Sarana Penyelamatan Jiwa di IGD

72 pemadam kebakaran dan terdapat juga nozel pada hydrant. Hydrant gedung diletakkan pada dinding beton yang datar dan kokoh, terdapat petunjuk penggunaan hydrant yang mudah terlihat, hal ini sesuai dengan peraturan perundangan. Menurut SNI 03-3985-2000 setiap gedung harus memiliki hydrant halaman untuk menyambungkan sistem pemadam kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas pemadam kebakaran, didalam kotak hydrant harus terdapat slang kebakaran dan siap digunakan, sedangkan dari hasil observasi hydrant halaman dalam keadaan rusak, tidak terdapat lagi slang kebakaran didalam kotak hydrant, hal ini karena kurangnya perhatian dan pemeriksaan terhadap alat-alat proteksi kebakaran. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et. al. 2005, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah cukup baik, masih ada beberapa persyaratan yang tidak sesuai dengan SNI 03-3985-2000.

5.3 Sarana Penyelamatan Jiwa di IGD

Dari 7 persyaratan mengenai pintu darurat menurut Permen PU RI No.26PRTM2008, hanya 6 yang memenuhi persyaratan, yaitu pintu darurat di IGD RSUP H Adam Malik berjenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat ini tidak selalu terbuka setiap saat dan dapat menutup otomatis agar pada saat terjadi kebakaran asap kebakaran tidak masuk. Pintu darurat di IGD RSUP H Adam Malik tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran. Grendel pintu darurat ditempatkan 90 cm dari lantai. Hal ini sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 73 Permen PU RI No.26PRTM2008, setiap pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh. Dari hasil observasi hanya satu persyaratan yang belum terpenuhi yaitu pintu darurat yang tidak bisa dibuka karena kerusakan. Hal ini tidak sesuai dengan Permen PU RI No.26PRTM2008 tentang pintu darurat yang berbunyi pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, alat atau pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam bangunan gedung. Hal ini karena kesibukan sehingga belum terlaksananya perbaikan pintu yang rusak dan juga karena beranggapan masih bisa menggunakan tangga darurat di sebelah kanan gedung untuk evakuasi. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et. al. 2005, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah baik, dan masih ada beberapa persyaratan yang tidak sesuai dengan Permen PU RI No.26PRTM2008. Tangga darurat merupakan salah satu dari sarana jalan keluar yang wajib dimiliki oleh bangunan gedung bertingkat seperti IGD RSUP H Adam Malik. Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga luar untuk mencegah masuknya asap ke dalam tangga darurat. Dari observasi yang dilakukan hanya 5 persyaratan yang terpenuhi, yaitu terdapat tanda pengenal tangga darurat dengan latar hijau dan tulisan berwarna putih di dinding dekat tangga darurat, tangga darurat tidak Universitas Sumatera Utara 74 dibatasi oleh dinding, tangga darurat memiliki pegangan yang terbuat dari besi. Pegangan tangga ini berbentuk bulat dan tidak terputus, ruang kosong dibawah tangga bersih, tidak dijadikan tempat meletakkan barang. Menurut Permen PU RI No.26PRTM2008 tangga darurat harus memiliki penanda yang menunjukkan tingkat lantai, penanda ini berfungsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan gedung, sedangkan dari hasil observasi penandaan tingkat lantai ini tidak ada. Seharusnya gedung IGD memberikan penanda disetiap lantainya agar pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada saat terjadinya bahaya kebakaan. Gedung IGD RSUP H Adam Malik memiliki 11 bordes anak tangga hal ini sesuai dengan Permen PU RI No.26PRTM2008, bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun tangga. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et .al. 2005, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuaiannya adalah baik, dan masih ada beberapa persyaratan yang tidak sesuai dengan Permen PU RI No.26PRTM2008. Tempat berhimpun merupakan suatu area dengan luas tertentu yang dapat digunakan untuk menampung semua penghuni gedung saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran. Dari hasil observasi tempat berhimpun di RSUP H Adam Malik terdapat di beberapa titik, untuk tempat berhimpun IGD berada di sisi kanan gedung, tanda petunjuk tempat berhimpun sudah ada, tempat berhimpunnya kecil, tidak dapat menampung semua penghuni gedung, namun Universitas Sumatera Utara 75 karena bangunan IGD terdapat di pinggir jalan jika terjadi bahaya kebakaran pengguna gedung dapat langsung keluar dari area rumah sakit. Menurut NFPA 101 tahun 1995 luas tempat berhimpun minimal 0,3 meterorang, hal ini sudah sesuai dengan peraturan perundangan. Hal ini sesuai dengan NFPA 101 tahun 1995. Petunjuk arah jalan keluar digunakan untuk memberitahu arah jalan keluar kepada para penghuni saat terjadi keadaan darurat. Selain itu, petunjuk arah ini juga dapat membantu memudahkan jalannya proses evakuasi. Pada umumnya, setiap gedung terutama gedung bertingkat harus memiliki petunjuk arah jalan keluar. Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah jalan keluar menurut Permen PU RI No.26PRTM2008, semuanya memenuhi persyaratan, yaitu tanda petunjuk arah jalan keluar di IGD RSUP H Adam Malik dipasang di sepanjang sisi jalan keluar dan pintu-pintu darurat, berwarna hijau dengan tulisan putih. Pada setiap lokasi ditempatkan tanda arah. Tanda arah dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal dan darurat. Tanda petunjuk arah terbaca EXIT atau kata lain yang tepat berukuran ≥ 10 cm, dengan lebar huruf pada kata EXIT 5 cm, kecuali huruf I, spasi minimum antara huruf pada kata EXIT 1 cm, hal ini agar bacaan dapat terlihat jelas. Hal ini sesuai dengan Permen PU RI No.26PRTM2008. Universitas Sumatera Utara 76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan