19 Deep Eutectic Solvent DES adalah campuran sederhana dari suatu garam
dan suatu senyawa  Hidrogen Bond Donor  HBD  yang keduanya  terhubung satu sama  lain  melalui  ikatan  hidrogen  [15,5].  Dalam  gambar  4.1  ditunjukkan
mekanisme  interaksi antara Hidrogen  Bond Acceptor  ChCl dan  Hidrogen Bond Donor  R-OH.  Interaksi  antara  ChCl  dan  HBD  terjadi  melalui  ikatan  hidrogen
antara anion halida garam dengan pendonor gugus  hidrogen [38].  Alasan disebut Deep  Eutectic  Solvent  DES  adalah  ketika  dua  komponen  dicampur  secara
bersamaan  dalam  rasio  yang  tepat  akan  diperoleh  titik  eutektik  campuran.  Titik eutektik  ini  merupakan  titik  leleh  terendah  yang  dihasilkan  dari  rasio  molar  dua
komponen tersebut [30].
4.2 KARAKTERISTIK DEEP EUTECTIC SOLVENT DES
DES  adalah  pelarut  kimia  yang  dapat  dirancang  sesuai  dengan penggunaannya. Oleh karena itu, dapat dihasilkan suatu DES dengan karakteristik
tertentu  [5].  Penelitian  yang  dilakukan  Hayyan,  dkk.,  [19]  pada  tahun  2013 melaporkan  bahwa  sifat  fisik  DES  yang  berbeda  tergantung  pada  rasio  molar
garam dan HBD penyusunnya. Pada  penelitian  ini  berfokus  pada  pengaruh  rasio  molar  garam  ChCl  dan
HBD D-glukosaetilen glikol dan pengaruh jenis HBD D-glukosaetilen glikol terhadap  karakteristik  DES  pada  suhu  ruang.  Pada  sub  bab  selanjutnya  akan
dibahas pengaruh rasio molar garam dan HBD dan pengaruh jenis HBD terhadap karakteristik  DES  yang  dihasilkan,  yaitu  titik  beku,  densitas,  pH  dan  viskositas
pada suhu ruang 30 C ± 2
C
4.2.1  Pengaruh  Rasio  Molar  Garam  dan  Hidrogen  Bond  Donor  HBD terhadap Karakteristik DES
4.2.1.1 Titik Beku Seperti disebutkan sebelumnya, DES merupakan campuran dua kemponen
yang berikatan melalui ikatan hidrogen hingga terbentuk suatu fasa cair yang baru [5].  Dimana  nilai  titik  beku  DES  ini  jauh  lebih  rendah  dari  konstituen  murninya
[27]. Dalam tabel 4.2 dan tabel 4.3 ditunjukkan 14 jenis DES yang dihasilkan dari 7 rasio molar ChCl : D-Glukosa dengan jumlah HBD D-Glukosa dibuat tetap dan
7 rasio molar ChCl : Etilen Glikol dengan jumlah garam ChCl dibuat tetap.
Universitas Sumatera Utara
20 Tabel 4.2 Pengkodean dan Wujud DES Berbasis ChClD-Glukosa
Rasio Molar ChCl : D-Glukosa
Kode
Wujud DES 30
C ± 2 C
20 C ± 2
C 10
C ± 2 C
1 : 1 DES 1
Bening Keruh
Keruh
1,25 : 1 DES 2
Bening Keruh
Keruh
1,5 : 1 DES 3
Bening Keruh
Keruh
1,75 : 1 DES 4
Bening Bening
Keruh
2 : 1 DES 5
Bening Bening
Keruh
2,25 : 1 DES 6
Bening Keruh
Keruh
2,5 : 1 DES 7
Keruh Keruh
Keruh Tabel 4.3 Pengkodean dan Wujud DES Berbasis ChClEtilen Glikol
Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol
Kode
Wujud DES 30
C ± 2 C
20 C ± 2
C 10
C ± 2 C
1 : 1 DES 8
Keruh Keruh
Keruh
1 : 1,25 DES 9
Bening Bening
Bening
1 : 1,5 DES 10
Bening Bening
Bening
1 : 1,75 DES 11
Bening Bening
Bening
1 : 2 DES 12
Bening Bening
Bening
1 : 2,25 DES 13
Bening Bening
Bening
1 : 2,5 DES 14
Bening Bening
Bening
Dari  hasil  penelitian,  setelah  proses  pemanasan  selesai  DES  1  sampai
DES  14  berwujud  cairan  bening  colourless  liquid,  lalu  DES  yang  diperoleh dibiarkan  dingin  hingga  mencapai  suhu  ruang  30
C  ±  2 C.  Pada  suhu  ruang
semua  DES  masih  berwujud  cair  walupun  ada  DES  yang  wujudnya  berubah menjadi lebih kental dan berwarna putih keruh, yaitu DES 7 dan DES 8, seperti
ditunjukkan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3.  DES yang berwujud cairan bening pada suhu ruang  menunjukkan  bahwa  titik beku  DES  berada di bawah suhu ruang 30
C ± 2 C karena tidak ada perubahan wujud DES yang terjadi. Sedangkan DES
yang  berwujud  keruh  menunjukkan  bahwa  DES memiliki  nilai  titik  beku  di  atas suhu  ruang 30
C ± 2 C karena pada suhu ruang wujud DES berubah menjadi
lebih kental dan berwarna putih. Selanjutnya,  untuk  memperkecil  kisaran  nilai  titik  beku  DES,  dilakukan
analisa wujud DES pada suhu 20 C ± 2
C dan 10 C ± 2
C, seperti pada tabel 4.2  dan  tabel  4.3.  Dari  tabel  4.2  dapat  dilihat  bahwa  pada  suhu  20
C  ±  2 C
diperoleh  DES  1  hingga  DES  3  berwujud  cairan  keruh,  DES  4  dan  DES  5
Universitas Sumatera Utara
21 berwujud cairan bening dan DES 6 dan DES 7 berwujud cairan keruh. Akan tetapi
pada  suhu  10 C  ±  2
C  semua  DES  berwujud  cairan  keruh.  Sehingga  dapat disimpulkan  bahwa  rasio  molar  terbaik  untuk  menghasilkan  DES  berbasis  D-
Glukosa  adalah  pada  rasio  molar  ChCl  dan  D-Glukosa  1,75:1  dan  2:1.  Hal  ini karena pada rasio molar tersebut dihasilkan DES dengan titik beku terendah  20
C.  Hal  ini  sejalan  dengan  penelitian  Hayyan,  dkk., [19]  pada tahun  2013  yaitu bahwa  DES  berbasis  D-Glukosa  pada  rasio  molar  ChCl  :  D-glukosa  =  2:1
diperoleh  titik  beku  terendah,  yaitu  15 C.  Jika  dibandingkan  dengan  titik  beku
ChCl yaitu berkisar 302-305 C dan titik beku D-Glukosa yaitu sebesar 146,1
C, titik beku  DES berbasis D-Glukosa  lebih kecil dari  titik  beku  penyusunnya.  Dari
tabel 4.3 dapat dilihat bahwa DES 9 hingga DES 14 berwujud cairan bening pada suhu 10
C ± 2 C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecuali pada rasio molar
ChCl dan Etilen Glikol 1:1, DES berbasis Etilen Glikol memiliki  titik beku  yang rendah 10
C. Menurut penelitian Zhang, dkk., [5], pada tahun 2012 DES yang berwujud
cairan  bening  terbentuk  dengan  cara  mencampur  garam  dan  HBD  pada  rasio molar  tertentu.  Pada  rasio  molar  tersebut  HBD  memiliki  kemampuan  yang  kuat
untuk membentuk interaksi ikatan hidrogen dengan ChCl. Cairan bening atau fasa baru  DES  ini  menunjukkan  adanya  penurunan  nilai  titik  beku  dan  umumnya
ditandai  dengan  titik  beku  yang  lebih  rendah  dari  kedua  padatan  penyusunnya [39,5].  Nilai  titik  beku  DES  yang  rendah  disebabkan  oleh  ikatan  hidrogen  dan
interaksi yang kompleks dari HBD dan anion halida garam sehingga mengurangi energi kisi pada campuran yang mengarah pada penurunan nilai titik beku [36,39].
Sedangkan  untuk  DES  yang  tidak  berwujud  cairan  bening  kemungkinan alasannya  adalah  rasio  molar  HBD  dan  garam  tidak  tepat.  Pada  DES  7  dengan
rasio molar ChCl : D-Glukosa = 2,5:1 diperoleh DES berwujud cairan keruh pada suhu 30
C sedangkan pada DES 6 sampai DES 1 dengan jumlah D-Glukosa tetap dan  jumlah  garam  ChCl  semakin  menurun  diperoleh  DES  dengan  wujud  cairan
bening.  Hal  ini  disebabkan  oleh  konsentrasi  ChCl  yang  tinggi  dibandingkan dengan  HBD  D-Glukosa,  sehingga  terdapat  anion  halida  garam  ChCl  yang
berlebih  dalam  campuran.  Selain  itu,  D-Glukosa  juga  tidak  memiliki  HBD  lagi untuk  membangun  ikatan  hidrogen  dengan  anion  halida  ChCl  yang  berlebih
Universitas Sumatera Utara
22 tersebut.  Oleh  karena  itu,  campuran  berwujud  cairan  keruh  dan  titik  beku  DES
tidak semakin menurun melainkan semakin meningkat. Akan tetapi, pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada suhu 20
C ± 2 C
DES  1  hingga  DES  3  berwujud  cairan  keruh,  DES  4  dan  DES  5 tetap  berwujud cairan  bening  dan  DES  6  dan  DES  7  berwujud  cairan  keruh.  Perubahan  wujud
pada  DES  1  hingga  DES  3  menjadi  cairan  keruh  pada  suhu  20 C  ±  2
C mungkin  juga  disebabkan  oleh  adanya  gugus  hidroksil  -OH  dari  HBD  D-
Glukosa  yang  berlebih  dalam  campuran,  sehingga  ketika  suhu  semakin  turun gugus  hidroksil  -OH  dari  HBD  D-Glukosa  yang  berlebih  menyebabkan  DES
berwujud  cairan  keruh.  Sedangkan  ketika  ChCl  semakin  meningkat  pada  DES  4 dan DES 5 diperoleh DES tetap  berwujud  cairan bening, hal  ini disebabkan oleh
tersedianya  anion  halida  dari  garam  ChCl  untuk  membangun  ikatan  hidrogen dengan  gugus  hidroksil  -OH  dari  HBD  D-Glukosa.  Akan  tetapi,  jika  anion
halida  dari  garam  ChCl  juga  berlebih  maka  akan  menyebabkan  DES  berwujud cairan keruh, seperti pada DES 6 dan DES 7.
Sama  halnya  DES  8  dengan  rasio  molar  ChCl  :  Etilen  Glikol  =  1:1 diperoleh  DES  berwujud  cairan  keruh  sedangkan  pada  DES  9  sampai  DES  14
dengan  jumlah  ChCl  tetap  dan  jumlah  HBD  Etilen  Glikol  semakin  meningkat diperoleh  DES  berwujud  cairan  bening.  Pada  kasus  DES  8  ini  konsentrasi  ChCl
juga  tinggi  dibandingkan  jumlah  HBD  Etilen  Glikol  atau  sebaliknya  konsentrasi Etilen  Glikol  rendah  dibandingkan  dengan  ChCl,  sehingga  terdapat  anion  halida
garam  ChCl  yang  berlebih  dalam  campuran  dan  Etilen  Glikol  tidak  memiliki HBD  lagi  untuk  membangun  ikatan  hidrogen  dengan  anion  halida  yang  berlebih
tersebut. Oleh karena itu, campuran berwujud cairan keruh dan DES memiliki titik beku lebih tinggi dari DES lainnya.
Alasan  mengenai  DES  yang  berwujud  cairan  keruh  pada  suhu  ruang didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hayyan, dkk., [19] pada tahun 2013
mengenai  pembuatan  DES  berbasis  ChCl  dan  golongan  sakarida  D-glukosa, yaitu  bahwa  suatu  DES  tidak  berhasil  terbentuk  disebabkan  karena  kedua
komponen  tidak  bercampur  dengan  baik,  sehingga  diperoleh  produk  setengah padat  berwarna  putih  dan  kemungkinan  alasan  DES  pada  rasio  molar  tersebut
berada  pada  fase  padat  setelah  pencampuran  adalah  bahwa  jumlah  ChCl  tidak
Universitas Sumatera Utara
23 cukup  untuk  membangun  ikatan  hidrogen  D-Glukosa  yang  tersedia.  Akibatnya,
campuran menjadi jenuh dengan D-Glukosa dan tidak ada pengurangan titik beku lebih  lanjut  yang  tercapai.  Konsentrasi  HBD  yang  tinggi  dibandingkan  dengan
jumlah  ChCl  membuat  campuran  heterogen  dan  bahkan  walaupun  dengan pengadukan yang lama dan suhu tinggi, campuran tetap berwujud setengah padat.
Selain  itu,  dari  hasil  penelitian  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa terhadap  titik  beku  yang  telah  dilakukan,  ditemukan  bahwa  penelitian  yang
dilakukan sejalan dengan penelitian Hayyan, dkk., [19] pada tahun 2013 mengenai pembuatan DES berbasis ChCl dan golongan sakarida D-glukosa sebagai HBD,
yaitu  bahwa  pada  suhu  ruang  DES  dengan  rasio molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  1:1; 1,5:1  dan  2:1  berwujud  cairan  bening  colourless  liquid  dan  DES  dengan  rasio
molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  2,5:1  pada  suhu  ruang  menjadi  semakin  kental  dan berwarna  putih  keruh.  Begitu  juga  pada  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  Etilen
Glikol  terhadap  titik  beku,  ditemukan  bahwa  penelitian  yang  dilakukan  sejalan dengan penelitian Bagh, dkk., [4] dan penelitian Shahbaz, dkk., [40], yaitu bahwa
pada  rasio  molar  ChCl  :  Etilen  Glikol  =  0,36:0,64;  0,33:0,67  dan  0,28:0,72 diperoleh DES berwujud cairan bening pada suhu ruang dan nilai titik beku DES
yang  dihasilkan  lebih  rendah  dari  suhu  ruang.  Selain  itu,  penelitian  yang dilakukan  juga  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  Shahbaz,  dkk.,  [41],
yaitu bahwa pada rasio molar ChCl : Etilen Glikol = 1:2 diperoleh DES berwujud cairan  bening  pada  suhu  ruang  dan  nilai  titik  beku  DES  yang  dihasilkan  lebih
rendah dari suhu ruang. Dari hasil penelitian DES berbasis D-Glukosa dan Etilen Glikol  memiliki
titik  beku  di  bawah  suhu  ruang.  Jika  dibandingkan  dengan  DES  lainnya  yang berasal dari garam atau HBD yang berbeda dan sudah banyak diteliti, seperti DES
berbasis  ChCl  dan  urea  yang  memiliki  titik  beku  12 C  pada  rasio  molar  ChCl  :
urea = 1:2, DES berbasis ChCl dan gliserol memiliki titik beku  -40 C pada rasio
molar  ChCl  :  gliserol  =  1:2  dan  DES  berbasis  ChCl  dan  asam  malonat  memiliki titik  beku  10
C  pada  rasio  molar  ChCl  :    asam  malonat  =  1:1  [5].  Maka  dapat disimpulkan  bahwa  DES  berbasis  D-Glukosa  dan  Etilen  Glikol  merupakan  DES
yang  memiliki  potensi  sebagai  pelarut  yang  murah  dan  aman  pada  berbagai
Universitas Sumatera Utara
24 bidang  karena  memiliki  titik  beku  lebih  rendah  dari  50
C  seperti  DES  lainnya [19].
4.2.1.2 Densitas Nilai  densitas  diperlukan  untuk  memahami  perilaku  suatu  zat  cair  [8].
Pengukuran  densitas  sangat  penting  terutama  dalam  bidang  mekanika  fluida, perhitungan  perpindahan  massa  dan  juga  untuk  merancang  proses  kimia  [19].
Densitas  adalah  salah  satu  sifat  fisik  penting  cairan  ionik  pada  umumnya  dan secara  khusus  pada  DES  [41].  Data  mengenai  densitas  DES  memiliki  peran
penting  dalam  aplikasi  pelarut  ramah  lingkungan  [40].  Densitas  DES  biasanya ditentukan  secara  gravimetri  dan  rasio  molar  garam  dan  HBD  penyusun  DES
memiliki  efek  yang  signifikan  pada  densitas  DES  yang  dihasilkan  [14,8].  Pada gambar  4.2  dan  gambar  4.3  ditunjukkan  grafik  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  D-
Glukosa dan rasio molar ChCl : Etilen Glikol terhadap nilai densitas DES.
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Rasio Molar ChCl : D-Glukosa terhadap Densitas DES
Dari  grafik  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  pada  gambar  4.2 ditunjukkan  bahwa  semua  nilai  densitas  DES  berada  di  atas  1,25  grml.  Dimana
nilai-nilai  ini  terletak  di  antara  densitas  ChCl  dan  densitas  D-Glukosa  pada  suhu ruang,  yaitu  masing-masing  1,1856  grml  dan  1,5345  grml.  Oleh  karena  itu,
penelitian  yang  dilakukan  sejalan  dengan  penelitian  Shahbaz,  dkk.,  [41]  pada
1,25 1,26
1,27 1,28
1,29 1,30
1,31 1,32
1,33
0,75 1,00
1,25 1,50
1,75 2,00
2,25 2,50
Rasio Molar ChCl : D-Glukosa D
e n
si ta
s g
r m
l
1:1 1,25:1
1,5:1 1,75:1
2:1 2,25:1
2,5:1
Universitas Sumatera Utara
25 tahun  2011  mengenai  pengukuran  densitas  DES  pada  fungsi  suhu,  yaitu  bahwa
densitas DES terletak di antara densitas garam dan HBD penyusunnya. Dari grafik juga ditunjukkan bahwa  nilai densitas DES menurun dari DES 1 sebesar 1,31895
grml hingga DES 5 sebesar 1,26352 grml tetapi meningkat pada DES 6 dan DES 7, yaitu masing-masing sebesar 1,27988 grml dan 1,29234 grml.
Pada sub bab sebelumnya disebutkan bahwa tingginnya konsentrasi garam ChCl  dibandingkan  konsentrasi  HBD  menyebabkan  adanya  anion  halida  pada
garam yang berlebih sehingga titik beku DES meningkat. Dari grafik pada gambar 4.2  dapat  dilihat  bahwa  densitas  DES  6  dan  DES  7  meningkat.  Adanya  anion
halida  yang  berlebih  dalam  campuran  menyebabkan  campuran  berwujud  cairan keruh  dan  hal  ini  juga  menyebabkan  massa  campuran  semakin  besar  sehingga
densitas  campuran  yang  diperoleh  juga  semakin  besar.  Oleh  karena  itu,  dapat disimpulkan  bahwa  adanya  anion  halida  garam  yang  berlebih  dalam  campuran
akan menyebabkan meningkatnya densitas DES. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayyan,
dkk.,  [19]  pada  tahun  2013  mengenai  pembuatan  DES  berbasis  ChCl  dan golongan  sakarida  D-glukosa,  yaitu  pada  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  1:1;
1:1,5;  1:2  dan  1:2,5  diperoleh  densitas  DES  menurun  dari  DES  dengan  rasio molar  ChCl  :  D-Glukosa  1:1  hingga  rasio  molar  1:2  tetapi  meningkat  pada  rasio
molar 1:2,5. Selain itu, dari hasil penelitian diperoleh nilai densitas terendah pada DES  5  sebesar  1,26352  grml  pada  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  2  :  1.  Hasil
penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  Harris  [30]  dan  penelitian  Hayyan,  dkk., [19],  yaitu  bahwa  DES  dari  ChCl  dan  D-glukosa  mencapai  titik  eutektik  pada
rasio molar ChCl : D-Glukosa = 2 : 1 karena pada rasio molar tersebut diperoleh nilai densitas terendah, seperti halnya nilai titik beku terendah juga diperoleh pada
rasio molar tersebut.
Universitas Sumatera Utara
26 Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol terhadap Densitas
DES Dari  hasil  penelitian  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  Etilen  Glikol  pada
gambar 4.3 diperoleh bahwa semua nilai densitas DES berada di atas 1,11 grml. Nilai  ini  terletak  di  antara  densitas  ChCl  dan  densitas  Etilen  Glikol  pada  suhu
ruang,  yaitu  masing-masing  1,1856  grml  dan  1,11  grml.  Oleh  karena  itu, Penelitian  yang  dilakukan  sejalan  dengan  penelitian  Tang,  dkk.,  [14]  pada tahun
2015, yaitu bahwa nilai densitas DES lebih tinggi dari densitas air dan juga lebih tinggi dari densitas HBD penyusunnya.
Dari  grafik  pada  gambar  4.3  juga  ditunjukkan  bahwa  nilai  densitas  DES menurun  dari  DES  8  hingga  DES  14.  Nilai  densitas  tertinggi  adalah  DES  8
sebesar  1,28974  grml  pada  rasio  molar  ChCl  :  Etilen  Glikol  =  1  :  1  dan  nilai densitas  DES  semakin  menurun  seiring  dengan  meningkatnya  jumlah  Etilen
Glikol. Nilai densitas terendah adalah DES 14 sebesar 1,11473 grml,  yaitu  pada rasio molar ChCl : Etilen Glikol = 1 : 2,5.
Pada  tabel  4.3  dapat  dilihat  bahwa  DES  8  berwujud  cairan  keruh  pada suhu ruang.  Begitu juga dengan densitas, DES 8 juga memiliki densitas tertinggi
dibandingkan  DES  lainnya.  Hal  ini  disebabkan  oleh  adanya  anion  halida  garam ChCl  yang  berlebih  dalam  campuran  dan  HBD  dari  Etilen  Glikol  tidak  tersedia
lagi untuk membangun ikatan hidrogen. Sehingga massa campuran meningkat dan densitas  DES  juga  semakin  meningkat.  Sedangkan  dengan  jumlah  etilen  glikol
semakin  meningkat  diperoleh densitas semakin  menurun, hal  ini disebabkan  oleh
1,10 1,12
1,14 1,16
1,18 1,20
1,22 1,24
1,26 1,28
1,30
0,75 1,00
1,25 1,50
1,75 2,00
2,25 2,50
D e
n si
tas gr
m l
Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol
1:1      1:1,25 1:1,5
1:1,75 1:2     1:2,25
1:2,5
Universitas Sumatera Utara
27 HBD dari Etilen Glikol tersedia untuk membangun ikatan hidrogen dengan anion
halida  dari  ChCl.  Selain  itu,  hal  ini  dapat  dijelaskan  dengan  nilai  densitas  Etilen Glikol yang lebih kecil dari densitas ChCl maka dengan jumlah Etilen Glikol yang
semakin  meningkat  akan  diperoleh  nilai  densitas  DES  yang  semakin  berkurang [33].
Penelitian  yang  dilakukan  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh Yusof,  dkk.,  [8]  pada  tahun  2014  mengenai  pembuatan  DES  dari  garam
tetrabutylammonium  bromide  TBABr  dengan  HBD  etilen  glikol,  1,3- propanadiol, 1,5-pentanadiol dan gliserol, yaitu bahwa densitas DES dengan HBD
berbasis alkohol sebanding dengan densitas DES pada umumnya, kecuali densitas DES  dengan  HBD  berbasis  glukosa  memiliki  densitas  lebih  tinggi.  Hasil
penelitian yang diperoleh juga sejalan dengan penelitian Shahbaz, dkk., [40], yaitu bahwa pada rasio molar ChCl : Etilen Glikol = 0,36:0,64; 0,33:0,67 dan 0,28:0,72
diperoleh  nilai  densitas  DES  masing-masing  1,1156;  1,1146  dan  1,1141  grml. Nilai  densitas  ini  tidak  jauh  berbeda  dengan  nilai  densitas  DES  yang  diperoleh
dari  hasil penelitian. Selain  itu, pada penelitian Harris [30]  mengenai pembuatan DES dari ChCl dan Etilen Glikol dengan menggunakan  ChCl 0; 5; 10; 15; 20;
25 dan 30  diperoleh nilai densitas DES berada antara 1,11 - 1,12 grml. Hal ini menunjukkan  bahwa  nilai  densitas  DES  dari  ChCl  dan  Etilen  Glikol  berada  di
sekitar 1,11 grml. Dari  hasil  penelitian  diperoleh  bahwa  DES  berbasis  D-Glukosa  memiliki
densitas  di  atas  1,25  grml  dan  DES  berbasis  etilen  glikol  memiliki  densitas sekitar  1,11  grml.  Jika  dibandingkan  dengan  DES  lainnya  yang  berasal  dari
garam  atau  HBD  yang  berbeda,  seperti  DES  berbasis  tetrabutylammonium bromide  TBABr  sebagai  garam  dan  etilen  glikol,  1,3-propanadiol,  1,5-
pentanadiol  dan  gliserol  sebagai  HBD,  dimana  konsentrasi  HBD  66,7    bb diperoleh nilai densitas DES berada dibawah 1,1 grml pada suhu 30
C [8]. DES berbasis ChCl sebagai garam dan gliserol sebagai HBD, dimana konsentrasi ChCl
33  bb diperoleh nilai densitas DES sebesar 1,18 grml pada suhu 20 C [30].
DES  berbasis  N,N  diethylenethanol  ammonium  chloride  sebagai  garam  dan gliserol sebagai HBD diperoleh densitas DES berada diatas 1,15 grml pada suhu
30 C sedangkan menggunakan etilen glikol sebagai HBD diperoleh densitas DES
Universitas Sumatera Utara
28 ± 1,1 grml pada suhu 30
C  [40]. Maka  dapat disimpulkan  bahwa  DES berbasis ChCl dan D-glukosa memiliki nilai densitas yang cenderung lebih tinggi dari DES
lainnya  dan  DES  berbasis  ChCl  dan  etilen  glikol  memiliki  nilai  densitas cenderung lebih rendah dari DES lainnya.
Dari  hasil  penelitian  disimpulkan  bahwa  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa dan ChCl : Etilen Glikol sangat mempengaruhi nilai densitas DES. Hal ini sesuai
dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Shahbaz,  dkk.,  [40]  pada tahun  2012  dan penelitian  yang  dilakukan  oleh  Tang,  dkk.,  [14]  pada  tahun  2015,  yaitu  bahwa
komposisi  penyusun  DES  memiliki  pengaruh  yang  signifikan  terhadap  densitas DES.
4.2.1.3 pH pH  adalah  salah  satu  karakteristik  penting  dari  suatu  cairan  karena  dapat
membantu pemilihan jenis pipa yang ingin digunakan untuk bahan konstruksi dan korosi  terkait  aspek  desain.  pH  juga  memiliki  pengaruh  dalam  suatu  reaksi
terutama  bioreaksi  [19].  Sifat  kimia  komponen  penyusun  DES  terutama  HBD sangat berpengaruh pada kekuatan asam atau basa DES, sehingga dapat dihasilkan
DES  dengan  pH  basa,  netral  atau  asam  [5,27].  Berikut  adalah  grafik  pengaruh rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  dan  ChCl  :  Etilen  Glikol  terhadap  nilai  pH  DES
pada suhu ruang.
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Rasio Molar ChCl : D-Glukosa terhadap pH DES
6,65 6,70
6,75 6,80
6,85 6,90
6,95 7,00
7,05 7,10
0,75 1,00
1,25 1,50
1,75 2,00
2,25 2,50
Rasio Molar ChCl : D-Glukosa pH
1:1 1,25:1    1,5:1
1,75:1 2:1
2,25:1       2,5:1
Universitas Sumatera Utara
29 Dari  grafik  pengaruh  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  terhadap  pH  pada
gambar  4.4  dapat  dilihat  bahwa  nilai  pH  DES  yang  diperoleh  mengalami peningkatan dari DES 1 hingga DES 5, yaitu 6,70; 6,76; 6,80; 6,88 dan 7,05 tetapi
nilai  pH  menurun  pada  DES  6  dan  DES  7,  yaitu  masing-masing  6,96  dan  6,91. Seperti halnya pada pembahasan titik beku dan densitas, yaitu adanya anion halida
garam  ChCl  yang  berlebih  dalam  DES  menyebabkan  titik  beku  dan  densitas semakin meningkat. Begitu juga dengan pH, pada DES 6 dan DES 7 diperoleh pH
semakin  meningkat.  Hal  ini  juga  disebabkan  oleh  konsentrasi  ChCl  yang  tinggi dibandingkan  dengan  konsentrasi  D-Glukosa,  sehingga  terdapat  anion  halida
garam  ChCl  yang  berlebih  dalam  DES  yang  tidak  berikatan  dengan  HBD  D- Glukosa,  sehingga  pH  DES  akan  menurun  mengarah  pada  pH  ChCl  yang  bebas
dalam  campuran,  dimana  ChCl  memiliki  pH  berkisar  5-6,5.  Penelitian  yang dilakukan sejalan dengan penelitian Hayyan, dkk., [19] mengenai pembuatan DES
berbasis  ChCl  dan  D-Glukosa,  yaitu  pada  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  1:1; 1,5:1; 2:1 dan 2,5:1 diperoleh nilai pH DES pada suhu 27
C berada antara 6,7 –
7,3  dan  pada  rasio  molar  ChCl:D-Glukosa  =  2:1  diperoleh  nilai  pH  DES  paling dekat dengan pH 7.
Secara umum nilai pH DES berbasis D-Glukosa yang diperoleh dari hasil penelitian  berada  di  sekitar  pH  7  atau  pH  netral,  maka  hal  ini  mendukung
penelitian  Hayyan,  dkk.,  [19],  Zhang,  dkk.,  [5]  dan  Maugeri,  dkk.,  [15],  yaitu bahwa DES dengan HBD gula memiliki pH netral pada suhu ruang. Oleh karena
itu,  DES  berbasis  gula  disarankan  untuk  diaplikasikan  dalam  bidang  kimia, lingkungan maupun biologi [19,15].
Universitas Sumatera Utara
30 Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol terhadap pH DES
Dari  grafik  pada  gambar  4.5  ditunjukkan  bahwa  nilai  pH  DES  yang diperoleh  semakin  meningkat  seiring  dengan  meningkatnya  jumlah  HBD  Etilen
Glikol,  yaitu  dari  rasio  molar  1:1  hingga  1:2,5  diperoleh  nilai  pH  DES  masing- masing 6,88; 6,93; 6,96; 7,03; 7,05; 7,12 dan 7,15. pH DES yang diperoleh berada
di sekitar pH 7 atau pH netral. Pada  penelitian  yang  dilakukan  oleh    Zhao,  dkk.,  [42]  pada  tahun  2015
mengenai DES berbasis ChCl yang diaplikasikan  sebagai pelarut dalam ekstraksi Rutin  flavonoid  dari  Sophora  japonica.  Pada  penelitian  dilakukan  uji
biokompatibilitas  DES  sebagai  pelarut  yang  biokompatibel  dan  biodegradable dengan  menggunakan  bakteri  dan  ditemukan  bahwa  DES  dengan  HBD  berbasis
amina-,  alkohol  dan  gula  tidak  menghambat  pertumbuhan  bakteri  karena  DES tersebut  memiliki  nilai  pH  berada  pada  kisaran  pH  netral  dan  sebaliknya  DES
dengan  HBD  berbasis  asam  organik  menghambat  pertumbuhan  bakteri  terutama disebabkan  oleh  perubahan  pH.  Nilai  pH  DES  yang  diuji  jauh  di  bawah  pH
optimal  6,5-7,5  untuk  pertumbuhan  bakteri.  Maka,  penelitian  yang  dilakukan mendukung  penelitian  Zhao,  dkk.,  [42]  yaitu  bahwa  DES  dengan  HBD  berbasis
alkohol etilen glikol dan gula glukosa memiliki pH pada kisaran pH netral. Selain  itu,  pada  penelitian diperoleh nilai pH DES  ChCl :  Etilen Glikol =
1:2 adalah 7,12. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai pH yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Protsenko, dkk., [43] pada tahun 2015 yaitu bahwa
6,85 6,90
6,95 7,00
7,05 7,10
7,15 7,20
0,75 1,00
1,25 1,50
1,75 2,00
2,25 2,50
Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol pH
1:1      1:1,25 1:1,5
1:1,75 1:2
1:2,25 1:2,5
Universitas Sumatera Utara
31 semakin  meningkat  jumlah  air  yang  ditambahkan  pada  suatu  campuran  ionic
liquid  ChCl  :  Etilen  Glikol  dengan  rasio  molar  1:2  diperoleh  nilai  pH  semakin menurun  tetapi  tetap  berada  pada  kisaran  pH  netral  6,82-7,62  dan  nilai  pH  DES
tanpa  penambahan  air  diperoleh  sebesar  7,9.  Maka  penelitian  yang  dilakukan sejalan dengan penelitian Protsenko, dkk., [43], Naser, dkk., [33] dan Zhao, dkk.,
[42], yaitu bahwa sifat garam dan HBD penyusun DES mempengaruhi keasaman atau kebasaan dari DES.
4.2.1.4 Viskositas Viskositas DES adalah  sifat penting  yang perlu diketahui  [39]. Penelitian
mengenai  viskositas  DES  adalah  salah  satu  analisis  yang  paling  penting  karena penerapan DES sangat tergantung pada nilai viskositasnya [44]. Mengetahui nilai
viskositas  DES  dapat  memudahkan  pembuatan  DES  dengan  rasio  molar  yang optimum  yang  cocok  untuk  aplikasi  tertentu.  Selain  itu  juga  dapat  menghemat
energi  pada  proses  pembuatan  DES  [19].  Pengembangan  DES  dengan  viskositas rendah  sangat  diharapkan  karena  DES  berpotensi  sebagia  media  yang  ramah
lingkungan  [39].  Semakin  rendah  nilai  viskositas  DES  maka  semakin  baik  DES digunakan sebagai pelarut [44]. Secara umum, DES dengan viskositas tinggi tidak
dianjurkan  karena  memiliki  keterbatasan  dalam  aplikasi  yang  sebenarnya  seperti pada  ekstraksi  cair-cair  dan  reaksi  elektrokimia  [39].  Viskositas  sangat
dipengaruhi  oleh  interaksi  ikatan  hidrogen,  van  der  Waals  dan  elektrostatik. Berdasarkan  pada  interaksi  antar  molekul,  viskositas  DES  tentu  lebih  tinggi  dari
beberapa pelarut konvensional lainnya, tetapi mirip dengan viskositas ionic liquid [42].  Viskositas  campuran  eutektik  DES  terutama  dipengaruhi  oleh  sifat  kimia
dari komponen penyusunnya, yaitu garam dan HBD [39]. Pada  penelitian  ini,  7  DES  berbasis  D-Glukosa  tidak  bisa  diukur  nilai
viskositasnya karena DES yang dihasilkan sangat kental pada suhu ruang. Hal ini meyebabkan  DES  berbasis  D-Glukosa  masih  kurang  berpotensi  sebagai  pelarut
dan  sebagai  media  yang  ramah  lingkungan.  Sesuai  dengan  penelitian  Hayyan, dkk., [39] dan Kow, dkk., [44] yaitu bahwa semakin rendah viskositas DES maka
semakin  baik  diaplikasikan  sebagai  pelarut  dan  sebagai  media  yang  ramah lingkungan.  Selain  itu,  DES  yang  berwujud  cair  pada  suhu  ruang  akan  membuat
Universitas Sumatera Utara
32 DES lebih mudah untuk ditangani sehingga dapat digunakan dalam berbagai jenis
industri [19]. Viskositas DES yang tinggi disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen yang
berlebih  yang  menyebabkan  interaksi  van  der  Walls  dan  interaksi  elektrostatik yang  berlebih  antara  kedua  komponen  sehingga  menghasilkan  mobilitas  lebih
rendah  pada  molekul  dalam  DES.  Hal  ini  akan  mempengaruhi  komposisi campuran  eutektik  DES,  seperti  karakteristik  DES  yang  dihasilkan  akan  berbeda
[39,44].  Menurut  Zhao,  dkk.,  [42]  pada  tahun  2015,  banyaknya  jumlah  gugus hidroksil  pada  HBD  akan  menyebabkan  ikatan  hidrogen  berlebih  sehingga
meningkatkan gaya tarik menarik antar molekul dan membuat cairan lebih kental. Menurut  Yusof,  dkk.,  [8]  pada  tahun  2014,  garam  bertindak  sebagai  jembatan
yang  menghubungkan  kelompok  ionik  dalam  DES.  Jumlah  garam  yang  sedikit menyebabkan  jaringan  antara  kelompok  dalam  DES  menjadi  jarang  sehingga
menyebabkan  penurunan  viskositas.  Sedangkan  dalam  penelitian  ini,  jumlah garam  ChCl  semakin  meningkat  sehingga  jaringan  antara  kelompok  dalam  DES
semakin kuat dan DES yang diperoleh semakin kental viskositas tinggi. Pada  penelitian  yang  dilakukan  Hayyan,  dkk.,  [19]  pada  tahun  2013
tentang  pembuatan  DES  dari  ChCl  dan  D-Glukosa  juga  menghasilkan  DES dengan  viskositas  tinggi.  Akan  tetapi  Hayyan,  dkk.,  [19]  melakukan  pengukuran
viskositas  dengan  variasi  suhu  dari  25 C  hingga  85
C  dengan  interval  suhu  10 C.  Pada  DES  dengan  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  1:1;  1,5:1;  2:1  dan  2,5:1
diperoleh  nilai  viskositas  DES  berkisar  8.000-12.000  cP  pada  suhu  25 C,  yaitu
secara  berurut  nilai  viskositas  DES  dengan  rasio  molar  ChCl:D-Glukosa  2,5:1 1:1  1,5:1  2:1. Nilai viskositas DES yang diperoleh semakin menurun dengan
meningkatnya suhu. Karena nilai viskositasnya yang tinggi maka DES berbasis D- Glukosa  ini  disarankan  untuk  dipanaskan  terlebih  dahulu  sebelum  diaplikasikan
[19].  Namun,  menurut  Kow,  dkk.,  [44]  pada tahun  2015,  menaikkan  suhu  untuk menurunkan  viskositas  DES  akan  menyebabkan  bertambahnya  waktu,  daya  dan
biaya proses. Maka menurut penelitian Zhao, dkk., [42] pada tahun 2015 alternatif lain yang diharapkan dapat mengurangi viskositas DES berbasis gula agar mudah
untuk  diaplikasikan,  yaitu  dengan  menambahkan  air.  Penambahan  air  pada  DES ChClD-Glukosa  dengan  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  :  Air  =  2,5  :  1  :  2,5
Universitas Sumatera Utara
33 menghasilkan  DES  dengan  nilai  viskositas  sebesar  584  cP  pada  30
C,  nilai  ini jauh  lebih  rendah  dibandingkan  nilai  viskositas  DES  ChClD-Glukosa  yang
berada  pada  kisaran  8.000-12.000  cP  pada  suhu  25 C  [42,19].  Pada  penelitian
Maugeri, dkk., [15] pada tahun 2012 juga membahas bagaimana mengurangi nilai viskositas  DES  berbasis  D-Glukosa.  Untuk  mengurangi  nilai  viskositas  DES
berbasis  D-Glukosa,  Maugeri,  dkk.,  [15]  menambahkan  gliserol  dengan  rasio molar  ChCl  :  D-Glukosa  :  Gliserol  =  1  :  0,5  :  0,5  dan  diperoleh  nilai  viskositas
DES  sebesar  4.430  cP  pada  30 C.  Sedangkan  DES  tanpa  penambahan  gliserol
dengan  rasio  molar  ChCl  :  D-Glukosa  =  1:1  nilai  viskositas  DES  tidak  dapat diukur.
Selanjutnya,  nilai  viskositas  DES  berbasis  Etilen  Glikol  akan  dibahas. Berikut adalah grafik pengaruh rasio molar ChCl dan  Etilen Glikol terhadap nilai
viskositas DES pada suhu ruang.
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol terhadap Viskositas DES
Pada  rasio  molar  ChCl  :  Etilen  Glikol  =  1:1  DES  berwujud  cairan  kental dan  keruh,  sehingga  nilai  viskositasnya  tidak  dapat  diukur.  Akan  tetapi  nilai
viskositas  6  DES  berbasis  Etilen  Glikol  lainnya  dapat  diukur.  Dari  grafik  pada gambar  4.6  ditunjukkan  bahwa  nilai  viskositas  DES  yang  diperoleh  semakin
menurun seiring dengan meningkatnya jumlah HBD Etilen Glikol, yaitu dari rasio molar 1:1,25  hingga 1:2,5 diperoleh nilai  viskositas DES masing-masing 33,001;
20 22
24 26
28 30
32 34
1,00 1,25
1,50 1,75
2,00 2,25
2,50
Rasio Molar ChCl : Etilen Glikol V
is k
o si
tas c
P
1:1,25       1:1,5 1:1,75      1:2       1:2,25
1:2,5
Universitas Sumatera Utara
34 29,561;  28,534;  26,447;  22,849  dan  22,049  cP.  DES  berbasis  Etilen  Glikol
merupakan  DES  dengan  nilai  viskositas  relatif  rendah,  dimana  nilai  viskositas DES yang diperoleh berada dibawah 100 cP pada suhu ruang. Sehingga penelitian
yang  dilakukan  sejalan  dengan  penelitian  Zhang,  dkk.,  [Qinghua  Zhang  2012] pada  tahun  2012  yaitu  kecuali  DES  berbasis  ChClEtilen  Glikol,  sebagian  besar
DES memiliki viskositas yang relatif tinggi  100 cP pada suhu ruang. Pada  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Yusof,  dkk.,  [8]  pada  tahun  2014
mengenai pengaruh penambahan jumlah HBD terhadap karakteristik DES dengan jumlah  garam  Tetrabutylammonium  Bromide  dibuat  tetap,  diperoleh  bahwa
penambahan  Etilen  Glikol  yang  semakin  meningkat  dari  66,7  hingga  85,7 menghasilkan  DES  dengan  nilai  viskositas  semakin  menurun.  Maka  penelitian
yang  dilakukan  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  Yusof,  dkk.,  [8]  pada tahun 2014, yaitu bahwa viskositas menurun seiring dengan meningkatnya jumlah
HBD  Etilen  Glikol.  Menurut  Yusof,  dkk.,  [8]  pada  rasio  molar  garam  dan  HBD dimana  jumlah  garam  tetap  sedangkan  jumlah  HBD  semakin  meningkat,  garam
mungkin  bertindak  sebagai  jembatan  yang  menghubungkan  kelompok  ionik lainnya.  Jumlah  garam  yang  sedikit  menyebabkan  jaringan  antara  kelompok
dalam DES menjadi jarang sehingga menyebabkan penurunan viskositas. Berbagai penelitian lain ada yang membahas pengaruh penambahan garam
ChCl  dimana  jumlah  HBD  dibuat  tetap.  Seperti  pada  penelitian  yang  dilakukan oleh  Harris  [30]  pada  tahun  2008  ditemukan  bahwa  DES  berbasis  ChCl  dan
Gliserol  dimana  jumlah  HBD  dibuat  tetap  dan  jumlah  garam  ChCl  semakin meningkat dari 5; 10; 15; 20; 25; 30 hingga 33   diperoleh nilai viskositas DES
yang semakin menurun, yaitu 998; 790; 543; 503; 450; 401 dan 376 cP pada suhu 20
C.  Sedangkan  dengan  rasio  molar  yang  sama  tetapi  menggunakan  Etilen Glikol  sebagai  HBD  diperoleh  nilai  viskositas  DES  yang  semakin  meningkat,
yaitu  15;  17;  19;  21;  29;  37  dan  38  cP  pada  suhu  20 C.  Dalam  kasus  ini,  rasio
molar  garam  dan  HBD  dibuat  sama  sehingga  jenis  HBD  merupakan  faktor  yang sangat mempengaruhi viskositas DES. Nilai viskositas DES berbasis Etilen Glikol
yang  diperoleh  berada  di  bawah  100  cP  dan  sangat  jauh  berbeda  dengan  nilai viskositas  DES  berbasis  Gliserol  yang  berada  diatas  300  cP.  Hal  ini  disebabkan
jumlah  gugus  hidroksil  yang  dimiliki  oleh  Gliserol  lebih  banyak  dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
35 gugus hidroksil pada Etilen Glikol karena apabila gugus hidroksil semakin banyak
akan  menyebabkan  ikatan  hidrogen  berlebih  sehingga  meningkatkan  gaya  tarik menarik antar molekul dan membuat cairan lebih kental [42]. Seperti yang diteliti
oleh  Zhao,  dkk.,  [42]  pada  tahun  2015  mengenai  nilai  viskositas  DES  berbasis ChCl  dengan  HBD  gliserol  dan  xylitol  diperoleh  nilai  viskositas  masing-masing
DES 0,177 Pa.s dan 3,867 Pa.s pada 30 C. Xylitol memiliki dua gugus hidroksil
tambahan  dibandingkan  dengan  gliserol  yang  menyebabkan  nilai  viskositas  DES berbasis Xylitol lebih tinggi dibandingkan DES berbasis gliserol.
Jika dibandingkan dengan DES lainnya yang berasal dari garam atau HBD yang berbeda, seperti DES dari berbasis ChCl dan urea, gliserol dan asam malonat
sebagai  HBD  pada  rasio  molar  yang  sama,  yaitu  1:2  diperoleh  nilai  viskositas DES  masing-masing  750;  259  dan  1124  cP  pada  suhu  25
C  [5].  Maka  dapat disimpulkan  bahwa  DES  berbasis  D-glukosa  memiliki  nilai  viskositas  yang
cenderung  lebih  tinggi  dari  DES  lainnya,  sedangkan  DES  berbasis  Etilen  Glikol memiliki  viskositas  yang  lebih rendah dari DES  lainnya dan dari  hasil penelitian
juga  diperoleh  nilai  viskositas  DES  berbasis  Etilen  Glikol  relatif  rendah dibandingkan  viskositas  DES  berbasis  D-glukosa.  Hal  ini  sesuai  dengan  teori
bahwa  viskositas  DES  terutama  dipengaruhi  oleh  sifat  kimia  dari  komponen penyusun DES, yaitu jenis garam amonium dan HBD dan rasio molar garamHBD
[5,8].
4.2.2  Pengaruh Jenis  Hidrogen Bond Donor  HBD terhadap Karakteristik DES