BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK TERKAIT DENGAN
TAYANGAN KRIMINAL OLEH TELEVISI
A. Perlindungan Terhadap Anak Melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran
Televisi merupakan sarana komunikasi utama di sebagian besar masyarakat kita, televisi telah menjadi sebuah barang kebutuhan dalam sebuah rumah tangga,
televisi bisa sebagai sumber pengetahuan bahkan juga bisa menjadi sebagai sumber malapetaka. Banyaknya bukti dampak tayangan kekerasan hendaknya menjadi
informasi tambahan untuk mengkaji ulang terhadap tayangan pada televisi. Tayangan televisi harus di atur, karena mempengaruhi sikap dan perilaku khalayak khususnya
bagi yang belum memiliki referensi yang kuat, yakni anak-anak dan remaja. Terlebih karena televisi bersifat audio visual sinematografis yang memiliki dampak besar
terhadap perilaku khalayaknya.
143
Anak-anak dan televisi adalah perpaduan yang sangat kuat, sebagaimana diketahui benar oleh para pemasang iklan, pendidik. Televisi tidak bisa dipersalahkan
atas masalah kemiskinan, tapi anak bisa menjadi bagian dari cara pemecahan yang bertujuan memperbaiki kehidupan anak-anak berisiko. Berita-berita televisi yang
menanggapi kebutuhan anak-anak untuk tahu.
144
Pada tahun akhir ini televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat dunia,setiap rumah tangga pasti mempunyai alat elektronik tersebut, bahkan menjadi kebutuhan
pokok dalam kehidupan sehari-hari, sebagai sarana informasi,hiburan,hedonisme
143
Sunarto, Televisi, kekerasan perempuan, Jakarta : PT.Kompas Media Nusantara, 2009, hal 47-48
144
Milton Chen, Mendampingi Anak Menonton Televisi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal xiii-xviii
47
Universitas Sumatera Utara
yaitu menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup,hal tersebut tidak hanya dapat berpengaruh terhadap orang dewasa namun juga
sangat berpengaruh terhadap anak-anak yang sangat rawan dalam pola fikirnya serta dapat dengan mudah terpengaruh dengan tayangan-tayangan tersebut, tidak sedikit
tayangan televisi yang menayangkan berbagai informasi serta hiburan yang menyangkut tentang kekerasan,kriminalitas, serta hedonisme. Seperti halnya tayangan
film yang mengandung pornografi serta kekerasan yang kerap sering dilakukan dalam adegan film tersebut, yang tidak semestinya layak ditonton oleh anak-anak serta
remaja tanpa bimbingan orang tua. Tayangan berita yang sering kali menyiarkan kriminalitas, serta kasus-kasus yang mengandung unsur kekerasan dimana dalam hal
ini sangat berpengaruh apabila tayangan tersebut ditonton oleh anak-anak tanpa sepengetahuan atau bimbingab orang tua, dari penayangan tersebut terkadang dapat
merubah sikap serta perilaku anak yang kadang meterobsesi sehingga anak-anak mudah meniru adegan tersebut dan terkadang juga mudah menerapkan sikap-sikap
negatif atau positif dalam hidupnya.
145
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu
surat kabar dan radio, televisi memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap
suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi
yang disajikan Televisi ternyata memberikan dampak yang luar biasa bagi anak-anak. Dengan waktu menonton yang cukup lama tersebut, membuat anak lebih mudah
145
Umam Higoes, Karya Ilmiah Dampak Penayangan Televisi, melalui http:umamhigoes. blogspot.co.id201411karya-ilmiah-dampak-penayangan-televisi.html, diakses tanggal 11 Januari
2016
Universitas Sumatera Utara
terobsesi dengan apa yang dilihatnya di televisi. Tidak semua orang tua menyadari dampak buruk televisi.Bagi yang tidak sadar, cenderung melakukan pembiaran bagi
anak-anaknya untuk melihat tontonan yang ada di televisi, sepanjang anak tersebut masih ada di dalam rumah dan masih bisa diawasi oleh orang tua.Entah program yang
dilihat tersebut memang cocok untuk anak-anak atau tidak. Karena meskipun yang dilihat anak adalah film kartun tapi di dalamnya masih memuat kekerasan, atau
perkelahian.
146
Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan pendahulunya yaitu
surat kabar dan radio, televisi memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap
suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi
yang disajikan.
147
Salah satu program televisi yang tetap menjadi program utama di sebuah stasiun televisi adalah berita. Berita televisi yang merupakan perkembangan dari
teknologi modern, merujuk pada praktek penyebaran informasi mengenai peristiwa terbaru melalui media televisi. Acara berita bisa berlangsung dari beberapa detik
hingga beberapa jam dengan menyajikan perkembangan terbaru peristiwa-peristiwa lokalregional maupun internasional. Stasiun televisi biasanya menyajikan program
berita sebagai bagian dari acara berkalanya, dan disiarkan setiap hari pada waktu- waktu tertentu. Kadang-kadang
acara televisi juga bisa diselipi dengan „berita sekilas‟
146
Umam Higoes, Karya Ilmiah Dampak Penayangan Televisi, melalui http:umamhigoes. blogspot. co.id201411 karya-ilmiah-dampak-penayangan-televisi.html, diakses tanggal 3 November
2015
147
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : Rhineka Cipta, 1998, hal 48
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan laporan mutakhir mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi atau berita dadakan lain yang penting.
148
Dunia teknologi yang semakin canggih bagaikan koin yang memiliki dua sisi berlawanan. Selain dapat menimbulkan dampak positif seperti memudahkan dalam
mengetahui berbagai informasi, juga dapat membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat yang paling mudah
terbius dan terpengaruh dengan apa yang dilihatnya adalah anak-anak dan remaja.
149
Komunikasi tanpa batas telah banyak mengakibatkan pergeseran moral. Banyak tayangan televisi saat ini yang sudah kehilangan fungsi. Yang seharusnya
memberikan hiburan untuk membangun ahklak malah melukai pemirsa baik-anak- anak maupun dewasa. Yang seharusnya televisi itu dibuat dan dirancang sebagai
pendukung moral namun pada kenyataannya tidak demikian yang terjadi. Televisi menjadi pusat komersial nomor satu. Acara-acara dikemas untuk bisa dijual ke publik
. Kemasan acara-acara penjadi persoalan selera bagi beberapa produser atau pihak stasiun televisi. Bagi mereka yang penting adalah rating acara tetap tinggi sehingga
membuat acara semenarik mungkin untuk menggoda emosi dan selera pemirsa. Banyak acara-acara yang berkualitas namun karena tidak memiliki nilai jual yang
tinggi, pihak stasiun televisi enggan untuk membeli. Hal ini sangat disayangkan. Program acara yang ditayangkan banyak yang melukai moral, martabat dan juga fisik
manusia. Banyak acara televisi yang sama sekali tidak menghargai kehidupan bermasyarakat dan beragama. Banyak yang tidak lagi mengejar impian dan nilai-nilai
moral tetapi sebaliknya menyerap nilai-nilai yang menyimpang dari masyarakat yang
148
Syarifah Lubis, Pengaruh Berita di televise terhadap Perilaku anak dan Remaja, melalui https:syarifahlubis.wordpress.com20100510pengaruh-berita-di-televisi-terhadap-perilaku-anak-
anak-dan-remaja diakses tanggal 12 Januari 2016
149
Mila Day. Buku Pinter Televisi. Jakarta : Penerbit Trilogos Library. 2004, hal 35
Universitas Sumatera Utara
sakit. Mengajarkan orang bagaimana berbuat licik, jahat, membunuh, seni berbohong.
150
Tayangan-tayangan yang berbau kekerasan, seksual, banyak mempengaruhi jalan pikiran pemirsa yang akibatnya adalah mereka menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang normal untuk dilakukan. Sangat disayangkan sepertinya tidak ada lembaga sensor untuk sinetron tentang tindakan yang terlihat begitu vulgar di televisi.
Semua tayangan yang berbau kekerasan, setan, hantu, tidak satupun yang mendidik orang untuk lebih baik Hal yang lain yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak
tayangan-tayangan film ataupun sinetron dalam televisi yang menggunakan kata-kata makian, hujatan, kebencian, kata-kata yang mengarah pada seks, namun sangat jarang
sekali menayangkan resiko dari suatu tanggung jawab akan hal-hal yang terjadi. Adegan-adegan kekerasan, kebencian dan kejahatan, orang tua dan anak bekerja-sama
melakukan kejahatan demi uang, anak-anak melawan dan memaki orang tua, murid- murid melawan guru yang akibatnya guru seperti tidak memiliki harga lagi di
masyarakat, dan kejahatan moral lainnya juga sangat mudah didapatkan dalam tayangan-tanyangan televisi. Memang pengaruh negatif dari tayangan-tayangan
televisi tidak akan langsung terlihat. Begitu seseorang menonton sebuah adegan pembunuhan sadis dia tidak akan pergi keluar dan melakukan pembunuhan sadis.
Tetapi akan terlihat kelak dimana bila semakin banyak seseorang itu menonton acara- acara kekerasan maka akan semakin besar kemungkinan bagi dia untuk berpikir
bahwa hal semacam itu normal-normal saja dan boleh untuk dipraktekkan.
151
Televisi, selain selalu tersedia dan amat mudah diakses, juga menyuguhkan
banyak pilihan, ada sederet acara dari tiap stasiun televisi misalnya, berita, film,
150
Khairunnisafathin, Pengaruh
Multimedia terhadap
Masyarakat, melalui
https:khairunnisafathin.wordpress.com201101 diakes tanggal 12 Januari 2016
151
http:igozigozza.blogspot.co.id201207pengaruh-televisi-terhadap-manusia.html, diakses tanggal 4 November 2015
Universitas Sumatera Utara
sinetron, komedi, religi, dan masih banyak lagi, tinggal bagaimana pemirsa memilih acara yang dibutuhkan, disukai dan sesuai dengan selera. Sehingga, walaupun semua
orang mungkin sudah tahu akan dampak negatif yang bisa ditimbulkannya, keberadaan televisi tetap saja dipertahankan. Ketakutan merupakan suatu keadaan
alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya sekaligus memberi pengalaman baru. Untuk mengatasi rasa takut yang berlebihan pada anak,
yang harus dilakukan orangtua adalah membangunkan konsep diri anak yang positif sehingga percaya diri sebagai modal untuk memasuki dunia luarnya. Usahakan anak
mengenal namanya dengan segala predikat positif yang disandangnya. Beri kesempatan anak berinteraksi dengan dunia luarnya.
152
Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwafakta atau pendapat yang mengandung nilai berita tentang kejahatan yang ditayangkan di televisi. Berita
kriminal sebagai acara yang menayangkan informasi hanya berkisar mengenai kejadian kriminalkejahatan, kecelakaan, kebakaran dan atau orang hilang; tayangan
ini dapat dikemas dalam format berita news ataupun laporan mendalam indepth report yang mengupas suatu kasus lama atau baru yang belum. Sudah terungkap, dan
terkadang disertai tips-tips untuk mengantisipasi setiap modus kejahatan. Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai berbagai tindakan
kriminal kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan.
153
Berita dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan aktual dan mendalam. Selain
itu dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan khalayak secara mendalam.
154
152
Soetarlinah Sukadji, Televisi dan Agresivitas pada anak, Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri UIN Walisongo Semarang Jawa Tengah, 2012, hal 12
153
Dwi Aprilia.Op.Cit, hal 27
154
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktik, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006, hal 68
Universitas Sumatera Utara
Setiap anak kecil pasti memiliki rasa takut, dalam kadar yang berbeda-beda. Ketakutan ini ada yang wajar dan ada juga yang tidak. Adalah tugas kita, sebagai
orang tua untuk membantunya mengatasi rasa takut ini. Walaupun kesannya sepele, namun sebenarnya mampu tidaknya orang tua membantu anak untuk mengatasi
ketakutan dan membangun keberanian ini memiliki dampak yang besar di kemudian hari. Anak yang kurang berhasil mengatasi ketakutan-ketakutan masa kecilnya,
biasanya cenderung menjadi penakut dan kurang percaya diri dikemudian hari. Sebaliknya anak yang dapat mengatasi ketakutan masa kecilnya biasanya tumbuh
menjadi berani dan punya percaya diri.
155
Tayangan televisi merupakan media massa yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat. Tidak mengherankan jika banyaknya tindak kekerasan yang
ditayangkan di televisi mempengaruhi perilaku seseorang. Efek tayangan kekerasan sangatlah berbahaya bagi orang-orang yang kurang bisa menganalisis dan
mengidentifikasi tayangan-tayangan kekerasan di televisi. Seiring dengan semakin banyaknya tayangan yang mengandung unsur kekerasan maka kemungkinan
seseorang untuk meniru perilaku itu semakin besar. Dampak tayangan kekerasan di televisi paling sering melanda anak-anak.
Dimana anak-anak menganggap adegan kekerasan tersebut sebagai hiburan. Hal itu akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak ketika telah menjadi lebih dewasa.
Dia akan merasa sudah terbiasa dengan tindakan kekerasan dan tidak merasa takut untuk melakukannya. Daya tarik sebuah tayangan televisi memang sangat relatif.
Fenomena yang terjadi, banyak tayangan kurang mendidik justru sangat diminati masyarakat, sementara tayangan-tayangan yang mendidik justru cenderung
ditinggalkan. Padahal hanya tayangan-tayangan yang mendapat perhatian besar
155
http:www.anaksehat.orgartikel-kesehatan-anakartikel-kesehatan-anak-12.html diakses tanggal 7 November 2015
60
Universitas Sumatera Utara
masyarakatlah yang mampu menarik iklan dalam jumlah besar. Karena itulah, stasiun- stasiun televisi tetap menyajikan tayangan-tayangan yang disukai masyarakat, terlepas
bahwa kualitas tayangan itu sendiri disadari cenderung menjerumuskan atau kurang bermanfaat bagi masyarakat.
156
Pengelolaan media khususnya stasiun televisi memang tak bisa dipisahkan dengan bisnis. Hampir semua tayangan diharapkan mampu memberikan masukan dari
sisi komersial. Namun, satu hal harus tetap mendapat perhatian secara saksama, yakni upaya untuk terus meningkatkan kualitas siaran. Selain itu, tanggung jawab moral
para pengelola televisi perlu terus ditumbuhkan dalam upaya meredam pengaruh negatif siaran televisi.
157
Tayangan-tayangan televisi idealnya tak hanya asal menghibur dan laku jual, namun sekaligus harus mampu mendatangkan manfaat positif bagi masyarakat luas.
Di sinilah tantangan itu menghadang para pengelola televisi di tanah air, yakni bagaimana menciptakan sebuah kemasan tayangan yang menarik, menghibur, laku
jual, dan sekaligus mampu memberikan pendidikan sehat bagi pemirsanya. Banyaknya keberadaan stasiun televisi, membuat persaingan antar stasiun televisi
menjadi keras, mereka dituntut kreatif mengemas acara mereka agar menarik perhatian para sponsor untuk mendukung keberlangsungan acara mereka dan
memiliki nilai jual kepada masyarakat dengan ditonton banyak orang . Hal tersebut yang membuat stasiun televisi berlomba menampilkan tayangan yang menarik
156
E.B. Surbakti, Awas Tayangan Televisi,tayangan misteri dan kekerasan mengancam anak anda, Jakarta : PT.Elex media Komputindo,2008, hal 141
157
Ferry Bashanova, Tinjauan yuridis terhadap tayangan komedi yang menggunakan unsur kekerasan sebagai bahan lawakan ditinjau dari uu no. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, melalui
http:bashanovathink.blogspot.co.id201103tinjauan-yuridis-terhadap-tayangan.html, diakses tanggal 13 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
perhatian masyarakat walaupun tayangan tersebut mungkin saja memunculkan dampak negatif.
158
Stasiun televisi sebagai lembaga penyiaran seharusnya melakukan penyiaran dengan kaidah-kaidah yang ditentukan dalam perundang-undangan.Untuk itu lembaga
penyiaran harus memperhatikan pokok-pokok penyiaran sebagaimana yang ditentukan dalam Penjelasan Undang-Undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran
yaitu : Penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan
berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan supremasi hokum dan penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan
antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi individu orang dengan menghormati dan tidak mengganggu hak individu orang
lain.
159
Tayangan televisi memang menjadi alternatif di tengah berbagai kepahitan kehidupan. Bagi orang dewasa, televisi bisa menjadi sarana sublimasi bagi kejenuhan
jiwa akibat tekanan kehidupan yang terus menghimpit, bagi anak-anak, televisi bisa menjadi sarana untuk melepas beban pelajaran yang dirasa berat. Bahkan di kalangan
orangtua juga akan cenderung membenarkan anaknya untuk menonton televisi dalam waktu yang panjang ketimbang anaknya berada di luar rumah. Kekhawatiran
berlebihan situasi di luar rumah, menghalalkan anak untuk berlama-lama di depan televisi. Namun menonton televisi juga memiliki dampak yang tidak sehat, sebab
158
Ibid
159
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tayangan televisi ternyata juga tidak mendidik dan mengandung kekerasan simbolik.
160
Tayangan berita kriminal di televisi dapat memberikan pengaruh, yaitu positif dan negatif. Dampak positifnya, yaitu bila kekerasan dan kriminal dalam berita
tersebut disikapi sebagai pembelajaran dari kehidupan sosial sehingga masyarakat harus hati-hati dan waspada pada kemungkinan terjadinya tindakan kriminal tersebut.
Sedangkan dampak negatifnya, yaitu bila kekerasan dan kriminal dalam berita tersebut dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi orang tertentu untuk belajar dan
meniru apa yang dilakukan oleh orang lain di televisi. Siaran-siaran televisi telah meracuni otak anak-anak dengan berbagai macam tayangan yang belum sepantasnya
menjadi tontonan mereka. Anak-anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana yang pantas dan tidak pantas. Mereka hanya tahu
bahwa televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara berikutnya. Media televisi mempunyai daya
tiru yang sangat kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak negatif ini menjadi perhatian orang tua untuk membatasi waktu menonton televisi, mengawasi
serta menyeleksi tayangan yang pantas ditonton oleh anak-anak.
161
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang menbutuhkan perlindungan hukum khusus yang berbeda dari orang dewasa, dikarenakan alasan fisik dan mental
anak yang belum dewasa dan matang. Perlindungan hukum anak diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap kebebasan dan hak asasi anak yang berhubungan
kesejahteraanya. Pemberitaan media massa dihiasi oleh banyaknya tindak
160
Ferry Bashanova, Tinjauan yuridis terhadap tayangan komedi yang menggunakan unsur
kekerasan sebagai bahan lawakan ditinjau dari uu no. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, melalui http:bashanovathink.blogspot.co.id201103tinjauan-yuridis-terhadap-tayangan.html diakses tanggal
6 November 2015
161
Hasil Wawancara Tanggal 17 November 2015 dengan narasumber KPID Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pemerkosaan yang terjadi. Berita yang diambil wartawan memperlihatkan identitas anak yang menjadi korban tindak pidana perkosaan. Pemberitan tersebut
menimbulkan dampak terhadap anak. Anak korban perkosaan hendaknya diberikan perlindungan dari media massa. Kenyataanya sering sekali dijumpai media massa
memberitakan berita anak korban perkosaan. Pemberitaan media massa tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap anak korban perkosaan. Adapun
permasalahannya adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban perkosaan dalam pemberitaan media massa, bagaimana upaya pencegahan terhadap
anak korban kejahatan perkosaan dari pemberitaan media massa. Perlindungan hukum terhadap anak korban kejahatan perkosaan dalam pemberitaan media massa menurut
undang-undang diatur dalam Pasal 64 Undang-Undang 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pasal 48 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, Pasal 14 dan 29 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standart Program Siaran P3SPS Tahun 2012.
162
Siaran berita kriminal di televisi kerap kali menayangkan berita-berita yang mengandung unsur pornografis, kekerasan, hedonisme, dan sebagainya yang
ditampilkan di layar kaca. Berita tersebut disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat, diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Mereka masih belum dapat
memilih dan memilah mana tayangan yang seharusnya patut dicontoh dan tidak. Tayangan berita yang demikian dapat mempengaruhi perilaku anak-anak dan remaja
yang notabene masih berjiwa labil. Maka, orangtua dituntut untuk memiliki andil besar dalam mengontrol perubahan yang terjadi pada anak-anak dan remaja.
162
Lia Kurniawati, Perlindungan hukum terhadap anak korban, melalui http:liakurniawati- blogbaruku.blogspot.co.id201506perlindungan-hukum-terhadap-anak-korban.html, diakses tanggal 7
November 2015
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukanlah penulisan makalah mengenai pengaruh berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja.
163
Manusia memanfaatkan televisi sebagai alat bantu yang paling efektif dan efisien. Informasi yang diinginkan oleh banyak orang hampir semuanya dapat
diperoleh dari berbagai program dan tayangan berita di televisi yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan material. Kegiatan menonton berita di
televisi sering tidak terencana dan bersifat tidak sadar. Apabila orangtua dari si anak dan remaja sedang menonton berita, mereka juga turut serta menontonnya. Televisi
dapat dengan mudah melahap sebagian besar waktu sang anak yaitu waktu untuk belajar, membaca, menggambar atau membantu pekerjaan rumah tangga. Apabila
berita di televisi menyajikan tayangan yang bernuansa kekerasan, maka anak-anak dan remaja cenderung menyukai dan menggemari tayangan tersebut karena mereka
beranggapan bahwa anak yang kuat akan disegani oleh teman-temannya. Apa yang dilihat pada tayangan televisi itu biasanya akan ditiru mentah-mentah tanpa bersikap
selektif dalam memilih tayangan yang disajikan. Akibatnya, timbul kekhawatiran akan pengaruh tayangan berita di televisi terhadap perilaku anak-anak dan remaja.
164
Banyak yang tidak manyadari bahwa tayangan di televisi yang menggunakan unsur kekerasan membawa dampak negatif secara tidak langsung, kebanyakan hanya
menganggap positifnya saja yaitu dapat menjadi mata pencaharian para pelakunya serta menghibur hati pemirsa. Anak-anak cenderung konsumtif terhadap tayangan
televisi, padahal apa yang mereka lihat hanya dapat mereka rangkum secara nalar dan logika mereka, yang tentu saja untuk menganalisis sebuah masalah tak setajam orang-
163
Ishadi SK. Dunia Penyiaran-Prospek dan Tantangannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999, hal 38
164
Umam Higoes, Karya Ilmiah Dampak Penayangan Televisi, melalui http:umamhigoes. blogspot. co.id201411 karya-ilmiah-dampak-penayangan-televisi.html, diakses tanggal 3 November
2015
Universitas Sumatera Utara
orang dewasa. Televisi bagitu marak menayangkan acara yang mengeksploitasi perilaku kekerasan, bahkan seolah menjadi tren. Lewat kemasan reality show dan
komedi, keberadaannya digandrungi banyak pemirsa dari anak-anak sampai orang tua. Konsekuensinya, tayangan kekerasan yang ditonton oleh anak-anak secara terus
menerus, menyebabkan anak-anak menjadi agresif dan mengubah sikap dan perilaku anak.
165
Permasalahan utama dalam penyiaran Indonesia adalah tidak konsistennya pemerintah sebagai salah satu regulator penyiaran Indonesia, mandulnya regulator
penyiaran yang lain, Komisi Penyiaran Indonesia, dan ketidaktaatan penyelenggara penyiaran di Indonesia, terutama stasiun televisi swasta yang beroperasi secara
nasional. Di atas semuanya, ketidaktaatan pada regulasi utama media penyiaran adalah hulunya, yaitu pengabaian terhadap Undang Undang Nomor 32 tahun 2002
tentang Penyiaran yang sudah berlangsung selama satu dekade.
166
Atas pemberitaan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, menimbulkan dampak negatif yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tidak hanya itu bentuk
penyimpangan di bidang penyiaran bukan hanya pemberitaan yang berakibat negatif, tetapi juga mengenai perizinan di dalam penyiaran. Sebelum menyelenggarakan
kegiatannya lembaga penyaiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran dan pemohon izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format siaran yang akan
diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang ini. Jika adanya penyimpangan dalam bidang penyiaran harus diberi sanksi yang
tegas, karena negara Republik Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi
165
Winda Tri Wahyuni, Penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Terhadap Tayangan Kekerasan di Televisi, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, 2012
166
Erpand sima, Lemahnya Regulasi Penyiaran dalam berita televisi, melalui http:erpandsima. blogspot.co.id201505lemahnya-regulasi-penyiaran-dalam.html, diakses tanggal 8
November 2015
Universitas Sumatera Utara
keberadaan hukum, jadi siapa yang melanggar aturan hukum maka harus dikenakan sanksi.
167
Sanksi pada umumnya adalah alat pemaksa agar seseorang mentaati norma- norma yang berlaku. Tugas sanksi adalah:
1. merupakan alat pemaksa atau pendorong atau jaminan agar norma hukum ditaati oleh setiap orang;
2. merupakan akibat hukum bagi seseorang yang melanggar norma hukum. Dengan demikian sanksi dapat sekaligus merupakan alat preventif, dan dalam
hal telah terjadi suatu pelanggaran norma, ia menjadi alat repressif. Jenis sanksi dalam penyimpangan terhadap Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
meliputi: 1. Sanksi administratif, yang berupa:
a. Teguran tertulis; b. Penghentian sementara mata acara yang bermasalah setelah melalui tahap
tertentu; c. Pembatasan durasi dan waktu siaran;
d. Denda administratif; e. Pembekuan kegiatan siaran untuk waktu tertentu;
f. Tidak diberi perpanjang izin penyelenggaraan penyiaran; g. Pencabutan izin penyelenggaraan penyiaran.
2. Sanksi pidana yang meliputi, pidana kurungan dan pidana denda. Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 57
mengenai ketentuan pidana menyatakan bahwa: Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah untuk penyiaran radio dan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun
danatau denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah untuk penyiaran televisi, setiap orang yang:
a. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 3, mengenai Lembaga Penyiaran Swasta wajib memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk memiliki saham perusahaan dan memberikan bagian laba perusahaan.
b. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2, mengenai setiap akhir tahun anggaran, Lembaga Penyiaran Publik
wajib membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik dan hasilnya diumumkan melalui media massa.
c. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1, mengenai Lembaga penyiaran asing dilarang didirikan di Indonesia.
167
Judhariksawan, Hukum Penyiaran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal 55
Universitas Sumatera Utara
d. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 5, mengenai larangan isi siaran meliputi:
1 bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan atau bohong; 2 menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan
narkotika dan obat terlarang; atau 3 mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.
e. melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 6,
mengenai larangan isi siaran yang memperolokkan, merendahkan, melecehkan danatau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia
Indonesia, atau merusak hubungan Internasional.
Pentingnya perlindungan anak daJam rangka menjamin kondisi terbaik yang
dapat diterima oleh setiap anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, maka pemerintah Indonesia pada tanggal 22 oktober 2014 telah mengesahkan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang perlindungan anak. Undang-Undang ini dimaksudkan untuk menghindarkan hal-hal yang negatif terhadap pengamh
perkembangan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan pasal 15 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang perlindungan anak, bahwa anak
berhak memperoleh perlindungan yaitu, setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari : Penyalahgunaan dalam kegiatan politik, Pelibatan dalam sengketa
bersenjata, Pelibatan dalam kerusuhan sosial, Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan Pelibatan dalam peperangan. Sebagai salah satu
upaya untuk memberikan perlindungan hukum pidana terhadap anak baik sebagai pelaku maupun korban tindak pidana, diperlukan suatu peraturan perundang-
undangan untuk menjamin pelaksanaannya. Berbicara tentang Kriminalisasi dapat juga diartikan sebagai proses penetapan
suatu perbuatan orang sebagai perbuatan yang dipidana. Proses ini diakhiri dengan terbentuknya undang-undang dimana perbuatan itu diancam dengan suatu sanksi yang
berupa pidana. Kriminalisasi terhadap tayangan televisi terwujud dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran
pada Pasal 36 huruf e yaitu : Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Isi siaran dilarang : bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan danatau bohongm, menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan.
Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran Pasal 36 ayat 3 dijelaskan bahwa anak-anak dan remaja merupakan fokus utama dalam
perlindungan dari pengaruh tayangan televisi. Siaran televisi untuk anak dan remaja pada waktu yang tidak tepat seperti dijelaskan sebelumnya hanya merupakan wacana
yang tertuang dalam Undang-undang penyiaran sedangkan pada kenyataannya tidak ada peran aktif dai pengawas penyiaran di Indonesia. Tayangan televisi yang khusus
untuk anak-anak juga dapat menyebabkan pengaruh yang kurang baik pada anak apabila tayangan tersebut ditayangkan pada waktu yang kurang tepat yaitu pada pagi
hari dimana anaakanak harus bersiap-siap kesekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan disekolah. Untuk itu tayangan televisi untuk anak harus ditayangkan
pada waktu yang tepat misalnya pada hari libur sekolah maupun pada sore hari, dimana anak-anak berkumpul dengan orangtuanya sehingga dalam menonton
tayangan televisi anak medapat pengawasan dan bimbingan orangtuanya. Tayangan televisi yang mengandung unsur kriminalitas dewasa ini telah
banyak ditemui diberbagai stasiun televisi di Indonesia. Hal ini merupakan suatu gejala yang akaan mengakibatkaan menurunnya moral bangsa dan kurangnya
kepedulian pihak pertelevisian terhadap perkembangan mental bangsa Indonesia terutama anak-anak. Anak-anak yang memilki sifat yang suka mencontoh dari apa
yang ia lihat, dan kurang dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk dari
tayangan televisi yang ia tonton.
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan anak sebagai korban tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak antara lain adanya
perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum dan anak korban
tindak pidana yang merupakan kewajiban dan tanggun jawab Pemerintah dan
masyarakat pasal 64 ayat 1 dan Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum dilaksanakan melalui Perlakuaan atas anak secara manusiawi sesuai
dengan martabat dan hak-hak anak, penyediaan petugas pendamping khusus bagi anak sejak dini dan penyediaan sarana dan prasarana khusus. Penjatuhan sanksi yaang
tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak. Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan. Pemberian jaminan
untuk mempertahankan hubungan dengan orangtua atau keluarga. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massadaan untuk menghindari labelisasi pasal
64 ayat 2 Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana
dilaksanakan melalui upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun diluar lembaga
dan upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi, korban, dan saksi
ahli, baik itu fisik, mental, maupun sosial. Pemberiaan aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara pasal 64 ayat 3.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, dan
terlibat dalam produksi dan distribusinya, dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi oleh Pemerintah dan masyarakat pasal 64
ayat 1. Melibatkan anak dalam penyalahgunaan, produksi dan distribusi narkoba pasal 64 ayat 2. Perlindungan anak dari segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
Universitas Sumatera Utara
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi adalah menjadi hal yang
mutlak dilakukan oleh berbagai pihak.
B. Keterlibatan Orang Tua Dalam Mendampingi Anak terkait dengan
tayangan kriminal oleh televisi
Dari semua media yang diakses oleh anak-anak, televisi merupakan media yang paling dominan dan paling berpengaruh dalam segmen anak-anak. Aktivitas
menonton televisi, di satu sisi memberikan hiburan bagi anak dan remaja, disisi lain juga membahayakan mengingat program berita kriminal di TV cenderung
mengabaikan kemampuan pemahaman anak. Orang tua tetap memiliki peran yang luar biasa penting pada rangkaian pesan
acara televisi yang di tonton anak-anak. Namun sayangnya, tidak semua orang tua memiliki waktu, kepedulian, dan peka terhadap masalah ini, terutama orang tua ayah
dan ibu yang sudah terlalu sibuk dengan berbagai urusan pekerjaan dan menyerahkan sepenuhnya pengawasan anak dan keberlangsung rumah tangga kepada pembantu.
Berkaitan dengan fungsi dan eksistensi media massa, terutama televisi, orangtua memiliki pandangan yang beragam. Sebagian orang tua berada pada Cognitive effects
concern, dimana pada posisi ini orangtua yang cenderung berkepentingan dengan efek kognitif media, mereka akan mendiskusikan kandungan program dengan anak-anak
mereka. Di lain sisi ada orang tua yang lebih cenderung pada Behavioral effects concern, dalam hal ini orangtua cenderung berkepentingan dengan efek behavioral,
sehingga mereka cenderung memediasi dan memfokuskan kontrol mereka dengan cara membatasi kapan dan jenis program yang ditonton. Dalam penelitian yang
penulis dan kawan-kawan lakukan, Ibu masih merupakan pendamping yang paling dominan di tengah keluarga, dan perannya selaku pendamping terutama terlihat ketika
Universitas Sumatera Utara
mendampingi anak menonton kartun. Padangan lainnya adalah No effects, yaitu orangtua yang cenderung menganggap televisi tak punya efek apapun, apakah itu
menguntungkan atau merugikan, tidak memiliki sikap apapun berkaitan dengan media. Jadi, terserah anak saja mau menonton kapan, dan apa saja.
168
Taggungjawab utama atas apa yang ditonton anak-anak berada di pundak para orangtua. Peran orangtua setiap pihak yang peduli pada anak-anak dan pendidikan
perlu dilibatkan dalam usaha mengamankan akses berita atau program dan pelayanan yang dirancang untuk membantu anak-anak dan keluarga-keluarga.
169
Pro-kontra terhadap televisi akan selalu ada, termasuk tentang bagaimana gaya pendampingan orangtua terhadap anak dalam menonton televisi. Orang tua juga bebas
dalam menyesuaikan bagaimana bentuk mediasi yang akan diterapkan, sekaligus bebas menentukan bagaimana pandangan mereka terhadap televisi. Namun, jika
orangtua menonton televisi dan film dengan anak-anaknya, mereka bisa menyediakan pandangan lain untuk menjelaskan, mengubah, memodifikasi, atau menyangkal
informasi yang diterima oleh anak-anaknya. Tentunya, hal Ini lebih baik daripada membiarkan anak „bersenang-senang‟ sendiri dengan televisi dan menyalahkan
televisi.
170
Hampir setiap hari baik di televisi maupun Koran terdapat berita mengenai kriminalitas, diantaranya terdapat berita kriminalitas yang dilakukan oleh para remaja
baik itu tawuran ataupun yang sedang hangat-hangatnya saat ini adalah adanya geng motor yang meresahkan masyarakat. Perilaku anarki seperti itu sangat sering
dipertontonkan ditengah-tengah masyarakat tanpa menghiraukan apakah hal tersebut
168
Ritagani, mendapingi anak menonton televisi, melalui http:blogercom-ritagani.blogspot.
co.id201204mendampingi-anak-menonton-televisi.html , diakses tanggal 14 Januari 2016
169
Milton Chen, Op.Cit, hal xix
170
Ritagami, Mendampangi anak
menonton Televisi, melalui
http:blogercom- ritagani.blogspot.
co.id201204mendampingi-anak-menonton-televisi.html, diakses
tanggal 8
November 2015
Universitas Sumatera Utara
merupakan perilaku yang terpuji atau tidak terpuji dan merugikan banyak orang. Bahkan mereka akan merasa bangga apabila orang lain takut terhadap kelompok
mereka.
171
Peran orang tua dalam menonton televisi masih sangat rendah. Dalam arti bahwa tingkat keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak ketika menonton
televisi masih rendah. Para orang tua masih menganggap televisi sebagai media hiburan yang dibutuhkan di dalam keluarga. Hal menarik lainnya adalah keragaman
pandangan orang tua terhadap tayangan televisi. Sebagian besar orang tua berpendapat secara positif terhadap dampak acara televisi sehingga dianggap baik dan
bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa televisi mempunyai peran edukasi dalam
kehidupan anak. Para orang tua masih melihat ada sisi edukasi yang diberikan televisi pada penontonnya, khususnya anak-anak. Jika mengacu pada hasil penelitian yang
dilakukan YLKI, pada kenyataannya program acara yang ditayangkan untuk anak- anak bahkan pada jam siaran untuk anak-anak lebih banyak mengandung unsur
hiburan yang mengarah pada nilai-nilai pesan yang bersifat antisosial. Artinya nilai edukasi atau pengetahuan dalam tayangan program acara anak-anak sangat minim.
Pandangan positif yang dimiliki orang tua pada tayangan-tayangan televisi telah mengakibatkan orang tua tidak menerapkan aturan khusus bagi anak-anak untuk
menonton televisi. Para orang tua hanya mengandalkan pada kemampuan mereka dalam mengatur jadual dan memilih acara yang tepat untuk anak sehingga anak-anak
dapat melihat tayangan yang bermanfaat. Bahkan pada beberapa informan orang tua
171
Sakty Arya Prabawardhani, Peran Orang Tua dalam Mencegah Terjadinya Kekerasan diantara
Remaja, melalui
http:saktybee.blogspot.co.id201206peran-orang-tua-dalam- mencegah.html, diakses tanggal 8 November 2015
Universitas Sumatera Utara
tidak memiliki aturan secara khusus atau tidak ada kesepakatan dengan anak yang berkaitan tentang aturan menonton televisi bagi anak-anaknya.
172
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kewaspadaan orang tua terhadap penggunaan televisi pada anak dan diberikannya kebebasan pada
anak untuk menonton televisi, di antaranya: a sedikitnya waktu yang mereka miliki karena mereka bekerja seharian; b kepemilikan televisi lebih dari satu membuat
orang tua memilih menonton televisi di kamar tidur, demikian pula anak-anak merasa lebih nyaman menonton televisi di kamar mereka. Selain itu juga rendahnya
keterlibatan orang tua dalam mendampingi pada saat menonton televisi bisa terlihat dari adanya data yang menunjukkan jarangnya orang tua menemani anak menonton
televisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orangtua terutama bapak lebih banyak bekerja di luar rumah sedangkan sang Ibu meskipun tidak bekerja tetapi juga
tidak melakukan pendampingan pada anak pada saat menonton televisi.
173
Melihat dampak negatrif dari penayangan acara yang tidak sesuai bagi usia anak terhadap intelektual, daya fantasi dan perkembangan moral yang begitu besar,
maka peranorang tua sangat besar untuk dapat memberi kesempatan, melatih, mengembangkan dan mengarahkan mana yang benar dan mana yang salah. Hubungan
interpersonal interpersonal relationship antara orang tua dan anak dalam mengkonsumsi acara TV apa saja yang boleh ditonton anak dan apa yang tidak boleh
ditontonnya, dipengaruhi oleh keterbukaan, dukungan dan faktor kepercayaan. Keterbukaan dan komunikasi antara orang tua dan anak, sangat dibutuhkan terutama
dalam proses perkembangan anak. Dalam hal ini yaitu kemampuan membuka diri
172
Catur Suratnoaji, Model Pengembangan “Diet Media TV” Sebagai Penangkal Kecanduan
Anak Terhadap Media TV dan Dampak Negatifnya, Jurnal Hukum, Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Jatim, 2011, hal 3
173
Shelvia handayani, Kekerasan terhadap Anak dalam Penayangan Berita di telvisi, Makalah Hukum Pidana, diakses http:shelviahandayani.blogspot.co.id201411makalah-kekerasan-
terhadap-anak.html, tanggal 12 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
antara orang tua dan anak mengatakan tentang keadaan dirinya sendiri yang sebelumnya disembunyikan. Keterbukaan dalam hal ini mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan acara TV yang menjadi permasalahan, dimana di sini orang tua harus memberi penjelasan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak,
mengapa dilarang menonton acara yang bersangkutan.
174
Orang tua cenderung tidak melakukan pendampingan anak dalam menonton televisi. Anak cenderung dibebaskan dalam memilih program televisi dan cenderung
tidak ada filter atau seleksi dari orang tua terhadap program-program yang ditonton anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai peran yang cukup
baik dalam mengontrol anak-anak dalam menonton televisi. Akan orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai mobilitas tinggi di luar rumah sehingga
kontrol terhadap anak-anak dalam menonton TV menjadi longgar bahkan tidak berjalan sesuai dengan harapan. Sedangkan orang tua yang berpendidikan rendah
masih menganggap bahwa dampak media TV terhadap anak bukan merupakan sesuatu hal penting sehingga cenderung tidak pernah melakukan kontrol terhadap
kegiatan anak dalam menonton TV.
175
C. Peran Regulator KPI Dalam Mengontrol Kegiatan Anak terkait dengan tayangan di televisi