Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat).

(1)

SKRIPSI

PENGARUH ETIKA PROFESI, INDEPENDENSI, DAN PROFESSIONAL JUDGMENT AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)

OLEH :

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

YOGA SATRIA PRIMA NIM. 090522109


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang bejudul: “Pengaruh Etika

Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan

Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada

Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)”,

adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,

dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

untuk Program Studi S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan

jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Yoga Satria Prima Nim. 090522109


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

melimpahkan berkat dan kasih-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik yang berjudul “Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan

Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas

Dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI

Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)”.

Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Program Studi

Strata 1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama poses penyusunan skripsi ini, Saya banyak memperoleh

bimbingan, dorongan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril

maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Saya ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi sekaligus Dosen Pembimbing atas bimbingan dan arahan Bapak

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1

Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rasdianto, M.S, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Rustam,

M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah


(4)

5. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indoneisa tempat Saya bekerja atas

pemberian izin belajar serta izin pengambilan data dan informasi.

6. Kedua Orang Tua, Drs. Gandi Wartha Manik, S.E, M.E. dan Dorliana

Tambunan. Terima kasih banyak untuk kasih sayang, pendidikan, dan

dukungan berupa nasehat, doa, dan materi yang diberikan kepada Saya.

7. Adik-adik Saya, Raynard Daniel Finantar dan Enia Karina Priskila. Terima

kasih atas dukungan doa, semangat, dan kasih sayang yang diberikan kepada

Saya.

8. Rekan-rekan kerja Pegawai Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia yang telah memberi banyak masukan dan kritik dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Semua teman-teman seperjuangan Program Studi Akuntansi Ekstensi 2009

yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran, motivasi, semangat, dan

bantuan dalam proses penyusunan skripsi.

Akhir kata, Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua

pihak. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat, nikmat,

dan karunia serta memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah diberikan

oleh semua pihak yang banyak membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

Medan, 13 Januari 2012 Penulis

Yoga Satria Prima NIM 090522109


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)”.

Metode penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Populasi adalah seluruh auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat yaitu sebanyak 194 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 131 orang. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden atau kuesioner yang diajukan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17 for

windows. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier

berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0.05) serta uji

koefisien determinasi.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa secara parsial etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat. Demikian halnya dengan secara simultan, juga ditemukan pengaruh signifikan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan. Kekuatan etika profesi, independensi, dan

professional judgment auditor di dalam mengestimasi pertimbangan tingkat

materialitas laporan keuangan sebesar 63.1%, yang artinya pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini sebesar 36.9%.

Kata kunci : Etika Profesi, Independensi, Professional Judgment, Pertimbangan Tingkat Materialitas, Laporan Keuangan


(6)

ABSTRACT

This research is intended to know the influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to materialistic consideration level in the process of financial report audit (An empirical study at BPK auditor the Republic of Indonesia representative of North Sumatera Province, Banten and West Java)”

The method of research was causal associative research. The population was all auditors in BPK Republic of Indonesia, the representative of North Sumatera province, Banten, and West Java for 194 persons and the sample was taken for 131 persons. The research used primary data which was obtained from the answer of the respondents and the questionnaire distributed. The collected data was analyzed using data analysis method by firstly proposing the classical assumption before performing the hypothesis test. Classical assumption test and hypothesis test was done using SPSS software version 16 for Windows. The hypothesis test in this research used multiple regression

linier with t-test and f-test at sig n ifica nce level 5 % (α = 0 ,0 5) a n d

determination coefficient test.

The results of research showed that partially the profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor had significant influence to financial report materialistic level at BPK Auditor Republic of Indonesia, the representative of North Sumatera province, Banten, and West Java. Simultaneously, it was found significant influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to financial report materialistic level. The power of profession etiquette, independency and professional judgment of auditor in estimating financial report materialistic level was for 63,1% which meant that financial report materialistic level was influenced by other variables which were not analyzed in this research estimation model for 36,9%.

Key words : Profession etiquette, Independency, Professional Judgment, Materialistic Consideration Level, Financial Report


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Batasan Masalah ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Etika Profesi ... 7

2.1.1. Pengertian Etika Profesi ... 7

2.1.2. Prinsip Etika Profesi ... 7

2.2 Independensi ... 9

2.2.1. Pengertian Independensi ... 9

2.2.2. Gangguan Independensi ... 10

2.3 Professional Judgment ... 12


(8)

2.4.1. Pengertian Materialitas ... 14

2.4.2. Tahapan Penetapan Materialitas ... 15

2.4.3. Pengelompokan Materialitas ... 16

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16

2.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17

2.6.1. Tujuan Penelitian ... 17

2.6.2. Manfaat Penelitian ... 18

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 18

2.7.1. Kerangka Konseptual ... 18

2.7.2. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 23

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.5 Operasional Variabel Penelitian ... 24

3.6 Metode Analisis Data ... 25

3.7 Jadwal Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBASAHAN 4.1. Hasil Penelitian ... 32

4.1.1.Gambaran Umum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia ... 32


(9)

4.1.3. Analisis Statistik Deskriptif ... 35

4.1.4. Hasil Uji Kualitas Data ... 35

4.1.5. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 40

4.1.6. Hasil Pengujian Hipotesis ... 44

4.2. Pembahasan ... 48

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 50

5.3 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(10)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu ... 16

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 4.1. Pengalaman Audit dan Kompetensi Auditor ... 34

Tabel 4.2. Descriptive Statistics ... 35

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Etika Profesi ... 36

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Etika Profesi ... 37

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Independensi ... 37

Tabel 4.6. Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Independensi ... 38

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Professional Judgment ... 38

Tabel 4.8. Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Independensi ... 39

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Tingkat Materialitas . 39 Tabel 4.10. Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Tingkat Materialitas ... 40

Tabel 4.11. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 42

Tabel 4.12. Hasil Uji Gejala Multikolinearitas ... 43

Tabel 4.13. Variables Entered/Removedb ... 45

Tabel 4.14. Model Summary ... 45

Tabel 4.15. ANOVAb ... 46


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 20

Gambar 4.1. Grafik Histogram... 41

Gambar 4.2. Normal P-P Plot ... 41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 54

Lampiran 2 Tabulasi Hasil Kuesioner ... 58

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ... 62

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ... 67

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 68

Lampiran 6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

Lampiran 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)”.

Metode penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Populasi adalah seluruh auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat yaitu sebanyak 194 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 131 orang. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil jawaban responden atau kuesioner yang diajukan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17 for

windows. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier

berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5% (α=0.05) serta uji

koefisien determinasi.

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa secara parsial etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat. Demikian halnya dengan secara simultan, juga ditemukan pengaruh signifikan etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan. Kekuatan etika profesi, independensi, dan

professional judgment auditor di dalam mengestimasi pertimbangan tingkat

materialitas laporan keuangan sebesar 63.1%, yang artinya pertimbangan tingkat materialitas laporan keuangan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model estimasi penelitian ini sebesar 36.9%.

Kata kunci : Etika Profesi, Independensi, Professional Judgment, Pertimbangan Tingkat Materialitas, Laporan Keuangan


(14)

ABSTRACT

This research is intended to know the influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to materialistic consideration level in the process of financial report audit (An empirical study at BPK auditor the Republic of Indonesia representative of North Sumatera Province, Banten and West Java)”

The method of research was causal associative research. The population was all auditors in BPK Republic of Indonesia, the representative of North Sumatera province, Banten, and West Java for 194 persons and the sample was taken for 131 persons. The research used primary data which was obtained from the answer of the respondents and the questionnaire distributed. The collected data was analyzed using data analysis method by firstly proposing the classical assumption before performing the hypothesis test. Classical assumption test and hypothesis test was done using SPSS software version 16 for Windows. The hypothesis test in this research used multiple regression

linier with t-test and f-test at sig n ifica nce level 5 % (α = 0 ,0 5) a n d

determination coefficient test.

The results of research showed that partially the profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor had significant influence to financial report materialistic level at BPK Auditor Republic of Indonesia, the representative of North Sumatera province, Banten, and West Java. Simultaneously, it was found significant influence of profession etiquette, independency, and professional judgment of auditor to financial report materialistic level. The power of profession etiquette, independency and professional judgment of auditor in estimating financial report materialistic level was for 63,1% which meant that financial report materialistic level was influenced by other variables which were not analyzed in this research estimation model for 36,9%.

Key words : Profession etiquette, Independency, Professional Judgment, Materialistic Consideration Level, Financial Report


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia (BPK RI) bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara,

Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain

yang mengelola keuangan negara. Pemerintah pusat/daerah dan lembaga atau

badan lain yang mengelola keuangan negara/daerah tersebut diwajibkan untuk

menyusun laporan keuangan yang melaporkan pelaksanaan pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara/daerah sekaligus menggambarkan kondisi

keuangan negara/daerah. Hasil akhir dari pemeriksaan oleh BPK RI adalah

pemberian opini mengenai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang Nomor

15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pasal 7 ayat (1) dan (2), hasil

pemeriksaan tersebut akan digunakan oleh para pemakai informasi keuangan

negara/daerah (Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah

(DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk ditindaklanjuti

sesuai dengan peraturan tata tertib masing-masing lembaga perwakilan.

Semakin meluasnya kebutuhan akan pengawasan yang andal terhadap


(16)

menuntut profesi auditor eksternal dalam hal ini BPK RI untuk semakin

meningkatkan kinerjanya secara profesional dan independen agar dapat

menghasilkan produk audit yang dapat menjamin pendistribusian dana yang

merata pada semua sektor publik sehingga efektifitas dan efisiensi penggunaan

dana bisa dipertanggung-jawabkan. Peningkatan kinerja secara profesional

ditempuh dengan menjunjung tinggi nilai-nilai etika profesi auditor yang diatur di

dalam standar profesional dan kode etik profesi.

Kode Etik BPK RI mengamanatkan bahwa setiap anggota BPK RI dan

pemeriksa harus menjunjung tinggi dan mempertahankan independensi, integritas,

dan profesionalitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan

independensi, ia akan bersikap netral dan tidak berpihak serta menghindari

terjadinya benturan kepentingan. Independensi juga berarti adanya pertimbangan

yang objektif untuk merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Dengan

mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi.

Dengan mempertahankan profesionalitas, ia akan menerapkan prinsip

kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan. Dengan adanya kode etik ini, masyarakat akan

dapat menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai dengan

standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.

Pengembangan nilai-nilai etika profesi akan menuntun auditor

menerapkan professional judgment di dalam tugas pemeriksaannya. Definisi

professional judgment berdasarkan ISA 200 (Overall Objective of the Independent

Auditor, and The Conduct of an Audit in Accordance with International Standards


(17)

pengalaman yang relevan, dalam konteks auditing, akuntansi, dan standar etika,

untuk mencapai keputusan yang tepat dalam situasi atau keadaan selama

berlangsungnya penugasan audit.” Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan

bahwa untuk menerapkan professional judgment, seorang auditor dituntut untuk

memiliki kecakapan profesional yang memadai dan pengalaman untuk

melaksanakan tugas pemeriksaan.

Professional judgment auditor tidak terlepas juga dari pengaruh sikap

skeptisisme profesional. Skeptisisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang

percaya atau ragu-ragu (KUBI, 1976). Skeptisisme Profesional dapat digambarkan

sebagai seorang pemeriksa yang tidak boleh menganggap bahwa manajemen

entitas yang diperiksa tidak jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa

kejujuran manajemen tersebut tidak diragukan lagi (BPK RI, 2007). Auditor harus

selalu mengembangkan konsep berpikir yang terus-menerus bertanya dan

mempertanyakan bukti-bukti audit yang dikumpulkan walaupun menurut

anggapannya manajemen entitas yang diperiksa sudah jujur.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang dikeluarkan oleh BPK RI

melalui Peraturan BPK No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara mengungkapkan terdapat tiga jenis pemeriksaan berdasarkan tujuan

pemeriksaannya yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan

atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang

memadai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal


(18)

atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia (BPK RI, 2007). Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas

pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan

efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas (BPK RI, 2007). Pemeriksaan

Dengan Tujuan Tertentu adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan

simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, investigatif,

dan sistem pengendalian internal.

Audit atas laporan keuangan memiliki tiga proses yaitu tahap perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan yang bertujuan memberikan pernyataan opini tentang

tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Salah satu

konsep penting dan mendasar dalam ketiga tahapan pemeriksaan tersebut adalah

konsep materialitas. Untuk mencapai keyakinan terhadap kewajaran informasi

keuangan, maka konsep materialitas merupakan hal yang sangat penting guna

mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan

material terhadap penyajian laporan keuangan. Selain itu keterbatasan waktu,

sumber daya manusia dan biaya juga mengakibatkan auditor tidak mungkin

melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam entitas yang diperiksa sehingga

kebutuhan akan pertimbangan materialitas dalam pemeriksaan menjadi sangat

penting bagi auditor.

Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan


(19)

integritas manajemen atau karyawan dan besarnya entitas yang akan diperiksa),

lingkungan entitas yang diperiksa, dan area dalam laporan keuangan yang menjadi

perhatian khusus pengguna laporan keuangan. Tanpa adanya suatu pelatihan yang

cukup serta pengalaman di dalam situasi audit yang memiliki resiko tinggi, maka

sikap skeptisisme profesional tidak akan terbentuk dan pada akhirnya akan

mengarah kepada judgment yang tidak tepat.

Dalam pelaksanaan audit di lapangan, tingkat materialitas yang telah

ditetapkan pada tahap pembuatan program pemeriksaan dapat berubah seiring

dengan adanya perubahan lingkup pemeriksaan karena adanya perubahan lingkup

pemeriksaan. Jika seorang auditor tidak dapat mempertahankan independensinya

misalnya, karena terlibat di dalam suatu conflict of interest, maka tingkat

materialitas yang ditetapkan tidak akan sesuai dengan tujuan audit yang ingin

dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: “Pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat

diajukan suatu pertanyaan: ”Apakah etika profesi, independensi, dan professional


(20)

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan pembahasan mengenai masalah di atas maka

peneliti memandang perlu untuk memberi batasan masalah agar tujuan penelitian

ini terfokus dan tidak menyimpang dari tujuannya. Adapun batasan masalah

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dimensi yang digunakan sebagai pengukur etika profesi auditor adalah

kepentingan publik, integritas, objektivitas, kehati-hatian profesional (due

professional care), kerahasiaan, dan standar teknis.

2) Professional Judgment yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup hal

mengenai skeptisisme profesional auditor, pengalaman audit, dan kecakapan

profesional auditor.

3) Penelitian ini dilakukan terhadap auditor-auditor dari BPK RI Perwakilan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika Profesi

2.1.1 Pengertian Etika Profesi

Secara umum etika didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau

aturan aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan

tertentu atau individu (Sukamto, 1991 : 1). Menurut Magnis (1989 : 14) dan Keraf

(1991 : 20) bahwa untuk memahami etika perlu dibedakan dengan moralitas.

Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana seseorang harus hidup

sebagai manusia. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkrit tentang

bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai

manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.

Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan

perilaku manusia dalam hidupnya.

2.1.2 Prinsip Etika Profesi

Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI adalah sebagai berikut:

1) Tanggung Jawab Profesional

Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota

harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam

semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan


(22)

3) Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota

harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi

mungkin.

4) Objektifitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian,

kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang

diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh

manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan

praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informas iyang diperoleh

selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak

atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya

7) Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang


(23)

8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar

teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan

dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan

penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan

prinsip integritas dan obyektivitas.

Dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa

Keuangan pasal 29 disebutkan bahwa BPK wajib menyusun kode etik yang berisi

norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan Pemeriksa selama

menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas

BPK. Kode etik tersebut memuat nilai-nilai dasar yang wajib dipatuhi oleh

Anggota BPK dan Pemeriksa, yaitu:

1) Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku.

2) Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

3) Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.

4) Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.

2.2 Independensi

2.2.1 Pengertian Independensi

Independensi menurut American Institute of Certified Public Accountants

(dalam Winarna, 2005) adalah “suatu kemampuan untuk bertindak dengan

integritas dan obyektifitas”. Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) “auditor diharuskan


(24)

pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan didalam hal ia berpraktik

sebagai auditor intern)”. Selanjutnya menurut Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN) (BPK RI, 2007:24) dalam Pernyataan Standar Umum Kedua

disebutkan bahwa “dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan

pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap

mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat

mempengaruhi independensinya.”

2.2.2 Gangguan Independensi

Di dalam SPKN juga dijelaskan bahwa terdapat tiga macam gangguan

terhadap independensi, yaitu:

1) Gangguan Pribadi

Gangguan pribadi adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan

pandangan pribadi yang mungkin mengakibatkan auditor membatasi lingkup

pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala

bentuknya. Gangguan pribadi meliputi antara lain:

a. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak

langsung pada entitas atau program yang diperiksa.

b. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda

sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau

program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa,

dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan

terhadap entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang


(25)

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang

diperiksa.

2) Gangguan Ekstern

Gangguan ekstern adalah gangguan yang berasal dari pihak ekstern yang dapat

membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan auditor

dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaan secara

independen dan objektif. Gangguan ekstern meliputi antara lain:

a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau

mengubah lingkup audit secara tidak semestinya.

b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur

audit atau pemilihan sampel audit.

c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu audit.

d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan

promosi pemeriksa.

3) Gangguan Organisasi

Auditor yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari

gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila melakukan

pemeriksaan di luar entitas tempat ia bekerja.

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut.

1) Independence in fact (independensi dalam fakta)

Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat


(26)

2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan

pelaksanaan audit.

3) Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)

Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan

profesional auditor.

2.3 Professional Judgment

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada latar belakang masalah,

professional judgmentmenurut ISA 200 (Overall Objective of the Independent

Auditor, and the Conduct of an Audit in Accordance with International Standards

on Auditing) (dalam Tuanakotta 2011:89) adalah:

The application of relevant knowledge and experience, within the context provided by auditing, accounting and ethical standards, in reaching decisions appropriate in the circumstances of the audit engagement, and a personal quality, meaning that judgments may differ between experienced auditors (but training and experience are intended to promote consistency of judgment).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa professional

judgment dipengaruhi oleh penerapan pengetahuan dan pengalaman seorang

auditor dalam melaksanakan audit.

Menurut SPKN, pengetahuan digambarkan sebagai kecakapan profesional

yang harus dimiliki oleh auditor. Standar tersebut mensyaratkan seorang auditor

yang melaksanakan audit harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan

auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan


(27)

Menurut Siegel dan Marconi (dalam Tuanakotta, 2011:90) pengalaman

seseorang terhadap suatu objek tertentu adalah salah satu faktor pembentuk sikap.

Tetapi untukmembentuk sikap tersebut pengalaman seseorang haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Menurut Azwar (dalam Tuanakotta, 2011:91)

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

Selain pengalaman dan pengetahuan dalam auditing, profesional judgment

auditor juga ditentukan oleh sikap skeptisisme profesional. Hal ini senada dengan

pernyataan U.S Government Accountability Office (GAO) dalam Government

Auditing Standard yang menyebutkan bahwa professional judgment auditor

didukung oleh penerapan sikap skeptisisme profesional. International Federation

of Accountants (IFAC) mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai berikut:

Skcepticism means the auditor makes a critical assessment, with a questioning mind, of the validity of audit evidence obtained and is alert to audit evidence that contradicts or brings into question the reliability of documents and responses to inquiries and other information obtained from management and those charged with governance

Sikap skeptisisme profesional mempunyai korelasi dengan pengalaman

dalam melaksanakan audit. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Rose (2007) yang membuktikan bahwa auditor yang lebih berpengalaman

terhadap adanya kecurangan akan lebih memperhatikan bukti audit dari laporan

keuangan yang agresif. Oleh karena itu, walaupun seorang auditor telah lama

bekerja dan banyak mendapat penugasan audit tetapi jarang menemui laporan

keuangan dengan fraud yang material maka sikap skeptisisme profesionalnya


(28)

2.4 Materialitas

2.4.1 Pengertian Materialitas

Pengertian materialitas menurut Arens dan Loebbecke (2000:260) adalah

jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi yang

dalam kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat

pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau

terpengaruh oleh salah saji tersebut. Sedangkan pengertian materialitas menurut

Messier, dkk (2005:122) adalah besarnya informasi informasi akuntansi yang

apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang

melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau memengaruhi pertimbangan orang

yang meletakkan kepercayaan pada informasi tersebut. Financial Accounting

Standard Board (1999) menyebutkan bahwa materialitas merupakan besarnya

nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari

keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh

terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi

tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut. Selanjutnya

menurut Standar Akuntansi Pemerintahan materialitas adalah suatu kondisi jika

tidak tersajikannnya atau salah saji suatu informasi akan mempengaruhi

keputusan atau penilaian pengguna yang dibuat atas dasar laporan keuangan.

Materialitas tergantung pada hakikat atau besarnya pos atau kesalahan yang


(29)

2.4.2 Tahapan Penetapan Materialitas

Penetapan materialitas dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporan. Pada tahap perencanaan pemeriksaan, konsep materialitas berperan

sebagai pedoman dalam merencanakan program pemeriksaan. Berdasarkan

petunjuk teknis BPK RI tentang pemeriksaan laporan keuangan, kegiatan tersebut

meliputi:

1) Penentuan Dasar Penetapan Materialitas (materiality base)

2) Penentuan tingkat materialitas (rate of materiality)

3) Penetapan Nilai Materialitas Awal (Planning Materiality/PM)

4) Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi (Tolerable Error/TE)

5) Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal

Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan, konsep materialitas berperan sebagai

pedoman dalam mengevaluasi bukti-bukti pemeriksaan. Tingkat materialitas yang

telah ditetapkan pada tahap perencanaan dapat berubah dengan alasan adanya:

1) Perubahan ruang lingkup pemeriksaan,

2) Informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya

pekerjaan lapangan.

Pada tahap pelaporan, materialitas berperan sebagai pedoman dalam

menentukan opini atas laporan keuangan yang akan diberikan oleh auditor.

Apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material, ia harus

memberitahukan hal itu kepada klien, hingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien

menolak untuk mengoreksi laporan tersebut, pendapat dengan pengecualian atau


(30)

2.4.3 Pengelompokan Materialitas

Berdasarkan petunjuk teknis BPK RI tentang panduan pemeriksaan

laporan keuangan, materialitas dapat dikelompokkan menjadi:

1) Materialitas Kuantitatif

Materialitas kuantitatif adalah materialitas yang menggunakan ukuran

kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah

unit. Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah

saji yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang material.

Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya pengamatan

lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.

2) Materialitas Kualitatif

Materialitas kualitatif adalah materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif

yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan

profesional tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan

pengalaman padasituasi dan kondisi tertentu.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Arleen Herawaty

dan Yulius Kurnia Santoso

( Simposium: 2008)

Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi, dan Pertimbangan Tingkat Materialitas Independen: • Profesionalisme • Pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan

• Etika Profesi Dependen:

• Pertimbangan Tingkat Materialitas

Profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap

pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.


(31)

2. Anny Sri Haryani (Tesis:2010) Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan melalui Dimensi Profesionalisme Independen: • Pengalaman Auditor Moderasi: • Dimensi Profesionalisme Dependen: • Pertimbangan Tingkat Materialitas

• Pengalaman auditor berpengaruh positif secara langsung terhadap dimensi profesionalisme.

• Dimensi profesionalisme memiliki pengaruh positif secara langsungterhadap tingkat materialitas

• Ada pengaruh pengalaman kerja auditor diukur secara tidak langsung terhadap tingkat materialistas dalam proses pengauditan melalui dimensi profesionalisme. 3. Agri Wista Pratiwi

(Skripsi:2010) Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dan Risiko Audit pada Audit Laporan Keuangan Independen: • Profesionalisme Dependen: • Pertimbangan Tingkat Materialitas

• Risiko Audit

Profesionalisme eksternal auditor memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan

4. M. Nizarul Alim, dkk.

(Simposium:2007)

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi

Independen:

• Profesionalisme Moderasi:

• Etika Auditor Dependen:

• Pertimbangan Tingkat Materialitas

• Risiko Audit

• Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

• Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sumber: Diolah Peneliti (2011)

2.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian 2.6.1 Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan pertanyaan yang diajukan dalam

penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris

tentang pengaruh etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor


(32)

2.6.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) auditor, sebagai masukan dan motivasi untuk semakin meningkatkan

independensi, integritas, dan profesionalitas dalam melakukan audit sehingga

dapat menghasilkan laporan audit yang lebih berkualitas dan dapat dipercaya

oleh rakyat. Melalui penelitian ini pula para auditor diberikan gambaran

melalui bukti empiris mengenai pengaruh etika profesi, independensi, dan

professional judgment auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas

dalam proses audit laporan keuangan.

2) dunia akademis, sebagai bahan referensi untuk mengembangkan ilmu auditing

baik dalam teori dan praktiknya.

3) masyarakat, sebagai informasi dan media untuk memahami tugas dan fungsi

auditor dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

pemeriksaan keuangan negara/daerah.

2.7 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.7.1 Kerangka Konseptual

Menurut Sekaran (2000:91) “Kerangka konseptual adalah model

konseptual tentang bagaimana seseorang mendefinisikan atau membuat logika

dari suatu hubungan-hubungan diantara banyak faktor yang telah diidentifikasi

sebagai hal yang penting bagi suatu masalah”. Kerangka konseptual akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara


(33)

independen adalah etika profesi, independensi, dan professional judgment

sedangkan variabel dependen adalah penetapan tingkat materialitas.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan

suatu profesidengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para

anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003). Oleh karena itu diperlukan aturan main

dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang disebut kode etik.

Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty dan Susanto (2008) menunjukkan

bahwa semakin tinggi akuntan publik menaati kode etik maka semakin baik pula

pertimbangan tingkat materialitasnya.

Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox

(1974) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini auditor

independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang

disajikan oleh manajemen. Pemberian opini atas laporan keuangan adalah

berdasarkan pertimbangan tingkat materialitas yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor tidak dapat bebas dari

gangguan-gangguan yang mengancam independensinya, baik itu gangguan-gangguan pribadi, ekstern,

maupun organisasi maka tingkat materialitas yang ditentukan tidak handal.

Professional Judgment auditor akan semakin terasah jika auditor tersebut

mendapat banyak pengalaman yang melibatkan dirinya di dalam situasi yang

emosional. Selain itu penelitian Butts (dalam Herliansyah, dkk, 2006:5)

menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman membuat judgment lebih baik


(34)

Demikian halnya dengan kecakapan profesional yang harus dimiliki oleh

seorang auditor, semakin banyak pelatihan-pelatihan khususnya dalam bidang

akuntansi yang dilakukan oleh auditor akan semakin mendukung proses

pertimbangan tingkat materialitas. Tidak hanya itu pengalaman yang memiliki

kesan yang kuat juga akan membentuk sikap skeptisisme profesional auditor yang

pada akhirnya juga mendukung pertimbangan tingkat materialitas.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7.2. Hipotesis Penelitian

Menurut Sekaran (2000:108), “hipotesis adalah suatu desain awal tentang

hubungan yang logis antara dua atau lebih variabel yang digambarkan di dalam

suatu bentuk pernyataan yang dapat diuji”. Dengan menguji hipotesis dan

Etika Profesi (X1)

Independensi (X2)

Professional Judgment (X3)

Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y)

H1

H2

H3


(35)

hubungan antara variabel-varaibel tersebut maka akan terbangun suatu solusi yang

dapat memecahkan masalah dalam suatu penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat adanya pengaruh Etika Profesi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

H2 : Terdapat adanya pengaruh Independensi terhadap pertimbangan tingkat

materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

H3 : Terdapat adanya pengaruh Professional Judgment terhadap pertimbangan

tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

H4 : Terdapat adanya pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian asosiatif kausal.

Menurut Umar (2008:63) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Peneliti menganalisis pengaruh Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas, dimana etika profesi,

independensi dan professional judgment merupakan variabel yang mempengaruhi,

sedangkan pertimbangan tingkat materialitas merupakan variabel yang

dipengaruhi. Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu tertentu dengan

menggunakan sampel sehingga merupakan penelitian cross sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sekaran (2000:266), “populasi adalah seluruh kelompok orang,

kejadian, atau segala sesuatu yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh auditor (194 orang) yang memiliki latar belakang pendidikan yang

berbeda-beda pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (99 orang),

Banten (43 orang), dan Jawa Barat (52 Orang). Masih menurut Sekaran

(2000:267), “sampel adalah elemen-elemen yang dipilih dari populasi dan

mewakili keseluruhan populasi”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini


(37)

dengan:

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir

(5%)

Sumber sampling: http//dankfsugiana.wordpress.com/2008/07/08/populasi-dan-teknik-

Berdasarkan rumus tersebut didapat sampel sebanyak 131 orang auditor.

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat individu karena

yang diamati adalah persepsi auditor. Penelitian ini menggunakan kuisioner dan

diperkirakan lamanya pengiriman kuesioner hingga mengumpulkannya kembali

memerlukan waktu satu bulan.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang

digali dari hasil penelitian masih merupakan fakta-fakta verbal, atau berupa

keterangan-keterangan saja. Data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk

angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil penelitian maupun hasil

pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif (Teguh, 2005:118).

Peneliti menggunakan data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri


(38)

pengolahan lebih lanjut. Data ini diperoleh dari hasil jawaban para responden atau

kuesioner yang diajukan dimana responden diperkenankan memilih jawaban yang

dianggap paling sesuai dan telah diisi oleh sampel-sampel. Selain itu peneliti juga

menggunakan data sekunder meliputi telaah literatur untuk membentuk landasan

teori, melalui penelitian terdahulu atau teori yang telah ada untuk mengukur

variabel-variabel penelitian. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, jurnal,

internet, dan literatur terkait lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode survey kuesioner. Jenis survey untuk

penelitian ini adalah cross sectional survey yaitu metode pengumpulan data

dimana informasi yang dikumpulkan hanya pada suatu saat tertentu (Kountour,

2004:106). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008:142).

3.5 Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel independen, yaitu “variabel yang mempengaruhi variabel dependen

baik secara positif maupun negatif” (Sekaran, 2000:93). Variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah etika profesi (X1), independensi

(X2), dan professional judgment (X3) yang kemudian dihubungkan dengan


(39)

2) Variabel dependen, yaitu “variabel utama yang akan dianalisis untuk

mendapatkan solusi suatu masalah yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel independen” (Sekaran, 2000:92). Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penetapan tingkat materialitas (Y). Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert 1-5.

3.6 Metode Analisis Data

Sebelum menganalisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih

dahulu ditatapkan metode analisis yang akan digunakan sehingga pelaksanaannya

lebih mudah dan terarah. Adapun metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari:

1) Pengujian kualitas data

a. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menyangkut

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Uji validitas dilakukan pada 30 Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi

Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat yang tidak dijadikan sebagai sampel

dalam penelitian ini

Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid dan yang gugur,

dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r tabel product moment

dengan kriteria sebagai berikut:

− Jika rhitung positif dan rhitung> rtabel − Jika r

maka pernyataan tersebut valid.

hitung negatif dan rhitung < rtabel

− r

maka pernyataan tersebut tidak valid.


(40)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian

disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan

penilaian atas apa yang dia ukur. Untuk menguji reliabilitas, peneliti

menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha. Dimana suatu instrumen

dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar:

(a) <0,6 tidak reliabel, (b)0,6-0,7 acceptable,(c)0,7-0,8 baik, (d) >0,8 sangat

baik. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS

release 17.

2) Melakukan uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat

histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari nilai residualnya.

Dasar pengambilan keputusannya adalah:

− Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistibusi normal,


(41)

− Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : data residual berdistribusi normal,

Ha : data residual tidak berdistribusi normal.

Bila signifikasi > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal dan Ho

diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti distribusi data tidak

normal dan Ha diterima. Data yang tidak terdistribusi secara tidak normal

dapat ditransformasikan agar menjadi normal. Jika data tidak normal ada

beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto

(2004:172), yaitu:

− Dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu Logaritma Natural, akar kuadrat, Logaritma lo,

− Lakukan trimming, yaitu mengubah observasi yang bersifat outlier,

− Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outlier menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya

menjadi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005), “uji ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.” Model regresi


(42)

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen

antara yang satu dengan yang lainnya.

Jika terjadi korelasi sempurna diantar sesama variabel bebas, maka

konsekuensinya adalah:

− Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,

− Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance

dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks

korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai VIF tidak lebih dari

10 dan nilai tolerance tidak kurang 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas

dari multikolinearitas.

Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:

− Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi kuat, maka bisa di pilih A atau B yang dikeluarkan dari

model regresi.

− Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge. c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:11), “uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat

apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual

suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.” Suatu model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk menguji ada


(43)

regresi. Dalam penelitian ini menggunakan metode chart (Diagram

Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa:

− Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang, melebar, kemudian

menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

− Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Pada penelitian ini, uji heterokedastisitas juga dilakukan dengan uji Park. Park

mengemukakan metode bahwa variance merupakan fungsi variabel-variabel

bebas. Suatu model dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas jika koefisien

parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik.

Sebaliknya, jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, hal ini

menunjukkan bahwa data model empiris yang diestimasi tidak terdapat

heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

3) Melakukan uji hipotesis

Hipotesis di uji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model regresi untuk

menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan F (simultan) dan

uji-t (parsial).

a. Uji simultan (Uji-F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama


(44)

Data dianalisis dengan model regresi berganda, yaitu:

e X b X b X b a

Y = + 1 1 + 2 2 + 3 3 +

Keterangan:

Y = Penetapan Tingkat Materialitas a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Etika Profesi X2 = Independensi

X3 = Professional Judgment

e = error-terms (faktor error/gangguan)

Hipotesis yang akan di uji adalah sebagai berikut:

Ho : b1=b2=b3

Ha : b

=0, artinya Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Penetapan

Tingkat Materialitas.

1=b2

− Jika F-hitung < F-tabel untuk α = 5%, maka Ho diterima,

=b3=0, artinya Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment secara bersama-sama berpengaruh terhadap Penetapan

Tingkat Materialitas.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung denganF-tabel

dengan ketentuan sebagai berikut:

− Jika F-hitung < F-tabel untuk α = 5%, maka Ha diterima. b. Uji signifikansi parsial (Uji-t)

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji


(45)

Ho : b1,b2,b3=0, artinya Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap

Penetapan Tingkat Materialitas.

Ha : b1,b2,b3

Tahap Penelitian

= 0, artinya Etika Profesi, Independensi, dan Professional

Judgment secara parsial berpengaruh terhadap Penetapan Tingkat

Materialitas.

Uji ini dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan

ketentuan sebagai berikut:

Jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5%, maka Ho diterima, Jika t-hitung < t-tabel untuk α = 5%, maka Ha diterima.

3.7 Jadwal Penelitian

Perencanaan jadwal penelitian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Agustus

2011

September 2011

Oktober 2011

November 2011

Desember 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul

Pengumpulan Data

Bimbingan dan Perbaikan

Proposal Skripsi Persiapan dan Seminar

Proposal Skripsi Analisis Data Bimbingan dan Penulisan

Skripsi Penyelesaian Skripsi


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI merupakan lembaga pemeriksa

eksternal di bidang Keuangan Negara dan telah mendapatkan dukungan

konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002. Dukungan

tersebut memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di

bidang Keuangan Negara. Bentuk dukungan tersebut yaitu dengan dikeluarkannya

TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan

BPK RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan

peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan

profesional.

Visi BPK RI seperti yang diungkapkan di dalam Rencana Strategis BPK

RI 2011-2015 adalah menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel

dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong

terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Selain

itu BPK RI juga memiliki misi yaitu:

1) Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

2) Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan negara; dan

3) Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk


(47)

Berdasarkan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 F

ayat 1, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dipimpin oleh seorang Ketua dan

Wakil Ketua serta tujuh Anggota Badan yang dipilih oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan

diresmikan oleh Presiden. Pada pasal 23 G ayat 1 disebutkan juga bahwa BPK RI

berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi yang

dipimpin oleh seorang Kepala Perwakilan. Berikut ini merupakan struktur

organisasi BPK RI.

*BPK RI Perwakilan Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat termasuk di dalam perwakilan BPK RI di Wilayah Barat.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (KETUA, WAKIL KETUA, DAN 7 ANGGOTA)

TENAGA AHLI STAF AHLI

Direktorat Utama, Pembinaan, Pengembangan Hukum,

Pemeriksaan Negara

Inspektur Utama Sekretaris Jenderal Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan

Dan Pelatihan

Tenaga Ahli Sekretaris Jenderal Auditorat Utama Keuangan Negara I Auditorat Utama Keuangan Negara II Auditorat Utama Keuangan Negara III Auditorat Utama Keuangan Negara IV Auditorat Utama Keuangan Negara

V Auditorat Utama Keuangan Negara VI Auditorat Utama Keuangan Negara VII Perwakilan-Perwakilan BPK di

Wilayah Barat*

Perwakilan-Perwakilan BPK di


(48)

4.1.2 Pengalaman Audit dan Kompetensi Auditor Tabel 4.1.

Pengalaman Audit dan Kompetensi Auditor

No. Pengalaman Audit dan Kompetensi Jumlah Persentase

1. Lama menjadi auditor di BPK :

a. Kurang dari 3 tahun b. 3 s.d 5 tahun

c. 6 s.d 10 tahun d. 11 s.d 15 tahun e. Lebih dari 15 tahun

28 68 23 11 0 21.7 52.2 17.4 8.7 0.0

Total 131 100.0

2. Jumlah penugasan audit yang pernah ditangani :

a. Kurang dari 10 penugasan b. 11 s.d 20 penugasan c. 21 s.d 30 penugasan d. 31 s.d 40 penugasan e. Lebih dari 40 penugasan

33 71 16 11 0 25.0 54.2 12.5 8.3 0.0

Total 131 100.0

3. Kedudukan di perwakilan Provinsi Sumut

a. Pemeriksan Pertama b. Pemeriksan Muda c. Pemeriksan Madya d. PemeriksanUtama 91 28 12 0 69.5 21.4 9.1 0.0

Total 131 100.0

4. Latar Belakang Pendidikan

a. Akuntasi

b. Ilmu Ekonomi/Studi Pembangunan c. Manajemen d. Hukum 74 19 25 13 56.5 14.5 19.1 9.9

Total 131 100.0

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui sebagian besar responden telah menjadi

auditor selama 3-5 tahun (52.2%), dan < 3 tahun (21.7%), sementara responden

dengan lama menjadi auditor > 15 tahun tidak ada. Mayoritas responden

mengatakan bahwa jumlah penugasan audit yang pernah ditangani 11-20


(49)

memiliki kedudukan sebagai pemeriksa pertama (69.5%). Mayoritas latar

belakang pendidikan responden adalah Akuntansi (56.5%).

4.1.3 Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.2. Descriptive Statistics

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel penelitian (etika

profesi, independensi, professional judgment auditor, dan pertimbangan tingkat

materialitas), peneliti menggunakan tabel statistik deskriptif yang tersaji pada

tabel 4.2. Dari tabel tersebut, berdasarkan jawaban dari 131 responden maka hasil

pengukuran variabel pertimbangan tingkat materialitas (Y) diperoleh skor

jawaban rata-rata (mean) 53.21 dengan standar deviasi 6.277. Hasil pengukuran

variabel etika profesi (X1) diperoleh skor jawaban responden mempunyai rata-rata

31.03 dengan standar deviasi 4.000. Hasil pengukuran variabel independensi (X2)

diperoleh skor jawaban rata-rata 17.44 dengan standar deviasi 2.766. Hasil

pengukuran variabel professional judgment auditor (X3) diperoleh skor jawaban

rata-rata 28.94 dengan standar deviasi 4.589.

4.1.4 Hasil Uji Kualitas Data

Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat

dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk Descriptive Statistics

131 23 40 31.03 4.000

131 12 24 17.44 2.766

131 19 39 28.94 4.589

131 41 67 53.21 6.277

131 Etika Profesi

Independensi

Professional Judgment Pertimbangan Tingkat Materialitas

Valid N (listwise)


(50)

mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan

instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur

reliabilitas dan validitas yaitu uji reliabilitas dengan melihat koefisien Cronbach

Alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing instrumen

penelitian, jika memiliki nilai cronbach alpha ≥ 6 dianggap reliable. Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor butir dengan skor faktor harus

berkorelasi positif, kemudian membandingkan r tabel dengan r hasil dari tiap butir

pertanyaan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 Auditor BPK RI

Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Barat yang tidak dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian ini

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Etika Profesi (X1

Pertanyaan

) a.1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.3.

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Etika Profesi (X1) Corrected Item Total Correation r table Validitas

1 0.692 0,361 Valid

2 0.630 0,361 Valid

3 0.488 0,361 Valid

4 0.677 0,361 Valid

5 0.706 0,361 Valid

6 0.721 0,361 Valid

7 0.650 0,361 Valid

8 0.867 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor

item dengan total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen.

Untuk menguji validitas, butir pernyataan tersebut harus dibandingkan dengan


(51)

sebesar 0,361. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat hasil uji validitas menunjukkan

semua pertanyaan valid karena r hitung > r tabel

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu sebesar 0,895. Berdasarkan hasil ini juga dapat

disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

b. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Independensi (X

pada taraf signifikansi 5%.

a.2. Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 4.4.

Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Etika Profesi (X1)

2)

b.1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.5.

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Independensi (X2

Pertanyaan

) Corrected Item Total Correation r table Validitas

1 0.660 0,361 Valid

2 0.726 0,361 Valid

3 0.743 0,361 Valid

4 0.865 0,361 Valid

5 0.725 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor

item dengan total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen.

Untuk menguji validitas, butir pernyataan tersebut harus dibandingkan dengan

rtabel pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan df = 28, r tabel

Re liability Sta tistics

.895 8

Cr onb ach 's

Alpha N of Items


(52)

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua

pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%.

b.2. Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 4.6.

Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Independensi (X2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu sebesar 0,889. Berdasarkan hasil ini juga dapat

disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

c. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Professional Judgment (X )

3)

c.1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.7.

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Professional Judgment (X3

Pertanyaan

) Corrected Item Total Correation r table Validitas

1 0.812 0,361 Valid

2 0.854 0,361 Valid

3 0.772 0,361 Valid

4 0.754 0,361 Valid

5 0.874 0,361 Valid

6 0.657 0,361 Valid

7 0.838 0,361 Valid

8 0.812 0,361 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor

item dengan total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen.

Untuk menguji validitas, butir pernyataan tersebut harus dibandingkan dengan

rtabel pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan df = 28, r tabel

Re liability Sta tistics

.889 5

Cr onb ach 's

Alpha N of Items


(53)

Re liability Sta tistics

.938 8

Cr onb ach 's

Alpha N of Items

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua

pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%.

c.2. Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 4.8.

Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Independensi (X2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu sebesar 0,938. Berdasarkan hasil ini juga dapat

disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

d. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (X

)

3)

d.1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.9.

Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (X3

Pertanyaan

)

Corrected Item Total Correation r table Validitas

1 0.584 0,361 Valid

2 0.701 0,361 Valid

3 0.798 0,361 Valid

4 0.890 0,361 Valid

5 0.714 0,361 Valid

6 0.814 0,361 Valid

7 0.841 0,361 Valid

8 0.835 0,361 Valid

9 0.810 0,361 Valid

10 0.465 0,361 Valid

11 0.649 0,361 Valid

12 0.749 0,361 Valid

13 0.819 0,361 Valid

14 0.787 0,361 Valid


(54)

Re liability Sta tistics

.952 14

Cr onb ach 's

Alpha N of Items

Kolom Corrected Item Total Correlation merupakan korelasi antara skor

item dengan total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen.

Untuk menguji validitas, butir pernyataan tersebut harus dibandingkan dengan

rtabel pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan df = 28, r tabel sebesar 0,361. Berdasarkan tabel 4.9 terlihat bahwa hasil uji validitas menunjukkan semua

pertanyaan valid karena r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%.

d.2. Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 4.10.

Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas (X2

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Hasil pengujian terhadap reliabilitas kuesioner menghasilkan angka

Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 yaitu sebesar 0,952. Berdasarkan hasil ini juga dapat

disimpulkan item pertanyaan kuesioner memiliki reliabilitas yang tinggi.

4.1.5 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier

berganda. Uji-uji ini terdiri dari uji normalitas data, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas.

)

a. Hasil Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika asumsi


(55)

-3Regression Standardized Residual-2-1012

0510152025

Frequen

cy

Mean = -3.28E-16 Std. Dev. = 0.988 N = 131 Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat MaterialitasHistogram

digunakan peneliti adalah dengan menggunakan analisis histogram dan grafik,

seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Gambar 4.2. Normal P-P Plot

0.00.20.40.60.81.0 Observed Cum Prob 0.00.20.40.60.81.0

Expected Cum Pro

b

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Dengan melihat tampilan histogram maupun grafik normal plot maka


(56)

kiri atau ke kanan menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.

Sedangkan pada grafik normal P-P Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal, dan penyebarannya tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut

menunjukkan bahwa model regrasi tidak menyalahi asumsi normalitas.

Pengujian normalitas data juga dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov

(Uji K-S). Jika tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data itu

terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi

data adalah tidak normal. Hasil pengujian normalitas disajikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

131 .0000000 4.46047704 .076 .033 -.076 .872 .432 N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.11, dapat dilihat bahwa data terdistribusi secara

normal, karena hasil signifikansi variabel pengganggu atau residual adalah 0,432.

Oleh karena nilai p > 0.05 maka diketahui bahwa data adalah normal atau


(57)

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi antara variabel-variabel

independen antara yang satu dengan lainnya. Dalam hal ini, kita sebut

variabel-variabel bebas ini tidak orthogonal. Variabel-variabel-variabel bebas yang bersifat

orthogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama

dengan nol. Hasil uji gejala multikolinearitas disajikan pada tabel 4.12 berikut

ini.

Tabel 4.12

Hasil Uji Gejala Multikolinearitas Coefficientsa

.282 3.546

.312 3.201

.231 4.330

Etika Profesi Independensi

Professional Judgment Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas a.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Dari hasil pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen. Gejala

multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF lebih besar dari 10. Berdasarkan hasil

ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel etika profesi, independensi, dan

professional judgment auditor lolos uji gejala multikolinearitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk pengujian ini


(58)

-4Regression Standardized Predicted Value-2024

-3-2-1012

Regression Studentized Residual

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Scatterplot

gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada

grafik scatterplot di sekitar nilai X1, X2, X3

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Berdasarkan gambar 4.3, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. maka dapat

didimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

4.1.6 Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian dengan

regresi berganda ditujukan dalam tabel-tabel di bawah ini:

dan Y. Jika ada pola tertentu, maka

telah terjadi gejala heterokedastisitas. Hasil pengujian gejala heteroskedastisitas

disajikan dalam gambar 4.3.

Gambar 4.3 Grafik Sctatterplot


(59)

Variables Entered/Removedb Profession al Judgment, Independe nsi, Etika Profesia . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b.

Tabel 4.13

Variables Entered/Removed

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, maka analisis statistik deskriptif adalah

sebagai berikut:

b

a. variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan adalah variabel independen

yaitu etika profesi, independensi, dan professional judgment auditor.

b. tidak ada variabel independen yang dikeluarkan,

c. metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter.

Tabel 4.14 Model Summary

Model Summaryb

.804a .646 .631 3.513

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Professional Judgment,

Independensi, Etika Profesi a.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b.

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2012 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat hasil analisis regresi secara

keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,804 yang berarti bahwa hubungan antara


(1)

Lampiran 5

-3-2-1012 Regression Standardized Residual

0

510

152025

Frequency

Mean = -3.28E-16 Std. Dev. = 0.988 N = 131 Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat MaterialitasHistogram

0.00.20.40.60.81.0 Observed Cum Prob 0.0 0.20.4 0.60.81.0

Expected Cum

Prob

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

131 .0000000 4.46047704 .076 .033 -.076 .872 .432 N

Mean

Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.


(3)

Lampiran 6

Coefficientsa

.282 3.546

.312 3.201

.231 4.330

Etika Profesi Independensi

Professional Judgment Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas a.


(4)

-4-2024 Regression Standardized Predicted Value

-3

-2-101

2

Regression Studentized Residual


(5)

Lampiran 8

Regression

Variables Entered/Removedb

Profession al Judgment, Independe nsi, Etika Profesia . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b.

Model Summaryb

.804a .646 .631 3.513

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Professional Judgment,

Independensi, Etika Profesi a.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b.

ANOVAb

2535.554 3 845.185 41.500 .000a

2586.461 127 20.366

5122.015 130 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Professional Judgment, Independensi, Etika Profesi a.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas b.

Coefficientsa

17.181 2.453 6.801 .000

.377 .186 .240 2.025 .045

.545 .256 .240 2.127 .035

.374 .179 .273 2.084 .039

(Constant) Etika Profesi Independensi Professional Judgment Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas a.


(6)

43.88 63.93 53.21 4.416 131

-2.114 2.427 .000 1.000 131

.408 2.458 .739 .277 131

43.87 63.93 53.27 4.421 131

-12.965 8.226 .000 4.460 131

-2.873 1.823 .000 .988 131

-2.946 1.839 -.006 1.011 131

-13.630 8.371 -.055 4.676 131

-3.040 1.856 -.008 1.021 131

.070 37.573 2.977 4.040 131

.000 .536 .013 .050 131

.001 .289 .023 .031 131

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Pertimbangan Tingkat Materialitas a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

8 94 122

Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat

1 14 159

Pengaruh pengalaman, due professional care, dan independensi auditor terhadap kualitas audit (survey pada auditor inspektorat dan BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)

0 10 1

PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS: BPK-RI PERWAKILAN SUMATERA UTARA.

0 5 21

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS PADA AUDITOR DI BPKP PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 27

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Auditor Kap Di Jawa Tengah

0 6 15

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Auditor Kap Di Jawa Tengah

0 3 15

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN: Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

0 1 41

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang - Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

0 0 11

Pengaruh Etika Profesi, Independensi, Dan Professional Judgment Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan

0 1 13