Perekat isosianat-poliester metan juga banyak dipergunakan. Isosianat polifungsi direaksikan dengan senyawa polihidroksi poliester tak jenuh atau
fenol membentuk poliuretan bergugus isosianat bebas, yang dapat bereaksi dengan permukaan substrat. Reaksinya dapat sempurna atau parsial selama curing
Hartomo,A.J., 1996.
2.4.1.1 Jenis Perekat Isosianat
Isosianat merupakan bagian yang utama dalam pembentukan poliuretan, ia mempunyai reaktivitas yang sangat tinggi, khusnya dengan reaktan nukleofilik.
Reaktivitas dari poliuretan ditentukan oleh sifat posistif dari atom C dalamn ikatan rangkap yang terdiri dari pada N, C, dan O.
Dalam pembentukan poliuretan adalah sangat perlu memilih isosianat yang sesuai untuk bereaksi dengan poliol karena akan dapat menentukan hasil
akhir, seperti terbentuknya rangkaian biuret, urea, uretana, dan alfanat. Banyak peneliti telah memakai berbagai isosianat untuk mendapatkan hasil akhir
poliuretan yang diinginkan. Isosianat yang umum digunakan dan telah dipasarkan contohnya :
a. Difenilmetana diisosianat MDI MDI adalah turunan dari aniline, reaksi dasarnya yaitu
CH
OCN NCO
CH NH
CH H
2 2
2 2N
2
COCl2 4,4 - diaminodippenylmethane
O
Diphenylmethane 4,4 - diisosianat NH2
Dalam tahap pertama, aniline bersama dengan formaldehid pada konsentrasi yang ada. Asam klorida sebagai katalis, produknya campuran dari
Universitas Sumatera Utara
amine, yang disusun terutama dari 4,4 – diamino difenilmetana dengan jumlah 2,4
– isomer dan macam-macam polim ina lebih kurang 6 kelompok amino setiap molekul. Poliamina mempunyai struktur.
CH 2
CH 2
CH 2
CH 2
H 2
N
Komposisi yang tepat dari campuran terutama tergantung perbandingan aniline formaldehid yang digunakan, ia akan bertambah jumlahnya karena aniline
yang diberikan pada susunan dari diamino difenilmetana. Kadang-kadang campuran amin adalah fraksi bersih yang diberikan 4,4, - diamino difenilmetana
yang mana selanjutnya melalui tahap phosgenasi dari difenilmetana 4,4 diisosianat.
Difenilmetana diisosianat berwujud padat, dengan titik leleh 37 – 38
o
C disamping itu polimer difenilmetana diisosianat juga ada berwujud cair, kedua-
duanya produk yang mempunyai tekanan uap rendah disbanding dengan toluene diidosianat telah digunakan dalam pembuatan elastomer dalam skala pabrik dan
polimer difenilmetana yang paling luas dalam pemakaiannya terutama untuk produk rigid foam.
b. Toluen Diisosianat TDI Toluene adalah bahan pertama dari produksi toluene diisosianat TDI.
Prosesnya boleh bervariasi supaya memberikan hasil dari turunan ispmer yang dikehendaki. Pada proses phosgenasi biasanya mempertimbangkan untuk
mengikutsertakan pada pembentukan dari karbonil klorida didalam keadaan dingin dan produk ini dalam keadaan panas.
R – NH
2
+ COCl
2
R – NHCOCl + HCl
R – NHCOCl
R – NCO + HCl
Universitas Sumatera Utara
Isomer toluena diisosianat adalah campuran cair dalam batas suhu 5 – 15
C dan karena itu biasanya dijumpai sebagai cairan tolilen 2,4
– diisosianat, dan jika dijumpai dalam padatan biasanya dengan titik leleh 22
o
C.
Toluen diisosianat dapat menimbulkan iritasi pada pernapasan dan sangat diperhatikan dalam pengguanaannya. Produknya bermacam-macam lebih dari 80
: 20 campuran isomer yang sangat luas penggunaanya, terutama dalam produksi dari fleksibel foam. 4
– isosianat adalah kelompok paling banyak digunakan yang lebih reaktif disbanding 2 atau 6
– isosianat.
c. Nafialena 1,5 – diisosianat NDI
Naftalena 1,5 – diisosianat adalah turunan dari naftalena
NH2
NH2 NO2
NO2 HNO3
NCO NCO
COCI 2 [H]
80 – 100
C H3SO4
Naphthalene 1,5 - diamine
1,5 - dinitronaphthalene Napthalene
Napthalene 1,5 - diidosianat
Naftalena 1,5 – diisosianat adalah berwujud padat dengan titik leleh 128
C dan mempunyai tekanan uap rendah dari pada toluen diisosianat dan bersifat kurang
toksit dalam penggunaannya, tetapi ia mempunyai sifat yang sensitive. Naftalenen 1,5
– diisosianat digunakan tertama dalam produk elastomer.
Universitas Sumatera Utara
d. HDI Hexametilen diisosianat Hexametilen
diisosianat HDI
dihasilkan melalui
phosgenasi hexametilendiamin
H
2
N – CH
2 6
– NH
COCl
2
→ OCN – CH
2 6
– NCO
Hexametilen diisosianat merupakan cairan yang tekanan penguapannya hamper sama dengan TDI juga bersifat mengganggu pernafasan dan dapat menimbulkan
efek yang berbahaya terhadap kulit dan mata. HDI merupakan salah satu diisosianat yang pertama sekali digunakan dalam pembuatan PU dalam hal ini
dalam pembuatan fiber Hepburn, C., 1991.
2.4.2 Perekat Lignin