27
Indonesia dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI.
2.1.1.2 Standar Auditing
Standar auditing berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai. Standar auditing
merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan kualitas profesional auditor,
seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. “Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan” Arens, dkk, 2008: 43.
a. Standar Umum 1
Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang
auditor.
2 Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen
dalam semua hal yang berhubungan dengan audit. 3
Auditor harus menerapkan emahiran professional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.
b. Standar Pekerjaan Lapangan 1
Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten sebagaimana mestinya.
2 Auditor harus memeroleh pemahaman yang cukup mengenai
entitas serta lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.
3 Auditor harus memeroleh cukup bukti audit yang tepat dengan
melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit.
Universitas Sumatera utara
28
c. Standar Pelaporan 1
Auditor harus menyatakan dalam laporan audit apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
2 Auditor harus mengidentifikasikan dalam laporan auditor mengenai
keadaan di mana prinsip-prinsip tersebut tidak secara kkonsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan dengan periode
sebelumnya.
3 Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informative
belum memadai, auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.
4 Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan,
secara keseluruhan, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan, dalam laporan auditor. Jika tidak dapat menyatakan
pendapat secara keseluruhan, auditor harus menyatakan alasan- alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua
kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor itu harus dengan jelas menunjukkan sifat
pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor, dalam laporan auditor.
Standar auditing inilah yang menjadi pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar-standar ini merupakan dan
meliputi pertimbangan mengenai kualitas profesional mereka seperti keahlian dan independensi, persyaratan dan pelaporan serta bahan bukti.
2.1.2 Etika Profesi 2.1.2.1 Pengertian Etika Profesi
Menurut Agoes dan Cenik 2013 : 27, “etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a. Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam
kelompok atau masyarakat. b. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiranpenilaian moral. Etika
sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
Universitas Sumatera utara
29
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota IAI di satu sisi dan dapat dipergunakan oleh
akuntan lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI di sisi lainnya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik sebelumnya disebut Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI sebelumnya Ikatan Akuntan
Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP dan staf profesional baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI yang bekerja pada
satu Kantor Akuntan Publik Diakses di www.wikipedia.com tanggal 17 Februari 2009.
Fungsi pokok akuntan publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan setelah melakukan prosedur audit. “Karena perannya yang sangat strategis maka profesi akuntan publik di samping diawasi oleh organisasi profesi
itu sendiri, juga diawasi oleh beberapa institusi pemegang otoritas, seperti : pemerintah di Indonesia melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bapepam LK, Public Company Accounting Oversight Board
PCAOB berdasarkan Sarbaney Oxley Act
di Amerika Serikat, dan institusi lain yang terkait” Agoes dan I Cenik Ardana, 2013: 155.
Universitas Sumatera utara
30
2.1.2.2 Prinsip Etika Profesi
Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut: 1
Tanggung Jawab Profesional Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2 Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3 Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin. 4 Objektifitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati- hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
Universitas Sumatera utara
31
6 Kerahasiaan Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. 7 Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8
Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas
“Seorang auditor yang memegang teguh etika profesi akan lebih bertanggungjawab, independen, dan objektif dalam mengambil keputusan. Dengan
demikian auditor harus memilki pengalaman dan memegang teguh etika profesi dalam menjalankan setiap pekerjaan” I Made dan Ni Made, 2013: 127.
Auditor yang beretika akan menilai tingkat materialitas secara objektif, jujur, dan berhati-hati agar laporan audit yang dihasilkan dapat diandalkan.
Universitas Sumatera utara
32
2.1.3 Independensi Auditor 2.1.3.1 Pengertian Independensi
Menurut Arens, dkk 2008 : 111, “Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias”. Independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen dari pemilikan kepentingan dalam entitas yang diauditnya. Di samping itu, auditor tidak hanya
berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi ia harus pula menghindari keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan
independensinya. Auditor yang mampu mengambil posisi independen dalam setiap
melaksanakan tugasnya dan memiliki kemampuan yang memadai di bidang profesinya disertai dengan etika kerja yang konsisten akan memiliki kinerja yang
semakin berkualitas. Hal ini seperti diungkapkan dalam penelitian Kompiang dan Dharma 2013: 48 yang menyatakan bahwa “Independensi berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Independensi terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja auditor, yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi independensi
auditor maka kinerja auditor yang dihasilkan akan semakin lebih baik”.
Universitas Sumatera utara
33
2.1.3.2 Ancaman Independensi
Ancaman independensi akuntan publik menurut Soekrisno Agoes 2013 : 189 : 1.
Ancaman kepentingan diri self-interest. Ancaman kepentingan diri dapat timbul akibat ada kepentingan keuangan, atau ada kepentingan
dari keluarga langsung atau keluarga dekat, atau kepentingan lain dari akuntan yang bersangkutan. Kepentingan diri adalah wujud sifat
yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarga dibandingkan kepentingan publik yang lebih luas.
2. Ancaman review diri self-review. Ancaman review diri dapat
timbul jika pertimbangan sebelumnya direview ulang oleh akuntan professional yang sama dan yang telah melakukan penilaian
sebelumnya tersebut.
3. Ancaman advokasi advocacy. Ancaman advokasi dapat timbul bila
akuntan profesional mendukung suatu posisi atau pendapat sampai titik di mana objektivitas dapat dikompromikan.
4. Ancaman kekerabatan familiarity. Ancaman kekerabatan timbul
dari kedekatan hubungan sehingga akuntan profesional menjadi terlalu bersimpati terhadap kepentingan orang lain yang mempunyai
hubungan dekat dengan akuntan tersebut.
5. Ancaman intimidasi intimidation. Ancaman intimidasi dapat timbul
jika kuntan profesional dihalangi untuk bertindak objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan.
Menurut pendapat Salehi 2009 : 2 “The auditor‘s independence may be influenced by conscious inaccuracy or by unconscious inaccuracy in the reported
information. The conscious inaccuracy may arise out of several factors like, 1. Close to his client;
2. Dependency on the client for his livelihood; 3. Driven by a desire of economic and social success;
4. Close relationship with the client’s executive; 5. Blood relationship or marriage relationship with his clients;
6. Acceptances of goods or services from clients directly or through his
employees at confessional basis or free basis; 7. Beholden to the Board of Directors for his re-appointment; and
8. Competitive in audit market Sucher and Maclullich, 2004.
The unconscious inaccuracy may also arise from several factors as below: 1. The auditor may rely on branch manager;
2. Rely on external confirmation while making his opinion on accounts
such as confirmation from debtors, creditors, bankers etc; and
Universitas Sumatera utara
34
3. Rely on the management for verification and valuation of assets to a greater extent.
2.1.3.3 Pengamanan terhadap Ancaman Independensi
Menurut pendapat Agoes dan Cenik 2013 : 191 mengenai pengamanan terhadap ancaman independensi,
“Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap ancaman independensi, yaitu: 1 pengamanan melalui profesi, legislasi dan regulasi; 2 dan
pengamanan lingkungan kerja IFAC, 100.11. Berikut ini merupakan hal- hal yang termasuk dalam pengamanan melalui profesi, legislasi, dan
regulasi, namun tidak terbatas pada:
• Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. • Persyaratan pengembangan profesi berkelanjutan.
• Peraturan tata kelola korporasi • Standar-standar professional.
• Prosedur pemantauan dan pendisiplinan profesi atau peraturan. • Review eksternal oleh pihak ketiga yang berwenang atas laporan,
pemberitahuan, komunikasi, dan informasi yang dihasilkan oleh akuntan professional IFAC, 100.12.
2.1.4 Professional Judgement
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh nafkah untuk hidup, sedangkan
profesionalisme dapat diartikan bersifat profesi atau memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan”. Secara sederhana, profesionalisme
berarti bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan. Sebagai seorang yang professional, auditor harus menghindari
kelalaian dan ketidakjujuran. Profesionalisme sebagai tanggung jawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan
peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen dari
Universitas Sumatera utara
35
motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi.
Menurut Tuanakotta 2011 : 61 “Professional judgement merupakan bagian penting dari critical thinking dalam praktek audit”. ISA 200 Overall
Objective of The Independent Auditor, and the Conduct of an Audit in Accordance in International Standards on Auditing
dalam Tuanakotta 2011 : 64 menjelaskan makna professional judgement sebagai berikut:
a. Penerapkan pengetahuan dan pengalaman yang relevan, b. Dalam konteks auditing, akuntansi, dan standar etika,
c. Untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama
berlangsungnya penugasan audit, dan d. Kualitas pribadi yang berarti bahwa judgement berbeda diantara auditor
yang berpengalaman tetapi pelatihan dan pengalaman dimaksudkan untuk mendorong konsistensi dalam judgement.
Paragraf A24
2.1.5 Materialitas 2.1.5.1 Pengertian Materialitas
Financial Accounting Standard Board dalam Sunyoto 2014 : 141
mendefinisikan bahwa, “Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang
mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletaan kepercayaan atas informasi tersebut karena
adanya penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi dari materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit Novanda 2012 : 10 adalah
“Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai
Universitas Sumatera utara
36
laporan keuangan yang rasional”. Menurut Mulyadi dalam Sinaga dan Isgiyarta, 2012 : 2 “Definisi materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut”. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa materialitas adalah
besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi dan pertimbangan seseorang yang meletakkan kepercayaan terhadap salah saji
tersebut. Standar yang tinggi dalam praktik akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep materialitas.
Adapun tujuan dari penetapan materialitas ini menurut Manita, dkk 2011 : 2, “The materiality allows the auditor to determine the extent of the audit works,
to evaluate the accounting errors materiality identified by auditors and finally to express an opinion on the reliability and the sincerity of the accounting
documents ”. Kinanti 2013 : 4 juga menyatakan pendapat “Tujuan penetapan
materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup”. Jika auditor menetapkan bahwa tingkat materialitas
rendah maka akan lebih banyak lagi bukti yang harus dikumpulkan dan begitupun jika tingkat materialitas tinggi maka hanya sedikit bahan bukti yang harus
dikumpulkan.
Universitas Sumatera utara
37
2.1.5.2 Konsep Materialitas
Adapun konsep materialitas yang dapat digunakan dalam pertimbangan
laporan keuangan sebagai berikut:
1 Jumlah yang tidak material. Jika terdapat salah saji tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai keuangan.
2 Jumlah yang material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan. Keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji benar
sehingga tetap berguna. 3 Jumlah yang sangat material sehingga pengaruhya sangat meluas dan
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan laporan keuangan diragukan.
Menurut Arens dkk 2008 : 319 dalam menetapkan tingkat materialitas ada lima langkah yang dilakukan yaitu:
1. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. 2. Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke
segmen-segmen. 3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen.
4. Memperkirakana salah saji gabungan. 5. Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas.
2.1.5.3 Penggunaan Materialitas
Tuanakotta 2013 : 292 memaparkan penggunaan materialitas dalam : Perencanaan dan penilaian resiko untuk :
• Menentukan items dalam laporan keuangan yang harus diaudit; • Menetapkan konteks dan rujukan untuk strategi audit menyeluruh
overall audit strategy; • Merencanakan sifat nature, waktu pelaksanaan timing, dan
luasnya extent, prosedur audit tertentu; • Menentukan specific materiality untuk jenis transaksi classes of
transactions , saldo akun account balances, atau disclosures tertentu
Universitas Sumatera utara
38
dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall materiality atau performance materiality secara layak diperkirakan dapat
memengeruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan; • Menentukan performance materiality untuk setiap tingkat specific
materiality , sesuai dengan kebutuhan audit, untuk jenis transaksi,
saldo akun, atau disclosures tertentu, tergantung tingkat resiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
• Mengevaluasi bukti terakhir untuk menentukan perlutidaknya adjustment
atau revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas. Jikia diperlukan, auditor akan merevisi sifat, waktu pelaksanaan, dan luas
prosedur sesuai keadaan. Kegunaan materialitas dalam prosedur penilaian resiko
• Mengidentifikasi prosedur penilaian resiko risk assessment
procedures apa saja yang diperlukan.
• Menetapkan konteks dan rujukan ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.
• Menilai besar dan dampak dari resiko yang diteridentifikasi. • Menilai hasil dari prosedur penilaian resiko.
Kegunaan materialitas dalam pertemuan tim penugasan • Memastikan bahwa anggota tim memahami pemakai laporan yang
diidenfikasi dan apa yang layaknya menjadi ekspektasi mereka dalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini berguna dalam hal adanya
informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan perubahan angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya.
Contoh dari hal-hal yang memerlukan perubahan angka materialitas.: a. Keputusan melepas bagian yang besar dari bisnis entitas.
b. Informasi baru atau faktor resiko yang baru diketahui yang seharusnya berdampak dalam penentuan materialitas awal.
c. Perubahan dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai hasil dari pelaksanaan prosedur audit
selanjutnya, misalnya ketika angka laba sebenarnya berbeda dari angka yang diantisipasi.
• Menyusun strategi audit menyeluruh overall audit strategy. • Menentukan luasnya pengujian sehubungan dengan:
a. Performance materiality; b. Specific performance materiality.
• Mengidentifikasi masalah audit yang gawat critical audit issues dan area yang memerlukan perhatian dan penekanan audit.
Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit adalah untuk: • Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya further audit
procedures ;
Universitas Sumatera utara
39
• Menentukan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing
, dan apakah harus menggunakan teknik sampling; • Membantu menentukan banyaknya sampel ;
• Mengevaluasi representatives sampling errors RSE untuk menentukan salah saji yang mungkin ada “likely”misstatements.
RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh populasi population. “Salah saji yang mungkin ada” ini ditentukan dengan
mengekstrapolasikan RSE ke seluruh populasi;
• Mengevaluasi gambaran seluruh kesalahan aggregate of total errors pada tingkat akun sampai ke tingkat laporan keuangan;
• Mengevaluasi gabungan selruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi uncorrected misstatements yang ada
dalam saldo awal retained earnings; • Menilai hasil prosedur audit.
Materialiastas dalam pelaporan, auditor menggunakan materialitas untuk :
• Mengevaluasi seluruh gabungan kesalahan pada tingkat akun sampia ke tingkat laporan keuangan;
• Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal
retained earnings ;
• Menentukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji mendekati overall materiality atau specific
materiality ;
• Meminta manajemen mengoreksi semua salah saji yang ditemukan; • Mempertimbangkan untuk memeriksa kembali area dengan salah saji
terbanyak ; • Memberikan pandangan mengenai sifat dan sensivitas salah saji yang
ditemukan, dan juga besarannya; • Menentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi artinya
apakah auditor harus member opini yang bukan WTP karena salah saji yang tidak dikoreksi di mana jjumlah atau sifatnya material.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dari Tabel 2.1 berikut:
Universitas Sumatera utara
40
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian Dita Justiana
2010 Pengaruh etika,
independensi, pengalaman, dan
keahlian auditor terhadap opini audit.
Keahlian audit, independensi
auditor eksternal, tingkat materialitas
dalam laporan keuangan
Variabel etika,
dan pengalaman tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit,
sedangkan independensi dan keahian auditor berpengaruh
secara signifikan terhadap opini audit.
Ni Made Ayu Lestari dan
I Made Karya Utama 2013
Pengaruh Profesionalisme,
Pengetahuan Mendeteksi
Kekeliruan, Pengalaman,
Etika Profesi pada
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Profesionalisme, pengetahuan
mendeteksi kekeliruan,
pengalaman, etika profesi, dan
pertimbangan tigkat materialitas.
Profesionalisme dan pengetahuan mendeteksi
kekeliruan secara parsial berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan
pengalaman dan etika profesi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Marfin Sinaga dan
Jaka Isgiyarta 2012
Analisis Pengaruh Profesionalisme
terhadap Tingkat Materialitas
dalam Proses Pengauditan
Laporan Keuangan Studi Empiris pada
Auditor Eksternal di Kota Semarang
Pengabdian Pada Profesi, Kewajiban
Sosial, Kemandirian,
Keyakinan Profesi, Hubungan dengan
Sesama profesi, dan Pertimbangan
Tingkat Materialitas
Pengabdian pada profesi, kemandirian, dan hubungan
dengan sesama profesi berpengaruh secara signifikan
terhadap pertimbangan materialitas, sedangkan
dimensi kewajiban sosial dan keyakinan terhadap profesi
tidak mempunyai hubungan
signifikan terhadap pertimbangan materialitas.
Universitas Sumatera utara
41
Anesia Putri Kinanti
2013 Pengaruh
Kompetensi, Independensi dan
Motivasi Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
dalam Suatu Pengauditan Laporan
Keuangan Kompetensi,
Independensi, Motivasi Auditor,
dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas Kompetensi dan independensi
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, sedangkan
motivasi auditor tidak mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Kompiang Martina
Dinata Putri dan
I.D.G Dharma
Suputra 2013
Pengaruh Independensi,
Profesionalisme, dan Etika
Profesi terhadap
Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Bali
Independensi , Profesionalisme,
Etika Profesi, dan Kinerja Auditor
Independensi, profesionalisme, dan etika
profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor di
Kantor Akuntan Publik di Bali
A.M. Kurniawanda
2013 Pengaruh
Profesionalisme Auditor dan Etika
Profesi terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas Profesionalisme
Auditor , Etika Profesi, dan
Pertimbangan Tingkat
Materialitas Pengaruh
Profesionalisme Auditor dan Etika Profesi
berpengaruh secara simultan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Muhamad Rosul 2010
Pengaruh Keahlian Audit dan
Independensi Auditor Eksternal
terhadap Tingkat Materialitas dalam
Audit Laporan Keuangan
Studi empiris pada Kantor Akuntan
Publik yang terdapat di Jakarta
Keahlian Audit,
Independensi Auditor Eksternal,
dan Tingkat Materialitas
Keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas, sedangkan independensi auditor
eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
materialitas.
Novanda Friska Bayu
Aji Kusuma 2012
Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Etika Profesi dan
Pengalaman Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Profesionalisme Auditor, Etika
Profesi, Pengalaman
Auditor,
dan Pertimbangan
Tingkat Materialitas
Profesionalisme auditor, etika profesi, dan
pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang
signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Universitas Sumatera utara
42
Yoga Satria Prima 2012
Pengaruh Etika
Profesi, Independensi, dan
Professional Judgment
Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
dalam Proses Audit Laporan Keuangan
Studi empiris pada auditor
BPK RI perwakilan Provinsi
Sumatera Utara,
Banten, dan Jawa Barat
Etika Profesi,
Independensi, Professional
Judgment Auditor,
dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas Etika Profesi, Independensi,
Professional Judgment
mempunyai pengaruh yang signifikan baik secara parsial
maupun simultan terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam proses
audit laporan keuangan.
Friska Novitasari
2004 Analisis Faktor–
Faktor yang Mempengaruhi
Independensi Auditor
Ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha
dengan klien, Pemberian jasa
lain selain audit, Lama
hubungan audit, Ukuran KAP,
Persaingan antar KAP, Audit fee
dan Hubungan
keluarga. Ikatan
kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
ukuran KAP, audit fee dan Hubungan keluarga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap independensi
auditor, sedangkan pemberian jasa lain selain
audit, Lama hubungan audit, dan persaingan antar KAP
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
independensi auditor
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Sekaran 1992 dalam Sugiyono 2010 : 88 mengemukakan bahwa, “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen adalah etika profesi,
Universitas Sumatera utara
43
independensi, dan professional judgment sedangkan variabel dependen adalah penetapan tingkat materialitas.
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku
para anggotanya. Oleh karena itu diperlukan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang disebut kode etik. Penelitian yang dilakukan
oleh Kurniawanda 2013 menunjukkan bahwa semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya.
Independensi merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini auditor independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen. Pemberian opini atas laporan keuangan adalah berdasarkan pertimbangan tingkat materialitas yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat bebas dari gangguan- gangguan yang mengancam independensinya, baik itu gangguan pribadi, ekstern,
maupun organisasi maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak handal. Professional Judgment
auditor akan semakin terasah jika auditor tersebut mendapat banyak pengalaman yang melibatkan dirinya di dalam situasi yang
emosional. Auditor yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang auditor yang belum berpengalaman. Demikian
halnya dengan kecakapan profesional yang harus dimiliki oleh seorang auditor, semakin banyak pelatihan-pelatihan khususnya dalam bidang akuntansi yang
dilakukan oleh auditor akan semakin mendukung proses pertimbangan tingkat materialitas. Tidak hanya itu pengalaman yang memiliki kesan yang kuat juga
Universitas Sumatera utara
44
akan membentuk sikap skeptisisme profesional auditor yang pada akhirnya juga mendukung pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan uraian di atas maka
kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara atau penjelasan sementara yang belum bisa dibuktikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji
apakah dugaan tersebut benar atau salah. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu,
serta kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi auditor terhadap pertimbangan tingkat materalitas.
Etika Profesi X1
Independensi X2
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Y Professional Judgement
X3
X4
Universitas Sumatera utara
45
H2 : Terdapat pengaruh signifikan independensi auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H3 : Terdapat pengaruh signifikan professional judgement auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H4 : Terdapat pengaruh signifikan etika profesi, independensi, professional judgement
secara simultan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Universitas Sumatera utara
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif-Kausal. Menurut Sugiyono 2010 : 55 “Rumusan masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi di sini ada
variabel independen variabel yang mempengaruhi dan dependen yang dipengaruhi”.
Peneliti menganalisis pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, dimana etika profesi, independensi dan professional judgment merupakan variabel yang
mempengaruhi, sedangkan pertimbangan tingkat materialitas merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara survei kuesioner yang disebarkan di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Kota Medan selama waktu penelitian.
Jenis survey untuk penelitian ini adalah cross sectional survey yaitu metode pengumpulan data dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu saat
tertentu, yaitu dalam waktu pengerjaan skripsi saja. Untuk jadwal penelitian sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
47
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Kegiatan September’14
Oktober’14 November’14 Desember’14 Januari’15 Februari’15 1
2 3 4 1 2 3 4 1
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Pengumpulan Data
Bimbingan dan Perbaikan
Proposal Persiapan dan
Seminar Proposal
Analisis Data Bimbingan
dan Penulisan Skripsi
Ujian Komprehensif
Sidang Skripsi
3.3 Batasan Operasional
Penelitian membutuhkan batasan di dalam pelaksanaannya agar tidak mengambang dari tujuannya. Begitu juga dengan penelitian ini, terdapat batasan
tertentu agar menghasilkan kesimpulan yang benar. Objek penelitian ini adalah akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik kota Medan, baik dari jenjang
magang supervisor, auditor junior, auditor senior, manager, sampai rekananpartner.
3.4 Definisi Operasional
“pengoperasionalan konsep operating the concept atau biasa disebut dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan
Universitas Sumatera utara
48
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian.”
Erlina, 2011 : 48. Definisi operasional bertujuan untuk memberikan definisi yang jelas akan variabel yang dipakai di dalam penelitian, sehingga dengan
definisi yang jelas suatu variabel akan dapat diukur dengan logika empiris. Untuk menguji penelitian ini digunakan variabel independen dan variabel dependen.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Dependen
“Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamata. ” Erlina, 2011:36. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penetapan tingkat materialitas dalam audit laporan
keuangan Y. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan penomoran 1-5.
3.5.2 Variabel Independen
“Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab presumed couse variable dari variabel dependen, yaitu variabel
yang diduga sebagai akibat presumed effect variable” Erlina, 2011:37. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah etika
profesi X
1
, independensi X
2
, dan professional judgment X
3
yang kemudian
Universitas Sumatera utara
49
dihubungkan dengan variabel dependen. Ukuran dibuat dengan skala Likert dengan penomoran 1-5
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono 2010 : 115 “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objeksubjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dirtarik kesimpulannya”. Populasi di dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik
yang terdapat di kota Medan. Sampel pada suatu penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis sampel, yaitu sampel probabilitas dan sampel non-probabilitas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis sampel probabilitas,
yaitu “ suatu sampel penelitian yang diambil dengan cara memberikan peluang atau kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi” Sudarmanto, 2013 :
40. Teknik pengambilan sampel probabilitas ini menggunakan teknik simple
random sampling . ”Dalam sistem sample random sampling ini setiap elemen
populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian” Erlina, 2011: 86. Sampel adalah responden yang bekerja sebagai
akuntan di Kantor Akuntan Publik kota Medan.
3.7 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang
Universitas Sumatera utara
50
digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal, atau berupa keterangan-keterangan saja. Data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk
angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif.
Peneliti menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi langsung melalui objeknya yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut. Data ini diperoleh dari hasil jawaban para responden atau kuesioner yang diajukan dimana responden diperkenankan memilih jawaban yang
dianggap paling sesuai. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder meliputi telaah literatur untuk membentuk landasan teori, melalui penelitian
terdahulu atau teori yang telah ada untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet, dan literatur terkait
lainnya.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka Library Research Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan Field Research
Universitas Sumatera utara
51
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama data primer. Pada penelitian ini,
yang menjadi subyek penelitian adalah para akuntan yang berkerja pada KAP di wilayah Medan. Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada
KAP secara langsung. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari akuntan publik yang berkerja pada KAP di wilayah Medan sebagai responden dalam penelitian.
Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada akuntan
yang berkerja pada KAP di wilayah Medan.
3.9 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan software SPSS 22. Pertama sekali,
peneliti melakukan uji analisis data untuk data hasil kuesioner. Kemudian data diolah dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dan terakhir merupakan uji hipotesis.
Universitas Sumatera utara
52
3.9.1 Uji Analisis Data 3.9.1.1 Uji Validitas
Suatu angket sebagai alat pengumpulan data yang dibuat sendiri oleh peneliti sangat perlu untuk melakukan uji coba sehingga dapat diketahui tingkat
validitasnya. “ Uji validititas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas susatu instrument akan menggambarkan tingkat
kemampuan alat ukur yang digunakan untuk mengungkapkan suatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Dengan demikian permasalahan
validitas instrument angket akan menunjukkan pada mampu tidaknya instrument angket tersebut untuk mengukur objek yang diukur”
Sudarmanto, 2005 : 56.
Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid dan yang gugur,
dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel product moment dengan kriteria sebagai berikut :
− Jika r
hitung
positif dan r
hitung
r
tabel
maka pernyataan tersebut valid. − Jika r
hitung
negatif dan r
hitung
r
tabel
maka pernyataan tersebut tidak valid. − r
hitung
dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total corelation
3.9.1.2 Uji Reliabilitas
“Reliabilitas instrument menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau
keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil ajeg sehingga dapat diandalkan dependability dan dapat digunakan untuk
meramalkan predictability” Sudarmanto, 2005 : 81.
Universitas Sumatera utara
53
Untuk menguji reliabilitas, peneliti menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha
. Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar: a 0,6 tidak reliabel, b0,6-0,7
acceptable, c0,7-0,8 baik, d 0,8 sangat baik. Pengujian reliabilitas ini
dilakukan dengan menggunakan program SPSS release 17.
3.9.2 Uji Asumsi Klasik
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji dari asumsi klasik yang pertama kali dilakukan. Dengan uji normalitas, kita akan mengetahui apakah data penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Apabila syarat terdistribusi normal tidak terpenuhi, maka peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametrik sehingga harus
menggantinya dengan statistik lainnya yang tidak memerlukan persyaratan distribusi normal.
Untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak, ada dua cara untuk membuktikannya, yaitu dengan uji statistik Uji
Kolmogorov Smirnov dan analisis grafik. a. Uji Statistik Uji Kolmogorov Smirnov
Uji statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai tiap variabel dalam penelitian atau nilai Asym.Sig.2-Tailed per variabel 0,05 maka data
penelitian terdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai tiap variabel dalam penelitian atau nilai Asym.Sig.2-Tailed per variabel 0,05 maka data
penelitian tidak terdistribusi normal.
Universitas Sumatera utara
54
b. Analisis Grafik Analisis grafik dilakukan dengan melihat Grafik Normal Probability Plot
Normal P-P Plot. Suatu data penelitian yang normal dapat dilihat dari penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal grafik. Apabila didapati bahwa
titik-titik pada grafik mengikuti garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data penelitian terdistribusi normal. Sebaliknya, apabila didapati bahwa titik-titik
pada grafik tidak mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian tidak terdistibusi normal.
3.9.2.2 Uji Multikolinearitas
“Uji asumsi tentang multikolinieritas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel
bebas independen satu dengan variabel bebas independen yang lainnya” Sudarmanto, 2013:224. Model regresi yang baik di dalam penelitian seharusnya
tidak memiliki korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi apakah data penelitian memiliki korelasi atau tidak
dapat dilihat dengan menggunakan Variance Inflation Factor VIF. VIF merupakan harga koefisien statistik yang menjadi indikator terjadinya korelasi..
Apabila nilai VIF 10 maka variabel di dalam penelitian memiliki gejala multikolinearitas, dan sebaliknya, apabila nilai VIF 10 maka variabel di dalam
penelitian tidak memiliki gejala multikolinearitas.
3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera utara
55
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu di dalam penelitian mempunyai varian yang sama atau tidak. Apabila variabel
pengganggu di dalam penelitian tidak memiliki varian yang sama atau konstan, maka dapat disimpulkan telah terjadi heteroskedastisitas di dalam penelitian.
Penelitian yang bagus adalah tidak mengalami heteroskedastisitas melainkan harus homoskedastisitas.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas di dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode grafik. Di dalam metode grafik,
dasar analisis untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
a. Jika di dalam grafik titik-titik membentuk pola tertentu, teratur, bergelombang, melebar atau menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas di dalam penelitian. b. Jika titik-titik menyebar di atas, di bawah, dan di sekitaran angka nol, maka
dapat disimpulkan heteroskedastisitas tidak terjadi di dalam penelitian.
3.9.3 Uji Hipotesis
Uji analisis regresi linier berganda merupakan pengujian hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas dalam penelitian ini. Model regresi yang dikembangan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = α
+ β
1
X1 + β
2
X2 + β
3
X3 + e Keterangan:
Universitas Sumatera utara
56
Y = Pertimbangan Tingkat Materialitas
α = Konstanta
β
1,2,3
= Koefisien Variabel X1
= Etika Profesi X2
= Independensi X3
= Professional Judgement e
= residual of error
3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel bisa dijelaskan dengan variasi variabel yang lain. Nilai koefisien
ini antara 0 dan 1. Apabila nilai koefisien mendekati angka nol, maka kemampuan variabel independen di dalam mempengaruhi variabel dependen di dalam
penelitian amat terbatas tidak berpengaruh. Kemudian, apabila nilai koefisien mendekati angka satu, maka kemampuan variabel independen memberikan
hampir semua informasi mengenai variabel dependen, artinya variabel independen berpengaruh secara sempurna terhadap variabel dependen.
3.9.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan
menggunakan tingkat signifikansi α 5, maka ketentuannya sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
57
a. Jika nilai signifikansi F tingkat signifikansi 0,05 maka tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
Ho b. Jika nilai signifikansi F tingkat signifikansi 0,05 maka ada pengaruh
signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat Ha
Ketentuan lain dengan menggunakan nilai F
hitung
dan F
tabel
sebagai berikut:
a. Jika nilai F
hitung
≤ nilai F
tabel
, maka tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai F
hitung
nilai F
tabel
, maka ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen terhadap variabel dependen.
3.9.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui secara parsial apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Tingkat
signifikansi yang digunakan di dalam penelitian adalah 5. Berikut ketentuannya: a. Jika nilai signifikansi 0,05 maka secara parsial variabel independen tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika nilai signifikansi 0,05 maka secara parsial variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Ketentuan lain dengan membandingkan t hitung dengan t tabel sebagai
berikut:
Universitas Sumatera utara
58
a. Jika nilai t hitung ≤ t tabel maka tidak ada pengaruh yan g signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen. b. Jika nilai t hitung t tabel maka ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel terikadependen.
Universitas Sumatera utara
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik KAP yang berada di wilayah kota Medan. Auditor yang
berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi partner, manajer, supervisor, auditor senior, maupun auditor junior yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung seperti dengan cara mendatangi responden secara langsung serta secara
tidak langsung melalui perantara kepada responden yang bekerja pada KAP di wilayah Medan dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI. Penyebaran serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 10 November 2014 hingga
10 Februari 2015. Peneliti mengambil sampel sebanyak 10 KAP dari keseluruhan KAP yang
berada di wilayah kota Medan. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 50 buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 31 kuesioner atau 62.
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 19 buah atau 38, hal ini mungkin dikarenakan waktu penyebaran kuesioner yang kurang tepat. Kuesioner yang
dapat diolah berjumlah 31 buah atau 62, sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak diisi secara
Universitas Sumatera utara
60
lengkap oleh responden tidak ada. Hal ini mengingat pengambilan sampel digunakan dengan metode simple random sampling.
Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Frekuensi
Presentase
Jumlah kuesioner yang dikirim Jumlah kuesioner yang tidak kembali
Jumlah kuesiner yang tidak dapat digunakan Jumlah kuesioner yang dapat digunakan
50 19
31 100
38
62
Nama-nama Kantor Akuntan Publik Kota Medan yang dijadikan tempat penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama KAP
Wilayah Kuesioner
dikirim Kursioner
dikembalikan
1. Chatim, Atjeng, Rekan
Medan 5
5 2.
Edward L. Tobing, Madilah Bohori
Medan 5
2
3. Erwin, Zikri, Togar
Medan 5
5 4.
Drs. Johan Malonda Mustika Rekan
Medan 5
5. Drs. Katio Rekan
Medan 5
3 6.
Paul Hadiwinata, Hidajat, Medan 5
5
Universitas Sumatera utara
61 Arsono, Ade Fatma Rekan
7. Drs. Selamat Sinuraya
Rekan Medan
6 6
8. Drs. Syahrun Batubara
Medan 5
3 9.
Lian Dalimunthe Rekan Medan
5 10. Drs. Syamsul Bahri, M.M.,
Ak. Rekan Medan
4 2
Sumber : Data Primer Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP di
Medan sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2010 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI, baik yang mempunyai Nomor
Register Ak maupun tidak, serta pernah melaksanakan pekerjaan. Karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu menurut jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan, dan jabatan dalam KAP. Berikut ini disajikan karakteristik responden menurut jenis kelamin,
usia, jenjang pendidikan dan jabatan.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi
Laki-Laki Perempuan
20 11
64,51 35,48
Sumber: Data primer diolah
Universitas Sumatera utara
62
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 20 orang 64,51 dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang 35,48.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi
Di bawah 30 tahun 30-35 Tahun
36-40 Tahun 41-45 Tahun
Di atas 45 Tahun 17
5
1 8
54,83 16,12
0,00 3.22
25,80 Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia di bawah usia 30 tahun yaitu sebanyak 17 orang 54,83,
dilanjutkan dengan usia di atas 45 tahun sebanyak 8 orang 25,80, berusia antara 30-35 tahun sebanyak 5 orang 16,12 dan yang berusia antara 41- 45
tahun ada 1 orang 3,22.
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan Terakhir Frekuensi
D3 S1
S2 S3
3 25
3 9,66
80,64 9.66
0,00 Sumber: Data primer diolah
Universitas Sumatera utara
63
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari jenjang pendidikan D3 yaitu sebanyak 3 orang 9,66. Untuk jenjang pendidikan
Strata Satu S1 sebanyak 25 orang 80,64. Untuk jenjang pendidikan Strata Dua S2 sebanyak 3 orang 9,66. Dan untuk jenjang pendidikan Strata Tiga
S3 tidak ada.
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Frekuensi
Magang Junior
Senior Manajer
Partner 2
16 9
2 2
6,45 51,61
29,03 6,45
6,45 Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar merupakan auditor junior yaitu sebanyak 16 orang atau sebesar 51,61,
auditor senior sebanyak 9 orang 29,03, auditor partner sebanyak 2 orang atau sebesar 6,45, auditor manajer sebanyak 2 orang 6,45, dan magang sebanyak
2 orang 6,45.
Universitas Sumatera utara
64
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Uji Kualitas Data
4.2.1.1 Hasil Uji Validitas
Uji validitas item merupakan uji instrumen data untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item dapat
dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkapkan suatu yang
ingin diungkap Priyatno, 2014 : 51. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Product
Moment , yaitu dengan cara mengorelasikan skor item pertanyaan dengan skor
total tiap responden. Pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r hitung tabel Pearson correlation dengan r tabel tabel Product
Moment dengan signifikansi 0,05 untuk degree of freedom df = n-2, dimana “n” adalah jumlah sampel penelitian sebanyak 31 responden sehingga diperoleh
nilai df = 29 31-2 atau nilai df dari 29 adalah 0,355. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung r tabel Ghozali, 2005. Hasil pengujian
validitas ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi
Pertanyaan Variabel
r hitung r tabel
Kesimpulan
Butir 1 Etika Profesi
0,348 0,355
Tidak Valid Butir 2
Etika Profesi 0,336
0,355 Tidak Valid
Butir 3 Etika Profesi
0,549 0,355
Valid Butir 4
Etika Profesi 0,571
0,355 Valid
Butir 5 Etika Profesi
0,474 0,355
Valid Butir 6
Etika Profesi 0,518
0,355 Valid
Butir 7 Etika Profesi
0,615 0,355
Valid
Universitas Sumatera utara
65
Butir 8 Etika Profesi
0,620 0,355
Valid Butir 9
Etika Profesi 0,605
0,355 Valid
Butir 10 Etika Profesi
0,263 0,355
Tidak Valid Butir 11
Etika Profesi 0,480
0,355 Valid
Butir 12 Etika Profesi
0,217 0,355
Tidak Valid Butir 13
Etika Profesi 0,315
0,355 Tidak Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Tabel 4.7 diatas menjelaskan bahwa variabel etika profesi mempunyai
kriteria yang tidak valid untuk beberapa item pertanyaan, yaitu butir pertanyaan 1, 2, 10, 12, dan 13 karena nilai kolerasi itemnya di bawah r tabel yaitu
˂ 0,355. Maka butir pertanyaan 1, 2, 10, 12, dan 13 akan dibuang karena dinilai kurang
cermat dalam melakukan pengukuran terhadap variabel etika profesi yang akan diukur. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan selain
butir pertanyaan 1, 2, 10, 12, dan 13 dapat disertakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi
Pertanyaan Variabel
r hitung r tabel
Kesimpulan
Butir 1 Independensi
0,815 0,355
Valid Butir 2
Independensi 0,858
0,355 Valid
Butir 3 Independensi
-,123 0,355
Tidak Valid Butir 4
Independensi 0,347
0,355 Tidak Valid
Butir 5 Independensi
0,835 0,355
Valid Butir 6
Independensi 0,534
0,355 Valid
Butir 7 Independensi
0,325 0,355
Tidak Valid Butir 8
Independensi 0,685
0,355 Valid
Butir 9 Independensi
0,818 0,355
Valid Butir 10
Independensi 0,662
0,355 Valid
Butir 11 Independensi
0,0,741 0,355
Valid Butir 12
Independensi 0,0,741
0,355 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa variabel independensi mempunyai
kriteria yang tidak valid untuk beberapa item pertanyaan, yaitu butir pertanyaan 3,
Universitas Sumatera utara
66
4, dan butir 7 karena nilai kolerasi itemnya di bawah r tabel yaitu ˂ 0,355. Maka
butir pertanyaan 3, 4, dan 7 akan dibuang karena dinilai kurang cermat dalam melakukan pengukuran terhadap variabel independensi yang akan diukur. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan selain butir pertanyaan 3, 4, dan 7 dapat disertakan dalam penelitian berikutnya.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel
Professional Judgement Pertanyaan
Variabel r hitung
r tabel Kesimpulan
Butir 1
Professional Judgement
0,678 0,355
Valid Butir 2
Professional Judgement
0,716 0,355
Valid Butir 3
Professional Judgement
0,605 0,355
Valid Butir 4
Professional Judgement
0,717 0,355
Valid Butir 5
Professional Judgement
0,868 0,355
Valid Butir 6
Professional Judgement
0,780 0,355
Valid Butir 7
Professional Judgement
0,807 0,355
Valid Butir 8
Professional Judgement
0,836 0,355
Valid Butir 9
Professional Judgement
0,611 0,355
Valid Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah
Tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa variabel professional judgement mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan, karena nilai kolerasi
semua item diatas r tabel yaitu 0,355. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing- masing item pertanyaan dapat disertakan dalam penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera utara
67
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas
Pertanyaan Variabel
r hitung r tabel
Kesimpulan
Butir 1 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,555
0,355 Valid
Butir 2 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,542
0,355 Valid
Butir 3 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,707
0,355 Valid
Butir 4 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,515
0,355 Valid
Butir 5 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,313
0,355 Tidak Valid
Butir 6 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,533
0,355 Valid
Butir 7 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,288
0,355 Tidak Valid
Butir 8 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,280
0,355 Tidak Valid
Butir 9 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,444
0,355 Valid
Butir 10 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,724
0,355 Valid
Butir 11 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,555
0,355 Valid
Butir 12 Pertimbangan
Tingkat Materialitas -,212
0,355 Tidak Valid
Butir 13 Pertimbangan
Tingkat Materialitas -,186
0,355 Tidak Valid
Butir 14 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,736
0,355 Valid
Butir 15 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,232
0,355 Tidak Valid
Butir 16 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,409
0,355 Valid
Butir 17 Pertimbangan
Tingkat Materialitas 0,611
0,355 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Tabel 4.10 diatas menjelaskan bahwa variabel pertimbangan tingkat
materialitas mempunyai kriteria yang tidak valid untuk beberapa item pertanyaan, yaitu butir pertanyaan 5, 7, 8, 12, 13, dan butir 15 karena nilai kolerasi itemnya di
Universitas Sumatera utara
68
bawah r tabel yaitu ˂ 0,355. Maka butir pertanyaan 5, 7, 8, 12, 13, dan butir 15
akan dibuang karena dinilai kurang cermat dalam melakukan pengukuran terhadap variabel pertimbangan tingkat materialitas yang akan diukur. Jadi dapat
disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan selain butir pertanyaan 5, 7, 8, 12, 13, dan butir 15 dapat disertakan dalam penelitian berikutnya.
4.2.1.2 Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner Priyatno, 2014 : 64. Maksudnya
adalah apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali.
Uji reliabilitas adalah kelanjutan dari uji validitas, di mana item yang masuk pengujian adalah item yang valid saja. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan teknik cronbach alpha. Dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar: a 0,6 tidak
reliabel, b 0,6-0,7 acceptable, c 0,7-0,8 baik, dan d 0,8 sangat baik Sekaran dalam Wahyudi dan Aida, 1992: 171. Hasil pengujian reliabilitas disajikan pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Jumlah Butir
Pertanyaan Cronbach
Alpha
Etika Profesi 8
0,712 Independensi
9 0,909
Professional Judgement 9
0,894
Universitas Sumatera utara
69
Pertimbangan Tingkat Materialitas
11 0,811
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel etika profesi sebesar 0,712, independensi sebesar 0,909, professional judgement
sebesar 0,894, dan pertimbangan tingkat materialitas sebesar 0,811. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel
karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu
memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya.
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi 4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas pada model regersi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Metode uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dan dengan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual.
Universitas Sumatera utara
70
Gambar 4.1 Grafik Histogram
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah
Universitas Sumatera utara
71 Dengan melihat tampilan grafik normal plot maka dapat disimpulkan bahwa
grafik histogram dengan pola distribusi yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Sedangkan pada grafik
normal P-P Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan
bahwa model regrasi tidak menyalahi asumsi normalitas. Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Uji K-S. Jika tingkat
signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data itu terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil
pengujian Kolmogorov-Smirnov Uji K-S disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 31
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation 3.85871360
Most Extreme Differences Absolute
.144 Positive
.091 Negative
-.144 Test Statistic
.144 Asymp. Sig. 2-tailed
.101
c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil tersebut didukung
Universitas Sumatera utara
72
dengan hasil Uji Kolmogorov pada Tabel 4.12 yang menunjukkan bahwa tingkat signifikan Asymp. Sig. 2-tailed 0,101 0,05 yang berarti data terdistribusi
secara normal.
4.2.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji
multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF.
Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Hasil uji multikolinieritas disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13 Hasil Uji Gejala Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant 10.525
10.387 1.013 .320
Jumlah Skor X1
.794 .184
.595 4.320 .000 .837 1.195
Jumlah Skor X2
-.154 .302
-.098 -.512 .613 .432 2.315
Jumlah Skor X3
.491 .284
.351 1.730 .095 .384 2.602
a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah
Universitas Sumatera utara
73 Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa tidak ada problem multikolonieritas.
Pada variabel etika profesi jumlah skor X1 tollerance 0,837 0,10 sedangkan nilai VIF 1,195 10. Variabel independensi jumlah skor X2 memiliki nilai tollerance
0,432 0,10 sedangkan nilai VIF 2,315 10. Variabel professional judgement jumlah skor X3 memiliki nilai tollerance 0,384 0,10 sedangkan nilai VIF 2,602
10. Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor VIF
juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
heteroskedastisitas. Pada penelitian ini, pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada grafik regresi. Kriterianya yaitu, apabila ada
pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi
heteroskedastisitas dan apabila tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas disajikan dalam gambar 4.3 berikut:
Universitas Sumatera utara
74
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.3 Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi =0,05 yang terdiri dari : pengujian korelasi atau
koefisien determinasi, uji F, dan uji t.
4.2.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel
Universitas Sumatera utara
75 terikat Gustia, 2009 : 16.
Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel- variabel independen, yaitu etika profesi, independensi, dan professional
judgement dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu pertimbangan
tingkat materialitas. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom
adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.756
a
.572 .524
4.067 a. Predictors: Constant, Jumlah Skor X3, Jumlah Skor X1, Jumlah
Skor X2 b. Dependent Variable: Jumlah Skor X4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat hasil analisis regresi secara
keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,756 yang berarti bahwa hubungan antara etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor dengan
pertimbangan tingkat materialitas mempunyai hubungan yang kuat yaitu sebesar 75,6. Sedangkan nilai Adjusted R Square atau nilai koefisien determinasi
sebesar 0,524, yang berarti bahwa variabel independen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 52,4, dan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor
lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.
4.2.3.2 Hasil Uji F Secara Simultan
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera utara
76
secara bersama-sama terhadap variabel terikatdependen. Uji F mengukur kemampuan variabel-variabel independen, yaitu etika profesi, indepensi, dan
professional judgement auditor dalam menjelaskan variasi variabel dependen,
yaitu pertimbangan tingkat materialitas. Hasil pengujian untuk uji F simultan dalah sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis F Simultan
ANOVA
a
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
596.665 3
198.888 12.022
.000
b
Residual 446.690
27 16.544
Total 1043.355
30 a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4
b. Predictors: Constant, Jumlah Skor X3, Jumlah Skor X1, Jumlah Skor X2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa
dari uji F test nilai F hitung sebesar 12,022 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas p-value 0,05 0,000 0,05. Hasil uji
hipotesis menunjukkan bahwa pengaruh etika profesi, independensi, dan professional judgement auditor secara bersama-sama simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas Ha diterima.
4.2.3.3 Hasil Uji t Secara Parsial
Uji statistik t pada dasarnya menujukkan seberapa jauh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Hasil uji t adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera utara
77
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis t Parsial
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant 10.525
10.387 1.013 .320
Jumlah Skor X1
.794 .184
.595 4.320 .000 .837 1.195
Jumlah Skor X2
-.154 .302
-.098 -.512 .613 .432 2.315
Jumlah Skor X3
.491 .284
.351 1.730 .095 .384 2.602
a. Dependent Variable: Jumlah Skor X4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu spss 22 data diolah Berdasarkan tabel 4.15, pada kolom Unstandarized Coefficients bagian B
diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 10,525 + 79,4X
1
- 15,4X
2
+ 49,1X
3
Konstanta sebesar 10,525 menyatakan bahwa jika etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor tidak ada, maka pertimbangan
tingkat materialitas adalah sebesar 10,525. Berdasarkan tabel, diperoleh hasil uji t yang diperlukan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel independen.
Pada kolom signifikansi, etika profesi Jumlah skor X1 memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Variabel independensi
Jumlah skor X2 memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,613, dan variabel professional judgment Jumlah skor X3 auditor memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,95. Dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel etika profesi berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan
tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan, sedangkan variabel
Universitas Sumatera utara
78
independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan, juga untuk variabel professional
judgement tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui bahwa etika profesi Jumlah skor X1 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas Jumlah skor X4. Variabel independensi Jumlah skor X2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas Jumlah
skor X4. Variabel professional judgement Jumlah skor X3 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas Jumlah skor X4.
Pembahasan mengenai hasil uji hipotesis tersebut dibahas sebagai berikut:
1. Etika profesi berpengaruh secara siginifikan terhadap