Otitis Media Regresi Logistik

10 V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior. N.Vestibulokohlearis N.akustikus yang dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis scarpa terletak didasar dari meatus akustikus internus Ahmad, 1999.

2.2. Otitis Media

Otitis media merupakan peradangan pada telinga tengah. Menurut GG 2008 dalam Ibekwe 2006, otitis media dapat digolongkan berdasarkan: a. Durasi – otitis media akut dan otitis media kronis b. Jenis cairan telinga – supuratif dan non-supuratif c. Otitis media dengan efusi dan aero-otitis media d. Organisme penyebab – otitis media bakterial dan otitis media karena organisme spesifik, seperti: otitis media tuberkulosis dan sifilis. Beberapa jenisnya akan dibahas seperti berikut: a. Otitis Media Akut OMA merupakan infeksi akut pada mukosa telinga tengah, juga termasuk sel udara mastoid. OMA kebanyakan terjadi pada anak-anak Berman, 1995; Dhingra, 2004; Clare, 2007. Tampilan klinis mencakup gejala lokal dan gejala sistemik. Pada anak dapat ditemui demam dengan suhu tinggi mencapai 41-42 C, tidak mau makan, tangisan yang tidak berhenti, dan mudah terusik Ibekwe, 2007; Aino, 2006 b. Otitis Media Efusi OME mempunyai ciri adanya akumulasi cairan non-purulen pada telinga tengah dengan membran timpani yang utuh. Cairannya dapat berupa mukus dengan konsistensi tebal maupun cairan serosa dengan konsistensi tipis. OME biasanya mengalami tuli konduktif, ringan sampai sedang ≤40dB. OME sering pada balita Akindale, 1998. Universitas Sumatera Utara 11 c. Otitis Media Spesifik Otitis media tuberkulosa memang tidak umum. Tetapi, jumlahnya semakin meningkat Matsumoto, 2007. Ciri-cirinya adalah adanya cairan telinga tanpa nyeri telinga dan adanya multi-perforasi membran timpani yang dapat mengenai semua usia terutama anak-anak dan dewasa muda Sethi, 2006; Chandra 2007. Otitis media sifilis disebabkan oleh spiroseta yang menginfeksi koklear dan kanalis semisirkularis. Dijumpai adanya tuli sensorineural dan vertigo I, 1999. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan cairan telinga pada mikroskop lapangan gelap Lukehart, 2005. d. Otitis Media Kronis Tabel 2.1. Klasifikasi Otitis Media Kronis menurut Browning 1977 Ibekwe, 2006 Faktor predisposisi kronisitas otitis media diduga karena: 1. Disfungsi tuba auditoria kronik, infeksi fokal seperti sinusitis kronik, adenoiditis kronik dan tonsilitis kronik yang menyebabkan infeksi kronik atau berulang saluran napas atas dan selanjutnya mengakibatkan udem serta obstruksi tuba auditoria. Beberapa kelainan seperti hipertrofi adenoid, celah palatum mengganggu fungsi tuba auditoria. Gangguan kronik fungsi tuba auditoria menyebabkan proses infeksi di telinga tengah menjadi kronik Utami, 2010. 2. Perforasi membran timpani yang menetap menyebabkan mukosa telinga tengah selalu berhubungan dengan udara luar. Bakteri yang berasal dari kanalis Universitas Sumatera Utara 12 auditorius eksterna atau dari luar lebih leluasa masuk ke dalam telinga tengah menyebabkan infeksi kronik mukosa telinga tengah Mawson, 1974. 3. Pseudomonas aeruginusa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang tersering diisolasi pada OMSKB, sebagian besar telah resisten terhadap antibiotika yang lazim digunakan. Ketidaktepatan atau terapi yang tidak adekuat menyebabkan kronisitas infeksi Rianto, 1998. 4. Faktor konstitusi, alergi merupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat menyebabkan kronisitas. Pada keadaan alergi ditemukan perubahan berupa bertambahnya sel goblet dan berkurangnya sel kolumner bersilia pada mukosa telinga tengah dan tuba auditoria sehingga produksi cairan mukoid bertambah dan efisiensi silia berkurang Gladstone, 1995. Penyakit alergi adalah suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun Restuti, 2006.

2.3. Otitis Media Supuratif Kronis