34
3. Rely on the management for verification and valuation of assets to a greater extent.
2.1.3.3 Pengamanan terhadap Ancaman Independensi
Menurut pendapat Agoes dan Cenik 2013 : 191 mengenai pengamanan terhadap ancaman independensi,
“Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap ancaman independensi, yaitu: 1 pengamanan melalui profesi, legislasi dan regulasi; 2 dan
pengamanan lingkungan kerja IFAC, 100.11. Berikut ini merupakan hal- hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi, legislasi, dan
regulasi, namun tidak terbatas pada:
• Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. • Persyaratan pengembangan profesi berkelanjutan.
• Peraturan tata kelola korporasi • Standar-standar professional.
• Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan. • Review eksternal oleh pihak ketiga yang berwenang atas laporan,
pemberitahuan, komunikasi, dan informasi yang dihasilkan oleh akuntan professional IFAC, 100.12.
2.1.4 Professional Judgement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan
profesionalisme dapat diartikan bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan”. Secara sederhana, profesionalisme
berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai seorang yang professional, auditor harus menghindari
kelalaian dan ketidakjujuran. Profesionalisme sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan
peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen dari
Universitas Sumatera utara
35
motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi.
Menurut Tuanakotta 2011 : 61 “Professional judgement merupakan bagian penting dari critical thinking dalam praktek audit”. ISA 200 Overall
Objective of The Independent Auditor, and the Conduct of an Audit in Accordance in International Standards on Auditing
dalam Tuanakotta 2011 : 64 menjelaskan makna professional judgement sebagai berikut:
a. Penerapkan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, b. Dalam konteks auditing, akuntansi, dan standar etika,
c. Untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama
berlangsungnya penugasan audit, dan d. Kualitas pribadi yang berarti bahwa judgement berbeda diantara auditor
yang berpengalaman tetapi pelatihan dan pengalaman dimaksudkan untuk mendorong konsistensi dalam judgement.
Paragraf A24
2.1.5 Materialitas 2.1.5.1 Pengertian Materialitas
Financial Accounting Standard Board dalam Sunyoto 2014 : 141
mendefinisikan bahwa, “Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang
mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletaan kepercayaan atas informasi tersebut karena
adanya penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit Novanda 2012 : 10 adalah
“Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai
Universitas Sumatera utara
36
laporan keuangan yang rasional”. Menurut Mulyadi dalam Sinaga dan Isgiyarta, 2012 : 2 “Definisi materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa materialitas adalah
besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi dan pertimbangan seseorang yang meletakkan kepercayaan terhadap salah saji
tersebut. Standar yang tinggi dalam praktik akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep materialitas.
Adapun tujuan dari penetapan materialitas ini menurut Manita, dkk 2011 : 2, “The materiality allows the auditor to determine the extent of the audit works,
to evaluate the accounting errors materiality identified by auditors and finally to express an opinion on the reliability and the sincerity of the accounting
documents ”. Kinanti 2013 : 4 juga menyatakan pendapat “Tujuan penetapan
materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup”. Jika auditor menetapkan bahwa tingkat materialitas
rendah maka akan lebih banyak lagi bukti yang harus dikumpulkan dan begitupun jika tingkat materialitas tinggi maka hanya sedikit bahan bukti yang harus
dikumpulkan.
Universitas Sumatera utara
37
2.1.5.2 Konsep Materialitas
Adapun konsep materialitas yang dapat digunakan dalam pertimbangan
laporan keuangan sebagai berikut:
1 Jumlah yang tidak material. Jika terdapat salah saji tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai keuangan.
2 Jumlah yang material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan. Keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji benar
sehingga tetap berguna. 3 Jumlah yang sangat material sehingga pengaruhya sangat meluas dan
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan laporan keuangan diragukan.
Menurut Arens dkk 2008 : 319 dalam menetapkan tingkat materialitas ada lima langkah yang dilakukan yaitu:
1. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. 2. Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke
segmen-segmen. 3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen.
4. Memperkirakana salah saji gabungan. 5. Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas.
2.1.5.3 Penggunaan Materialitas
Tuanakotta 2013 : 292 memaparkan penggunaan materialitas dalam : Perencanaan dan penilaian resiko untuk :
• Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit; • Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh
overall audit strategy; • Merencanakan sifat nature, waktu pelaksanaan timing, dan
luasnya extent, prosedur audit tertentu; • Menentukan specific materiality untuk jenis transaksi classes of
transactions , saldo akun account balances, atau disclosures tertentu
Universitas Sumatera utara
38
dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall materiality atau performance materiality secara layak diperkirakan dapat
memengeruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan; • Menentukan performance materiality untuk setiap tingkat specific
materiality , sesuai dengan kebutuhan audit, untuk jenis transaksi,
saldo akun, atau disclosures tertentu, tergantung tingkat resiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
• Mengevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlutidaknya adjustment
atau revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas. Jikia diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu pelaksanaan, dan luas
prosedur sesuai keadaan. Kegunaan materialitas dalam prosedur penilaian resiko
• Mengidentifikasi prosedur penilaian resiko risk assessment
procedures apa saja yang diperlukan.
• Menetapkan konteks dan rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.
• Menilai besar dan dampak dari resiko yang diteridentifikasi. • Menilai hasil dari prosedur penilaian resiko.
Kegunaan materialitas dalam pertemuan tim penugasan • Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan yang
diidenfikasi dan apa yang layaknya menjadi ekspektasi mereka dalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini berguna dalam hal adanya
informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan perubahan angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya.
Contoh dari hal-hal yang memerlukan perubahan angka materialitas.: a. Keputusan melepas bagian yang besar dari bisnis entitas.
b. Informasi baru atau faktor resiko yang baru diketahui yang seharusnya berdampak dalam penentuan materialitas awal.
c. Perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai hasil dari pelaksanaan prosedur audit
selanjutnya, misalnya ketika angka laba sebenarnya berbeda dari angka yang diantisipasi.
• Menyusun strategi audit menyeluruh overall audit strategy. • Menentukan luasnya pengujian sehubungan dengan:
a. Performance materiality; b. Specific performance materiality.
• Mengidentifikasi masalah audit yang gawat critical audit issues dan area yang memerlukan perhatian dan penekanan audit.
Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit adalah untuk: • Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya further audit
procedures ;
Universitas Sumatera utara
39
• Menentukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing
, dan apakah harus menggunakan teknik sampling; • Membantu menentukan banyaknya sampel ;
• Mengevaluasi representatives sampling errors RSE untuk menentukan salah saji yang mungkin ada “likely”misstatements.
RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi population. “Salah saji yang mungkin ada” ini ditentukan dengan
mengekstrapolasikan RSE ke seluruh populasi;
• Mengevaluasi gambaran seluruh kesalahan aggregate of total errors pada tingkat akun sampai ke tingkat laporan keuangan;
• Mengevaluasi gabungan selruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi uncorrected misstatements yang ada
dalam saldo awal retained earnings; • Menilai hasil prosedur audit.
Materialiastas dalam pelaporan, auditor menggunakan materialitas untuk :
• Mengevaluasi seluruh gabungan kesalahan pada tingkat akun sampia ke tingkat laporan keuangan;
• Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal
retained earnings ;
• Menentukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji mendekati overall materiality atau specific
materiality ;
• Meminta manajemen mengoreksi semua salah saji yang ditemukan; • Mempertimbangkan untuk memeriksa kembali area dengan salah saji
terbanyak ; • Memberikan pandangan mengenai sifat dan sensivitas salah saji yang
ditemukan, dan juga besarannya; • Menentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi artinya
apakah auditor harus member opini yang bukan WTP karena salah saji yang tidak dikoreksi di mana jjumlah atau sifatnya material.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut:
Universitas Sumatera utara
40
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian Dita Justiana
2010 Pengaruh etika,
independensi, pengalaman, dan
keahlian auditor terhadap opini audit.
Keahlian audit, independensi
auditor eksternal, tingkat materialitas
dalam laporan keuangan
Variabel etika,
dan pengalaman tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit,
sedangkan independensi dan keahian auditor berpengaruh
secara signifikan terhadap opini audit.
Ni Made Ayu Lestari dan
I Made Karya Utama 2013
Pengaruh Profesionalisme,
Pengetahuan Mendeteksi
Kekeliruan, Pengalaman,
Etika Profesi pada
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Profesionalisme, pengetahuan
mendeteksi kekeliruan,
pengalaman, etika profesi, dan
pertimbangan tigkat materialitas.
Profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi
kekeliruan secara parsial berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan
pengalaman dan etika profesi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Marfin Sinaga dan
Jaka Isgiyarta 2012
Analisis Pengaruh Profesionalisme
terhadap Tingkat Materialitas
dalam Proses Pengauditan
Laporan Keuangan Studi Empiris pada
Auditor Eksternal di Kota Semarang
Pengabdian Pada Profesi, Kewajiban
Sosial, Kemandirian,
Keyakinan Profesi, Hubungan dengan
Sesama profesi, dan Pertimbangan
Tingkat Materialitas
Pengabdian pada profesi, kemandirian, dan hubungan
dengan sesama profesi berpengaruh secara signifikan
terhadap pertimbangan materialitas, sedangkan
dimensi kewajiban sosial dan keyakinan terhadap profesi
tidak mempunyai hubungan
signifikan terhadap pertimbangan materialitas.
Universitas Sumatera utara
41
Anesia Putri Kinanti
2013 Pengaruh
Kompetensi, Independensi dan
Motivasi Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
dalam Suatu Pengauditan Laporan
Keuangan Kompetensi,
Independensi, Motivasi Auditor,
dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas Kompetensi dan independensi
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan
motivasi auditor tidak mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Kompiang Martina
Dinata Putri dan
I.D.G Dharma
Suputra 2013
Pengaruh Independensi,
Profesionalisme, dan Etika
Profesi terhadap
Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Bali
Independensi , Profesionalisme,
Etika Profesi, dan Kinerja Auditor
Independensi, profesionalisme, dan etika
profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor di
Kantor Akuntan Publik di Bali
A.M. Kurniawanda
2013 Pengaruh
Profesionalisme Auditor dan Etika
Profesi terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas Profesionalisme
Auditor , Etika Profesi, dan
Pertimbangan Tingkat
Materialitas Pengaruh
Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi
berpengaruh secara simultan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Muhamad Rosul 2010
Pengaruh Keahlian Audit dan
Independensi Auditor Eksternal
terhadap Tingkat Materialitas dalam
Audit Laporan Keuangan
Studi empiris pada Kantor Akuntan
Publik yang terdapat di Jakarta
Keahlian Audit,
Independensi Auditor Eksternal,
dan Tingkat Materialitas
Keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas, sedangkan independensi auditor
eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas.
Novanda Friska Bayu
Aji Kusuma 2012
Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Etika Profesi dan
Pengalaman Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Profesionalisme Auditor, Etika
Profesi, Pengalaman
Auditor,
dan Pertimbangan
Tingkat Materialitas
Profesionalisme auditor, etika profesi, dan
pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang
signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Universitas Sumatera utara
42
Yoga Satria Prima 2012
Pengaruh Etika
Profesi, Independensi, dan
Professional Judgment
Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Studi empiris pada auditor
BPK RI perwakilan Provinsi
Sumatera Utara,
Banten, dan Jawa Barat
Etika Profesi,
Independensi, Professional
Judgment Auditor,
dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas Etika Profesi, Independensi,
Professional Judgment
mempunyai pengaruh yang signifikan baik secara parsial
maupun simultan terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam proses
audit laporan keuangan.
Friska Novitasari
2004 Analisis Faktor–
Faktor yang Mempengaruhi
Independensi Auditor
Ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha
dengan klien, Pemberian jasa
lain selain audit, Lama
hubungan audit, Ukuran KAP,
Persaingan antar KAP, Audit fee
dan Hubungan
keluarga. Ikatan
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
ukuran KAP, audit fee dan Hubungan keluarga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap independensi
auditor, sedangkan pemberian jasa lain selain
audit, Lama hubungan audit, dan persaingan antar KAP
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi auditor
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Sekaran 1992 dalam Sugiyono 2010 : 88 mengemukakan bahwa, “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah etika profesi,
Universitas Sumatera utara
43
independensi, dan professional judgment sedangkan variabel dependen adalah penetapan tingkat materialitas.
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku
para anggotanya. Oleh karena itu diperlukan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang disebut kode etik. Penelitian yang dilakukan
oleh Kurniawanda 2013 menunjukkan bahwa semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya.
Independensi merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini auditor independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen. Pemberian opini atas laporan keuangan adalah berdasarkan pertimbangan tingkat materialitas yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat bebas dari gangguan- gangguan yang mengancam independensinya, baik itu gangguan pribadi, ekstern,
maupun organisasi maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak handal. Professional Judgment
auditor akan semakin terasah jika auditor tersebut mendapat banyak pengalaman yang melibatkan dirinya di dalam situasi yang
emosional. Auditor yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman. Demikian
halnya dengan kecakapan profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor, semakin banyak pelatihan-pelatihan khususnya dalam bidang akuntansi yang
dilakukan oleh auditor akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkat materialitas. Tidak hanya itu pengalaman yang memiliki kesan yang kuat juga
Universitas Sumatera utara
44
akan membentuk sikap skeptisisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian di atas maka
kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau penjelasan sementara yang belum bisa dibuktikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji
apakah dugaan tersebut benar atau salah. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu,
serta kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi auditor terhadap pertimbangan tingkat materalitas.
Etika Profesi X1
Independensi X2
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Y Professional Judgement
X3
X4
Universitas Sumatera utara
45
H2 : Terdapat pengaruh signifikan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H3 : Terdapat pengaruh signifikan professional judgement auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H4 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi, independensi, professional judgement
secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Universitas Sumatera utara
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif-Kausal. Menurut Sugiyono 2010 : 55 “Rumusan masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi di sini ada
variabel independen variabel yang mempengaruhi dan dependen yang dipengaruhi”.
Peneliti menganalisis pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, dimana etika profesi, independensi dan professional judgment merupakan variabel yang
mempengaruhi, sedangkan pertimbangan tingkat materialitas merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei kuesioner yang disebarkan di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Kota Medan selama waktu penelitian.
Jenis survey untuk penelitian ini adalah cross sectional survey yaitu metode pengumpulan data dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu saat
tertentu, yaitu dalam waktu pengerjaan skripsi saja. Untuk jadwal penelitian sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
47
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan September’14
Oktober’14 November’14 Desember’14 Januari’15 Februari’15 1
2 3 4 1 2 3 4 1
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Pengumpulan Data
Bimbingan dan Perbaikan
Proposal Persiapan dan
Seminar Proposal
Analisis Data Bimbingan
dan Penulisan Skripsi
Ujian Komprehensif
Sidang Skripsi
3.3 Batasan Operasional
Penelitian membutuhkan batasan di dalam pelaksanaannya agar tidak mengambang dari tujuannya. Begitu juga dengan penelitian ini, terdapat batasan
tertentu agar menghasilkan kesimpulan yang benar. Objek penelitian ini adalah akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik kota Medan, baik dari jenjang
magang supervisor, auditor junior, auditor senior, manager, sampai rekananpartner.
3.4 Definisi Operasional
“pengoperasionalan konsep operating the concept atau biasa disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan
Universitas Sumatera utara
48
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian.”
Erlina, 2011 : 48. Definisi operasional bertujuan untuk memberikan definisi yang jelas akan variabel yang dipakai di dalam penelitian, sehingga dengan
definisi yang jelas suatu variabel akan dapat diukur dengan logika empiris. Untuk menguji penelitian ini digunakan variabel independen dan variabel dependen.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Dependen
“Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamata. ” Erlina, 2011:36. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetapan tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan Y. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan penomoran 1-5.
3.5.2 Variabel Independen