59
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara usia subyek pada kelompok
kasus dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.375 p0.05. 2.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin subyek pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.000 p0.05. Laki-
laki lebih banyak menderita OMSK dibandingkan dengan perempuan. 3.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pengukuran SFAR subyek pada kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.003 p0.05.
4. Peluang terjadinya OMSK 5 kali lebih besar pada pasien dengan riwayat
bersin dibandingkan pada pasien dengan tanpa riwayat bersin 5.
Peluang terjadinya OMSK 2,3 kali lebih besar pada pasien yang kambuh dengan adanya alergen dibandingkan dengan yang tanpa alergen.
6. Peluang terjadinya OMSK 2,7 kali lebih besar pada pasien yang sudah pernah
tes alergi positif dibandingkan dengan pasien yang belum pernah tes alergi positif.
7. Peluang terjadinya OMSK 1,6 kali lebih besar pada pasien dengan riwayat
keluarga alergi dibandingkan pada pasien dengan tanpa riwayat keluarga alergi.
8. Diperoleh hubungan yang bermakna rinitis alergi dengan OMSK. Peluang
terjadinya OMSK 9.1 kali lebih besar pada pasien dengan rinitis alergi dibandingkan dengan pasien tanpa rinitis alergi IK 95: 1.998-41.445.
6.2. Saran
1. Petugas Kesehatan
Memberikan informasi tentang hubungan OMSK dengan rinitis alergi bahwa orang dengan rinitis alergi lebih berisiko mengalami OMSK
dengan orang tanpa rinitis alergi.
Universitas Sumatera Utara
60
2. Masyarakat
Bagi penderita dengan riwayat bersin berulang yang kambuh dengan adanya pemicu alergen, pernah tes alergi positif serta ada riwayat keluarga
menderita alergi agar lebih waspada terhadap gangguan telinga, yaitu OMSK.
3. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini masih bisa dikembangkan dengan menambah jumlah sampel, durasi penelitian, dan hasil penelitian yang lebih terperinci.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga
Perkembangan telinga dimulai pada minggu ke-3 kehidupan intra-uteri dan berakhir pada dewasa. Prosesnya mencakup perkembangan bagian dalam, tengah,
dan luar telinga yang kompleks. Telinga tengah terdiri atas kavum telinga tengah, osikel, additus, resesus antrum yang menghubungkan kavum telinga tengah
dengan kavum mastoid, kompartemen superior atik dengan tegmentum timpanikum pada atapnya. Tuba eustakius menhubungkan telinga tengah dengan
nasofaring. Fungsi telinga tengah mencakup transformasi, transmisi, dan amplifikasi suara dalam proses mendengar. Fungsi ini mrnurun pada otitis media
Rask, 2008.
2.1.1. Telinga Bagian Luar
Gambar 2.1. Gambaran Umum Telinga Ellis, 2006 Telinga luar terdiri dari daun telinga dan meatus auditori eksterna.
Daun telinga terdiri atas tulang keras dan tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan kulit, lemak, dan fibrosa. Otot-otot intrinsik dan ekstrinsik tidak
memiliki fungsi yang berarti bagi manusia. Meatus auditori eksternal
Universitas Sumatera Utara
6
meluas ke dalam sampai ke membran timpani. Panjangnya sekitar 1,5 inchi 37 mm, dan memiliki bidang unik berbentuk S yang mengarah ke
medial atas dan ke depan, kemudian ke medial belakang dan ke medial depan dan bawah. Membran timpani, atau gendang telinga, memisahkan
telinga tengah dari meatus auditori eksterna. Membran timpani terdiri dari lapisan kulit luar, bersambung dengan kulit pada meatus auditori eksterna
yang berupa lapisan mukoperiosteum dari kavum timpani. Bentuknya oval di bagian luar dan sedikit cekung ke luar, dan tembus pandang sehinga
memungkinkan pada pemeriksaan untuk melihat dasar maleus dan bagian dari inkus . Bagian yang lebih besar dikenal sebagai pars tensa. Di atas
proses lateral malleus ada area segitiga kecil di mana membran tipis dan longgar yang disebut pars flaccida Ellis, 2006.
2.1.2. Telinga tengah
Telinga tengah, atau kavum timpani, adalah rongga yang menyerupai celah sempit di bagian petrosa tulang temporal yang berisi tiga
tulang pendengaran. Dinding lateral dibentuk terutama oleh membran timpani, yang memisahkannya dari meatus auditori eksternal, dan di
bagian atasnya adalah bagian skuamosa tulang temporal. Bagian atas dari kavum timpani dikenal sebagai resesus epitimpani; pada bagian ini
terdapat inkus dan kepala maleus. Dinding medial, yang memisahkan kavum dari telinga interna terlihat cochleae fenestra jendela bulat ,
ditutupi oleh membran timpani sekunder membran; vestibule fenestra jendela oval, ditempati oleh dasar dari stapes yaitu promontorium. Di
bagian anterior, kavum berhubungan dengan faring melalui pharyngotympanic atau tuba Eustakius. Di bagian posterior, kavum
berhubungan dengan mastoid atau antrum timpani dan sel-sel udara mastoid. Antrum mastoid adalah rongga kecil di bagian posterior tulang
temporal, terhubung ke reses epitympanic dari telinga tengah melalui aditus. Tuba Eustakius memiliki panjang sekitar 1.5 inchi 37mm dengan
0.5 inchi 12mm pertama merupakan tulang keras, dan sisanya adalah tulang rawan.Tuba dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia Membran
Universitas Sumatera Utara
7
mukosanya tipis pada baguan yang keras, tetapi pada bagian kartilago banyak mengandung kelenjar mukus, dan pada bagian orifisium faring
terdapat banyak jaringan limfoid yang disebut tubal tonsil, yang bisa membengkak bila terjadi infeksi Ellis, 2006.
Telinga tengah terdiri dari: membran timpani, kavum timpani, tuba Eustakius, prosesus mastoideus dengan sellule mastoidea. Tuba Eustakius
memiliki tiga fungsi, yaitu: ventilasi, proteksi, dan drainase kavum timpani. Ketiga fungsi ini sangat vital guna menunjang agar telinga tengah
tidak mengalami patologi dan dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Ventilasi memungkinkan terjadinya aerasi dan penyeimbangan
tekanan kavum timpani dengan atmosfer. Aerasi atau pengudaraan adalah pemberian udara segar kaya oksigen dari nasofaring yang selalu sama
dengan atmosfer ke kavum timpani melalui tuba. Mengingat tuba hanya membuka pada waktu tertentu saja menguap, menelan, yaitu sekitar 3
menit sekali waktu terjaga dan 5 menit sekali waktu tidur, maka aerasi pun hanya terjadi pada waktu tertentu saja. Bersamaan dengan aerasi terjadi
pula penyeimbangan tekanan udara di kavum timpani dengan di dinding nasofaring. Kedua proses ini aerasi dan penyaimbangan tekanan pada
dasarnya adalah upaya mengkoreksi penurunan oksigen dan tekanan udara di kavum timpani akibat resorbsi oleh mukosa. Proteksi bertujuan agar
proses infeksi di saluran nafas atas tidak mudah meluas ke kevum timpani. Sementara itu drainase berfungsi untuk membuang sekret yang ada di
cavum timpani ke nasofaring. Drainase ini terjadi melalui mekanisme transport mukosiliar yang dimiliki tuba Philip, 1997.
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.2. Labirin Membranosa Ellis, 2006
Gambar 2.3. Membran Timpani Dilihat dengan Auroskop Ellis, 2006 2.1.3.
Telinga dalam Telinga dalam terdiri atas tulang labirin yang keras yang disusun
oleh vestibula sentralis, di bagian posterior terhubung dengan ketiga duktus semisirkularis dan di bangian anterior dengan koklea spiralis.
Rongga ini mengandung cairan perilymph serta labirin membranosa, yang terdiri atas utrikulus dan sakulus, yang berhubungan dengan kanalis
semisirkularis dan kanalis koklea Ellis, 2006.
Universitas Sumatera Utara
9
G
Gambar 2.4. Vaskularisasi dan Persarafan Telinga Standring, 2008 Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.
Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah
menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A.
Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah
putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar
kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen
spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari modiolus. Vena dialirkan ke
Universitas Sumatera Utara
10
V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan
kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior. N.Vestibulokohlearis N.akustikus yang dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular, didalam
meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis
dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis scarpa terletak didasar dari meatus akustikus internus Ahmad, 1999.
2.2. Otitis Media