5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 INDUSTRI KIMIA DAN PERKEMBANGANNYA
Saat ini, perhatian terhadap industri kimia semakin meningkat karena berkurangnya pasokan bahan baku dan sumber energi serta meningkatnya
kepedulian terhadap
lingkungan, sehingga
terdapat dorongan
untuk memperkenalkan pengolahan yang bersih di bidang industri [20]. Dimana,
idealnya reaksi kimia dalam industri diharapkan harus memiliki sifat sebagai berikut: 1 menggunakan bahan baku terbarukan; 2 menghasilkan produk
tunggal; 3 memiliki efisiensi atom 100 ; 4 beroperasi dalam kondisi ruangan; 5 tidak dipengaruhi oleh adanya udara; 6 tidak menghasilkan limbah atau
produk samping; 7 memiliki katalis berumur panjang; 8 memiliki metode pemisahan katalis dari produk yang sederhana dan 9 beroperasi di bawah kondisi
aliran kontinyu [21]. Seiring dengan pertumbuhan kegiatan industri, permintaan terhadap energi
terbarukan menjadi semakin berkembang karena masalah lingkungan seperti pemanasan global atau hujan asam. Masalah-masalah ini terjadi karena
penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan sebagai akibat dari pertumbuhan pesat yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang pertanian, kegiatan rumah
tangga dan industri. Oleh karena itu, muncul tanggapan bahwa sumber energi terbarukan memiliki kemungkinan kuat untuk menggantikan bahan bakar fosil di
masa depan karena dampak signifikan yang lebih rendah pada lingkungan [22]. Perancangan suatu pelarut ramah lingkungan dalam beberapa tahun
terakhir menemukan tempat yang strategis dalam kerangka kerja teknologi ramah lingkungan [3]. Salah satunya adalah penggunaan cairan ionikionic liquids ILs.
Pengembangan aplikasi teknik untuk ILs dimulai pada pertengahan 1990-an [23]. Saat ini, cairan ionik IL
S
telah diterima sebagai suatu revolusi bahan kimia hijau yang banyak diminati dalam bidang akademik dan industri kimia [
2]. Menurut
definisi, ILs adalah garam organik yang hanya terdiri dari ion-ion kation dan anion yang berbeda. ILs berwujud cair pada suhu kamar dan sifat fisikokimia dan
sifat termalnya dipengaruhi oleh jenis ion penyusunnya [24]. ILs sekarang
Universitas Sumatera Utara
6 dianggap sebagai pelarut hijau karena memiliki sifat ramah lingkungan dan
memiliki sifat yang menarik, seperti tekanan uap rendah, volatilitasnya dapat diabaikan, konduktivitas yang tinggi, aktivitas katalitik yang lebih baik,
kemampuan pelarutan yang kuat dan memiliki potensi untuk reuse [25,26]. Karena sifat uniknya, ILs secara luas digunakan dalam proses pemisahan kimia,
seperti ekstraksi [23]. Namun, sifat ramah lingkungan yang ditunjukkan oleh ILs masih kurang
karena ILs masih memiliki beberapa keterbatasan. Akibatnya, ada peneliti yang lebih memilih untuk membeli ILs daripada mensintesis secara lokal. Hal ini
menjadi kendala penggunaan ILs sebagai bahan industri kimia yang layak dan praktis [4]. Oleh karena kelemahan-kelemahan yang ditunjukkan ILs tersebut,
mendorong beberapa peneliti untuk mengembangkan suatu pelarut dengan tetap mempertahankan sifat ILs, yaitu pelarut dengan biaya rendah dan meminimalkan
dampak lingkungan [3]. Dalam beberapa tahun terakhir muncul suatu media baru yang memiliki
sifat yang mirip dengan ILs, tetapi memiliki kelebihan dalam hal biaya, dampak lingkungan, dan sintesisnya telah dikembangkan, yaitu Deep Eutectic Solvent
DES [27]. DES merupakan jenis pelarut yang memiliki sifat fisik dan perilaku yang mirip dengan ILs. DES mampu mengatasi beberapa kelemahan utama dari
ILs, seperti mudah dipersiapkan dalam kondisi yang murni, tidak reaktif dengan air, cukup aman dan biodegradable [4,3].
2.2 DEEP EUTECTIC SOLVENT DES