Peran Regulator KPI Dalam Mengontrol Kegiatan Anak terkait dengan tayangan di televisi

antara orang tua dan anak mengatakan tentang keadaan dirinya sendiri yang sebelumnya disembunyikan. Keterbukaan dalam hal ini mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan acara TV yang menjadi permasalahan, dimana di sini orang tua harus memberi penjelasan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak, mengapa dilarang menonton acara yang bersangkutan. 174 Orang tua cenderung tidak melakukan pendampingan anak dalam menonton televisi. Anak cenderung dibebaskan dalam memilih program televisi dan cenderung tidak ada filter atau seleksi dari orang tua terhadap program-program yang ditonton anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai peran yang cukup baik dalam mengontrol anak-anak dalam menonton televisi. Akan orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai mobilitas tinggi di luar rumah sehingga kontrol terhadap anak-anak dalam menonton TV menjadi longgar bahkan tidak berjalan sesuai dengan harapan. Sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah masih menganggap bahwa dampak media TV terhadap anak bukan merupakan sesuatu hal penting sehingga cenderung tidak pernah melakukan kontrol terhadap kegiatan anak dalam menonton TV. 175

C. Peran Regulator KPI Dalam Mengontrol Kegiatan Anak terkait dengan tayangan di televisi

Dari semua media yang diakses oleh anak-anak, televisi merupakan media yang paling dominan dan paling berpengaruh dalam segmen anak-anak. Aktivitas menonton televisi, di satu sisi memberikan hiburan bagi anak dan remaja, disisi lain juga membahayakan mengingat program TV cenderung mengabaikan kemampuan 174 Rekno Sulandjari, Selektivitas Acara Televisi Oleh Orang Tua Terhadap Persepsi Acara Yang Sesuai Bagi Anak, Jurnal Hukum, Unpand Fakultas Hukum, 2009 175 Billy K. Sarwono, Pendampingan Orang tua ketika Anak Menonton Televisi, melalui https:billysarwono.wordpress.com20110305pendampingan-orang-tua-ketika-anak-menonton- televisi, diakses tanggal 11 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara pemahaman anak. Kasus peniruan kekerasan dari tayangan TV Smackdown yang mengakibatkan luka dan cacat bahkan meninggal dunia merupakan contoh nyata di Indonesia. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak atau remaja tidak mampu berinterkasi secara baik dengan media televisi. Pertama, pada kehidupan masyarakat belum terbentuk pola kebiasaan menonton TV yang sehat. Menonton TV yang sehat setidaknya mencakup dua hal yakni memperhatikan isi acara yang ditonton harus sesuai dengan usia anak, dan kapan waktu anak menonton serta lamanya menonton yang semestinya tidak lebih dari 2 jam sehari. Dalam faktanya, kegiatan anak menonton televisi di Surabaya masih melebihi dari angka 2 jam yaitu rata-rata masih di kisaran 4 jam. Kedua, isi acara TV cenderung tidak memihak pada kepentingan anak-anak. Pengelola televisi masih cenderung memproduksi dengan pola pikir bisnis semata. Pengelola televisi pada umumnya kurang memperhatiakan kepentingan dan perlindungan kelompok permirsa anak. Mereka cendedrung memproduksi program anak yang dapat mendongkrak rating televisi. Dengan rating tinggi maka secara otomatis pemasang iklan akan membeli program televisi ini. Orientasi bisnis telah membuat media televisi melupakan peran media televisi sebagai media edukasi dan pelestasi budaya. 176 Salah satu upaya untuk menekan kondisi-kondisi yang merugikan anak atau remaja, regulator yang bergerak dalam bidang penyiaran KPI harus melakukan kegiatan yang dapat membangun dan mengembangkan sikap kritis dalam mengkonsumsi siaran televisi. Dengan demikian, dampak negatif menonton televisi dapat ditekan serendah mungkin. Tekanan yang paling efektif bagi industri televisi adalah memberdayakan masyarakat dalam menonton siaran televisi untuk anak-anak. Jika televisi tidak peduali terhadap anak, sedangkan masyarakat mempunyai daya 176 Catur Suratnoaji, Op.Cit, hal 5 Universitas Sumatera Utara kritis maka industri televisi tidak akan bisa eksis karena ditinggalkan oleh khalayaknya. Hal yang terpenting untuk membendung dampak negatif televisi dalam kehidupan masyarakat maka semua elemen masyarakat harus dibuat “melek media TV” atau sebuah perpektif yang dapat membantu masyarakat memahami dan menyeleksi program siaran yang berkualitas. 177 Dalam upaya menekan dampak media televisi, regulator penyiaran membentuk kelompok kritis dengan mensinergikan dengan lembaga-lembaga lain. KPI menyadari bahwa keterbatasan anggota tidak mampu mengembangkan masyarakat yang mengerti penyiaran dengan bekerja sendirian. 178 Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan regulator antara lain penguatan parental mediation dan diet media TV. 1. Memperkuat pendampingan Orang Tua Parental Mediation. Regulator penyiaran melakukan kegiatan yang dapat memperkuat pendampingan orang tua di masyarakat. Orang tua merupakan “gatekeeper” atau penjaga gawang yang bertugas menentukan mana program yang boleh ditonton anak-anak dan mana program yang tidak boleh ditonton anak-anak. Akan tetapi perlu diwaspadai bahwa kegiatan menonton televisi merupakan sebuah kebutuhan anak. Orang tua harus mampu bersifat demokratis artinya tetap memberikan kebebasan anak-anak untuk menonton televisi tetapi masih dalam kendali orang tua. Pendampingan mediasi anak merupakan tindakan yang win-win solution dalam mengatasi problematika anak dalam menonton TV. Tindakan pendampingan disamping memberikan kebebasan anak dalam menonton TV juga mengendalikan anak agar tidak terjerat oleh efek media televisi yang negatif. 177 Ibid, hal 6 178 Ibid, hal 7 Universitas Sumatera Utara 2. Disamping melakukan pendampingan anak parental mediation, sudah beberapa kali melakukan program diet media televisi. Program diet media TV merupakan cara mengajari anak untuk berpuasa atau meminimalisir jumlah jam menonton. Selain itu diet media juga diharapkan mampu mengajari anak untuk mengatur diri, pada jam berapa dia harus menonton, dan isi siaran televisi mana yang layak ditonton untuk dirinya. Penerapan diet media dapat diterapkan oleh orang tua apabila anak sudah mempunyai beberapa gejala : waktu menonton rata-rata lebih dari 2 jam perhari; cenderung mengkonsumsi isi siaran secara bebas atau acak, cenderung tidak patuh bahkan marah-marah bila dibatasi jam menonton, dan lupa terhadap aktivitas lainnya. Jika anak sudah dalam kondisi seperti ini maka orang tua harus menerapkan pola diet media. 179 Diet media pada hakekatnya merupakan tindakan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan anak dalam mengkonsumsi siaran TV secara dengan aktivitas lainnya. Beberapa langkah dalam melakukan aktivitas diet media antara lain adalah : 1 menghitung kalori sampai menghitung waktu yang digunakan untuk menotnon televisi. 2 Memastikan bahwa waktu layar kaca anak adalah benar-benar berkualitas; 3 Menyeimbangkan peran yang dimainkan media dalam kehidupoan anak-anak. Dari manfaat diet media maka diharapkan anak-anak dapat menghentikan konsumsi media yang berlebihan dan menetapkan keseimbangan media yang sehat. Hasilnya, dengan keseimbangan media yang baik, anak akan mampu mengontrol peran media pada usia remajanya. 180 Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan didaerah yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang- 179 Ibid, hal 8 180 Ibid Universitas Sumatera Utara Undang ini sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran”. 181 Komisi penyiaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 4 disebut Komisi Penyiaran Indonesia, disingkat KPI. 182 KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran. 183 KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk di tingkat pusat dan KPI Daerah dibentuk di tingkat provinsi. 184 Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. 185 Komisi Penyiaran Indonesia KPI adalah wujud peran serta masyarakat yang berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat dalam penyiaran. KPI ini secara yuridis memiliki tugas dan wewenang khusus dalam bidang penyiaran terutama dalam mewujudkan tujuan penyiaran sesuai dengan Undang- Undang. Dalam hal adanya penayangan tayangan komedi yang menggunakan unsur kekerasan sebagai lawakan, maka KPI dapat menjalankan fungsinya untuk mengawasi dan memberikan sanksi kepada stasiun televisi yang melanggar ketentuan perundang- undangan. 186 Fungsi KPI dalam aturan undang-undang penyiaran sangat jelas, semua aturan penyiaran pun dinyatakan secara jelas, namun banyak orang yang notabenenya berstatus sebagai konsumen sebuah lembaga penyiaran, namun hanya sedikit yang mau mengadukan siaran yang melanggar ketentuan tersebut padahal tindak lanjut KPI berasal dari aduan masyarakat yang terganggu terhadap tayangan televisi yang meresahkan. Ada dua kemungkinan, berhubungan dengan hal pengaduan. Pertama, 181 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Pasal 1 angka 13 182 Ibid, Pasal 7 ayat 1 183 Ibid, Pasal 7 ayat 2 184 Ibid, Pasal 7 ayat 3 185 Ibid, Pasal 7 ayat 4 186 Hasil Wawancara Tanggal 17 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara masyarakat benar-benar menikmati program acara TV yang mempertontonkan kekerasan tersebut, dalam artian mereka kurang menyadari bahwa tontonan dapat menjadi sebuah stimulus bagi otak manusia, kemudian bisa saja menjadi sebuah doktrin apabila disaksikan berulang kali dan secara rutin, sehingga mendorong orang lain untuk berbuat hal yang sama. Kedua, ketidaktauan masyarakat luas tentang keberadaan KPI, fungsi KPI, serta mekanisme pelaporan yang mungkin saja di benak masyarakat akan menemui birokrasi yang sulit. KPI dapat menjalankan fungsinya untuk mengawasi dan memberikan sanksi kepada stasiun televisi yang melanggar ketentuan perundang-undangan. Fungsi KPI dalam aturan undang-undang penyiaran sangat jelas, semua aturan penyiaran pun dinyatakan secara jelas, namun banyak orang yang notabenenya berstatus sebagai konsumen sebuah lembaga penyiaran, namun hanya sedikit yang mau mengadukan siaran yang melanggar ketentuan tersebut padahal tindak lanjut KPI berasal dari aduan masyarakat yang terganggu terhadap tayangan televisi yang meresahkan. Fungsi pengawasan dan tindakan yang dilakukan oleh KPI dijalankan sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002. Peran KPI berperan sebagai lembaga pengontrol program tayangan televisi. Sudah seberapa banyak tayangan televisi berhasil dihentikan tayangannya karena tidak sesuai dengan aturan dan budaya kita .187 Fungsi pengawasan dan tindakan yang dilakukan oleh KPI dijalankan sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 yang berbunyi : 1. KPI sebagai wujud serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. 2. Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, KPI mempunyai wewenang : a. Menetapkan standar program siaran 187 Hasil Wawancara Tanggal 17 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran c. Mengawasi pelaksanaan peraturan pedoman dan perilaku penyiaran serta standar program siaran d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran 3. KPI mempunyai tugas dan kewajiban : a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia b. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran Berdasarkan pasal diatas, maka KPI mengawasi control segala bentuk penyiaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran televisi termasuk tayangan berita kriminal yang menggunakan unsur kekerasan sebagai bahan lawakan. Pengawasan yang dilakukan oleh KPI juga mengharapkan peran serta masyarakat dengan memberikan pengaduan atau keluhan terhadap tayangan berita kriminal di televisi, hal ini sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 50 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 yang berbunyi: 1. KPI wajib mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran 2. KPI wajib menerima aduan dari setiap dari setiap orang atau kelompok- kelompok yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap pedoman perilaku penyiaran 3. KPI wajib menindaklanjuti aduan resmi mengenai hal-hal yang bersifat mendasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 3 huruf e 4. KPI wajib meneruskan aduan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan dan memberikan kesempatan hak jawab 5. KPI wajib menyampaikan secara tertulis hasil evaluasi dan penilaian kepada pihak yang mengajukan aduan dan lembaga penyiaran yang terkait KPI yang kita harapkan mampu menjadi filter penyiaran, ternyata sama sekali tak berkutik terhadap kapitalisme. KPI seharusnya di posisi terdepan dalam melawan berbagai aksi propaganda terkait dengan kepentingan modal, bisnis dan ideologi kapitalisme, akibatnya, berbagai tayangan yang disiarkan oleh stasiun televisi lolos tanpa kritik dan memasuki ruang ruang publik secara leluasa dan KPI harus mempunyai komitmen yang sungguh-sungguh meengaktualisasikan kewenangan yang diamanahkan Undang-undang Nomor: 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dengan tegas Universitas Sumatera Utara tanpa pandang bulu. Dengan demikian diharapkan program siaran yang ditayangkan bersih dari tayangan yang tidak layak tayang yang sangat meracuni jiwa, moral dan etika bangsa terutama kalangan remaja dan anak-anak. Pengawasan kontrol yang dilakukan oleh KPI juga mengharapkan peran serta masyarakat dengan memberikan pengaduan atau keluhan terhadap tayangan kekerasan di televisi termasuk tayangan komedi yang menggunakan unsur kekerasan. 188 Sebenarnya jika dilihat dari segi materiilnya, penjatuhan sanksi adminstratif kurang tepat karena yang dilanggar adalah ketentuan pidana Pasal 36 ayat 5, sedangkan untuk sanksi administratif adalah untuk Pasal-Pasal yang ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang berbunyi: 1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2, Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26 ayat 2, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33 ayat 7, Pasal 34 ayat 5 huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf f, Pasal 36 ayat 2, ayat 3 dan ayat 4, Pasal 29 ayat 1, Pasal 43 ayat 2, Pasal 44 ayat 1, Pasal 45 ayat 1, Pasal 46 ayat 6, ayat 7, ayat 8, ayat 9, dan ayat 11 dikenakan sanksi administratif. 2. Sanksi administratif sebagaimana dimaskud dalam ayat 1 dapat berupa : a. Teguran tertulis b. Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui tahap tertentu c. Pembatasan durasi dan waktu siaran d. Denda administratif e. Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu f. Tidak diberi perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran g. Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran 3. Ketentuan labih lanjut mengenai tata cara dan pemberian sanksi administratif sebagimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 disusun oleh KPI bersama Pemerintah. Dilanggarnya ketentuan Pasal 36 ayat 5 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 sudah merupakan tindak pidana sehingga KPI tidak perlu lagi menjatuhkan sanksi administratif akan tetapi melaporkan kepada pihak kepolisian berdasarkan bukti-bukti yang ada bahwa stasiun televisi telah melakukan tindak pidana yang 188 Hasil Wawancara Tanggal 18 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara melanggar Pasal 36 ayat 5 sehingga sanksi yang dijatuhkan adalah sanksi pidana bukan sanksi administratif. KPI memiliki peran yang sangat penting dalam dunia penyiaran, sebab semua kegiatan yang dilakukan oleh KPI adalah kegiatan yang dapat mengontrol semua kegiatan yang terdapat dalam bidang penyiaran. KPI sudah mensosialisasikan kepada lembaga penyiaran agar lembaga penyiaran dapat memberikan informasi yang sehat, selain itu KPI juga melakukan kegiatan sosialisasi hasil pemantauan. Perlindungan terhadap anak-anak atas pemberitaan kriminal di televisi merupakan salah satu tujuan KPI, semua ditujukan agar hak-hak anak dapat dipenuhi dengan baik. Semua peraturan yang diberlakukan memang memiliki tujuan untuk melindungi terhadap hak anak dari tayangan-tayangan berita kriminal yang dapat merugikan. Peran KPI dalam aturan yang terkait dengan penyiaran yaitu KPI dalam melakukan kontrol terhadap stasiun TV, agar mampu mewujudkan tayangan yang berkualitas dan sarat pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam UU 32 2002. KPI, sebagai pemantau atau pengawas kinerja media. Secara historis, keprihatinan terhadap siaran media yang cenderung tidak terkontrol inilah yang membuat pemerintah membuat sebuah lembaga independen yang disebut Komisi Penyiaran Indonesia KPI yang bertugas untuk mengatur hal-hal mengenai penyiaran. Karena jika dalam hal penyiaran tidak terdapat sebuah lembaga yang mengaturnya, maka akan banyak terjadi ketimpangan – ketimpangan yang terjadi. KPI memandang penayangan pemberitaan konflik kriminal yang di lakukan oleh lembaga penyiaran tidak menjunjung tinggi kaidah-kaidah jurnalistik dalam melakukan pemberitaannya. Pemberitaan kriminal yang dilakukan secara berulang-ulang akan menimbulkan trauma bagi penduduk di lokasi konflik. Penayangan pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan kebebasan pers yang merupakan hak yang diberikan oleh konstitusional Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan bahan-bahan yang ingin dipublikasikan tanpa campur tangan pemerintah. Oleh karena itu KPI memberikan sanksi berupa teguran tertulis. Media memiliki tanggung jawab yang wajib ditaati, salah satunya adalah mampu menyajikan berita yang benar, komprehensif dan cerdas. 189 Ketentuan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang berbunyi : Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- sati miliar rupiah, untuk penyiaran radio dan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan atau denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,- sepuluh miliar rupiah, untuk penyiaran televisi setiap orang yang: 1. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 5; 2. Melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 6; Lembaga penyiaran harus memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, dan latar belakang ekonomi. 190 Lembaga penyiaran harus berhati-hati agar program isi siaran yang disiarkan tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap norma kesopanan dan kesusilaan yang dianut oleh keberagaman khalayak tersebut. 191 Lembaga penyiaran dalam memproduksi dan menyiarkan berbagai program dan isi siaran wajib memperhatikan, memberdayakan dan melindungi kepentingan anak- anak, remaja dan perempuan. 192 Lembaga penyiaran televisi dilarang menampilkan adegan yang secara jelas didasarkan atas hasrat seksual. 193 Lembaga penyiaran televisi dibatasi menyajikan adegan dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan 189 Hasil Wawancara Tanggal 18 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara 190 Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Standar Program Siaran, Pasal 11 ayat 1 191 Ibid, Pasal 12 ayat 2 192 Ibid, Pasal 17 193 Ibid, Pasal 18 ayat 1 Universitas Sumatera Utara persahabatan, termasuk di dalamnya: mencium rambut, mencium pipi, mencium keningdahi, mencium tangan, dan sungkem. 194 Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan aktivitas hubungan seks, atau diasosiasikan dengan aktivitas hubungan seks atau adegan yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks, secara eksplisit dan vulgar. 195 Lembaga penyiaran dilarang menyiarkan suara- suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks. 196 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan percakapan, adegan, atau animasi yang menggambarkan rangkaian aktivitas ke arah hubungan seks. 197 Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan yang menggambarkan hubungan seks antarhewan secara vulgar atau antara manusia dan hewan. 198 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang memuat pembenaran bagi berlangsungnya hubungan seks di luar nikah. 199 Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan adegan pemerkosaan atau pemaksaan seksual, atau adegan yang menggambarkan upaya ke arah pemerkosaan dan pemaksaan seksual secara eksplisit dan vulgar. 200 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang isinya memuat pembenaran bagi terjadinya perkosaan atau yang menggambarkan perkosaan sebagai bukan kejahatan serius. 201 Penerapan KPI dalam mengelolah Penayangan Berita Kriminal Oleh Televisi Terhadap Hak Anak Dalam Memperoleh Informasi Yang Sehat adalah Komisi Penyiaran Indonesia lebih melakukan pengawasan terhadap lembaga penyiaran dalam 194 Ibid, Pasal 18 ayat 2 195 Ibid, Pasal 19 ayat 1 196 Ibid, Pasal 19 ayat 2 197 Ibid, Pasal 19 ayat 3 198 Ibid, Pasal 19 ayat 4 199 Ibid, Pasal 19 ayat 5 200 Ibid, Pasal 20 ayat 1 201 Ibid, Pasal 20 ayat 2 Universitas Sumatera Utara hal siaran-siaran yang bertentangan dengan nilai agama dan Undang-Undang. Masyarakat juga berperan serta dalam menyikapi atau menilai penyajian informasi yang disajikan kaum jurnalistik di dalam media komunikasi massa, dan peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawal tayangan yang layak di tonton oleh anak-anak dan remaja. KPI juga dituntut bekerja lebih aktif terhadap tayangan-tayangan yang tidak layak tayang tanpa menunggu adanya aduan dari masyarakat. Selama ini sanksi yang dikeluarkan oleh KPI hanya sebatas sanksi administratif, penghentian sementara, pengurangan durasi waktu program siaran, dan penghentian mata acara program tapi hal itu tidak bisa memberikan efek jera bagi lembaga penyiaran dalam melakukan pelanggaran-pelanggaran tayangan. 202 Lembaga penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadikan anak- anak dan remaja sebagai obyek seks, termasuk di dalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual. 203 Program yang berisikan pembicaraan atau pembahasan mengenai masalah seks harus disajikan secara santun, hati-hati, dan ilmiah. 204 Program pendidikan seks untuk remaja yang bertujuan membantu remaja memahami kesehatan reproduksi harus dilakukan dengan cara yang serasi dengan perkembangan remaja. 205 Pembawa acara bertanggungjawab menjaga agar acara itu tidak menjadi ajang pembicaraan mesum. 206 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program siaran di 202 Hasil Wawancara Tanggal 19 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara 203 Ibid, Pasal 21 ayat 4 204 Ibid, Pasal 23 ayat 1 205 Ibid, Pasal 23 ayat 2 206 Ibid, Pasal 23 ayat 3 Universitas Sumatera Utara mana penyiar atau pembicara tamu atau penelepon berbicara tentang pengalaman seks secara eksplisit dan rinci. 207 Lembaga penyiaran dapat menyiarkan program yang membahas atau bertemakan berbagai perilaku seksual menyimpang dalam masyarakat, seperti: hubungan seks antara orang dewasa dan anak-anakremaja; hubungan seks sesama anak-anak atau remaja di bawah umur; hubungan seks sedarah; hubungan seks manusia dengan hewan; hubungan seks yang menggunakan kekerasan; hubungan seks berkelompok; dan hubungan seks dengan alat-alat. 208 Lembaga penyiaran televisi dilarang menyajikan program dan promo program yang mengandung adegan di luar perikemanusiaan atau sadistis. 209 Lembaga penyiaran dilarang menyajikan program yang dapat dipersepsikan sebagai mengagung-agungkan kekerasan atau menjustifikasi kekerasan sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. 210 KPI mengawasi pelaksanaan Standar Program Siaran. 211 Standar Program Siaran wajib dipatuhi oleh semua lembaga penyiaran. 212 Lembaga penyiaran wajib memperhatikan Standar Program Siaran dalam proses pengolahan, pembuatan, pembelian, penayangan, penyiaran dan pendanaan program siaran lembaga penyiaran bersangkutan, baik lokal mau pun asing. 213 Lembaga penyiaran wajib mensosialisasikan isi Standar Program Siaran kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengolahan, pembuatan, pembelian, penayangan, penyiaran dan pendanaan program siaran lembaga penyiaran bersangkutan, baik lokal mau pun asing. 214 Setiap orang atau sekelompok orang yang 207 Ibid, Pasal 23 ayat 4 208 Ibid, Pasal 24 ayat 1 209 Ibid, Pasal 28 ayat 3 210 Ibid, Pasal 28 ayat 4 211 Ibid, Pasal 67 ayat 1 212 Ibid, Pasal 67 ayat 2 213 Ibid, Pasal 67 ayat 3 214 Ibid, Pasal 68 Universitas Sumatera Utara mengetahui adanya pelanggaran terhadap Standar Program Siaran dapat mengadukan ke KPI. 215 KPI menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran. 216 Salah satu upaya untuk menekan kondisi-kondisi yang merugikan anak atau remaja, regulator yang bergerak dalam bidang penyiaran KPI harus melakukan kegiatan yang dapat membangun dan mengembangkan sikap kritis dalam mengkonsumsi siaran televisi. Dengan demikian, dampak negatif menonton televisi dapat ditekan serendah mungkin. Tekanan yang paling efektif bagi industri televisi adalah memberdayakan masyarakat dalam menonton siaran televisi untuk anak-anak. Jika televisi tidak peduali terhadap anak, sedangkan masyarakat mempunyai daya kritis maka industri televisi tidak akan bisa eksis karena ditinggalkan oleh khalayaknya. 217 Peran KPI dalam menyikapi penayangan Berita Kriminal Oleh Televisi terhadap anak yaitu Media penyiaran memang memilki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi mindset masyarakat dari tayangannya, maka dari itu media penyiaran harus diatur oleh regulasi yang berfungsi untuk membatasi atau mengatur isi dari tayangannya agar tidak menyimpang dari Undang-undang. Materi siaran iklan yang disiarkan melalui lembaga penyiaran wajib memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI. Siaran iklan niaga yang disiarkan pada mata acara siaran untuk anak-anak wajib mengikuti standar siaran untuk anak-anak. Waktu siaran lembaga penyiaran dilarang dibeli oleh siapa pun untuk kepentingan apa pun, kecuali untuk siaran iklan. Masalah berita kriminal telah diatur dalam UU penyiaran karena dinyatakan bahwa isi siaran 215 Ibid, Pasal 69 216 Ibid, Pasal 70 217 Catur Suratnoaji, Model Pengembangan “Diet Media TV” Sebagai Penangkal Kecanduan AnakTerhadap Media TV dan Dampak Negatifnya, Jurnal lmu Komunikasi FISIP, UPN Veteran Jatim, 2010, hal 9 Universitas Sumatera Utara tidak boleh menonjolkan unsur kekerasan serta mengabaikan nilai-nilai agama dan martabat manusia Indonesia. Selanjutnya KPI juga telah membuat Pedoman Perilaku Penyiaran yang lebih memperjelas UU penyiaran termasuk adanya sanksi yang sudah cukup berat bagi penyimpangan dari UU dan peraturan lain yang terkait dengan penyiaran. Harapannya semua orang atau lembaga yang terkait dengan penyiaran dapat menggunakan pedoman tersebut dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan tugas penyiaran sehingga unsur-unsur kekerasan kriminalitas dapat diminimalisir. KPI sebagai Lembaga Negara Independen hanya berwenang mengawasi isi siaran melalui P3 SPS Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tanpa memiliki wewenang memberikan sanksi yang tegas kepada lembaga penyiran yang telah melanggar P3 SPS. 218 218 Hasil Wawancara Tanggal 19 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENUTUP