Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bandara bandar udara Adi Soemarmo Surakarta adalah salah satu bandara internasional di Indonesia yang merupakan pintu gerbang bagi masuknya para pendatang dari luar Kota Surakarta termasuk pendatang dari luar negara Indonesia yang mempunyai beragam tujuan dan kepentingan dalam usahanya menuju dan mengisi aktivitasnya di kota Surakarta. Kota Surakarta yang lebih populer dengan sebutan Solo, telah memposisikan diri sebagai kota tujuan wisata dan saat ini sedang giat mempromosikan sektor pariwisatanya di dalam negeri dan luar negeri dengan slogan Solo the Spirit of Java. Secara geografis Kota Surakarta berada di antara 110°4515-110°4535 bujur Timur dan di antara 07°3600- 07°5600 lintang Selatan, dengan luas wilayah ± 4.404,06 Ha. Kota Surakarta juga berada pada cekungan di antara dua gunung, yaitu gunung Lawu dan gunung Merapi, sementara di bagian Timur dan Selatan dibatasi oleh sungai Bengawan Solo. Dari aspek lalu lintas perhubungan di pulau Jawa, posisi tersebut berada pada jalur strategis yaitu pertemuan atau simpul yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta dan jalur Surabaya dengan Yogyakarta. Kota Surakarta dengan posisi strategisnya telah menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya. Dari batas wilayahnya, Kota Surakarta dikelilingi oleh 3 perbatasan kabupaten, yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten commit to user Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo serta Kabupaten Karanganyar. Lokasi pariwisata di Kota Surakarta sebenarnya cukup banyak, terdapat wisata historis seperti benteng peninggalan Belanda yaitu benteng Verstenberg, istana raja di Surakarta yaitu istana Mangkunegaran dan istana Paku Buwono serta wisata kuliner seperti wisata jajan pasar di pasar Gede dan pasar Jongke. Di Surakarta juga terdapat e kowisata yang merupakan salah satu kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan, sebagai contoh adalah kampung batik Laweyan dan kampung batik Kauman. Tetapi obyek-obyek wisata tersebut masih kurang populer bagi wisatawan. Padahal dengan dicanangkannya daerah wisata yaitu Subosuka Wonosraten kependekan dari Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten tentunya sudah cukup untuk menjadikan Surakarta sebagai kota tujuan wisata. Pemkot Surakarta melalui Dinas Pariwisata Surakarta telah menyebarkan atau meletakkan brosur-brosur wisata berbahasa Inggris dan berbahasa Indonesia tentang obyek-obyek wisata yang terdapat di kota Surakarta. Brosur-brosur tersebut dapat ditemukan pada fasilitas umum atau lokasi strategis diantaranya di counter Himpunan Pramuwisata Indonesia HPI wilayah Surakarta, yang berada di Bandara Adi Soemarmo. Untuk promosi below of the line adalah berupa atraksi commit to user wisata seperti karnaval batik, kirab keraton, kirab budaya dan juga festival musik tradisional yang kesemuanya diselenggarakan secara berkala. Usaha ini telah menampakkan hasil dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Surakarta. Mayoritas wisatawan dari luar negeri yang sering berkunjung ke Surakarta adalah wisatawan dari negara-negara Eropa, antara lain wisatawan dari negara: Prancis, Belanda, Inggris dan Jerman. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kedatangan mereka di Bandara Adi Soemarmo. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari Eropa juga diikuti oleh kunjungan wisatawan dari negara Asia, misalnya wisatawan dari China meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Tercatat pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Surakarta melalui pintu Bandara Adi Soemarmo adalah 2.117 kunjungan atau naik menjadi 61,23 dibanding pada tahun 2009. Jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri ke Indonesia pada bulan Maret 2010 adalah 594.242 kunjungan, atau naik menjadi 16,22 , demikian keterangan Kepala Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Ir. Wibowo di Gedung Sapta Pesona Jakarta 3 Mei 2010. Secara kumulatif jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri pada 3 bulan pertama, yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2010 sebanyak 1.611.176 kunjungan atau mengalami kenaikan 14,59 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009, yaitu sebanyak 1.406.034 kunjungan. Melihat perkembangan tersebut, tentulah menjadi sebuah peluang pasar yang harus ditangkap oleh para pelaku usaha pariwisata di Surakarta. commit to user China sebagai negara super power yang berkembang pesat dan berkebudayaan tinggi dibanding dengan negara-negara di Asia Timur yang lain, adalah sangat penting untuk diperhitungkan oleh Indonesia. Dalam satu dasawarsa terakhir China telah mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 9,6. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara China, sudah selayaknya bahwa bahasa China Mandarin yang merupakan bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris adalah perlu untuk dipelajari. Pertumbuhan ekonomi China berimbas dengan meningkatnya pola konsumtif penduduk negeri tersebut, dan mengubah juga perilaku hidup seperti halnya dalam kegiatan wisata yang merupakan kebutuhan aktualisasi diri self actualization seperti dalam teori hierarki kebutuhan menurut Maslow gambar 1.1. Meskipun sasaran dalam mempelajari bahasa China adalah untuk menjaring wisatawan pengguna bahasa China, tetapi banyak variabel lain di luar kegiatan pariwisata turut serta mempengaruhi perlunya penguasaan bahasa China, misalnya dalam kegiatan perdagangan luar negeri berupa ekspor impor, investasi dari China dan juga alih teknologi dari China ke Indonesia. Kebutuhan mengaktualisasikan diri pengembangan diri realisasi Kebutuhan akan penghargaan penghargaan diri, pengakuan status Kebutuhan sosial rasa memiliki, cinta Kebutuhan akan rasa aman kepastian, perlindungan Kebutuhan fisiologi lapar, haus commit to user Gambar 1.1 Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow Tabel 1.1 dan tabel 1.2 merupakan indikator jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri yang sering berkunjung ke Surakarta dan Yogyakarta, melalui pintu Bandara Adi Soemarmo dan pintu Bandara Adi Sutjipto. Pemikiran penulis membandingkan Kota Yogyakarta dengan Kota Surakarta dikarenakan kedua kota tersebut memiliki sisi historis yang hampir sama, yaitu kedua kota berdiri dan berasal dari akar budaya kerajaan Mataram Islam. Mengenai potensi sektor pariwisata, kedua kota juga memiliki peluang yang sama dalam menjaring wisatawan yang berasal dari luar negeri ataupun dari dalam negeri. Tabel 1.1 Jumlah Kedatangan Turis Eropa, Amerika dan Australia di Bandara Adi Soemarmo dan Bandara Adi Sutjipto Februari 2010 KEBANGSAAN ASAL NEGARA PINTU MASUK UTAMA Bandara Adi Soemarmo Surakarta Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta Australia 17 72 Amerika Serikat 36 116 Inggris 18 112 Belanda 28 148 Jerman 34 74 Perancis 88 126 JUMLAH 221 648 commit to user Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS telah dikompilasi oleh penulis Tabel 1.2 Jumlah Kedatangan Turis Berbahasa China Mandarin di Bandara Adi Soemarmo dan Bandara Adi Sutjipto Februari 2010 KEBANGSAAN ASAL NEGARA PINTU MASUK UTAMA Bandara Adi Soemarmo Surakarta Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta China 6 66 Taiwan 3 14 Singapura 70 514 Hongkong 16 8 JUMLAH 95 602 Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS telah dikompilasi oleh penulis

B. Rumusan Masalah