Jumlah dan sifat lignin kayu sangat bervariasi bergantung pada jenis kayu, kayu daun jarum softwood atau kayu daun lebar hard wood, lingkaran usia
kayu. Penelitian pada “Douglas-fir: menunjukkan bahwa kayu di bagian tengah batang memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian
tepi batang. Kayu daun tropis mempunyai kandungan lignin lebih tinggi dibandingkan dengan kayu daun dari daerah temperatur sedang. Kandungan lignin
kayu jarum bervariasi antara 24-33 dan kayu daun tropis 26-35. Dalam tanaman bukan kayu kandungan lignin umumnya antara 12-17 Supri, 2000.
Poliuretan diturunkan dari dua jenis lignin, yakni lignin kraft, lignosulfonat dan molase Hatakeyama,H.2005.
2.3.1 Gugus Fungsi Pada Lignin
Lignin mempunyai gugus fungsi antara lain metoksil, hidroksil fenolik, hidroksil non fenolik, karbonil, eter, dan karbosila. Analisis gugus fungsi lignin pada
prinsipnya merupakan analisis gugus fungsi organik yang sulit. Hal tersebut disebabkan oleh sifat lignin yang khas suatu polimer alam dengan struktur rumit,
sifat polifungsi dan kelarutan sangat terbatas Fengel dan wagener, 1985. Lignin mempunyai sifat pertukaran ion karena adanya berbagai macam gugus fungsi
yang membuatnya menjadi substansi yang sangat aktif Rudnitskaya,A.2012.
2.3.2 Gugus Hidroksil Pada Lignin
Suatu monomer lignin mempunyai gugu hidroksil alifatik terminal pada C- γ pada
rantai samping selain gugus hidroksil fenolik pada C
-4
cincin aromatik. Lignin kayu dan bambu mengandung hidroksil alifatik total lebih dari 1,1 molsatuan C
-9
, sedangkan kandungan hidroksil fenolik total pada lignin kayu kurang dari 0,1 mol
persatuan C
-9
. Reaktivitas kimiawi lignin dalam berbagai proses modifikasi sangat dipengaruhi kandungan hidroksil fenolik reaksi dengan formaldehid untuk
produksi bahan perekat. Pengukuran kuantitatif gugus hidroksil fenolik memberikan informasi penting tentang struktur dan reaktivitas lignin Fengel dan
wagener, 1985.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Spektroskopi Infra Merah Pada Lignin
Spektrum lignin menunjukkan sejumlah pita serapan utama yang dapat diperuntukkan secara empiris bagi gugus-gugus struktural, berdasarkan hasil yang
diperoleh dari senyawa model lignin. Pita-pita FTIR khas dengan peruntukan saling mungkin tercantum dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Pita Serapan Penting FTIR Lignin menurut Hergert 1971. Kedudukan cm-1
Pita Serapan Asal 3450-3400
2940-2820 1715-1710
1675-1660 1605-1600
1515-1505 1470-1460
1430-1425 1330-1325
1270-1275 1085-1030
Rentangan OH Rentangan metil dan metilen
Rentangan C=O tak terkonjugasi Rentangan C=O terkonjugasi
Vibrasi cincin aromatic Vibrasi cincin aromatic
Deformasi C-H asimetri Vibrasi cincin aromatic
Vibrasi cincin siringil Vibrasi cincin quaiasil
Deformasi C-H
2
C-O Pita serpan infra merah lignin yang paling karakteristik terdapat pada sekitar
1510 cm
-1
dan 1600 cm
-1
vibrasi cincin aromatik. Daerah bilangan gelombang yang di sebut pertama miskin dalam pita-pita tambahan dan karena itu dapat
digunakan untuk mengkaji adanya lignin dalam sedian-sedian yang tak diketahui.
Hubungan yang berbeda antara intentitas pita-pita serapan pada 1510 cm
- 1
dan 1600 cm
-1
dapat digunakan untuk membedakan lignin kayu lunak dan kayu keras. Dalam senyawa model siringil tak terkonjugasi dan lignin kayu keras.
Intentitas pita-pita serapan tersebut hampir sama, sedangkan dalam senyawa quaiasil tak terkonjugasi dan lignin kayu lunak intentitas pita-pita serapan 1510
cm
-1
jauh lebih tinggi lagi. Serapan quaiasil dan siringil masing-masing terdapat pada sekitar 1270 cm
-1
dan 1330 cm
-1
Fengel dan wagener, 1985.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Isolasi Lignin