambar 2.15. Sistem Sirkulasi Loundry Cuci Universitas Sumatera Utara 37 2.3.4. Persyaratan Bangunan Rumah Sakit 2.3.4.1. Pengertian

2.3.4.2. Persyaratan Persyaratan meliputi berbagai kelompok sebagai berikut:

1. Ligkungan bangunan 2. Konstruksi bangunan 3. Ruang bangunan 4. Kualitas udara ruang 5. Pencahayaan 6. Penghawaan 7. Kebisingan 8. Fasilitas sanitasi Universitas Sumatera Utara 38 9. Jumlah tempat tidur 10. Sanitasi dan gudang Berikut uraian persyaratan bangunan rumah sakit menurut SK Menkes no. 1204MENKESSKX2004. A. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit 1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas. 2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir. 3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitasteknologi untuk mengatasinya. 4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok 5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. 6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman 7. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan limbah. 8. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah. 9. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya. B. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit 1. Lantai a. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan. Universitas Sumatera Utara 39 b. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah c. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konuslengkung agar mudah dibersihkan 2. Dinding Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat 3. Ventilasi a. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik. b. Luas ventilasi alamiah minimum 15 dari luas lantai c. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatanmekanis. d. Penggunaan ventilasi buatanmekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan. 4. Atap a. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. b. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir. 5. Langit-langit a. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. b. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai. c. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap. 6. Konstruksi Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. 7. Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya. 8. Jaringan Instalasi Universitas Sumatera Utara 40 a. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan. b. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum. 9. Lalu Lintas Antar Ruangan a. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi b. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift 4 empat lantai harus dilengkapi Automatic Rexserve Divide ARD yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. c. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar. 10. Fasilitas Pemadam Kebakaran Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku C. Ruang Bangunan Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut : 1. Zona dengan Risiko Rendah Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikanpelatihan. a. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang Universitas Sumatera Utara 41 b. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. c. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamarruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis exhauster . e. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. 2. Zona dengan Risiko Sedang Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. 3. Zona dengan Risiko Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis medical imaging, ruang bedah mayat autopsy, dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang. • Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang. • Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar-X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette. b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. Universitas Sumatera Utara 42 c. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. e. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. 4. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : a. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang. b. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. c. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. d. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang. e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar gantungan lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit f. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai. g. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA Ultra Clean Air System. h. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara. i. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup. Universitas Sumatera Utara 43 j. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit. k. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. D. Kualitas Udara Ruang 1. Tidak berbau terutana bebas dari H2S dan Amoniak 2. Kadar debu particulate matter berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μgm3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman untuk setiap ruangunit seperti tabel berikut : Tabel 2.6. Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit No. Ruang Unit Konsenterasi Maksimum Mikro- organisme m 2 Udara CFUm 3

1. Operasi

10

2. Bersalin

200

3. Pemulihan

perawatan 200-500

4. Observasi Bayi

200

5. Perawatan Bayi

200

6. Perawatan Prematur

200

7. ICU

200

8. Jenazah

200-500

9. Penginderaan Medis

200

10. Laboratorium 200-500

11. Radiologi 200-500

12. Sterilisasi 200

13. Dapur 200-500

14. Gawat Darurat 200

15. Administrasi

Pertemuan 200-500

16. Ruang luka bakar 200

Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 Universitas Sumatera Utara 44 Tabel 2.7. Indeks Kadar Gas dan bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit No. Parameter Kimiawi Rata-Rata Waktu Pengukuran Konsentrasi Maksimal sebagai Standar

1. Karbon monoksida

CO 8 jam 10.000 mg mfi

2. Karbon doiksida CO

2 8 jam 1 ppm

3. Timba Pb

24 jam 0,5 mg mfi

4. Nitrogen dioksida

NO 2 1 jam 200 mg mfi

5. Radon Rn

- 4pCi l

6. Sulfur dioksida SO

2 24 jam 125 mg mfi

7. Formaldehida HCHO

30 menit 100 g mfi

8. Total Senyawa Organik

yang mudah menguap T.VOC - 1 ppm Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 E. Pencahayaan Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukannya seperti berikut: Tabel 2.8. Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit No. Ruangan Unit Intensitas Cahaya Lux Keterangan

1. Ruang pasien :

ƒ Saat tidak tidur ƒ Saat tidur 100-200 Max. 50 Warna cahaya sedang

2. Ruang Operasi Umum

300-500

3. Meja Operasi

10.000-20.000 Warna cahaya sejuk sedang tanpa bayangan

4. Anastesi, pemulihan

300-500

5. Endoscopy, lab

75-100

6. Sinar X

Min. 60 Universitas Sumatera Utara 45 Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 F. Penghawaan Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut : 1. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut. 2. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit minimum 0,10 mbar dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit. 3. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban seperti dalam tabel berikut : Tabel 2.9. Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Ruangan Unit No. Ruang Unit Suhu ºC Kelembaban Tekanan 1. Operasi 19-24 45-60 Positif

2. Bersalin

24-26 45-60 Positif

3. Pemulihan

perawatan 22-24 45-60 Seimbang

4. Observasi Bayi

21-24 45-60 Seimbang No. Ruangan Unit Intensitas Cahaya Lux Keterangan

7. Koridor

Min. 100

8. Tangga

Min. 100

9. Administrasi Kantor

Min. 100

10. Ruang alat gudang

Min. 200

11. Farmasi

Min. 200

12. Dapur

Min. 200

13. Ruang Cuci

Min. 100

14. Toilet

Min. 100

15. Ruang Isolasi khusus

Penyakit Tetanus 0,1-0,5 Warna cahaya biru

16. Ruang luka bakar

100-200 Universitas Sumatera Utara 46 No. Ruang Unit Suhu ºC Kelembaban Tekanan 5. Perawatan Bayi 22-26 35-60 Seimbang

6. Perawatan prematur

24-26 35-60 Positif

7. ICU

22-23 35-60 Positif

8. Jenazah Autopsi

21-24 - Negatif

9. Penginderaaan media

19-24 45-60 Seimbang

10. Laboratorium 22-26

35-60 Negatif

11. Radiologi 22-26

45-60 Seimbang

12. Sterilisasi 22-30

35-60 Negatif

13. Dapur 22-30

35-60 Seimbang

14. Gawat Darurat 12-24

45-60 Positif

15. Administras,

Pertemuan 21-26 - Seimbang

16. Ruang luka bakar 24-26

35-60 Positif Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 4. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar dalam ruangan harus cukup mengikuti pedoman teknis yang berlaku. G. Kebisingan Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti tabel berikut: Tabel 2.10. Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit No. Ruangan Unit Kebisingan Max waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA 1. Ruang pasien : ƒ Saat tidak tidur ƒ Saat tidur 45 40

2. Ruang Operasi Umum

45

3. Anastesi, pemulihan

45

4. Endoscopy, lab

65

5. Sinar X

40

6. Koridor

40 Universitas Sumatera Utara 47 Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 H. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut: Tabel 2.11. Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1. sd 10

1 1

2. sd 20

2 2

3. sd 30

3 3

4. sd 40

4 4 Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet 1 kamar mandi Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 No. Ruangan Unit Kebisingan Max waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA 7. Tangga 45

8. Kantor Lobby

45

9. Ruang alat gudang

45

10. Farmasi 45

11. Dapur 78

12. Ruang Cuci 78

13. Ruang Isolasi 40

14. Ruang Poli Gigi 80

Universitas Sumatera Utara 48 Tabel 2.12 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan, Jumlah Toilet, dan Jumlah Kamar Mandi No. Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi

1. sd 20

1 1

2. sd 40

2 2

3. sd 60

3 3

4. sd 80

4 4

5. sd 100

5 5 Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet 1 kamar mandi Sumber : SK Menkes, no. 1204MENKESSKX2004 I. Jumlah Tempat Tidur Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut: 1. Ruang Bayi a. Ruang perawatan minimal 2 m 2 TT b. Ruang Isolasi minimal 3,5 2 m 2 TT 5. Ruang Dewasa a. Ruang perawatan minimal 4,5 m 2 TT b. Ruang Isolasi minimal 6 m 2 TT J. Lantai dan Dinding Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut : 1. Ruang Operasi : 0 - 5 CFUcm2 dan bebas patogen dan gas gangrene 2. Ruang perawatan : 5 – 10 CFUcm2 3. Ruang isolasi : 0 – 5 CFUcm2 4. Ruang UGD : 5 – 10 CFUcm2

2.3.4.3. Pengelolaan

Pengelolaan atau tata laksana meliputi hal-hal sebagai berikut. A. Pemeliharaan Ruang Bangunan 1. Kegiatan pembersihan ruangan minimal pagi dan sore Universitas Sumatera Utara 49 2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahanmerapi-kan tempat tidur pasien, jam makan, 3. jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan. 4. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. 5. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih pel yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat. 6. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. 7. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 dua kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. 8. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik. B. Pencahayaan 1. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya. 2. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barangperalatan perlu diberikan penerangan. 3. Ruang pasienbangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik. C. Penghawaan Ventilasi dan Pengaturan Udara 1. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur udara AC sentral harus diperhatikan cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri Legionella dan untuk Air Handling Unit Filter AHU udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur. 2. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaustfan hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi. Universitas Sumatera Utara 50 3. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 satu fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 dua sampai dengan 12 kali. 4. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan pembakaran. 5. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap. 6. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. 7. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 dua buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai. 8. Suplai udara di atas lantai. 9. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang. 10. Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 dan saringan II filter bakteri dipasang 90 . Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system. 11. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang cross ventilation dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang. 12. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis air conditioner. 13. Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit. 14. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang indoor 1 satu kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol resorcinol, trietylin glikol, atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet. Universitas Sumatera Utara 51 15. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 dua kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara kuman, debu, dan gas. D. Kebisingan 1. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. 2. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara : a. Pada sumber bising di rumah sakit : peredaman. penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising. b. Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatanpenyerapan bising dengan penanaman pohon green belt, meninggikan tembok, dan meninggikan tanah bukit buatan. E. Fasilitas Sanitasi 1. Penyediaan Air Minum dan Air Bersih c. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan. d. Tersedia air bersih minimum 500 lttempat tidurhari. e. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. f. Distribusi air minum dan air bersih disetiap ruangankamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. g. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air bersih sebagaimana tercantum dalam Bagian III tentang Penyehatan Air. 2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih. b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, dan mudah dibersihkan. c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet jamban, peturasan dan tempat cuci tangan tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi. d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau water seal. e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya. Universitas Sumatera Utara 52 f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar. g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanit, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung. h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 satu toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 satu toilet untuk 1 – 30 pengunjung pria. i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan. j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. 3. Fasilitas Pembuangan Sampah Persyaratan pembuangan sampah padat medis dan domestik, limbah cair dan gas. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non-medis. a. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. b. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. c. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. d. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat citotoksik. Universitas Sumatera Utara 53 Tabel 2.13. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya Universitas Sumatera Utara 2. di m 2. an ke ad .4. Studi Studi ke analisis un mempunyai p .4.1. Kota Kota Med ntara : 3º,2 etinggian 2 dalah 265,1 i Kelayakan layakan be ntuk menda prospek ata a Medan dan Merupa 27 - 3º,47 ,5 – 37,5 10 km 2 ter n erarti peng apatkan ga au tidak Sa akan Ibu Ko Lintang U meter di a rdiri dari 21 Gambar 2 umpulan d ambaran y abarguna, 20 ota Propinsi Utara dan 9 tas permuk 1 Kecamata .16. Peta S data dan in yang dapat 010:2. i Sumatera 98º,35 - 98 kaan laut. an dan 15 Sumatera Ut nformasi ya dilaksana Utara. Kota 8º,44 Buju Luas wilay 1 Keluraha tara ang selanj kan atau a Medan te r Timur de yah Kota M an. Kota M 54 utnya tidak, rletak engan Medan Medan Universitas Sumatera Utara 55 beriklim tropis, dengan suhu minimum 23 o C -24 o C dan suhu maksimum 30,6 o C – 33,1 o C. Kelembaban udara rata-rata 78-72, kecepatan angin 0,42 msec dengan laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kota Medan, pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.097.610 jiwa. Tabel 2.14. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2010 Tahun Jumlah Penduduk Luas Wilayah KM² Kepadatan Penduduk JiwaKM² [1] [2] [3] [4] 2005 2.036.185 265,10 7.681 2006 2.067.288 265,10 7.798 2007 2.083.156 265,10 7.858 2008 2.102.105 265,10 7.929,5 2009 2.121.053 265,10 8.001 2010 2.097.610 265,10 7,913 Sumber BPS Kota Medan Tabel 2.15. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 No. Kelompok Umur Tahun Jumlah Penduduk Jiwa Laki – Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 5 1 0-4 98.437 92.857 191.294 2 5-9 99.961 93.532 193.493 3 10-14 97.514 91.828 189.342 4 15-19 102.566 107.423 209.989 5 20-24 112.860 123.092 235.952 6 25-29 100.935 103.459 204.394 7 30-34 85.609 87.265 172.874 8 35-39 77.344 80.795 158.139 9 40-44 69.238 71.727 140.965 10 45-49 57.718 59.997 117.715 Universitas Sumatera Utara 56 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan

2.4.2. Fasilitas Kesehatan di Kota Medan

Pada Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2010 Dinkes Kota Medan, 2011, disebutkan bahwa di Kota Medan terdapat fasilitas kesehatan yang terdiri dari: Tabel 2.16. Fasilitas Kesehatan di Kota Medan No. Jenis Fasilitas Jumlah Unit 1. Rumah Sakit Umum RSU 58 2. Rumah Sakit Jiwa 6

3. Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA

8 4. Rumah Sakit Khusus lainnya 3

5. Rumah Sakit Bersalin

117

6. Puskesmas:

- Pusk. Rawat Inap - Pusk. Non Rawat Inap 39 13 26

7. Puskesmas Pembantu

41

8. Puskesmas Keliling

28

9. Posyandu

1406

10. Balai Pengobatan Klinik

359

11. Apotek

503

12. Praktek Dokter Umum

1511

13. Praktek Dokter Spesialis

996

14. Praktek Dokter Gigi

465 No. Kelompok Umur Tahun Jumlah Penduduk Jiwa Laki – Laki Perempuan Jumlah 1 2 3 4 5 11 50-54 48.163 49.244 97.407 12 55-59 34.548 34.282 68.830 13 60-64 20.373 22.555 42.928 14 65-69 14.573 17.556 32.129 15 70-74 9.596 12.384 21.980 16 75 + 7.491 12.688 20.179 Total 1.036.926 1.060.684 2.097.610 Universitas Sumatera Utara 57 15. Laboratorium Kesehatan Pemerintah 42 16. Laboratorium Kesehatan Swasta 39 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Medan Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA yang terdapat di Kota Medan hanya berjumlah 8 unit yang semuanya adalah milik swasta. Jumlah tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Medan yang tergolong anak-anak dan wanita produktif. Berikut disajikan penyebaran RSIA yang terdapat di Kota Medan. Dari peta di atas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Medan Johor tidak terdapat Rumah Sakit Ibu dan Anak, sedangkan pembangunan perumahan di Kecamatan Gambar 2.17. Peta Penyebaran RSIA di Kota Medan Universitas Sumatera Utara 58 Medan Johor sangat pesat dan jumlah penduduk selalu naik setiap tahun. Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor pada tahun 2009 adalah sebesar 116.220 jiwa, dan pada tahun 2010 sebesar 123.851 jiwa. Dalam satu tahun saja jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor naik sebanyak 7.631 jiwa.

2.4.3. Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu Kecamatan di Kota Medan. Kecamatan Medan Johor memiliki luas wilayah 14.58 km 2 . Menurut data dari Kantor Statistik Kota Medan, pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor adalah sebesar 123.851 jiwa. Tabel 2.17. Jumlah Penduduk di Kecamatan Medan Johor Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 No. Kelompok Umur Tahun Jumlah Penduduk Jiwa 1 0-4 11.551 2 5-14 22.565 3 15-44 66.476 4 45-64 19.599 5 ≥ 65 3.660 Total 123.851 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS Kota Medan Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk berusia produktif berada pada angka yang cukup tinggi. Hal tersebut juga dapat meningkatkan jumlah keluarga dan angka kelahiran bayi di Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan data dari Dinkes Kota Medan, jumlah ibu hamil dan bayi lahir hidup di Kecamatan Medan Johor menurut Puskesmas pada tahun 2010 yaitu: Tabel 2.18. Jumlah Ibu Hamil dan Bayi Lahir Hidup di Kecamatan Medan Johor Menurut Puskesmas Tahun 2010 Jumlah Keluarga Jumlah Ibu Hamil Jumlah Bayi Lahir Hidup Puskesmas Medan Johor 18.396 2.013 1.716 Puskesmas Kedai Durian 16.710 961 822 Total 35.106 2.974 2.538 Sumber : Dinkes Kota Medan Universitas Sumatera Utara 59 Tidakadanya RSIA di kawasan Medan Johor menyebabkan ibu-ibu Maternal hanya dapat dilayani oleh Rumah Sakit Umum RSU, Rumah Bersalin dan Praktek Bidan. Sedangkan anak-anak berusia 0-18 tahun yang sakit hanya dapat ditangani oleh RSU. Atau jika mereka ingin mendapatkan pelayanan yang lebih baik, mereka harus mencari Rumah Sakit Ibu dan Anak yang berada di tengah kota Medan yang letaknya lebih jauh dari tempat tinggal mereka, karena RSU ataupun Rumah Bersalin tidak khusus melayani ibu Maternal ataupun anak-anak, sehingga harus dirujuk ke rumah sakit khusus ibu dan anak. 2.5. Lokasi 2.5.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Terdapat beberapa persyaratan mengenai pemilihan lokasi Rumah Sakit, yaitu: • Menurut Depkes RI dalam Pokok-Pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum Kelas C: a. Ditinjau dari geografi, rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah, b. Tersedianya infra struktur dan fasilitas dengan mudah, c. Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di sekitarnya, d. Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit, e. Tersedianya luas tanah ± 3,5 ha, cukup untuk perkembangan selanjutnya, f. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat Tata Kota yang berlaku. • Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 147menkesperi2010 tentang Perizinan Rumah Sakit, luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak bertingkat, minimal 1½ satu setengah kali luas bangunan dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 dua kali luas bangunan lantai dasar.

2.5.2. Alternatif Lokasi Site

Terdapat 2 alternatif lokasi site, yaitu: 1. Lokasi A Terdapat di Jl. A.H. Nasution Jl. Karya Jasa, Kecamatan Medan Johor, Medan Luas Site : ±1 Ha Universitas Sumatera Utara 2. Batas Site Utara Timur Selatan Barat Lokasi B Terdapat d Luas Site Batas Site ¾ Utara ¾ Timur ¾ Selatan ¾ Barat e antara lain : Peruma : Peruma : Jl. A.H. : Sungai di Jl. Karya : ±3 Ha e antara lain : Jl. Karya : Komple n : Ruko : Komple G G n : ahan Pendu ahan Pendu Nasution J Babura Wisata, Ke n : a Kasih ks Perumah ks Perumah Gambar 2.1 Gambar 2.1 duk duk Jl. Karya Ja ecamatan M han Bukit J han Citra W 9. Lokasi B 8. Lokasi A asa Medan Joho Johor Mas Wisata B Jl. Karya A Jl. A.H. N or, Medan Wisata asution 60 Universitas Sumatera Utara 3. 2. N 1 2 Lokasi C Terdapat d Luas Site Batas Site ¾ Utara ¾ Timur ¾ Selatan ¾ Barat .5.3. Penil

o. Kr

1 Luas L 2 Tingkat di Jl. A.H. N : ±1 Ha e antara lain : Pertoko : - Jl. Ka - n : Rumah : - Ruma - Kanto aian Altern T riteria ahan tan jalan Gam Nasution, Ke n : an Ruko arya Budi Penduduk ah Pendudu or Dinas Ta natif Lokas Tabel 2.19. Altern 3 ± 1 3 Jalan Arte mbar 2.20. L ecamatan M uk ta Ruang si Penilaian A natif 1 3 Ha 3 eri Primer Lokasi C Jl Medan Joho Alternatif Lo Lok Altern 2 ± 3 2 Jalan K Seku . Jend. A.H or, Medan okasi kasi natif 2 2 3Ha 2 Kolektor under . Nasution Alter ± 1 Jalan Art 61 natif 3 3 1Ha 3 teri Primer Universitas Sumatera Utara 62 No. Kriteria Lokasi Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 3 Pencapaian ke Lokasi 1 Cukup mudah karena berada di jalan utama jalan lintas sumatera sehingga dapat langsung di akses oleh pengguna jalan, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun angkot angkot yang melintas jalan ini sangat banyak. Akan tetapi beresiko kemacetan yang sering terjadi di simpang jalan Karya Wisata. 3 Mudah karena berada di dalam kawasan permukiman, sehinga pengunjung yang tinggal di dalam kawasan tersebut dapat dengan mudah mengaksesnya. Terlebih lagi karena jalan di dalam kawasan ini berupa grid blok dan terhindar dari kemacetan yang biasanya terjadi di simpang jalan Karya Wisata. 3 Mudah karena berada di jalan utama jalan lintas sumatera sehingga dapat langsung di akses oleh pengguna jalan, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan kota. 4 Jangkauan Terhadap Struktur Kota 2 Kawasan permukiman, perkantoran, dan perdagangan. 2 Kawasan permukiman, perdagangan, dan pendidikan. 2 Kawasan permukiman, perdagangan perkantoran. 5 Faktor Pendukung Sekitar Lokasi 2 Perumahan penduduk, restauran, dan swalayan. 2 Kompleks Perumahan, Restauran, dan swalayan super market 2 Perumahan penduduk, restauran, dan retail. Universitas Sumatera Utara 63 Keterangan : 3 : Baik sekali 1 : Cukup 2 : Baik 0 : Kurang

2.5.4. Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi

Rumah Sakit Ibu dan Anak ini menargetkan masyarakat medis pada khususnya dan masyarakat umum pada ummnya sebagai user. Sehingga penempatan bangunan ini sebaiknya berada dekat dengan daerah kegiatan dan hunian mereka. ƒ Kasus Proyek : Rumah Sakit Ibu dan Anak ƒ Status Proyek : Fiktif ƒ Pemilik Proyek : Swasta ƒ Lokasi tapak : Jl. Jend. A.H. Nasution Karya Jasa, Kecamatan Medan Johor, Medan ƒ Batas-batas site : ¾ Utara : Jl. Jend. A.H. Nasution Karya Jasa ¾ Timur : - Jl. Karya Budi - Kawasan Komersil dan Perumahan dalam proses pembangunan ¾ Selatan : Perumahan Penduduk ¾ Barat : Kantor Dinas Tata Ruang Tata Bangunan No. Kriteria Lokasi Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 6 Fungsi Eksisting 3 Lahan Kosong 3 Lahan Kosong + Bangunan non permanen 3 Lahan kosong + bangunan tidak terpakai 7 Kontur Relatif Datar Relatif Datar Relatif Datar 8 Pengenalan Entrance 1 ƒ Cukup ƒ Berada di tengah 3 ƒ Baik ƒ Berada di persimpangan jalan 3 ƒ Baik ƒ Berada di persimpanga n jalan Total Nilai 15 17 19 Peringkat 3 2 1 Universitas Sumatera Utara 2. 2. D ya sa Pe m hi ru ho ƒ Luas ƒ Kontu ƒ KDB ƒ KLB ƒ GSB ƒ Bang ƒ Poten ¾ ¾ .6. Studi .6.1. Ruma Rumah S enpasar, B ang berope akit ini beru erubahan i masyarakat a Letak ru ruk pikuk la uang rawat otel berbinta Lahan ur unan Eksis nsi Lahan : Berada d Transpor i Banding P ah Sakit Ib Sakit Ibu d ali. Pada a erasi sejak ubah ststusn ni sebagai agar Puri Bu umah sakit alu lintas. B inap denga ang. Ruang : ± 1 H : Rela : 60 : 4-5 : 11 m ting : Laha dekat denga rtasi lancar Proyek Sej u dan Anak Gambar dan Anak P awalnya rum 15 Novemb nya menjad tuntutan p unda bisa m di tengah l Bangunan d an 7 spesif g-ruang itu d Ha ± 10.00 atif datar lantai m an kosong d an kawasan dan baik enis k RSIA Pu 2.21. RSIA Puri Bunda mah sakit in ber 2003. N di Rumah S pelanggan d merawat pa lingkungan engan arsit fikasi yang diberi nama 00 m 2 dan bangun permukima uri Bunda, A Puri Bunda a terletak d ni adalah R Namun seja Sakit Ibu da dan untuk sien anak. yang tidak tektur Bali m masing-ma a sesuai nam nan kosong an pendudu Bali a di Jl. Gatot umah Sakit ak Novemb n Anak RS mengakom k polutif ser modern ini m asing setara ma tokoh-to uk t Subroto V t Bersalin ber 2006, ru SIA Puri Bu modasi kein rta terhinda menyediaka a dengan k okoh perem 64 VI19, RSB umah unda. ginan r dari an 50 kamar mpuan Universitas Sumatera Utara 65 utama dalam epos Ramayana dan Mahabharata seperti Dewi Sita, Dewi Kunti, Dewi Supraba, Drupadi, dan Kausalya. RSIA Puri Bunda didukung peralatan kedokteran modern seperti ruang bersalin yang dilengkapi continous and central monitoring CTG cardiotocografi, ruang bayi dengan infant core unit dan photo therapy, ruang operasi yang dilapisi lapisan steril berstandar internasional, ruang pulih dan intensif care unit ICU serta USG 4 dimensi. Untuk kenyamanan pasca-persalinan, tersedia ruang rawat inap dengan peralatan dan perlengkapan standar hotel berbintang. Tersedia juga klinik laktasi yang menyediakan layanan konsultasi menyusui, perawatan, dan pemijatan bayi. ¾ Visi : Menjadikan Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda sebagai Rumah Sakit unggulan dan terdepan dalam memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak terkemuka yang berstandar Internasional di wilayah Indonesia bagian timur khususnya di Bali. ¾ Misi : • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi wanita dan kesehatan anak yang sesuai dengan standar pelayanan tertinggi, aman, informatif, profesional, manusiawi dan terjangkau. • Mengupayakan terwujudnya Sumber Daya Manusia yang profesional, akuntabel dan berorientasi pelanggan. • Melaksanakan pendidikan dan latihan yang berkesinambungan dalam upaya menuju pelayanan prima. • Menjalin kerjasama dengan instansi, perusahaan dan semua pihak yang peduli terhadap pelayanan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi wanita dan kesehatan anak. • Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, menuju pelayanan berstandar Internasional. Universitas Sumatera Utara ¾ Pelayana a. Medis ƒ Te do ƒ In ƒ In ƒ In b. Pelay ƒ U ƒ La ƒ Ko G G an: s empat prak okter gigi an nstalasi gaw nstalasi Raw nstalasi Raw yanan Penu SG 4 dimen aparoskopi olposkopi Gambar 2.22 Gambar 2.2 ktek bersa nak wat darurat wat Inap wat Intensif unjang Medi nsi 2. NICU 24. ICU ama dokter UGD is r anak, ka Gamba Gambar 2 andungan, ar 2.23. PIC .25. Ruang kebidanan, CU Resti 66 dan Universitas Sumatera Utara 67

2.6.2. Rumah Sakit Ibu daAnak RSIA Bunda, Jakarta

Gambar 2.26. RSIA Bunda Rumah Sakit Bunda terletak dipojok antara Jalan Sutan Syahrir dan Teuku Cik Ditiro adalah Kompleks, terletak didaerah bergengsi Menteng Jakarta Pusat ±1Km ke Timur dari Bundaran HI Wisma Nusantara. Rumah Sakit Bunda Jakarta hari kelahirannya dianggap tanggal 27 Maret 1973 yang dikaitkan dengan kelahiran bayi pertama dirumah bersalin waktu itu ditolong oleh pendiri Rumah Sakit Bunda Jakarta adalah Dr. Rizal Sini SpOG. Rumah Sakit Bunda semula merupakan Rumah Sakit Bersalin yang bernaung dibawa Yayasan Bunda 1972 dengan kapasitas 26 tempat tidur dewasa, 1 kamar operasi, 1 kamar bersalin, 1 kamar bayi dan 1 ruang kamar praktekpoliklinik. Rumah Sakit Bunda Jakarta melihat realita lebih dini mengakui bahwa rumah sakit adalah industri jasa yang serba kompleks. Visi dan misi industri jasa pada umumnya harus tergambar dan menjadi fondasi yang realistis harus mampu memikul beban yang berat menghadapi tantangan masa kekinian yang berkelanjutan. Modal kuat, asset, sistim tatakelola, sumber daya manusia dengan memperhitungkan kondisi sosioekonomi masyarakat yang dilayaninya dan landasan undang undang yang berlaku perlu diperhitungkan. Tahun 1982 Rumah Sakit Bunda Jakarta meresmikan bangunan Blok A berlantai 5 dengan kapasitas 60 tempat tidur dewasa dan ruang poliklinik yang terletak dilantai 1. Tahun1985 awal dari penggunaan komputer dan penggunaan SIRS system informasi terintergrasi rumah sakit yang telah dibakukan, dijalankan dengan mesin mini mainframe IBM-AS400. Universitas Sumatera Utara 68 Rumah Sakit Bunda Jakarta Tahun 1976 telah berbadan hukum Perseroan Terbatas sebagai landasan kepemilikan asset dan penanggung fiscal tax payer. Karena sebelumnya diwajibkan selaku pengelola operator rumah sakit adalah Yayasan Bunda namun kemudian setelah UU tentang Kesehatan 1992 dinyatakan non aktif hingga dua badan hukum sudah menjadi satu. Rumah Sakit Bunda dalam ekspasi kedalam tahun 1995 meresmikan bangunan Blok C, merupakan pengembangan poliklinik dan.Klinik Fertilitas Morula KFM. Pada tahun yang sama dibuka fasilitas NICU, Neonatus Intensive Care Unit, yaitu kamar ICU untuk bayi dibawah pengawasan dokter spesialis anak dan tenaga perawat yang terdidik dan terlatih. Tahun 1996 peresmian CDC, Comprehensive Delivery Care suatu inovasi yang dikembangkan. CDC adalah ruangan persalinan terpadu yang terdiri dari 1 kamar bersalin, 1 ruang untuk pasien dan bayirooming in, 1 ruang tidur untuk suamiruang keluarga dengan fasilitas hotel berbintang. Pada tahun yang sama Rumah Sakit Bunda Jakarta menambah fasilitas pelayanan klinik Gigi dan Klinik kulit. Tahun 1997 peresmian Wing Balita ruang Perawatn anak usia sampai dengan 5 tahun. Fasilitas terdiri dari 6 kamar Utama dan 1 kamar kelas 2 dengan 4 tempat tidur. Tahun 2000 penambahan fasilitas Bone densitometri dan Mamografi kebutuhan masa kini.Tahun 2003 peresmian bangunan Blok D yang terdiri dari 3 lantai, merupakan pengembangan dari klinik anak dan perawatan anak sampai dengan usia 10 tahun. Fasilitas di Blok D adalah 4 buah ruang praktek dokter anak, 1 ruangan terapi anak, 6 kamar perawatan anak kelas perdana dan 2 kamar perawatan anak kelas Utama, serta 1 lantai untuk ruang KIE komunikasi informasi dan Edukasi yang penggunaannya banyak diperuntuk bagi penyelenggaraan seminar-seminar dan pertemuan-pertemuan serta rapat-rapat intern managemen. Dengan diresmikannya Blok D, maka fasilitas pelayanan untuk klinik anak bertambah dengan adanya klinik Tumbuh Kembang dan Klinik Alergi pada anak Balita. Tahun 2004 Rumah Sakit Bunda Jakarta mengembangkan PICU Perinatologi Intensive Care Unit yaitu kamar ICU untuk anak sampai dengan usia 10 tahun dengan kapasitas 4 tempat tidur dan tenaga dokter spesialis anak yang berpendidikan dan pengalaman internasional. Universitas Sumatera Utara 69 Rumah Sakit Bunda dalam ekspasi keluar diawal millennium 2000, Landasan Kelompok Rumah Sakit Bunda Indonesia, kerjasama tidak formal antara beberapa rumah sakit swasta ditahun 1992 telah membentuk kerjasama berbadan hukum, PT. Bunda Global Pertama, antara rumah sakit di Medan, Padang, Batam, Palembang, Jakarta dan Semarang dengan kegiatan usaha a.l. kordinasi kegiatan rumah sakit Bunda Indonesia Hospital Alliance, procurement kebutuhan bahan dan peralatan rumah sakit, sharing pengalaman dll. Tahun 2002, telah mengakuisisi salah satu rumah sakit di daerah, Rumah Sakit Umum Restu Ibu di Padang. Diawal tahun 2003 telah dimulai pula pembangunan RSU,Bunda Margonda, Depok dengan kekhususan, Klinik Spesialis dan Rawat Sehari, seperti protype yang telah direncanakan dan sedang dibangun di RSU.Restu Ibu Padang Rumah Sakit Ibu dan Anak RSIA Bunda memiliki beberapa fasilitas umum, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan fasilitas pendukung lainnya, yaitu: a. Fasilitas Umum Gambar 2.27. Area Parkir Gambar 2.28. Bunda Gift Shop Gambar 2.29. ATM Centre Gambar 2.30. Brandinas Café and Resto Universitas Sumatera Utara 70 b. Pelayanan Kesehatan 1. Klinik Kebidanan Gambar 2.31. Klinik Kebidanan RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik kebidanan yang melayani pemeriksaan kehamilan, penyakit kandungan dan persalinan. Waterbirth adalah salah satu fasilitas persalinan terkini yang memiliki dan masih jarang ditemui di rumah sakit persalinan lainnya. 2. Klinik Anak RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik anak yang memberikan pelayanan konsultasi anak kepada pasien yang memiliki keluhan seputar masalah kesehatan anak. Konsultasi akan dilayani oleh dokter spesialis anak pediatric dengan batuan para perawat. Konsultasi dokter spesialis anak dilakukan setiap hari sesuai dengan jam praktek dokter masing-masing. Beberapa unggulan pelayanan klinik anak di RSIA Bunda Jakarta adalah: o Tumbuh Kembang anak o Alergi pada anak o Gangguan pada paru-paru anak o Psikologi anak o Spesifikasi peyakit demam berdarah Universitas Sumatera Utara 71 3. Klinik Gigi Gambar 2.32. Klinik Gigi Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. RSIA Bunda Jakarta memiliki fasilitas Klinik Gigi untuk memberikan pelayanan demi pemeliharaan kesehatan gigi. Pelayanan yang tersedia di rumah sakit ini adalah pelayanan gigi dalam bentuk preventif atau pencegahan dan pengobatan. 4. Klinik Dokter Umum RSIA Bunda Jakarta memiliki klinik dokter umum yang disediakan bagi seluruh pasien yang datang dengan segala keluhan atau masalah kesehatan yang dialaminya. Klinik dokter umum memberikan konsultasi dan pengobatan kepada para pasien yang datang, atau untuk beberapa kasus dengan spesifikasi atau kekhususan tertentu akan dirujuk ke dokter spesailis lainnya dengan pengantar yang jelas dari dokter umum RSIA Bunda Jakarta. 5. Ruang Bersalin RSIA Bunda memiliki fasilitas kamar bersalin yang nyaman untuk para pasien yang akan melahirkan di Bunda, dengan 3 buah kamar untuk persalinan dimana salah satunya adalah ruangan persalinan untuk waterbirth metode melahirkan normal di dalam air. Untuk pasien yang akan Gambar 2.33. Ruang Bersalin Universitas Sumatera Utara 72 melahirkan RSIA Bunda juga memiliki ruangan pra-persalinan dengan 3 buah tempat tidur bagi para ibu yang menantikan masa sebelum persalinannya. Selama proses pra-persalinan ibu akan selalu di obeservasi dipantau perkembangannya sampai pada proses persalinan tersebut. Selama proses persalinan pasien akan dibantu oleh seorang dokter, bidan dan para perawat terlatih di kamar bersalin tersebut. 6. Kamar Operasi Kamar Operasi adalah ruangan khusus memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien saat sebelum, selama, dan sesaat sesudah dilakukan tindakan pembedahan. Kamar operasi di RSIA Bunda Jakarta disediakan untuk proses persalinan caesar cesar dan tindakan operasi lainnya. Beberapa tindakan yang paling sering dilakukan selain operasi persalinan adalah laparaskopi dan laparatomi. RSIA Bunda Jakarta juga banyak menerima pasien rujukan dari rumah sakit lainnya. Kami memiliki 3 buah ruangan sebagai kamar operasi dengan peralatan kesehatan yang canggih dan lengkap didalamnya. Dalam proses operasi pasien akan dibantu oleh para dokter bedah yang berpengalaman dan para perawat yang terlatih. Gambar 2.34. Kamar Operasi Universitas Sumatera Utara 73 STRUKTUR ORGANISASI RSIA Bunda Gambar 2.35. Struktur Organisasi RSIA Bunda, Jakarta Universitas Sumatera Utara 74

BAB 3 ELABORASI TEMA

3.1. Pengertian Tema yang digunakan pada rancangan proyek ini adalah ‘Healing

Environment’. 3.1.1. Pengertian Healing ‘Healing’ berasal dari bahasa Inggris ‘heal’ yang berarti ‘menyembuhkan’. Sedangkan healing berarti penyembuhan atau proses penyembuhan. Secara medis, healing berarti penyembuhan fisiologis, yaitu pemulihan jaringan hidup yang rusak, organ dan sistem biologis sehingga berfungsi normal. Merupakan proses dimana sel-sel dalam tubuh meregenerasi dan memperbaiki untuk mengurangi ukuran dari daerah yang rusak atau nekrotik.

3.1.2. Pengertian Environment

‘Environment’ berarti ‘lingkungan’. Secara umum, lingkungan mengacu ke lingkungan dari suatu obyek, atau lingkungan alam, seluruh makhluk hidup dan tak hidup yang terjadi secara alami di Bumi. Jadi, Healing Environment atau lingkungan penyembuhan untuk bangunan kesehatan adalah sesuatu yang menggambarkan suasana fisik dan budaya organisasi yang mendukung pasien dan keluarga dalam melalui tekanan yang dikarenakan oleh penyakit, rawat inap opname, kunjungan medis, proses penyembuhan, dan terkadang kehilangan.

3.2. Kajian Mengenai Tema Healing Environment

Keberhasilan proses penyembuhan manusia merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind manusia. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang menyehatkan, nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Salah satu faktor pendukung Universitas Sumatera Utara 75 yang dominan bagi pemulihan kesehatan seseorang adalah faktor psikologis yang mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting Kaplan dkk, 1993. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah belajar bahwa perasaan tidak dapat dipisahkan dari biokimia ergonomi human factor engineering. Pikiran kita mempengaruhi psikologi kita. Apa yang kita rasakan dan pikirkan, semua digerakkan oleh pesan dari otak. Cepat tidaknya proses penyembuhan juga dipengaruhi tingkat stres psikologis pasien. Faktor psikologis dapat membantu pemulihan kesehatan penderita yang sedang dalam masa perawatan di rumah sakit. Faktor tersebut dapat dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan rumah sakit yang bersangkutan. Kehadiran sebuah suasana tertentu diharapkan dapat mereduksi faktor stress atau tekanan mental yang dialami oleh penderita yang sedang menjalani proses pemulihan kesehatan. Suasana tertentu dalam lingkungan fisik rumah sakit dapat menambah faktor stress penderita, sehingga dapat menghambat atau menggagalkan proses pemulihan kesehatannya. Kaplan dkk, 1993. Munurut Michael L. Knecht, terdapat beberapa faktor penyebab stres, antara lain: ƒ Pelanggaran privasi ƒ Kehilangan kontrol ƒ Perasaan tidak berdaya ƒ Pemisahan dari keluarga teman ƒ Tidak yakin tentang proses perawatan ƒ Tak terkendali kebisingan dan gangguan ƒ Kekhawatiran tentang kesalahan medis dan biaya perawatan Berawal dari faktor penyebab stres di atas, tubuh manusia langsung merespon faktor-faktor tersebut sehingga menyebabkan hal-hal berikut: ƒ Peningkatan ketegangan otot ƒ Peningkatan tekanan darah dan keringat ƒ Menurunkan ambang nyeri ƒ Depresi ƒ Insomnia Universitas Sumatera Utara 76 ƒ Menunda penyembuhan luka ƒ Dampak terhadap sistem kekebalan tubuh Healing Environment pada perancangan adalah bagaimana menjadikan bangunan dan lingkungan sebagai sarana penyembuh bagi pasien. Bangunan dan lingkungan tersebut diharapkan dapat menurunkan tekanan psikologis stres pada pasien. Pada tahun 1994, Roger Ulrich meneliti dampak klinis yang timbul pada pasien terhadap kamar dengan jendela menghadap lingkungan luar. Ulrich menemukan pasien dengan jendela menghadap pemandangan alam memiliki: ƒ Menjalani rawat inap dalam jangka waktu singkat ƒ Lebih sedikit mendapat evaluasi negatif dari perawat ƒ Kemungkinan terjadinya komplikasi pasca operasi lebih rendah Menurut Jain Malkin 2003 dalam The Bussiness Case for Creating a Healing Environment, suasana fisik memiliki potensi untuk menjadi sarana terapi jika memenuhi: • Menghilangkan stres karena lingkungan seperti kebisingan, silau, kekurangan privasi, dan kualitas udara yang buruk. • Menghubungakan pasien dengan alam dengan pemandangan keluar, taman dalam, akuarium, elemen-elemen air, dan lain-lain • Menawarkan opsi dan pilihan untuk merubah perasaan terkendali, ini mungkin termasuk privasi terhadap sosialisasi, tingkat pencahayaan, jenis musik, pilihan tempat duduk, ruang tunggu yang tenang atau aktif • Memberi kesempatan bagi dukungan sosial, pengaturan tempat duduk yang memberikan privasi bagi keluarga, akomodasi untuk anggota keluarga atau teman dalam perawatan, dan tempat tidur tambahan untuk keluarga di ruangan pasien. • Memberi tambahan-tambahan positif seperti koneksi internet, fasilitas musik dan videoyang dapat membantu penyembuhan. • Melahirkan perasaan kedamaian, pengharapan, refleksi dan spritual dan memberikan kesempatan untuk relaksasi, humor, pendidikan dan imajinasi. Universitas Sumatera Utara 77 Membawa Rumah ke Dalam Rumah Sakit Yang paling penting bagi pasien rawat inap di rumah sakit adalah kenyamanan dan kebebasan memiliki anggota keluarga dan teman-teman yang mengunjungi dan menghabiskan waktu bersama mereka. Dengan kemajuan dalam perawatan kesehatan kebanyakan pasien lebih memilih dirawat di instalasi rawat jalan, dimana mereka datang dengan memiliki prosedur atau menjalankan tes dan kemudian kembali ke rumah mereka. Pasien rawat inap saat ini lebih cenderung memiliki kondisi serius dan berada di sana untuk jangka waktu setidaknya beberapa hari dan kadang-kadang bahkan berbulan-bulan. Hal ini membutuhkan perubahan pada tren kesehatan dengan menciptakan lingkungan yang membuat tidak hanya pasien, tetapi juga orang yang mereka cintai merasa seperti mereka dapat bersantai dan bahkan mungkin lupa bahwa mereka berada di rumah sakit. Hal ini terbukti bahwa jika seseorang merasa nyaman dan santai, mereka dapat beristirahat lebih mudah dan lebih cepat sembuh. Masalah penyembuhan seseorang merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis inner mind dari pasien. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan seseorang. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks tersebut kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar 40 dalam proses penyembuhan, faktor medis 10, faktor genetis 20 dan faktor lain 30 Kaplan dkk, 1993. Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Lingkungan buatan meliputi semua tempat yang sebagian besar telah direncanakan dan diciptakan oleh manusia, seperti: ruangan, gedung, lingkungan sekitar, dan kota Hemistra and McFarling, 1974. Pada saat mengamati interaksi manusia dengan lingkungan tertentu yang ditempatinya, maka akan ditemukan karakteristik dasar pada pola perilaku yang berbeda pada tiap interaksi tersebut. Dengan demikian manusia membentuk bangunan dan selanjutnya bangunan akan membentuk manusia. Manusia dan alam lingkungan pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling berinteraksi, dan dari proses interaksi Universitas Sumatera Utara 78 tersebut dapat berupa lingkungan fisik, yaitu alam sekitar baik yang sifatnya alamiah maupun yang bersifat buatan, dan lingkungan fisik yang merupakan lingkungan sosial budaya. Melalui interaksi dengan kedua lingkungan inilah seorang manusia dapat disebut sebagai manusia yang lengkap Altaman, 1975. Ditinjau dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa faktor lingkungan mempunyai peran terbesar dalam proses penyembuhan, maka seharusnya faktor lingkungan tersebut mendapat perhatian yang cukup besar pada sebuah fasilitas penyembuhan. Desain interior rumah sakit juga merupakan lingkungan binaan yang keberadaannya berhubungan langsung dengan pasien. Melalui elemen-elemen yang pembentuk ruang dalam interior seperti elemen warna, dapat diciptakan sebuah lingkungan atau suasana ruang yang mendukung proses penyembuhan.

3.3. Interpretasi Tema