Lahirnya Suatu Jaminan TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SAHAM

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN SAHAM

A. Lahirnya Suatu Jaminan

1. Pengertian Jaminan Dalam pratek perbankan terjadi persetujuan pembukaan kredit antara Bank dengan krediturnya, pihak Bank tidak boleh mengabaikan masalah jaminan. Karena pemberian jaminan adalah merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh calon debitur, agar Bank dapat melayani permintaan calon debitur. Memberikan suatu barang sebagai jaminan berarti melepaskan sebahagian kekuasan atas barang itu. Pada prinsipnya yang harus dilepaskan itu adalah kekuasan untuk memindahkan hak milik atas barang itu secara apapun juga, misalnya dengan cara menjual, menukar ataupun dengan menghibahkannya. Bagi Bank jaminan adalah merupakan hal yang menjadi kunci dari pertimbangan dalam pemberian krdit. Dengan adanya jaminan maka ada keyakinan bagi kreditur bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya. Dan apabila di debitur wanprestasi tidak memenuhi janji untuk membayar hutang tepat pada waktunya, maka Bank dapat menutup piutangnya atau sisa tagihannya dengan mencairkan ataupun menjual barang jaminan yang telah diikatnya. Jaminan dalam kaitannya dengan kredit merupakan salah satu syarat untuk dapat dikabulkannya permohonan kredit. Pasal 8 Undang-Undang Perbakan Nomor 7 Tahun 1992 menyebutkan : “Dalam memberikan kredit, Bank umum 31 Universitas Sumatera Utara wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dijanjikannya”. Jaminan di sini berfungsi untuk mengkonfensir resiko Bank terhadap nasabah yang tidak melunasi hutangnya sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam perjanjian, oleh karena itu nilai suatu jaminan harus dapat menjamin jumlah kredit atau dengan kata lain penerima kredit harus menyediakan sejumlah jaminan fisik untuk memenuhi kepastian bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Bentuk jaminan kebendaan kekayaan seseorang itu dapat terwujud antara lain : barang-barang bergerak, barang tidak bergerak maupun tidak berwujud, misalnya berupa hak-hak yaitu hak menagih, hak oktroi, sertifikat deposito Bank, tabungan deposito, saham sertifikat saham dan lain-lain. Pasal 1131 KUH Perdata menyatakan : “Segala kebendaan si berhutang, baik bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”. Jaminan yang terdapat dalam pasal ini adalah bersifat umum sehingga dirasakan kurang aman, artinya pihak kreditur merasa tidak puas terhadapa pasal tersebut. Karena diadakan jaminan secara umum untuk semua kreditur. Jadi apabila terdapat lebih dari satu kreditur ada kemungkinan beberapa dari mereka tidak lagi mendapat bagian. Sehingga hanya kreditur lainnya kreditur konkuren tidak mendapat pelunasan disebabkan tidak cukupnya kekayaan si debitur. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian pihak kreditur menghendaki adanya jaminan khusus jaminan berupa benda-benda tertentu yang memberikan sesuatu kedudukan istimewa dan lebih tinggi kepada kreditur lainnya apabila terdapat lebih dari satu orang kreditur. Oleh karena lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan pemberian kredit, maka jaminan yang baik ideal adalah : a. Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya. b. Yang tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya. c. Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila dapat mudah diuangkan untuk meluasi hutangnya si penerima atau pengambil kredit. 18 Jadi dapat disimpulkan bahwa jaminan itu adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajibannya yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 2. Lahirnya Suatu Jaminan Menurut Sri Soedewi lahirnya suatu jaminan : “ Pada umumnya jenis-jenis hukum jaminan sebagai mana dikenal dalam tata hukum Indonesia dapat digolongkan menurut cara terjadinya atau lahirnya, menurut sifatnya, menurut objeknya dan menurut kewenangannya menguasai bendanya dan lain sebagainya”. 19 18 R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Penerbit Alumni bandung, 2001. hal. 27-28. 19 Sri Soedewi, Hukum Jaminan di Indonesia, BPHN, Dept. Kehakiman, 2001, hal. 43. Dalam hal ini penulis akan membatasi penguraian pada jaminan menurut cara lahirnya dapat dibedakan atas : Universitas Sumatera Utara a. Jaminan yang lahir karena undang-undang Tanpa adanya persetujuan dari para pihak, misalnya undang-undang yang menentukan bahwa semua harta benda si debitur baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik benda yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan bagi seluruh perutanggannya Pasal 1131 KUH Perdata. Berarti kreditur dapat melaksanakan haknya terhadap semua barang debitur kecuali benda-benda yang dikecualikan oleh undang-undang. Demikian juga telah ditentukan oleh undang-undang bahwa hasil penjualan dari benda- benda tersebut harus dibagi antara kreditur dengan seimbang dengan besarnya piutang masing-masing Pasal 1131 KUH Perdata. b. Jaminan yang lahir karena perjanjian para pihak Disamping hak-hak yang bersifat memberikan jaminan yang ditentukan oleh undang-undang, ada juga hak-hak jaminan yang lahir karena perjanjian para pihak. Bahwa jaminan ini haruslah diperjanjikan terlebih dahulu antara para pihak yang mengadakan perjanjian. Adapun jaminan- jaminan yang tergolong dalam kelompok ini adalah : 1. Lembaga jaminan hipotik 2. Lembaga jaminan gadai 3. Lembaga jaminan creditverband 4. Lembaga jaminan fiducia 5. Perjanjian garansi Universitas Sumatera Utara Berdasarkan cara terjadinya atau lahirnya perjanjian ini penulis menganalisa bahwa saham maupun juga sertifikat saham adalah termasuk jaminan yang lahir karena diperjanjikan artinya untuk dijaminkannya saham haruslah terdapat pihak-pihak yang memperjanjikannya terlebih dahulu. Jaminan mana dimaksudkan sebagai perjanjian khusus yang diadakan oleh karena adanya perjanjian pokok sebelumnya. Dalam hal ini perjanjian pokok yang dimaksud adalah perjanjian kredit yang terjadi antara pihak debitur dengan pihak Bank. Dalam hal ini saham adalah berfungsi sebagai jaminan tambahan, artinya bahwa terhadap kredit yang diberikan oleh Bank maka akan diikat dengan jaminan pokok. Saham sebagai jaminan tambahan kredit Bank diatur oleh SK yang dikeluarkan oleh Direksi BI yang dituangkan dalam SK No. 2668KepDir.

B. Ketentuan dan Prosedur Pembukaan Saham