Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH ETIKA PROFESI, INDEPENDENSI, DAN PROFESSIONAL JUDGMENT AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT

MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT LAPORAN KEUANGAN

OLEH

DEBORA GABRIELLA 110503105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan”, adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan praturan yang berlaku.

Medan, 5 Maret 2015

NIM 110503105 Debora Gabriella


(3)

ABSTRACT

This research is intended to know the influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to materialistic consideration level in the process of financial report audit” The method of research was causal associative research. The population was all auditors in Public Accountant Firm which is listed in Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).. The research used primary data which was obtained from the answer of the respondents and the questionnaire distributed. The collected data was analyzed using data analysis method by firstly proposing the classical assumption before performing the hypothesis test. Classical assumption test and hypothesis test was done using SPSS software version 22 for Windows. The hypothesis test in this research used multiple regression linier with t-test and f-test at significance level 5 % (α = 0,05) and determination coefficient test.

The results of research showed that partially the profession etiquette had significant influence to financial report materialistic level at auditor. And independency and professional judgment of auditor had no significant influence to financial report materialistic level at auditor Simultaneously, it was found significant influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to financial report materialistic level. The power of profession etiquette, independency and professional judgment of auditor in estimating financial report materialistic level was for 52,4% which meant that financial report materialistic level was influenced by other variables which were not analyzed in this research estimation model for 47,6%.

Key words : Profession Etiquette, Independency, Professional Judgment, Materialistic Consideration Level, Financial Report


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan)”. Metode penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Populasi adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Kota Medan yang terdaftar di Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden atau kuesioner yang diajukan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 22 for windows. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0.05) serta uji koefisien determinasi.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa secara parsial etika profesi auditor berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Medan, sedangkan independensi dan professional judgement tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Medan. Secara simultan, juga ditemukan pengaruh signifikan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan. Kekuatan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor di dalam mengestimasi pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan sebesar 52,4%, yang artinya pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini sebesar 47,6%.

Kata kunci : Etika Profesi, Independensi, Professional Judgement, Pertimbangan Tingkat Materialitas, Laporan Keuangan.


(5)

KATA PENGANTAR

Untuk pertama kali, penulis ucapkan puji syukur atas segala berkat dan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dari awal pengerjaan hingga akhir. Sungguh tidak terduga hal-hal indah yang boleh Tuhan Yesus izinkan selama proses pengerjaan skirpsi ini.

Tugas skripsi ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena pendidikan merupakan longlife education.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Orangtua penulis Sahnan Menanti Panjaitan, S.H., M.H. dan Drs. Rismaida Siboro yang telah menjadi menara mercusuar bagi penulis, penunjuk arah yang tidak pernah lelah mengarahkan penulis menjadi pribadi yang lebih baik melalui doa dan nasehat.

2. Tulang Anggasana Siboro, S.H., M.Hum., dan Nantulang Lamria br. Sitanggang, Amd yang dengan penuh kasih menjadi orang tua penulis selama berada di tanah perantauan.

3. Bapak Prof., Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakulas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Hotmal Ja’Far, MM., Ak selaku Sekretaris


(6)

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi sekaligus Dosen Penguji Skripsi penulis, dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, serta Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak selaku Penasehat Akademik penulis.

6. Bapak Drs. Sucipto, M.M., Ak. Selaku dosen pembimbing, Bapak Syahrurrahman, S.E., Ak., M.Si. selaku dosen penguji, dan Bapak Drs. Firman Syarif, MSi., Ak. selaku dosen pembanding yang dengan teguh membimbing penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

7. Pimpinan KAP dan para auditor yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan riset dengan meluangkan waktu mengisi kuesioner yang diperlukan untuk data penyusunan skripsi.

8. Kakak penulis yang terkasih, Vika Kristina Panjaitan, S.H., dan adik-adik kesayangan penulis, Bob Martin Panjaitan, Theo Greace Panjaitan, Jordan Oliveyra Siboro, Bella Siboro, dan Meisa Siboro, serta adik-adik kesayangan lainnya yang masih banyak lagi.

9. Teman-teman penulis, Lastri Ginting, Artha Tambunan, Yohana Nababan, Sisil Nadeak, dan Angela Samosir yang sudah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini. Kiranya kita segera bekerja dan melangsungkan pernikahan dengan pasangan masing-masing.


(7)

10.Teman-teman Program Studi S1 Akuntansi Angkatan 2011 yang saling bahu-membahu berjuang selama kuliah. Semoga teman-teman Angkatan 2011 diberikan berkat selalu dan mendapatkan pekerjaan sesuai asa yang diharapkan.

11.Teman-teman kos cantik yang juga menjadi motivasi besar bagi penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, Ka Beka, Ka Jessica, Ka Ririn, Novi, Yuni, dan Novita. Semoga asa dan segala cita-citanya tercapai dan kelak dapat reuni dengan kesuksesan masing-masing.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi Ini.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus membalas setiap kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini bisa berrmanfaat dan menginspirasi banyak pihak. Terima kasih. Tuhan Memberkati.

Medan, 2015

Penulis

110503105


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 13

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3 Batasan Operasional ... 35

3.4Definisi Operasional... 35

3.5Variabel Penelitian ... 36

3.6Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.7Jenis dan Sumber Data ... 37

3.8Metode Pengumpulan Data ... 38

3.9Metode Analisis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47


(9)

4.2.1 Hasil Uji Kualitas Data ... 52

4.2.1.1 Hasil Uji Validitas ... 52

4.2.1.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57

4.2.2.1Hasil Uji Normalitas ... 57

4.2.2.2Hasil Uji Multikolinearitas ... 60

4.2.2.3Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 61

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 62

4.2.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)62 4.2.3.3 Hasil Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan)63 4.2.3.2Hasil Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial)64 4.3 Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 71

5.2Keterbatasan Penelitian ... 72

5.3Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Skandal Akuntansi ... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ... 47

Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 47

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjng Pendidikan... 49

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi ... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Professional Judgement ... 53

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas ... 54

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

Tabel 4.12 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58

Tabel 4.13 Hasil Uji Gejala Multikolinieritas ... 59

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 62

Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis t (Parsial) ... 64

Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis F (Simultan) ... 65


(11)

Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t (Uji Signifikansi Parsial) ... 120 Tabel 4.19 Hasil Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) ... 133 Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 135


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 32

Gambar 4.1 Grafik Histogram... 57

Gambar 4.2 Normal P-P Plot ... 57


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 77

Lampiran 2 Skor Jawaban Kuesioner ... 85

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 90

Lampiran 4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 104


(14)

ABSTRACT

This research is intended to know the influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to materialistic consideration level in the process of financial report audit” The method of research was causal associative research. The population was all auditors in Public Accountant Firm which is listed in Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).. The research used primary data which was obtained from the answer of the respondents and the questionnaire distributed. The collected data was analyzed using data analysis method by firstly proposing the classical assumption before performing the hypothesis test. Classical assumption test and hypothesis test was done using SPSS software version 22 for Windows. The hypothesis test in this research used multiple regression linier with t-test and f-test at significance level 5 % (α = 0,05) and determination coefficient test.

The results of research showed that partially the profession etiquette had significant influence to financial report materialistic level at auditor. And independency and professional judgment of auditor had no significant influence to financial report materialistic level at auditor Simultaneously, it was found significant influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to financial report materialistic level. The power of profession etiquette, independency and professional judgment of auditor in estimating financial report materialistic level was for 52,4% which meant that financial report materialistic level was influenced by other variables which were not analyzed in this research estimation model for 47,6%.

Key words : Profession Etiquette, Independency, Professional Judgment, Materialistic Consideration Level, Financial Report


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan)”. Metode penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Populasi adalah seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Kota Medan yang terdaftar di Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden atau kuesioner yang diajukan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 22 for windows. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0.05) serta uji koefisien determinasi.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa secara parsial etika profesi auditor berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Medan, sedangkan independensi dan professional judgement tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Medan. Secara simultan, juga ditemukan pengaruh signifikan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan. Kekuatan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor di dalam mengestimasi pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan sebesar 52,4%, yang artinya pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini sebesar 47,6%.

Kata kunci : Etika Profesi, Independensi, Professional Judgement, Pertimbangan Tingkat Materialitas, Laporan Keuangan.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

Laporan keuangan merupakan salah satu media yang penting untuk mengomunikasikan fakta-fakta mengenai perusahaan dan merupakan dasar dalam menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, antara lain pemilik perusahaan itu, kreditur, investor, lembaga keuangan, pemerintah dimana perusahaan itu berada, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya. Memandang pernyataan tersebut, Aqel (2011 : 83) menyatakan “Because of this conflict of interests between agents and principals, users of the financial statements can not just rely on the financial statements prepared by the management without being verified by an independent third party who is the auditor”.

Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor independen yang merupakan pihak ketiga yang independen menurut Wahyudi dan Mardiyah (2006 : 2) antara lain karena:

a) Laporan keuangan ada kemungkinan mengandung salah saji baik yang disengaja ataupun tidak.

b) Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (wajar tanpa pengecualian) diharapkan oleh pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut dapat terhindar dari salah saji yang material. Artinya, walaupun di dalam laporan keuangan tersebut terdapat salah saji (tetapi tidak terlalu berpengaruh) maka salah saji tersebut dianggap wajar sehingga dapat disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang dapat diterima oleh umum.

Namun, penyajian laporan keuangan sendiri pada era ini sering disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada bahkan sampai menimbulkan skandal


(17)

akuntansi. Skandal akuntansi atau skandal akuntansi perusahaan adalah eksekutif perusahaan publik.

Berikut ini adalah fakta-fakta di lapangan akan skandal akuntansi keuangan di dunia.

Tabel 1.1

Daftar Skandal Akuntansi

Company Year Audit Firm Country Notes

PT Easman

Christensen 2001

KPMG-Siddharta

Siddharta & Harsono Indonesia

Manipulasi pajak $3 juta

PT Muzatek

Jaya 2004

KAP Drs. Mitra Winata

dan Rekan Indonesia

Pembatasan penugasan audit umum

2002 Arthur Andersen

United States

Overstated cash flows,

Bank Lippo 2002 KAP Prasetio, Sarwoko

& Sandjaja Indonesia

Laporan

keuangan ganda

PT KAI 2005

Keuangan Indonesia

Manipulasi pencatatan

2001 Arthur Andersen

United States 2002 Bermuda Improper accounting,

Raden Motor 2010 KAP Biasa Sitepu Indonesia Manipulasi kredit macet 52 miliar

2011

IAO (Audit

organization) and other Audit firms

Iran

financial transactions among banks and Getting a lot of Business Loans Without Putting any Collateral


(18)

Company Year Audit Firm Country Notes

2009

India Falsified accounts

2003 Italy

Falsified accounting documents

2010 Ernst & Young United States

Failure to disclose to investors Sumber :

Skandal akuntansi tersebut memberikan dampak besar terhadap praktek akuntansi dan profesi akuntan terutama yang terkait dengan perusahaan publik. Melihat skandal tersebut, masyarakat umum pun bertanya-tanya di mana peran auditor independen sehingga tidak dapat mendeteksi kecurangan-kecurangan di dalam laporan keuangan tersebut. Atau bahkan masyarakat menjadi curiga akan profesionalisme auditor dalam bekerja. Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan.

Pengertian akan etika profesi menurut Sunyoto (2014 : 39) :

Merupakan peraturan-peraturan yang dirancang untuk mempertahankan suatu profesi pada tingkat yang bermartabat, mengarahkan anggota profesi dalam hubungannya satu dengan yang lain, dan memastikan kepada publik bahwa profesi akan mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi.

Memahami peran perilaku etis seorang auditor dapat memiliki efek yang luas pada bagaimana bersikap terhadap klien mereka agar dapat bersikap sesuai dengan aturan akuntansi berlaku umum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Al


(19)

Momani (2013 : 118), “The questionable issue is not about the competence of auditors, but about their ethics. Some interested people believe that auditors' ethics are more important than their competence”.

Kualitas audit dipengaruhi sikap auditor independen dalam menerapkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota Ikatan Akuntan Publik Indonesia (lAPI) maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Sehingga menurut Primaraharjo dan Handoko (2011 : 28), menyatakan bahwa, “Dengan adanya Kode Etik Profesi Akuntan Publik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor independen telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya”.

Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan independen, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah melakukan kecurangan dalam memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya tekanan psikologis yang diterima akuntan dari perusahaan yang tidak akan menggunakan jasanya kembali di periode yang akan datang, bila akuntan tidak memberikan pendapat yang positif atas laporan keuangan yang diperiksanya saat ini.


(20)

Independensi diartikan oleh Agoes dan Cenik (2013 : 146) adalah “Sikap tidak memihak serta tidak di bawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan”. Independensi merupakan kunci utama yang mutlak harus berada dalam diri seorang auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan.

Kepercayaan masyarakat terhadap independensi auditor sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Selain itu sikap independen juga berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting kendali mutu. Untuk bersikap independen auditor secara intelektual harus berpikir jujur dan objektif, sedangkan untuk diakui sebagai seorang yang independen ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap klien, pemimpin dan pemilik perusahaan.

Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Arens, dkk (2008 : 111) menyatakan bahwa

Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi penasihat untuk klien, sebagian besar fungsi dari audit telah hilang.

Independensi dalam kenyataan merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit. Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri. Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi orang atau


(21)

pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat oleh auditor tidak akan credible lagi.

“Judgement dan professional judgement merupakan bagian penting dari critical thinking dalam praktik audit” (Tuanakotta, 2011 : 61). Istilah ini sering digunakan dalam mata kuliah auditing dan hampir selalu tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Professional judgement dalam artian kamus juga dapat berarti pertimbangan professional. Menurut pendapat Jamilah dkk, 2007 (dalam Yunitasari, 2014 : 4 ), “Professional judgment auditor merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan resiko audit yang akan dihadapi auditor, yang akan mempengaruhi pembuatan opini akhir auditor terhadap laporan keuangan suatu entitas”.

Professional judgment dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang auditor dalam melaksanakan audit. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakinbertambahnya pengalaman yang dimiliki. Penerapan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh auditor secara terus menerus mengakibatkan lebih banyak pemahaman yang tersimpan dalam ingatannya dan auditor menjadi lebih peka terhadap kesalahan penyajian dalam laporan keuangan, sehingga akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkatmaterialitas.


(22)

Professional judgment auditor juga ditentukan oleh sikap skeptisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung suatu pertimbangan tingkat materialitas. Profesionalisme menjadi syarat utama orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Menurut Wahyudi dan Aida (2006:2) menyatakan bahwa, “Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.”

Penelitian yang dilakukan oleh Hendro (2006) dan Kurniawanda (2013), menunjukkan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sehingga semakin tinggi profesionalisme auditor maka semakin baik dalam pertimbangan tingkat materialitasnya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Jordan, dkk (1995 : 1) bahwa ”An auditor’s decision on the materiality of a change in a principles rests almost exclusively on professional judgement”.

Keraguan akan professional judgement seorang auditor independen pernah dikemukakan oleh Kwik Gian Gie (dalam Syafri, Sofyan, 2013 : 11) yang menyatakan bahwa

Prinsip Akuntansi Indonesia mengejar kebenaran formal, sedangkan praktik perdagangan di Indonesia yang serba korup membuat kebenaran formal bisa melesat sangat jauh dari kebenaran material. Akuntan publik yang mengejar kebenaran formal akan menyatakan harga sebidang tanah adalah Rp 100 miliar, asalakan ada kuitansi dari penjual yang menyatakan bahwa harga tanah tersebut adalah Rp 100 miliar. Walaupun akuntan publik menurut hati nurani dan keyakinannya merasa bahwa harganya tidak setinggi itu, dia akan menandatangani bahwa harga yang Rp 100 miliar itu menunjukkan kewajaran. Mengapa? Karena secara formal ada kuitasi dari penjual bahwa dia menerima harga jual sebesar Rp 100 miliar.


(23)

“Materialitas merupakan jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut” (Yunitasari dkk, 2014 : 2). Menurut pendapat Tuanakotta (2013 : 159) “Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomis”. Pertimbangan auditor tentang materialitas itu sendiri adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Definisi tentang materialitas tersebut mengharuskan auditor mempertimbangkan baik keadaan yang berkaitan dengan entitas maupun kebutuhan informasi pihak yang meletakan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Tujuan penetapan materialitas antara lain menurut penelitian Aqel (2011 : 1) “Materiality has been and continues to be a topic of importance for auditors. It is considered as a significant factor in the planning of the audit procedures, performing the planned audit procedures, evaluating the results of the audit procedures and issuing an audit report”.

Tetapi dalam praktiknya saat ini belum ada standar akuntansi ataupun standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas secara kuantitatif.dan kualitatif. “Pada kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor berbeda-beda sesuai dengan aspek situasionalnya,


(24)

sehingga penentuan materialitas terkesan bersifat subjektif” (Yunitasari, dkk, 2014 : 2).

Etika profesi, independensi, dan professional judgement merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Namun, belum tentu auditor yang memiliki ketiga hal di atas akan memiliki komitmen untuk melakukan audit dengan baik. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Yoga Satria Prima (2012) telah menguji pengaruh etika profesi, independensi, dan professional judgement terhadap penentuan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Pada penelitian ini peneliti ingin menguji pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap pertimbangan tingkat materialitas terhadap objek yang berbeda karena dari penelitian terdahulu, objek yang diteliti adalah auditor BPK di Kota Medan.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Apakah etika profesi auditor memiliki pengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan?

2. Apakah independensi auditor memiliki pengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan?


(25)

3. Apakah professional judgment auditor memiliki pengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan? 4. Apakah etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor

memiliki pengaruh secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah etika profesi auditor memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

2. Untuk mengetahui apakah independensi auditor memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

3. Untuk mengetahui apakah professional judgment auditor memiliki pengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

4. Untuk mengetahui apakah etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor memiliki pengaruh secara keseluruhan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Bagi peneliti, untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi p rogram strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan dan untuk memperoleh


(26)

pengetahuan mengenai pengaruh etika profesi, independensi, dan professional judgement terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

2. Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur atau bahan di dalam pembelajaran, terutama literatur mengenai materi auditing di Indonesia.

3. Bagi pihak ketiga, manfaat bagi pihak yang terkait langsung, seperti: pemakai jasa akuntan, auditor independen; atau pihak yang tidak terkait langsung, seperti masyarakat umum agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Auditing Secara Umum

Auditing menurut Arens, dkk (2008 : 4) adalah sebagai berikut: “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.

2. 1.1.1 Jenis-Jenis Audit

Arens, dkk (2008 : 16) menjelaskan bahwa audit terdiri dari tiga macam jenis yang diantaranya:

a. Audit Operasional

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi. Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan akurasi pemrosesan transaksi penggajian dengan sistem computer yang baru dipasang (Arens, dkk, 2008:17).

b. Audit Ketaatan atau Kepatuhan

“Audit ketaatan atau kepatuhan ini dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi” (Arens, dkk, 2008 : 18). Manajemen bertanggung jawab untuk menjamin bahwa entitas yang dikelolanya mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku atas aktivitasnya. Tanggung jawab ini mencakup pengidentifikasian peraturan


(28)

yang berlaku dan penyusunan pengendalian intern yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai bahwa entitas tersebut mematuhi peraturan. Sedangkan dari sisi tanggung jawab auditor adalah menguji dan melaporkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan bervariasi sesuai dengan syarat perikatan. Kriteria yang ditetapkan dalam pelaksanaan audit kepatuhan, misalnya adalah kebijakan, peraturan, persyaratan pinjaman kredit, prosedur yang ditetapkan, Undang-Undang Peraturan Perburuhan dan Undang-Undang Perpajakan. Informasi terukur dalam audit kepatuhan misalnya, data mengenai pelaksanaan kebijakan, peraturan, prosedur, pengangkatan, pengupahan, pemberhentian pegawai, pelaporan SPT pajak dan pelaksanaannya. Hasil audit kepatuhan berupa pernyataan temuan atau tingkat kepatuhan. Hasil audit kepatuhan dilaporkan kepada pemberi tugas yakni pimpinan organisasi karena ia yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan peraturan yang ditetapkan.

c. Audit Laporan Keuangan

“Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang ditetapkan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum” (Arens, dkk, 2008 : 18). Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, sesuai dengan kriteria tertentu yang mana kriteria tertentu tersebut adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di


(29)

Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

2.1.1.2 Standar Auditing

Standar auditing berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. “Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan” (Arens, dkk, 2008: 43).

a.Standar Umum

1) Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.

2) Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit.

3) Auditor harus menerapkan emahiran professional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.

2) Auditor harus memeroleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.

3) Auditor harus memeroleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.


(30)

c. Standar Pelaporan

1) Auditor harus menyatakan dalam laporan audit apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2) Auditor harus mengidentifikasikan dalam laporan auditor mengenai keadaan di mana prinsip-prinsip tersebut tidak secara kkonsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan periode sebelumnya.

3) Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informative belum memadai, auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.

4) Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan, secara keseluruhan, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan, dalam laporan auditor. Jika tidak dapat menyatakan pendapat secara keseluruhan, auditor harus menyatakan alasan-alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor itu harus dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor, dalam laporan auditor.

Standar auditing inilah yang menjadi pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-standar ini merupakan dan meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka seperti keahlian dan independensi, persyaratan dan pelaporan serta bahan bukti.

2.1.2 Etika Profesi

2.1.2.1 Pengertian Etika Profesi

Menurut Agoes dan Cenik (2013 : 27), “etika dapat dilihat dari dua hal berikut:

a. Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.

b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.


(31)

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat dipergunakan oleh akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI di sisi lainnya.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (Diakses di www.wikipedia.com tanggal 17 Februari 2009).

Fungsi pokok akuntan publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah melakukan prosedur audit. “Karena perannya yang sangat strategis maka profesi akuntan publik di samping diawasi oleh organisasi profesi itu sendiri, juga diawasi oleh beberapa institusi pemegang otoritas, seperti : pemerintah (di Indonesia melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) berdasarkan Sarbaney Oxley Act di Amerika Serikat, dan institusi lain yang terkait” (Agoes dan I Cenik Ardana, 2013: 155).


(32)

2.1.2.2 Prinsip Etika Profesi

Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut: 1) Tanggung Jawab Profesional

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4) Objektifitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.


(33)

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7) Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas

“Seorang auditor yang memegang teguh etika profesi akan lebih bertanggungjawab, independen, dan objektif dalam mengambil keputusan. Dengan demikian auditor harus memilki pengalaman dan memegang teguh etika profesi dalam menjalankan setiap pekerjaan” (I Made dan Ni Made, 2013: 127).

Auditor yang beretika akan menilai tingkat materialitas secara objektif, jujur, dan berhati-hati agar laporan audit yang dihasilkan dapat diandalkan.


(34)

2.1.3 Independensi Auditor

2.1.3.1 Pengertian Independensi

Menurut Arens, dkk (2008 : 111), “Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias”. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Di samping itu, auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan independensinya.

Auditor yang mampu mengambil posisi independen dalam setiap melaksanakan tugasnya dan memiliki kemampuan yang memadai di bidang profesinya disertai dengan etika kerja yang konsisten akan memiliki kinerja yang semakin berkualitas. Hal ini seperti diungkapkan dalam penelitian Kompiang dan Dharma (2013: 48) yang menyatakan bahwa “Independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Independensi terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi independensi auditor maka kinerja auditor yang dihasilkan akan semakin lebih baik”.


(35)

2.1.3.2 Ancaman Independensi

Ancaman independensi akuntan publik menurut Soekrisno Agoes (2013 : 189) : 1. Ancaman kepentingan diri (self-interest). Ancaman kepentingan diri

dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan, atau ada kepentingan dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan kepentingan publik yang lebih luas.

2. Ancaman review diri (self-review). Ancaman review diri dapat timbul jika pertimbangan sebelumnya direview ulang oleh akuntan professional yang sama dan yang telah melakukan penilaian sebelumnya tersebut.

3. Ancaman advokasi (advocacy). Ancaman advokasi dapat timbul bila akuntan profesional mendukung suatu posisi atau pendapat sampai titik di mana objektivitas dapat dikompromikan.

4. Ancaman kekerabatan (familiarity). Ancaman kekerabatan timbul dari kedekatan hubungan sehingga akuntan profesional menjadi terlalu bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang mempunyai hubungan dekat dengan akuntan tersebut.

5. Ancaman intimidasi (intimidation). Ancaman intimidasi dapat timbul jika kuntan profesional dihalangi untuk bertindak objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan.

Menurut pendapat Salehi (2009 : 2) “The auditor‘s independence may be influenced by conscious inaccuracy or by unconscious inaccuracy in the reported information. The conscious inaccuracy may arise out of several factors like,

1. Close to his client;

2. Dependency on the client for his livelihood;

3. Driven by a desire of economic and social success; 4. Close relationship with the client’s executive;

5. Blood relationship or marriage relationship with his clients;

6. Acceptances of goods or services from clients directly or through his employees at confessional basis or free basis;

7. Beholden to the Board of Directors for his re-appointment; and 8. Competitive in audit market (Sucher and Maclullich, 2004).

The unconscious inaccuracy may also arise from several factors as below: 1. The auditor may rely on branch manager;

2. Rely on external confirmation while making his opinion on accounts such as confirmation from debtors, creditors, bankers etc; and


(36)

3. Rely on the management for verification and valuation of assets to a greater extent.

2.1.3.3 Pengamanan terhadap Ancaman Independensi

Menurut pendapat Agoes dan Cenik (2013 : 191) mengenai pengamanan terhadap ancaman independensi,

“Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap ancaman independensi, yaitu: 1) pengamanan melalui profesi, legislasi dan regulasi; 2) dan pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11). Berikut ini merupakan hal-hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi, legislasi, dan regulasi, namun tidak terbatas pada:

• Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. • Persyaratan pengembangan profesi berkelanjutan.

• Peraturan tata kelola korporasi • Standar-standar professional.

• Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan. • Review eksternal oleh pihak ketiga yang berwenang atas laporan,

pemberitahuan, komunikasi, dan informasi yang dihasilkan oleh akuntan professional (IFAC, 100.12).

2.1.4 Professional Judgement

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan”. Secara sederhana, profesionalisme berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai seorang yang professional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran. Profesionalisme sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen dari


(37)

motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi.

Menurut Tuanakotta (2011 : 61) “Professional judgement merupakan bagian penting dari critical thinking dalam praktek audit”. ISA 200 (Overall Objective of The Independent Auditor, and the Conduct of an Audit in Accordance in International Standards on Auditing) dalam Tuanakotta (2011 : 64) menjelaskan makna professional judgement sebagai berikut:

a. Penerapkan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, b. Dalam konteks auditing, akuntansi, dan standar etika,

c. Untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama berlangsungnya penugasan audit, dan

d. Kualitas pribadi yang berarti bahwa judgement berbeda diantara auditor yang berpengalaman (tetapi pelatihan dan pengalaman dimaksudkan untuk mendorong konsistensi dalam judgement).

(Paragraf A24)

2.1.5 Materialitas

2.1.5.1 Pengertian Materialitas

Financial Accounting Standard Board dalam Sunyoto (2014 : 141) mendefinisikan bahwa, “Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletaan kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit Novanda (2012 : 10) adalah “Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai


(38)

laporan keuangan yang rasional”. Menurut Mulyadi (dalam Sinaga dan Isgiyarta, 2012 : 2) “Definisi materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi dan pertimbangan seseorang yang meletakkan kepercayaan terhadap salah saji tersebut. Standar yang tinggi dalam praktik akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep materialitas.

Adapun tujuan dari penetapan materialitas ini menurut Manita, dkk (2011 : 2), “The materiality allows the auditor to determine the extent of the audit works, to evaluate the accounting errors materiality identified by auditors and finally to express an opinion on the reliability and the sincerity of the accounting documents”. Kinanti (2013 : 4) juga menyatakan pendapat “Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup”. Jika auditor menetapkan bahwa tingkat materialitas rendah maka akan lebih banyak lagi bukti yang harus dikumpulkan dan begitupun jika tingkat materialitas tinggi maka hanya sedikit bahan bukti yang harus dikumpulkan.


(39)

2.1.5.2 Konsep Materialitas

Adapun konsep materialitas yang dapat digunakan dalam pertimbangan laporan keuangan sebagai berikut:

1) Jumlah yang tidak material. Jika terdapat salah saji tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai keuangan.

2) Jumlah yang material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan. Keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji benar sehingga tetap berguna.

3) Jumlah yang sangat material sehingga pengaruhya sangat meluas dan kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan laporan keuangan diragukan.

Menurut Arens dkk (2008 : 319) dalam menetapkan tingkat materialitas ada lima langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

2. Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen.

3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen. 4. Memperkirakana salah saji gabungan.

5. Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas.

2.1.5.3 Penggunaan Materialitas

Tuanakotta (2013 : 292) memaparkan penggunaan materialitas dalam : Perencanaan dan penilaian resiko untuk :

• Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit;

• Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh (overall audit strategy);

• Merencanakan sifat (nature), waktu pelaksanaan (timing), dan luasnya (extent), prosedur audit tertentu;

• Menentukan specific materiality untuk jenis transaksi (classes of transactions), saldo akun (account balances), atau disclosures tertentu


(40)

dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall materiality atau performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat memengeruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;

• Menentukan performance materiality untuk setiap tingkat specific materiality, sesuai dengan kebutuhan audit, untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu, tergantung tingkat resiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;

• Mengevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlu/tidaknya adjustment atau revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas. Jikia diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu pelaksanaan, dan luas prosedur sesuai keadaan.

Kegunaan materialitas dalam prosedur penilaian resiko

• Mengidentifikasi prosedur penilaian resiko (risk assessment procedures) apa saja yang diperlukan.

• Menetapkan konteks dan rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.

• Menilai besar dan dampak dari resiko yang di/teridentifikasi. • Menilai hasil dari prosedur penilaian resiko.

Kegunaan materialitas dalam pertemuan tim penugasan

• Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan yang diidenfikasi dan apa yang layaknya menjadi ekspektasi mereka dalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini berguna dalam hal adanya informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan perubahan angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya.

Contoh dari hal-hal yang memerlukan perubahan angka materialitas.: a. Keputusan melepas bagian yang besar dari bisnis entitas.

b. Informasi baru atau faktor resiko (yang baru diketahui) yang seharusnya berdampak dalam penentuan materialitas awal.

c. Perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai hasil dari pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, misalnya ketika angka laba sebenarnya berbeda dari angka yang diantisipasi.

• Menyusun strategi audit menyeluruh (overall audit strategy). • Menentukan luasnya pengujian sehubungan dengan:

a. Performance materiality;

b. Specific performance materiality.

• Mengidentifikasi masalah audit yang gawat (critical audit issues) dan area yang memerlukan perhatian dan penekanan audit.

Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit adalah untuk:

• Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) ;


(41)

• Menentukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing, dan apakah harus menggunakan teknik sampling;

• Membantu menentukan banyaknya sampel ;

• Mengevaluasi representatives sampling errors (RSE) untuk menentukan salah saji yang mungkin ada (“likely”misstatements. RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi (population). “Salah saji yang mungkin ada” ini ditentukan dengan mengekstrapolasikan RSE ke seluruh populasi;

• Mengevaluasi gambaran seluruh kesalahan (aggregate of total errors) pada tingkat akun sampai ke tingkat laporan keuangan;

• Mengevaluasi gabungan selruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements) yang ada dalam saldo awal retained earnings;

• Menilai hasil prosedur audit.

Materialiastas dalam pelaporan, auditor menggunakan materialitas untuk :

• Mengevaluasi seluruh gabungan kesalahan pada tingkat akun sampia ke tingkat laporan keuangan;

• Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings;

• Menentukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji mendekati overall materiality atau specific materiality;

• Meminta manajemen mengoreksi semua salah saji yang ditemukan; • Mempertimbangkan untuk memeriksa kembali area dengan salah saji

terbanyak ;

• Memberikan pandangan mengenai sifat dan sensivitas salah saji yang ditemukan, dan juga besarannya;

• Menentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi (artinya apakah auditor harus member opini yang bukan WTP) karena salah saji yang tidak dikoreksi di mana jjumlah atau sifatnya material.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut:


(42)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian Dita Justiana (2010) Pengaruh etika, independensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit.

Keahlian audit, independensi auditor eksternal, tingkat materialitas dalam laporan keuangan

Variabel etika, dan

pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap opini audit, sedangkan independensi dan keahian auditor berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit.

Ni Made Ayu Lestari dan I Made Karya Utama (2013) Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan,

Pengalaman, Etika

Profesi pada Pertimbangan Tingkat Materialitas Profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, pengalaman, etika profesi, dan pertimbangan tigkat materialitas. Profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi kekeliruan secara parsial berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan pengalaman dan etika profesi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Marfin Sinaga dan Jaka Isgiyarta (2012) Analisis Pengaruh Profesionalisme terhadap Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor Eksternal di Kota Semarang) Pengabdian Pada Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Keyakinan Profesi, Hubungan dengan Sesama profesi, dan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Pengabdian pada profesi, kemandirian, dan hubungan dengan sesama profesi berpengaruh secara signifikan

terhadap pertimbangan materialitas, sedangkan dimensi kewajiban sosial dan keyakinan terhadap profesi tidak

mempunyai hubungan signifikan terhadap pertimbangan materialitas.


(43)

Anesia Putri Kinanti (2013) Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Motivasi Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Suatu Pengauditan Laporan Keuangan Kompetensi, Independensi, Motivasi Auditor, dan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Kompetensi dan independensi auditor berpengaruh secara

signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan

motivasi auditor tidak mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kompiang Martina Dinata Putri dan I.D.G Dharma Suputra (2013) Pengaruh Independensi, Profesionalisme, dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali

Independensi , Profesionalisme,

Etika Profesi, dan Kinerja Auditor

Independensi,

profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor di Kantor Akuntan Publik di Bali A.M. Kurniawanda (2013) Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas

Profesionalisme Auditor , Etika

Profesi, dan Pertimbangan

Tingkat Materialitas

Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi berpengaruh secara simultan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Muhamad Rosul (2010) Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Eksternal terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan

(Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Jakarta)

Keahlian Audit, Independensi

Auditor Eksternal, dan Tingkat Materialitas

Keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan independensi auditor eksternal tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat materialitas. Novanda Friska Bayu Aji Kusuma (2012) Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, Pengalaman

Auditor, dan Pertimbangan Tingkat Materialitas

Profesionalisme auditor, etika profesi, dan

pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang

signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap Pertimbangan


(44)

Yoga Satria Prima (2012)

Pengaruh Etika Profesi,

Independensi, dan Professional

Judgment Auditor terhadap

Pertimbangan

Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi empiris pada auditor BPK RI perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)

Etika Profesi, Independensi, Professional Judgment Auditor, dan Pertimbangan Tingkat

Materialitas

Etika Profesi, Independensi, Professional Judgment mempunyai pengaruh yang signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Friska Novitasari (2004) Analisis Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, Pemberian jasa lain selain audit, Lama hubungan audit, Ukuran KAP, Persaingan antar KAP, Audit fee dan

Hubungan keluarga.

Ikatan

kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, ukuran KAP, audit fee dan Hubungan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap independensi auditor, sedangkan pemberian

jasa lain selain

audit, Lama hubungan audit, dan persaingan antar KAP tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap independensi auditor

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Sekaran (1992) dalam Sugiyono (2010 : 88) mengemukakan bahwa, “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah etika profesi,


(45)

independensi, dan professional judgment sedangkan variabel dependen adalah penetapan tingkat materialitas.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Oleh karena itu diperlukan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang disebut kode etik. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawanda (2013) menunjukkan bahwa semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya.

Independensi merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini auditor independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Pemberian opini atas laporan keuangan adalah berdasarkan pertimbangan tingkat materialitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat bebas dari gangguan-gangguan yang mengancam independensinya, baik itu gangguan-gangguan pribadi, ekstern, maupun organisasi maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak handal.

Professional Judgment auditor akan semakin terasah jika auditor tersebut mendapat banyak pengalaman yang melibatkan dirinya di dalam situasi yang emosional. Auditor yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman. Demikian halnya dengan kecakapan profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor, semakin banyak pelatihan-pelatihan khususnya dalam bidang akuntansi yang dilakukan oleh auditor akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkat materialitas. Tidak hanya itu pengalaman yang memiliki kesan yang kuat juga


(46)

akan membentuk sikap skeptisisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara atau penjelasan sementara yang belum bisa dibuktikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah dugaan tersebut benar atau salah.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, serta kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi auditor terhadap pertimbangan tingkat materalitas.

Etika Profesi (X1)

Independensi (X2)

Pertimbangan Tingkat Materialitas

(Y)

Professional Judgement

(X3)


(47)

H2 : Terdapat pengaruh signifikan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

H3 : Terdapat pengaruh signifikan professional judgement auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

H4 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi, independensi, professional judgement secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.


(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif-Kausal. Menurut Sugiyono (2010 : 55) “Rumusan masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi di sini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (yang dipengaruhi)”. Peneliti menganalisis pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, dimana etika profesi, independensi dan professional judgment merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan pertimbangan tingkat materialitas merupakan variabel yang dipengaruhi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara survei kuesioner yang disebarkan di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Kota Medan selama waktu penelitian. Jenis survey untuk penelitian ini adalah cross sectional survey yaitu metode pengumpulan data dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu, yaitu dalam waktu pengerjaan skripsi saja.


(49)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Kegiatan September’14 Oktober’14 November’14 Desember’14 Januari’15 Februari’15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan

Judul Pengumpulan

Data Bimbingan dan Perbaikan

Proposal Persiapan dan

Seminar Proposal Analisis Data

Bimbingan dan Penulisan

Skripsi Ujian Komprehensif

Sidang Skripsi

3.3 Batasan Operasional

Penelitian membutuhkan batasan di dalam pelaksanaannya agar tidak mengambang dari tujuannya. Begitu juga dengan penelitian ini, terdapat batasan tertentu agar menghasilkan kesimpulan yang benar. Objek penelitian ini adalah akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik kota Medan, baik dari jenjang magang supervisor, auditor junior, auditor senior, manager, sampai rekanan/partner.

3.4 Definisi Operasional

“pengoperasionalan konsep (operating the concept) atau biasa disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan


(50)

karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian.” (Erlina, 2011 : 48). Definisi operasional bertujuan untuk memberikan definisi yang jelas akan variabel yang dipakai di dalam penelitian, sehingga dengan definisi yang jelas suatu variabel akan dapat diukur dengan logika empiris. Untuk menguji penelitian ini digunakan variabel independen dan variabel dependen.

3.5Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Dependen

“Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamata. ” (Erlina, 2011:36). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetapan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan (Y). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan penomoran 1-5.

3.5.2 Variabel Independen

“Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab (presumed couse variable) dari variabel dependen, yaitu variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variable)” (Erlina, 2011:37).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah etika profesi (X1), independensi (X2), dan professional judgment (X3) yang kemudian


(51)

dihubungkan dengan variabel dependen. Ukuran dibuat dengan skala Likert dengan penomoran 1-5

3.6Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010 : 115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dirtarik kesimpulannya”. Populasi di dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang terdapat di kota Medan.

Sampel pada suatu penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis sampel, yaitu sampel probabilitas dan sampel non-probabilitas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis sampel probabilitas, yaitu “ suatu sampel penelitian yang diambil dengan cara memberikan peluang atau kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi” (Sudarmanto, 2013 : 40).

Teknik pengambilan sampel probabilitas ini menggunakan teknik simple random sampling. ”Dalam sistem sample random sampling ini setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian” (Erlina, 2011: 86). Sampel adalah responden yang bekerja sebagai akuntan di Kantor Akuntan Publik kota Medan.

3.7Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang


(52)

digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal, atau berupa keterangan-keterangan saja. Data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif.

Peneliti menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data ini diperoleh dari hasil jawaban para responden atau kuesioner yang diajukan dimana responden diperkenankan memilih jawaban yang dianggap paling sesuai. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder meliputi telaah literatur untuk membentuk landasan teori, melalui penelitian terdahulu atau teori yang telah ada untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, dan literatur terkait lainnya.

3.8Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.


(53)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah para akuntan yang berkerja pada KAP di wilayah Medan. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada KAP secara langsung.

Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari akuntan publik yang berkerja pada KAP di wilayah Medan sebagai responden dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada akuntan yang berkerja pada KAP di wilayah Medan.

3.9Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan software SPSS 22. Pertama sekali, peneliti melakukan uji analisis data untuk data hasil kuesioner. Kemudian data diolah dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dan terakhir merupakan uji hipotesis.


(54)

3.9.1 Uji Analisis Data 3.9.1.1 Uji Validitas

Suatu angket sebagai alat pengumpulan data yang dibuat sendiri oleh peneliti sangat perlu untuk melakukan uji coba sehingga dapat diketahui tingkat validitasnya.

“ Uji validititas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas susatu instrument akan menggambarkan tingkat kemampuan alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkan suatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Dengan demikian permasalahan validitas instrument (angket) akan menunjukkan pada mampu tidaknya instrument (angket) tersebut untuk mengukur objek yang diukur” (Sudarmanto, 2005 : 56).

Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid dan yang gugur, dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel product moment dengan kriteria sebagai berikut :

− Jika rhitung positif dan rhitung> rtabel maka pernyataan tersebut valid.

− Jika r hitung negatif dan rhitung < rtabel maka pernyataan tersebut tidak valid. − r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total corelation

3.9.1.2Uji Reliabilitas

“Reliabilitas instrument menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil (ajeg) sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability)” (Sudarmanto, 2005 : 81).


(55)

Untuk menguji reliabilitas, peneliti menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha. Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar: (a) <0,6 tidak reliabel, (b)0,6-0,7 acceptable,(c)0,7-0,8 baik, (d) >0,8 sangat baik. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS release 17.

3.9.2 Uji Asumsi Klasik 3.9.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji dari asumsi klasik yang pertama kali dilakukan. Dengan uji normalitas, kita akan mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak. Apabila syarat terdistribusi normal tidak terpenuhi, maka peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametrik sehingga harus menggantinya dengan statistik lainnya yang tidak memerlukan persyaratan distribusi normal.

Untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak, ada dua cara untuk membuktikannya, yaitu dengan uji statistik (Uji Kolmogorov Smirnov) dan analisis grafik.

a. Uji Statistik (Uji Kolmogorov Smirnov)

Uji statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai tiap variabel dalam penelitian atau nilai Asym.Sig.(2-Tailed) per variabel > 0,05 maka data penelitian terdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai tiap variabel dalam penelitian atau nilai Asym.Sig.(2-Tailed) per variabel < 0,05 maka data penelitian tidak terdistribusi normal.


(56)

b. Analisis Grafik

Analisis grafik dilakukan dengan melihat Grafik Normal Probability Plot (Normal P-P Plot). Suatu data penelitian yang normal dapat dilihat dari penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal grafik. Apabila didapati bahwa titik-titik pada grafik mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi normal. Sebaliknya, apabila didapati bahwa titik-titik pada grafik tidak mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak terdistibusi normal.

3.9.2.2Uji Multikolinearitas

“Uji asumsi tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen) yang lainnya” ( Sudarmanto, 2013:224). Model regresi yang baik di dalam penelitian seharusnya tidak memiliki korelasi di antara variabel independen.

Untuk mendeteksi apakah data penelitian memiliki korelasi atau tidak dapat dilihat dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). VIF merupakan harga koefisien statistik yang menjadi indikator terjadinya korelasi.. Apabila nilai VIF > 10 maka variabel di dalam penelitian memiliki gejala multikolinearitas, dan sebaliknya, apabila nilai VIF < 10 maka variabel di dalam penelitian tidak memiliki gejala multikolinearitas.


(57)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu di dalam penelitian mempunyai varian yang sama atau tidak. Apabila variabel pengganggu di dalam penelitian tidak memiliki varian yang sama atau konstan, maka dapat disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas di dalam penelitian. Penelitian yang bagus adalah tidak mengalami heteroskedastisitas melainkan harus homoskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas di dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode grafik. Di dalam metode grafik, dasar analisis untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Jika di dalam grafik titik-titik membentuk pola tertentu, teratur, bergelombang, melebar atau menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas di dalam penelitian.

b. Jika titik-titik menyebar di atas, di bawah, dan di sekitaran angka nol, maka dapat disimpulkan heteroskedastisitas tidak terjadi di dalam penelitian.

3.9.3 Uji Hipotesis

Uji analisis regresi linier berganda merupakan pengujian hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas dalam penelitian ini. Model regresi yang dikembangan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan:


(58)

Y = Pertimbangan Tingkat Materialitas α0 = Konstanta

β1,2,3 = Koefisien Variabel

X1 = Etika Profesi X2 = Independensi

X3 = Professional Judgement e = residual of error

3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel bisa dijelaskan dengan variasi variabel yang lain. Nilai koefisien ini antara 0 dan 1. Apabila nilai koefisien mendekati angka nol, maka kemampuan variabel independen di dalam mempengaruhi variabel dependen di dalam penelitian amat terbatas (tidak berpengaruh). Kemudian, apabila nilai koefisien mendekati angka satu, maka kemampuan variabel independen memberikan hampir semua informasi mengenai variabel dependen, artinya variabel independen berpengaruh secara sempurna terhadap variabel dependen.

3.9.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%, maka ketentuannya sebagai berikut:


(59)

a. Jika nilai signifikansi F > tingkat signifikansi 0,05 maka tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ho)

b. Jika nilai signifikansi F < tingkat signifikansi 0,05 maka ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ha)

Ketentuan lain dengan menggunakan nilai F hitung dan F tabel sebagai berikut:

a. Jika nilai F hitung ≤ nilai F tabel, maka tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen terhadap variabel dependen.

3.9.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Tingkat signifikansi yang digunakan di dalam penelitian adalah 5%. Berikut ketentuannya: a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka secara parsial variabel independen tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka secara parsial variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Ketentuan lain dengan membandingkan t hitung dengan t tabel sebagai berikut:


(60)

a. Jika nilai t hitung ≤ t tabel maka tidak ada pengaruh yan g signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai t hitung > t tabel maka ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel terikadependen.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah kota Medan. Auditor yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi partner, manajer, supervisor, auditor senior, maupun auditor junior yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden secara langsung serta secara tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah Medan dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 10 November 2014 hingga 10 Februari 2015.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 10 KAP dari keseluruhan KAP yang berada di wilayah kota Medan. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 50 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 31 kuesioner atau 62%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 19 buah atau 38%, hal ini mungkin dikarenakan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 31 buah atau 62%, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak diisi secara


(1)

.712 8

RELIABILITAS INDEPENDENSI

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.909 9

RELIABILITAS PROFESSIONAL JUDGEMENT

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.


(2)

RELIABILITAS PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 31 100.0

Excludeda 0 .0

Total 31 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.811 11


(3)

Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi

Variables Entered/Removeda

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Jumlah Skor

X3, Jumlah Skor X1, Jumlah Skor X2b

. Enter

a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4 b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .756a .572 .524 4.067

a. Predictors: (Constant), Jumlah Skor X3, Jumlah Skor X1, Jumlah Skor X2

b. Dependent Variable: Jumlah Skor X4

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 596.665 3 198.888 12.022 .000b

Residual 446.690 27 16.544

Total 1043.355 30

a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4

b. Predictors: (Constant), Jumlah Skor X3, Jumlah Skor X1, Jumlah Skor X2

Coefficientsa


(4)

Jumlah Skor

X3 .491 .284 .351 1.730 .095 .384 2.602

a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index Variance Proportions (Constant) Jumlah Skor X1 Jumlah Skor X2 Jumlah Skor X3

1 1 3.985 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .008 21.950 .08 .31 .11 .13

3 .004 30.521 .54 .41 .07 .20

4 .002 44.295 .39 .29 .82 .68

a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 56.16 75.03 62.61 4.460 31

Std. Predicted Value -1.447 2.785 .000 1.000 31

Standard Error of Predicted

Value .869 2.724 1.407 .401 31

Adjusted Predicted Value 55.60 75.87 62.68 4.569 31

Residual -8.062 6.213 .000 3.859 31

Std. Residual -1.982 1.527 .000 .949 31

Stud. Residual -2.040 1.632 -.007 1.004 31

Deleted Residual -8.537 7.091 -.067 4.334 31

Stud. Deleted Residual -2.176 1.687 -.009 1.022 31

Mahal. Distance .403 12.487 2.903 2.563 31

Cook's Distance .000 .094 .031 .026 31

Centered Leverage Value .013 .416 .097 .085 31


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat).

12 127 84

Pengaruh profesionalisme auditor dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan: studi empiris KAP di DKI Jakarta

3 18 99

PENGARUH SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, KOMPETENSI AUDITOR, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

1 43 57

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

0 2 64

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi, dan Gender Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

0 0 29

Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Secara Umum - Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang - Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

0 0 11

Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

0 1 13

PENGARUH PROFESIONALISME,PENGETAHUAN AKUNTAN PUBLIK DALAM MENDETEKSI KEKELIRUAN,ETIKA PROFESI,DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT LAPORAN KEUANGAN - Unika Repository

0 0 13