Kronologi Konflik KPK-Kepolisian RI

55 Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. Masing- masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK. Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.

4.4 Kronologi Konflik KPK-Kepolisian RI

Konflik KPK-Polri tidaklah terjadi begitu saja akan tetapi ada beberapa proses yang mengawali dimana diantaranya adalah sbb: 1. Pada tanggal 13 Januari 2015, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK telah menetapkan status Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka. 2. Komjen Pol Budi Gunawan diduga melakukan tindak pidana korupsi, yakni diduga menerima hadiah atau janji pada saat menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karir Deputi SDM Mabes Kepolisian Republik Indonesia periode tahun 2003-2006 dan jabatan lainnya di Kepolisian Republik Indonesia. Komjen Pol Budi Gunawan diduga telah melanggar Pasal 5 ayat 2, Pasal 11, dan Pasal 12 huruf a atau huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat 1 kesatu KUH Pidana. 4. Pada tanggal 19 Januari 2015, Komjen Pol Budi Gunawan melalui kuasa hukumnya mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK. Universitas Sumatera Utara 56 5. Pada tanggal 23 Januari 2015, Badan Reserse Kriminal Mabes Kepolisian Republik Indonesia menangkap Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dengan tudingan menjadi orang dibalik pemberian kesaksian palsu dalam sengketa pilkada Kotawaringin, Kalimantan Tengah pada tahun 2010. Selanjutnya, 6. Pada tanggal 24 Januari 2015, pimpinan KPK yakni Adnan Pandu Praja Wakil Ketua KPK diadukan ke Badan Reserse Kriminal Mabes Kepolisian Republik Indonesia atas dugaan pemalsuan surat notaris dan penghilangan saham PT. Desy Timber. 7. Pada tanggal 25 Januari 2015, Presiden Joko Widodo membentuk Tim Independen untuk menangani kericuhan KPK dan Kepolisian RI kemudian memberikan rekomendasi kepada Presiden untuk menentukan suatu sikap. Tim Independen yang beranggotakan salah satunya yakni Oegroseno Mantan WakaKepolisian Republik Indonesia, Jimly Assidiqie, Ahmad Syafii Maarif Mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Hikmaanto Juwana 8. Pada tanggal 26 Januari 2015, kembali lagi pimpinan KPK, Zulkarnaen Wakil Ketua KPK diadukan ke kepolisian terkait dengan penghentian penyidikan kasus korupsi dana hibah Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat P2SEM Jawa Timur pada 2008 yang diduga melibatkan Gubernur Jawa Timur. Hal serupa juga menimpa Ketua KPK, Abraham Samad yang dianggap telah melanggar kode etik KPK karena melakukan pertemuan dengan fungsionaris PDIP terkait pencalonan cawapres dari Joko Widodo saat jelang pemilihan presiden 2014. 9. Pada tanggal 02 Februari 2015, Sidang perdana perkara praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas nama pemohon Komjen Pol Budi Gunawan dimulai dan dipimpin oleh hakim tunggal Sarpin Rizaldi. Perkara tersebut terdaftar dengan Universitas Sumatera Utara 57 Nomor.04Pid.Prap2015PN.Jak Sel., namun sidang tersebut ditunda selama sepekan setelah kuasa hukum KPK tidak hadir pada persidangan. 10. Dalam sidang kedua, tanggal 09 Februari 2015, kedua pihak hadir. Pihak Budi Gunawan diminta terlebih dulu menyampaikan dalil permohonan. Pada intinya, kuasa hukum Budi menilai penetapan tersangka kliennya tidak sah. Sedangkan, KPK menilai praperadilan yang diajukan Budi Gunawan bersifat prematur karena dalam Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang mengatur mengenai praperadilan, tak ada aturan mengenai penetapan tersangka. 11. Pada persidangan tanggal 10 Februari 2015, tim kuasa hukum Budi Gunawan menghadirkan empat saksi fakta terdiri dari tiga pejabat Kepolisian Republik Indonesia, yakni dua mantan penyidik KPK AKBP Irsan dan AKBP Hendi Kurniawan, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Bareskrim Budi Wibowo, dan Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Selain itu, pihak Budi juga menyerahkan 73 alat bukti berupa surat, print out berita dari media online, hingga video. 12. Pada persidangan tanggal 11 Februari 2015, sidang praperadilan kembali dilanjutkan dengan menghadirkan saksi ahli dari pihak Budi Gunawan. Saksi yang hadir yakni Guru Besar Hukum Unpad Romli Atmasasmita, Guru Besar Hukum Unpad I Gede Pantja Astawa, Guru Besar Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta Chairul Huda dan Guru Besar Hukum Universitas Khairun Margarito Kamis. 13. Pada persidangan tanggal 12 Februari 2015, KPK hanya menghadirkan satu saksi fakta di persidangan, yakni penyelidik KPK, Iguh Sipurba. Menurutnya, KPK cukup mempunyai dua alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Undang- Undang KPK. KPK sudah Universitas Sumatera Utara 58 mempunyai dua alat bukti yang cukup seperti dokumen, keterangan saksi, hingga Laporan Hasil Analisa dari Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan PPATK. 14. Pada persidangan tanggal 13 Februari 2015, KPK langsung menghadirkan tujuh saksi, terdiri dari empat saksi ahli dan tiga saksi fakta. Empat saksi ahli yakni pakar hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar, pakar filsafat hukum Arief Sidharta, Dosen Hukum Acara Pidana Universitas Indonesia Junaedi, dan pensiunan Jaksa Adnan Pasliadja. Adapun saksi fakta yang dihadirkan yakni mantan Kepala Satgas Koordinasi dan Supervisi KPK Anhar Darwis, pegawai administrasi divisi penyidikan KPK Dimas Adiputra, dan pegawai administrasi divisi penyelidikan KPK Wahyu Dwi Raharjo. 15. Dua pegawai bidang administrasi Komisi Pemberantasan Korupsi, Wahyu Budi Raharjo sebagai pegawai administrasi di Divisi Penyelidikan, dan Dimas Adiputra sebagai pegawai administrasi di Divisi Penyidikan menjadi saksi fakta membenarkan adanya surat perintah penyelidikan sprinlidik yang terbit pada tanggal 2 Juni 2014 dan surat perintah penyidikan sprindik yang keluar pada tanggal 12 Januari 2015 atas kasus yang menjerat Komjen Pol Budi Gunawan. 16. Kemudian pada hari Senin, persidangan tanggal 16 Februari 2015, tepat pukul 10.25 WIB Hakim Sarpin Rizaldi mengabulkan permohonan praperadilan yang diajukan oleh kuasa hukum Komjen Pol Budi Gunawan atas status tersangka yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Tema perdebatan yang paling menonjol dalam konflik KPK dan Kepolisian RI adalah soal kewenangan KPK dalam melakukan Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Komjen Pol Budi Gunawan. Hal ini berkaitan dengan penetapan Universitas Sumatera Utara 59 Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka oleh KPK dengan sangkaan memiliki rekening gendut dan menerima gratifikasi. Jika kita kaitkan dengan peristiwa yang terjadi antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia. Kita harus memisahkan antara penegakkan hukum berkaitan dengan penetapan Komjen Pol Budi Gunawan Calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Abraham Samad Ketua KPK, dan Bambang Widjojanto Wakil Ketua KPK sebagai tersangka serta laporan atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Zulkanaen Wakil Ketua KPK, dan Adnan Pandu Praja Wakil Ketua KPK dan proses politik berkaitan dengan pengisian jabatan KaKepolisian Republik Indonesia. Jangan sampai politik itu sendiri mencampuri penegakkan hukum sehingga proses hukum yang dilakukan tidak akan berjalan dengan murni. Mahasiswa berpandangan bahwa polemik yang terjadi antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia.Masyarakat menuntut adanya tindakan yang cepat agar tidak terlambat dalam menyelamatkan penegakan pemberantasan korupsi di Indonesia. Jika terlambat maka agenda pemberantasan korupsi juga akan terhambat. Sesuai dengan janji Presiden Joko Widodo dalam kampanyenya yang akan menciptakan pemerintahan yang bersih dan professional. Satu hal yang patut diketahui adalah bahwa putusan pra peradilan tidak menjadi justifikasi bahwa Komjen Pol Budi Gunawan bersih dari tuduhan korupsi. Konflik Kepolisian Republik Indonesia dengan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK lebih jauh menimbulkan potensi konflik horisontal di masyarakat. Perseteruan tersebut diduga kuat digalang sejumlah oknum petinggi di Mabes Kepolisian Republik Indonesia dan KPK dengan memanfaatkan lembaga hukum milik Negara. Kegaduhan tersebut disinyalir adanya peran elit politik yang menambah polemik diantara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara 60 Urutan kronologis sejak Budi Gunawan di tetapkan menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang kemudian disusul penetapan tersangka oleh KPK, dan berlanjut dengan penetapan tersangka Komisioner KPK Bambang Widjojanto, dirasa agak janggal dan mengganggu rasionalitas. Konflik antara KPK dan Kepolisian Republik Indonesia yang bisa dikatakan menimbulkan keresahan di masyarakat. Keresahan itu menimbulkan reaksi masyarakat salah satunya muncul 2 dua golongan yakni golongan pendukung KPK dan golongan pendukung Kepolisian Republik Indonesia. Hal ini menimbulkan konflik horisontal yang memanas antara kedua pendukung tersebut. Disisi lain penegakkan pemberantasan korupsi harus ditegakkan dan disisi lain penegakkan hukum juga harus ditegakkan. Jika dibiarkan akan menjadi rakyat tidak akan percaya kepada Pemerintah karena Pemerintah tidak menyelesaikan permasalahan ini dan tidak berlarut-larut. Keputusan Presiden Joko Widodo perihal penunjukkan Badrodin Haiti gantikan Budi Gunawan sebagai calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia merupakan sikap yang patut diapresiasi dari Joko Widodo. Menurut Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa “pencalonan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan SH MSi sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia telah menimbulkan pebedaan pendapat di masyarakat, maka untuk menciptakan ketenangan serta memperhatikan kebutuhan Kepolisian negara Republik Indonesia, untuk segera dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang definitif maka hari ini kami mengusulkan calon baru yaitu Komisaris Jenderal Polisi Drs. Badrodin Haiti untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara 61 Selain masalah calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jokowi juga memutuskan untuk menerbitkan Keppres pemberhentian sementara pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Wijoyanto yang menghadapi masalah hukum maka sesuai dengan UU yang berlaku maka akan mengeluarkan Keppres untuk memberhentikan sementara dua pimpinan KPK” Hal ini sesuai dengan Pasal 32 ayat 2 UU No 32 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang berbunyi, “Dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya”. Perihal pengisian kekosongan kursi pimpinan KPK, Jokowi mengatakan akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Perppu untuk mengangkat tiga anggota sementara pimpinan KPK yaitu mantan Ketua KPK Taufikurahman Ruki, Pakar hukum Prof dr. Indriyanto Senoadji, dan Johan Budi yang saat ini menjabat Deputi Penindakan KPK. Keputusan Presiden Joko Widodo untuk mengakhiri konflik antara dua lembaga mengintsruksikan kepada Kepolisian RI dan meminta kepada KPK untuk mentaati rambu-rambu aturan hukum dan kode etik yang berlaku. Keputusan Jokowi senada dengan rekomendasi Tim 9 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo pada Selasa, 17 Februari 2015, yakni: 1. Tim Konsultatif Independen tetap pada rekomendasi awal agar presiden tidak melantik Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia meski beliau telah dihapuskan status tersangka dalam Putusan Pra Peradilan mengingat putusan Pra Peradilan tidak terkait dengan substansi sangkaan. Tim mengharapkan presiden berupaya agar Budi bersedia mundur dalam pencalonan KaKepolisian Republik Indonesia demi kepentingan bangsa dan negara. Universitas Sumatera Utara 62 2. Presiden segera memulai proses pemilihan calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia agar institusi Kepolisian Republik Indonesia terjaga soliditas dan independensinya serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia terpilih dapat memastikan sinergi dengan lembaga penegak hukum lain. 3. Presiden segera turun tangan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan keberadaan KPK yang sejumlah pimpinannya ditetapkan tersangka dan sejumlah penyidik serta pegawainya ditersangkakan atau terancam ditersangkakan. Tim merasa perlu memberikan masukan kepada Presiden atas adanya kekhawatiran tumbuhnya persepsi negatif publik terhadap Kepolisian Republik Indonesia dengan penetapan tersangka kepada pimpinan, penyidik dan pegawai KPK yang didasarkan kasus-kasus lama dan terkesan tidak substansial. Tim merasa khawatir dengan merosotnya kewibawaan presiden dengan adanya proses kriminalisasi yang terus berlangsung padahal Presiden sudah memerintahkan untuk menghentikannya pada 25 Januari 2015. 4. Presiden perlu memastikan KPK menjalankan fungsi dan tugasnya secara efektif sebagaimana diatur dalam UU KPK sehingga tidak terjadi pelemahan KPK sebagaimana ditegaskan dalam Nawa Cita.

4.5 Profil Informan