Digunakannya saham sebagai jaminan kredit, maka selama si debitur belum melunasi hutangnya saham tersebut berada dalam kekuasaan si kreditur,
namun segala hak yang timbul dari pemilikan saham tersebut tetap berada pada si debitur sebagai pemilik saham. Hal ini disebabkan oleh karena sifat penyerahan
saham tersebut adalah hanya tertuju pada jaminan sebagai pelunasan hutang apabila si debitur ternyata tidak dapat melunasi hutangnya tepat pada saat yang
telah diperjanjikan untuk itu.
B. Keabsahan Berlakunya Saham Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit
Berdasarkan Pasal 40 KUH Dagang, saham merupakan salah satu syarat pengesahan perseroan sebagai badan hukum PT. Di samping harus dipenuhi
persyaratan Pasal 38 yang menentukan adanya akta pendirian yang berbentuk “akta otentik” akta notaris, mesti pula dipenuhi syarat “permodalam”. Perseroan
harus mempunyai modal : -
yang terbagi dalam bentuk saham atau sero, -
harus sudah terkumpul ditempatkan paling kirang 15 bagian dari seluruh saham yang ditetapkan,
- serta harus pula telah disetor paling kurang 110 bagian dari saham yang
ditetapkan. Selain daripada itu, saham merupakan salah satu komponen penentu atas
kekayaan aktiva current assets suatu Perseroan Terbatas PT. Untuk mengetahui berapa besar aktiva PT dapat diteliti dari komponen :
- jumlah modal saham yang disetor,
Universitas Sumatera Utara
- tagihan terhadap pemegang saham yang belum melunasi saham,
- tagihan terhadap pihak ketiga,
- nilai harta bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki.
Sebaliknya untuk mengetahui berapa jumlah pasiva, harus diteliti berapa besar jumlah hutang dan kewajiban lain yang segera harus dipenuhi oleh PT yang
bersangkutan. Penelitian yang seksama bagi pihak kreditur perbankan atas “current
asset” aktiva dengan “current liability” kewajiban yang dimiliki, sehingga harga saham yang diterbitkan bertahan harganya dalam pasar modal. Baik dari
segi teori maupun dari segi pendekatan pasar modal capital market jangka panjang dan jangka pendek, saham yang tidak mudah jatuh harganya adalah
saham perusahaan yang memiliki “current ratio” yang lebih tinggi “current assets” dari “current liabilities”.
Kalau current assets jauh lebih besar dari current liabilities berarti current ratio perusahaan postifi dan baik. Saham yang dimilikinya, mempunyai
kekuatan harga yang aga stabil. Akan tetapi kalau current liabilities lebih besar dari current assets, perusahaan yang bersangkutan tidak sehat. Besar sekali
dampaknya terhadap nilai harga sahamnya di pasar modal. Bisa mengalami penurunan sampai di bawah nilai nominal. Harga riilnya sangat fluktuasi, antara
harga nominal dengan harga perdana. Sehubungan dengan kebolehan saham menjadi agunan kredit Bank, ada
baiknya diketahui tingkat kelas surat-surat berharga commercial paper yang diperjual belikan di pasar modal. Penentuan kelas yang demikian berlaku terhadap
Universitas Sumatera Utara
saham. Saham sebagai salah satu jenis surat yang paling banyak diperdagangkan dalam pasar modal, kekuatan pasarnya tidak terlepas dari penilaian tingkat kelas
yang diberikan para investor kepadanya. Pada umumnya, kecenderungan para investor membeli suatu saham,
sangat tergantung pada kelas yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk menentukan kekayaan suatu saham diterima sebagai agunan kredit, sangat
tergantung pada tingkat kelas perusahaan. Sebelum diterima sebagai agunan, perlu diteliti kelas perusahaan melalui “corporate analysis”. Melalui analisa, dapat
diklasifikasi tingkat kelas perusahaan atau saham : -
The First Calss Kelas Utama Saham yang digolongkan “The First Calss” prime paper, gelt adged,
apabila telah diperjual belikan dan telah dipindah tangan atau telah diakseptasi oleh orang apalagi badan perusahaan yang mempunyai reputasi
tinggi higher reputation. Biasanya suatu saham baru cepat menempati first calss, apabila dia berasal dari PT yang memiliki current ratio yang tinggi
antara current assets dengan current liabilities. Pada saat diperdagangkan, akan cepat berpindah tangan karena pada saham itu melekat “good will” yang
cukup tinggi. Melalui good will yang tinggi, saham yang bersangkutan menjadi “saham yang unggul” di psar modal. Sebab perusahaan yang
mengelurkan dan yang mengakseptasinya terdiri dari perusahaan yang “famous”.
Universitas Sumatera Utara
- Second Class
Saham yang diklasifikasikan menduduki ranking “second class” ialah yang dikelurkan dan dipasarkan oleh PT yang cukup baik. Kemudian dipindah
tangan dan diaksep oleh perusahaan atau badan yang memiliki nama baik atau “well-know”. Namun demikian, perusahaan yang bersangkutan memiliki
organisasi dan managemen yang baik serta “earning power” yang cukup. Lantar current assets dibanding dengan current liabilities melebihi standar
2:1. -
Third Class Apabila saham dari perusahaan yang memiliki kedudukan keuangan yang
mendekati kurang sehat. Prospek perusahaan kurang cerah. Current ratio antara assets dan liabilites hampir “zero” atau sudah mendekati kerugian 50
modal perusahaan, saham tersebut diklasifikasikan “kelas tiga”. Dalam kenyataan, saham yang tergolong kelas tiga, peredaran jual belinya di pasar
modal, tidak lancar. Para investor tidak berminat membeli, takut mengalami risiko rugi. Harganya bisa anjlok di bawah nilai nominal.
Demikian gambaran umum klasifikasi tingkat kelas surat-surat berharga pada umumnya, dan klasifikasi saham pada khususnya. Tidak semua saham yang
dikeluarkan dan diperjual belikan di pasar modal, memiliki kekuatan pasar yang tinggi. Oleh karena itu kesediaan untuk menerimanya sebagai agunan kredit, harus
didasarkan atas tingkat kelasnya. Berdasarkan pengamatan, sudah sering saham dipergunakan sebagai
agunan kredit. Perhatikan saja Bank Summa. Untuk memperoleh kredit dari
Universitas Sumatera Utara
berbagai kalangan Bank dalam usaha mencoba menyehatkan likwiditasnya, pihak pengurus Bank Summa mempergunakan saham PT Astra sebagai jaminan.
Meskipun bentuknya barang kali berupa gadai, tujuannya sama yakni sebagai agunan kredit. Ternyata kehancuran yang dialami Bank Summa sedemikian rupa
parahnya. Pinjaman yang diberikan tidak mampu menyehatkan likwiditasnya. Akan tetapi oleh karena saham yang dijadikan agunan adalah saham PT Astra
yang tergolong memiliki good will yang cukup terkenal, Bank-bank yang bertindak sebagai pemberi kredit tidak mengalami risiko tinggi. Dalam waktu
singkat sudah dibeli oleh kelompok Prayogo Pengestu. Kembali kepada pokok pembicaraan, tentang kedudukan yuridis formal
saham sebagai jaminan kredit, selama ini masih timbul keraguan. Pihak perbankan masih banyak yang tidak mau menerima saham sebagai jaminan kredit
atas alasan belum ada ketentuan yang mengaturnya. Untuk melenyapkan keraguan tentang kebolehan saham sebagai jaminan,
Direksi BI mengeluarkan SK No. 2668KepDir. Berdasarkan SK ini, yuridis formil dimungkinkan para Bank memberi kredit dengan jaminan saham. Jika
selama ini peran utama berfungsi sebagai salah satu instrumen perdagangan di pasar modal, sekarang menanjak satu langkah menjadi jaminan kredit. Hal ini bisa
membawa pengaruh terhadap kemudahan dan ekspansi perkreditan, yang berdampak langsung atas pertumbuhan ekonomi pada satu segi. Tetapi juga bisa
berdampak negatif memperbesar volume dan percepatan perputaran uang yang dapat menimbulkan peningkatan inflasi, apabila hal itu kurang diawasi arah
kreditnya secara meluas kedalam berbagai sektor. Jika ternyata nanti peran saham
Universitas Sumatera Utara
sebagai jaminan kredit terbukti ikut meningkatkan ekspansi kredit, tapi hanya dikuncurkan secara terfokus pada satu sektor tertentu, dapat mempengaruhi laju
inflasi. Banyak tanggapan yang disampaikan berbagai kalangan yang pada
prinsipnya dapat menyetujui kebijakan menjadikan saham sebagai agunan kredit perbankan. Leonard Tanubrata misalnya dapat menyetujui dengan syarat asal
“hanya bersifat pelengkap”. Akan tetapi diatas persetujuan itu, nampaknya beliau masih meragukan penerimaan saham sebagai agunan kredit. Alasannya dia yakin
Bank masih suka menerima proyek yang dibiayai dengan dana kredit atau agunan yang bersifat permanen sebagai jaminan. Sebab nilai saham sangat fluktuatif pada
satu segi. Pada segi lain belum ada lembaga rating rating agency yang menilai
secara objektif tentang kelasa saham yang terdaftar di bursa efek. Barli salim dan Sadli juga mengemukakan pendapat yang hampir sama yaitu pada prinsipnya
menyetujui kebijaksanaan tersebut. Namun pihak Bank harus hati-hati menilai saham yang diajukan sebagai agunan kredit, sehubungan dengan berbagai
kontroversi yang terkandung didalamnyaa. Kontroversi yang paling besar ialah sifat “fluktuatif” yang selalui menyertainya dalam setiap saat.
Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, bahwa saham pada umumnya mempunyai nilai yang sangat bervariasi serta fluktuatif. Berdasarkan kenyataan
ini kita berhadapan dengan kemungkinan saham yang dijaminkan hari ini ke Bank masih mempunyai kekuatan likuiditas, tetapi seminggu atau sebulan kemudian
harganya terus merosot sampai di bawah nilai nominal. Memang tidak dibantah
Universitas Sumatera Utara
bahwa ada kemungkinan sebaliknya, sebulan atau setahun kemudian harganya terus menanjak melampaui harga perdana. Akan tetapi menghadapi variasi
fluktuasi turun atau naik sikap yang paling tepat dan hati-hati harus berpijak pada kemungkinan yang lebih jelek, jangan terlampau bersikap spekulatif dan
oportunis. Terlepas dari semua itu, sejak keluarnya SK Direksi BI dimaksud, maka
secara yuridis formal, saham sah sebagai jaminan. Memperhatikan SK Direksu BI No. 2668KepDir, telah ditentukan
syarat formal atas kebolehan saham sebagai jaminan kredit. Penentuan syarat dimaksud berkaitan erat dengan fungsi pengawasan yang diperankan BI. Pada Bab
V UU Perbankan UU No. 7 Tahun 1992, diatur tentang Pembinaan dan Pengawasan BI terhadap Bank.
- Pasal 29, mengatur fungsi dan kewenangan BI, melakukan pengawasan
tentang kesehatan, meliputi :
Aspek permodalan;
Kualitas managemen;
Rentabilitas;
Likuiditas, dan
Solvabilitas. -
Pasal 30 jo Pasal 34, mengatur pengawasan “pasif” off site examation.
Setiap Bank wajib menyampaikan neraca dan perhitunganlaba rugi kepada BI;
Universitas Sumatera Utara
Menyampaikan perhitungan tahunan yang telah diaudit lebih dulu
oleh akuntan publik. -
Pasal 30 jo Pasal 31, mengatur pengawasan “aktif “ on site examation.
BI melakukan pemeriksaan terhadap Bank baik berkala maupun setiap waktu yang dianggap perlu;
Setiap Bank wajib memberi kesempatan pemeriksaan buku-buku
dan berkas-berkas;
Wajib memberi bantuan yang diperlukan dalam memperoleh kebenaran segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan. Bertitik tolak dari fungsi dan kewenangan pembinaan serta pengawasan
yang dikemukakan, penentuan syarat-syarat atas kebolehan saham sebagai jaminan kredit, menjadi patokan bagi BI dalam menentukan apakah pengagunan
itu sah atau tidak. Jika ditemukan fakta pelanggaran pesyaratan maka BI harus bertindak tegas. BI harus memerintahkan penggantian jaminan dengan jenis
saham yang memenuhi syarat maupun dengan barang lain. Apabila peringatan atau perintah tidak diindahkan, dan diperkirakan pemberian kredit akan
membahayakan kesehatan Bank yang bersangkutan, BI harus segera mempergunakan kewenangan yang ditentukan dalam Pasal 37 yakni menyuruh
pemegang saham mengganti Dewan Direksi dan Dewan Komisaris. Tindakan ini terutama dibutuhkan apabila fasilitas kredit yang diberikan berupa kredit investasi
dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang panjang long time.
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat dijadikan sebagai jaminan maka saham itu harus memenuhi syarat-syarat formil yaitu :
1. BERSIFAT AGUNAN TAMBAHAN Memperhatikan ketentuan penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan
No. 7 Tahun 1992, dikaitkan dengan Sk Dir BI No. 2369, masih tetap memperhatikan faktor jaminan collateral sebagai salah satu unsur prinsi
“prudential banking”. Setiap kredit yang diberikan Bank, harus terjamin pengembaliannya dengan jaminan sebagai “the scurce of the last cost”. Jaminan
yang dapat dijadikan sebagai agunan : - Pertama : “jaminan pokok” yang terdiri dari proyek yang dibiayai oleh dana
kredit yang diberikan, - kedua : “jaminan tambahan” additional collateral yang terdiri dari :
Benda real property yang bergerak atau tidak bergerak, baik milik
sendiri debitur maupun milik pihak ketiga.
Jaminan perorangan personal guarantee, boleh diri pribadi Dewan Direksi atau Dewan Komisaris atau perorangan di luar pengurus PT yang
bersangkutan. Bertitik tolak dari apa yang telah dikemukakan, fungsi saham sebagai
jaminan tambahan tidak bisa bersiri sendiri. Dia hanya melengkapi dan memperkuat keyakinan kesanggupan debitur dan kedudukan jaminan pokok yang
terdiri dari proyek yang dibiayai dana fasilitas kredit yang diberikan. Atau bisa juga untuk melengkapi jaminan tambahan yang sudah ada. Misalnya jaminan
pokok telah didukung oleh jaminan tambahan berupa tanah dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
perjanjian hipotik. Untuk memperkuat jaminan tambahan tersebut bisa lagi ditambah dengan jaminan saham untuk memperkuat jaminan pokok dan jaminan
tambahan yang sudah ada. 2. SAHAM SUDAH TERDAFTAR DI BUSAR EFEK
Saham yang boleh dijadikan sebagai agunan tambahan, sudah terdaftar di bursa efek. Tidak semua saham dapat dijadikan agunan kredit Bank, tetapi hanya
yang terdaftar dan diperjual belikan di pasar modal yang memenuhi syarat. Di Indonesia pada sat ini baru berdiri dua bursa efek sebagai pasar modal capital
market yakni Pasar Efek Jakarta PEJ dan Pasar Efek Surabaya PES yang menampung pendaftaran saham.
Ketentuan ini bertujuan membatasi terjadi spekulasi dan persekongkolan antara debitur dengan loan commite untuk menerima saham yang belum dikenal
kekuatan nilainya. Sekiranya dibolehkan menerima semua jenis saham tanpa persyaratan pendaftaran, besar kemungkinan akan berkembang saham yang
dikeluarkan oleh PT yang permodalan dan bidang usahanya fiktif. Malahn sangat gampang terjadi persengkokolan antar debitur dengan suatu PT yang sedang
sekarat. Debitur bersengkokol mempergunakan saham PT yang sedang sekarat untuk diagunkan ke Bank, dan hasilnya akan dibagi dua, pada hal dari semula
kreditur sudah tahu bahwa saham PT tersebut tidak punya nilai apa-apa. Syarat pendaftaran ditinjau dari segi hukum sangat realistik dan objektif.
Syarat ini merupakan pendorong ke arah pembinaan pengembangan perusahaan yang benar-benar ditanggung organisasi, permodalan dana manajemen. Karena
hanya perusahaan yang berkualitas demikian yang berani menempatkan
Universitas Sumatera Utara
prospektusnya secara terbuka untuk memperoleh pendaftaran. Dengan demikian pendaftaran itu sendiri sudah memberi nilai lebih kepada perusahaan atas
bonafiditasnya. Hal ini memberi dampak bagi masyarakat dan perbankan menilai mutu saham yang dimilikinya. Melalui syarat pendaftaran memberi batasan
kepada Bank bahwa hanya saham yang sudah dikenak umum dan telah dipasarkan di busrsa efek yang dapat diterima sebagai agunan tambahan.
3. SAHAM YANG TIDAK PERNAH MENGALAMI TRANSAKSI SELAMA TIGA BULAN
pada prinsipnya saham yang boleh diterima sebagai agunan tambahan harus terus menerus mengalami transaksi di pasar modal. Apabila salam 3 tiga
bulan tersingkir dari transaksi, dalam arti selama 3 tiga bulan berturut-turut tidak terjadi transaksi, tidak memenuhi syarat sebagai agunan tambahan kredit Bank.
Lenyapnya suatu saham yang sudah terdaftar dari perputaran transaksi selama 3 tiga bulan berturut-turut, dianggap sebagai pertanda kemerosotan objektif atas
nilainya. Oleh karena itu apabila pada saat ditanda tangani persetujuan kredit saham yang akan diagunkan tidak pernah mengalami transaksi selama 3 tiga
bulan berturut-turut, tidak dibenarkan menjadi agunan tambahan. Akan tetapi dilihat dari segi pendekatan fluktuasi mungkin syarat ini
kurang realistik. Saham yang anjlok hari ini tanpa diduga-duga muncul sebagai primadona dibursa efek. Perusahannya pulih dengan “erning power” yang luas
biasa. Namun pandangan yang seperti itu terlampau teoritis dan spekulatif. Berdasarkan kenyataan jarang suatu perusahaan yang mengalami krisis dapat
pulih dalam jangka waktu yang singkat. Diperlukan pembenahan dan pemulihan
Universitas Sumatera Utara
dalam jangka waktu yang panjang. Dengan demikian risiko yang dihadapi Bank pemberi kredit tidak besar, sudah tepat pembatasan yang ditentukan oleh syarat
ini. Syarat ini juga sekaligus untuk menghindari persengkokolan dengan itikad tidak baik untuk merugikan Bank. Dapat diperkirakan sekiranya saham yang tidak
laku di pasar modal boleh dijadikan agunan, bisa saj debitur meborong dengan harga murah, kemudian dijadikan agunan tambahan kredit Bank.
4. TIDAK JATUH HARGANYA DI BAWAH NILAI NOMINAL Pada saat perjanjian kredit ditandatangani tidak boleh harga saham jatuh
di bawah nilai nominal. Meskipun saham sudah terdaftar dan masih terus mengalami transaksi kalau harganya beradasa di bawah nilai nominal di pasar
modal, tidak memenuhi syarat untuk dijadikan agunan kredit Bank. Syarat ini menentukan patokan minimal harga saham yang layak
dijadikan agunan tambahan. Patokan batas terendah adalah “harga nominal”. Di bawah harga itu dilarang untuk menjadikannya agunan kredit Bank. Paling ideal,
jika harga pasarnya diatas nilai perdana. Terlepas dari faktor fluktuasi harga saham, agunan yang paling tepat diterima adalah yang mempunyai nilai harga
yang paling tinggi di atas harga perdana. Sedang saham yang harga pasarnya merosot sampai 50 di bawah harga perdana sudah mengandung risiko yang
agak besar, apalagi jika kemerosotan harganya berjalan terus menerus dalam jangka waktu yang agak panjang, semakin tinggi apabila harga saham yang
diagunkan sudah mencapau titik nominal. Syarat yang kedua, ketiga dan yang ke empat ini berhubungan erat
dengan pasar modal, terutama syarat yang ketiga dan ke empat, hanya dapat
Universitas Sumatera Utara
dipantau dan ditemukan faktanya di pasar modal. Oleh karena itu, jika debitur mengajukan agunan tambahan yang terdiri dari saham beberapa perusahaan, harus
diteliti kegiatan transaksi dan harganya di pasar modal. Terhadap saham yang jatuh harganya di bawah nilai nominal dan
kemudian harganya naik kembali di atas nilai nominal. Ini dapat diterima sebagai agunan tambahan, hanya harus diperhatikan dengan seksama faktor-faktor yang
mendorong pulihnya kepercayaan para investor untuk membeli di atas harga nominal.
5. MAKSIMUM 50 HARGA SAHAM Pengangunan saham sebagai agunan tambahan kredit bank nilai
maksimumnya 50 dari harga pasar. Jika harga pasar pada saat perjanjian kredit ditandatangani Rp 100.000,- maka nilai maksimumnya sebagai agunan paling
tinggi Rp 50.000,- dan tidak boleh lebih dari situ. Patolakan ini merupakan “curring price” yang tidak boleh dilampaui.
Cepatnya berubah harga saham dalam pasar modal mengakibatkan harga nilai saham sangat bersifat fluktuasi. Memang ada yang bertanahn untuk jangka
waktu relatif panjang, namun tidak ada yang stabil harganya, selalui bergerak naik turun. Harga pasar saham yang mampu bertahan agak stabil adalah saham-saham
perusahaan yang bersifat “utilities” saham utilities, yakni perusahaan yang menghasilkan produksu yang memiliki daya guna pemakaian tidak tergantung
pada waktu. Umpanya PLN atau PAM. Berbeda halnya dengan perusahaan yang bersifat “cyclical” yang memproduksi komoditi yang tergantung pada beberapa
faktor pemakaian. Saham perusahaan yang seperti itu memiliki “cyclical
Universitas Sumatera Utara
fluctuation” yang sangat bervarisasi. Di Indonesia perusahaan yang bersifat utilities kebanyakan berbentuk BUMN PLN, TELKOM, PAM dsb.
Menghadapi kenyataan yang fluktuatif tersebut harus dicari dan ditentukan patokan harga yang realistik. Patokan yang dianggap mampu
mengantisipasi fluktuasi itu adalah “harga riil” saham di pasaran, bukan harga nominal atau harga tambahan. Oleh keran harga riil pada suatu hari diperkirakan
tidak luput dari pengaruh perubahan, maka harga riil itupun hanya dijadikan sebagai landasan perkiraan menentukan patokan harga saham sebagai agunan.
Menentukan nilai harga yang dianggap berdaya melindungi pemberi kredit¸BI memperhitungkan faktor fluktuasi secara negatif. Diasumsikan, fluktuasi
nilai harga saham dalam jangka waktu yang agak panjang melalui pendekatan negatif ialah sekitar 50 dari nilai riil pada saat perjanjian ditandatangani.
Dalam hal kreditur dan debitur sepakat dalam perjanjian, harga saham yang diagunkan ditetapkan harganya lebih tinggi 50 dari harga pasar. Maka
masalah ini dapat ditinjau dari dua sudut pengkajian. Pertama; hukum perjanjian Indonesia menganut asas “kebebasan berkontrak”. Para pihak bebas menentukan
kehendak berdasarkan kesepakatan agreement yang dituangkan dalam bentuk perjanjian. Apabila kesepatakan telah terwujud dalam perjanjian maka melekat
diadalamnya asas “pacta sunt servanda”. Asas ini telah diabadikan sampai sekarang menjadi hukum positif dalam Pasal 1338 KUH Perdata :
- Persetujuan menajdi UU bagi para pihak
- Dan harus dipenuhi dengan itikad baik sesuai dengan maksud
perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Jadi asas kebebasan berkontrak ditegakkan diatas prinsip “promise must be kept”. Para pihak sepakat nilai saham yang dijadikan agunan kredit seharga
70 dari harga pasar, kesepakatan itu tidak bertentangan dengan hukum perjanjian, oleh karena itu dibenarkan.
Kedua, ditinjau dari rumusan ketentuan SK. Dir. BI, jika diperhatikan bunyi ketentuan yang mengatur hal ini, dijumpai perkataan “maksimum”.
Rumusan kira-kira saham-saham yang terdaftar dalam bursa efek, nilai yang dapat dijaminkan sebagai jaminan kredit, “maksimum” sebesar 50 dari harga pasar
atau kurs pada saat akad kredit akan ditandatangani. Memperhatikan rumusan yang dikemukakan, tegas disebut pembatasan
yakni maksimum 50 dari harga pasar. Jika penegasan ini ditinjau dari pengkajian doktrin hukum :
- Rumusan bersifat limitatif,
- Setiap rumusan yang litatif, langsung berbarengan dengan :
Sifat “compulssory” atau “imperatio” bersifat memaksa.
Dan langsung pula menjadi aturan yang berbobot “public
policy” ketertiban, kepentingan umum. -
Dengan demikian pembatasan harga perumusan maksimum 50 dari harga pasar ditinjau dari segi perumusan, bukan bersifat “regulation”
sebagai pedoman yang dapat dikesampingkan dengan kesepakatan dalam perjanjian.
Dalam hal ini syarat pembatasan harga maksimum merupakan aturan “limitatif”, oleh karena itu bersifat “compulsory”, dan berbobot ketertiban
Universitas Sumatera Utara
umum.
23
1. Pemberian kredit dalam rangka :
Jadi tidak boleh dikesampingkan berdasarkan kesepakatan kreditur dan debitur, apabila harganya melampaui batas maksimum di atas 50 dari harga
pasar. Jika para pihak melanggarnya, maka tidak batal demi hukum untuk
keseluruhan perjanjian, termasuk perjanjian jaminan. Yang bats demi hukum hanya sepanjang pelanggaran batas maksimal. Berbarengan dengan itu, harga nilai
saham yang dijaminkan dianggap hanya 50 dari harga pasar, dan batal untuk nilai selebihnya.
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, syarat pokok kebolehan mengagunkan saham sebagai jaminan kredit Bank hanya terbatas atas saham yang
sudah terdaftar di busar efek. Terhadap syarat ini ada pengecualian yaitu :
- Ekspansi perusahaan, bisa untuk modal ekspansi alat produksi atau
eksploitasi modal kerja untuk optimalisasi produksi. -
Atau dalam rangka “akuisisi” atau “merger”. 2.
Saham yang diagunkan ialah saham yang diterbitkan perusahaan sendiri penerima kredit.
- Tidak boleh saham perusahaan lain,
- Jika saham dari perusahaan lain, harus sudah terdaftar.
Apakah pengecualian ini berlaku terhadap “consolidation” atau “combination”..?
23
M. Yahya, Tinjauan Saham Sebagai Jaminan Kredit, dalam Varia Peradilan Edisi. No. 101. Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
Menurut hukum akuisisi merupakan bentuk “fusi” dari antara dua perusahaan atau lebih. Biasanya perusahaan yang lebih kecil difusikan kedalam
perusahaan yang lebih besar. Dari fusi itu hilang perusahaan kecil dan yang tetap muncul perusahaan besar. Cara yang ditempuh adalah :
1. Bisa berupa pembelian semua saham perusahan kecil oleh perusahaan
yang besar. 2.
Atau dapat dengan cara perusahaan yang lebih besar memberikan saham- saham dari modalnya sendiri kepada pemegang saham perusahaan kecil
sebagai ganti saham mereka. 3.
Bisa juga aktiva perusahaan yang lebih kecil, dan para pemegang saham perusahaan kecil membubarkan diri.
Dapat dilihat dari akuisisi berfungsinya dua atau lebih perusahaan tidak melenyapkan identitas atau keberadaan salah satu perusahaan. Perusahaan yang
lebih besar tetap ada sebagai lanjutan fusi, sedangkan pada konsolidasi adalah merupakan peleburan total antara dua atau lebih perusahaan yang hampir sama
kedudukannya. Dari peleburan perusahaan lama lenyap, diganti dengan perusahaan baru. Kedua bentuk di atas adalah sama-sama bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan permodalan dan peningkatan perusahaan. Oleh karena itu secara yuridis pengecualian atas kebolehan mengagunkan saham yang belum
terdaftar sebagai jaminan kredit dalam rangka akuisisi, merger dan konsolidasi, dapat dibenarkan dengan syarat saham yang diagunkan adalah saham yang
mereka terbitkan sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk mengefektifkan saham sebagai agunan, sangat diperlukan adanya penilaian rating yang objektif dan realistik atas semua
perusahaan yang saudah terdaftar sahamnya di bursa efek. Sehubungan dengan itu, perlu dibentuk suatu “rating agency” lembaga penilai yang diberi otoritas
penuh untuk membuat penilaian yang fair dan objektif sehingga dengan mudah masyarakat dapat mengetahui kedalam klasifikasi mana suatu perusahaan
digolongkan. Tanpa rating yang resmi dari suatu badan yang memiliki otoritas sulit bagi pihak perbankan menentukan penilaian objektif atas saham yang
dijadikan sebagai agunan, akibatnya menghmabta kelancaran pemberian kredit. Lembaga rating sebenarnya tidak hanya dibutuhkan dalam mengantispasi
pengguna saham sebagai agunan, tetapi meliputi jangkauan yang lebih luas terutama memperhatikan perkembangan commercial paper yang berperan juga
sebagai agunan kredit jangka pendek. Sangat penting adanya rating agar dunia bisnis dan perbankan tahu sejak semula tentang kelas perusahaan yang
mengeluarkan CP yang bersangkutan. Selama belum ada lembaga rating yang berwenang secara resmi
menentukan klasifikasi kelas setiap perusahan, pada dasarnya penilaian kita sangat ditentukan oleh penampilan perusahaan dari sisi luar, sehingga penilaian
yang kita berikan sangat bercorak parsialitas. Dari segi kompetitif, rating mempunyai peranan penting. Pengumuman
hasil penilaian rating yang bersifat transparan akan mendorong setiap perusahaan meningkatkan kualitas di segala bidang. Hal ini membawa dampak positif
terhadap kehidupan perekonomian secara luas. Melalui persaingan yang sehat
Universitas Sumatera Utara
diantara semua perusahaan yang ada, dengan sendirinya akan memperoleh barisan pengusaha nasional yang tangguh dengan organisasi serta manejemen yang
profesional. Dari segi perkreditan akan memberi kemudahan bagi BI melakukan
pengawasan. Di segi lain sejak dini dapat mencegah Bank memberi kredit kepada perusahaan – perusahaan yang tidak layak menerima pinjaman Bank. Jadi melalui
hasil yang diumumkan lembaga rating akan menjadi peringatan untuk memberi kredit kepada suatu perusahaan. Dengan demikian rating langsung merupakan
bagian dari “early warning system”. C. Konsekwensi Terhadap Jaminan Akibat Debitur Wanperstasi
1. Saat Debitur Dinyatakan Cidera Janji Atau Wanprestasi R. Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian menyebutkan : “apabila si
berhutang debitur tidak melakukan yang dijanjikannya, maka ia dikatakan melakukan wanprestasi atau ingkar janji”.
Dalam praktek perbankan penentuan saat debitur atau nasabah telah cidera janji atau wanprestasi ditentukan dalam surat perjanjian kredit. Pada akta
perjanjian kredit sudah disebutkan saat debitur melaksanakan kewajibannya membayar kembali pinjamannya, baik pengembalian secara keseluruhan atau
angsuran serta jangka waktu pengembalian kredit yang harus dipenuhi debitur. Kredit yang diberikan Bank kepada debiturnya sebenarnya mengandung
risiko untuk tidak dapat dikembalikan, yang dalam dunia perbankan dikenal dengan nama atau istilah Kredit Macet. Di mana yang dimaksud dengan kredit
Universitas Sumatera Utara
macet tersebut adalah kredit yang tidak dilunasinya dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak jatuh tempo.
Jadi apabila saat pembayaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit tidak dipenuhi, debitur dengan sendirinya telah wanprestasi. Macetnya
kredit itu dapat disebabkan, baik karena debitur memang tidak sanggup lagi membayar Bank, maupun karena debitur memang tidak ada kemauan beritikad
buruk untuk melunasi hutangnya. Dengan demikian setiap saat kredit macet mempunyai sifat individual,
artinya sifat setiap debitur akan berbeda satu dengan yang lain. Adanya kredit macet di atas tentunya merupakan beban bagi Bank. Untuk itu Bank akan selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk menarik kembali kredit macet tersebut dari debitur.
2. Akibat Hukum Debitur Cidera Janji Atau Wanprestasi Debitur yang tidak melakukan prestasi telah ditentukan dalam perjanjian
dinamakan wanprestasi. Dengan demikian setiap debitur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan prestasi kepada kreditur. Kewajiban untuk melakukan prestasi
ini dalam hukum disebut “schuld” yaitu kewajiban untuk membayar hutang. Di samping debitur mempunyai kewajiban melunasi hutangnya, ia juga
memikul kewajiban lain sebagai konsekwensi schuld tersebut, yang disebut “haftung” maksudnya bahwa debitur wajib merelakan hartanya diambil oleh
kreditur sebagai hutang debitur guna pelunasan hutangnya. Azas pokok dari haftung ini dapat kita lihat dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang berbunyi :
“Segala kebendaan si berhutang baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik
Universitas Sumatera Utara
yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk perikatannya perseorangan”.
Mengingat bahwa pelaksanaan prestasi yang terlambat adalah salah satu wujud dari wanprestasi, maka hal ini memberikan akibat bagi si debitur untuk
membayar kerugian yang diderita oleh si kreditur. Adapun yang menjadi akibat hukum bagi debitur yang melakukan
wanprestasi adalah sanksi sebagai berikut : a.
Debitur diharuskan membayar ganti rugi yang telah diderita oleh kreditur Pasal 1243 KUH Perdata. Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan.
b. Dalam perjanjian timbal balik bilateral wanpretasi dari satu pihak
memberikan hak kepada pihak lain untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian kredit lewat hakim Pasal 1266 KUH Perdata.
c. Risiko beralih kepada debitur sejak saat terjadinya wanpretasi. Pasal 1237
ayat 2 KUH Perdata. Ketentuan ini hanya berlaku bagi perikatan untuk memberikan sesuatu.
d. Membayar biaya perkara yang diperkarakan di muka hakim Pasal 181
ayat 1 HIR. e.
Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti rugi Pasal 1267 KUH
Perdata. Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan. Dalam Pasal 1763 disebutkan tentang kewajiban si peminjam yaitu orang
yang menerima pinjaman diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan yang sama, dan pada waktu yang telah ditentukan. Dari pasal tersebut
Universitas Sumatera Utara
jelas bahwa seorang debitur wajib mengembalikan fasilitasi kredit yang telah diterimanya sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
kreditnya. Apabila Bank berpendapat bahwa si peminjam tidak dapat melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan, maka dalam hal ini Bank mempunyai hak untuk menghentikan hubungan kredit sekaligus menagih
pelunasan pembayaran seluruh hutang dari peminjam kredit. Langkah-langkah yang ditempuh Bank sebagai tindakan akibat kredit
macet oleh debitur antara lain : a.
Sebelum melakukan tindakan hukum terlebih dahulu terhadap debitur diberikan peringatan sommatie yang dilakukan sendiri oleh Bank, karena
sesuai dengan Pasal 1238 KUH Perdata, somasi itu penting untuk lebih mengukuhkan bahwa debitur benar-benar telah melakukan cedera janji
terhadap Bank. Bahwa pernyataan tersebut dilakukan oleh Bank tiga kali berturut-turut setelah kredit jatuh tempo dalam jangka waktu 15 hari untuk
satu kali pernyataan dan seterusnya setiap bulan sampai kredit lunas. b.
Mendesak debitur untuk melakukan sendiri penjualan barang jaminan. Dalam melakukan pekerjaan ini Bank dapat membantu debitur dengan
cara mencarikan calon pembeli. Namun dalam tranksasi jual beli barang jaminan tersebut Bank tidak dilibatkan sebagai salah satu pihak. Akan
tetapi dilain pihak juga diatur sedemikian rupa agar uang hasil penjualan barang jaminan tersebut tidak jatuh ke tangan debitur khususnya debitur
Universitas Sumatera Utara
yang beritikad buruk, tetapi disetorkan ke Bank untuk diperhitungkan dengan pinjaman debitur.
c. Melakukan penjualan di bawah tangan berdasarkan surat kuasa untuk
menjual. Dalam menerima suatu jaminan ada kalanya Bank di beri kuasa oleh pemilik jaminan untuk melakukan penjualan atas barang jaminan
apabila fasilitas kredit yang dilindungi jaminan tersebut mengalami kemacetan.
d. Menyerahkan tagihan kredit macet pada Panitia Urusan Piutang Negara.
Ketentuan untuk menyerahkan tagihan kredit macet kepada PUPN sebagaimana diatur dalam UU No. 49 tahun 1960 hanya berlaku bagi
Bank-bank pemerintah. Dalam perjanjian kredit yang dijaminkan dengan saham, apabila si
debitur wanpretasi terhadap pelunasan hutangnya maka pihak Bank akan mengadakan peringatan terlebih dahulu, tetapi bila si debitur tetap tidak melunasi
hutangnya lalu pihak Bank selaku pemberi kredit akan memerintahkan pencairan benda jaminan saham atau akan melaksanakan sendiri pencairan tersebut
berdasarkan surat kuasa dari si debitur guna pelunasan hutangnya si debitur. Dari hasil pencairan saham tersebut maka dilaksanakan pelunasan hutang
si debitur, bila mana ada sisanya maka Bank wajib mengembalikan kepada si debitur.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP