BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hutan Indonesia
Kehutanan dan hasil hutan di Indonesia telah dikukuhkan dalam Undang-Undang Kehutanan No. 5 tahun 1967 tanang ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan dan
tidak berubah dalam Undang-Undang Kehutanan yang baru.
Jika rumusan hutan dalam undang-undang dicermati untuk disoroti dari sudut sumber daya ekonomi, ternyata dalam rumusan itu terdapat tiga macam
sumber daya alam, yaitu lahan, vegetasi bersama semua komponen hayatinya, serta lingkungan itu sendiri sebagai sumber daya ekonomi yang pada akhir-akhir
ini tidak boleh diabaikan. Pengembangan peran lingkungan hidup di atas sumber daya majemuk itu, misalnya untuk kepentingan tata air, pembinaan satwa liar,
wisata, ameliorsi iklim dan lain-lain memandang massa kayu dan lahan sebagai modal Wirakusumah,S.,2003.
Pulau-pulau yang tersebar luas di Indonesia ini menjadi tempat bentangan hutan hujan tropis terbesar nomor dua di dunia, yang menckup kurang lebih 109
juta hektar atau 56 persen tanah daratannya. Dari 19 jenis hutan yang telah diidentifikasi sejauh ini, hutan hijau abadi dataran rendah adalah yang paling luas,
mencakup sekitar 55 persen jumlah keseluruhan di pulau-pulau luar jawa Barber,C.V.,1999.
2.1.1 Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan berarti pemanfaatan fungsi hutan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara maksimal. Pada waktu masyarakat manusia belum mengenal
Universitas Sumatera Utara
hubungan komersial secara luas, hutan hanya dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengambil bahan makanan, nabati maupun hewani, atau tempat untuk mengambil
kayu untuk membuat rumah tempat tinggal dan untuk sumber energi.
Pengelolaan hutan untuk menghasilkan kayu berkembang pesat di Negara- negara maju, khususnya Eropa Barat, Skandinavia, dan Amerika Serikat,
sepanjang abad ke-18 dan 19 sampai paruh pertama abad ke-20. System pengelolaan kebun kayu itu yang menempatkan kelestarian hasil sebagai landasan
utamanya, dikenal sebagai sistem pengelolaan hutan modern. Di jawa, sistem tersebut juga dapat terlaksana dengan sukses untuk membuat hutan tanaman jati
Simon,H.,2008.
2.1.2 Hasil Hutan Kayu
Hasil hutan kayu oleh FAO 1993 digolongkan dalam kayu industri dan kayu bakar sebagai satu-satunya hasil hutan bukan kayu industri. Di Indonesia
konsumsi hasil-hasil kayu masih sangat terbatas. Hal itu disebabkan permintaan yang tinggi terhadap kayu bulat disusul permintaan kayu gergajian dan kayu lapis
yang sangat merangsang. Tiga hasil hutan kayu di sini adalah kayu bulat, kayu gergajian, dan kayu lapis Wirakusumah,S.,2003.
2.1.3 Kayu Jati
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi.
Di indonesia, jati digolongkan sebagai kayu mewah fancy wood dan memiliki kelas awet tinggi yang tahan ganggu rayap serta jamur dan awet mampu bertahan
hingga 500 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kayu Jati sumber : kebun-jati.blogspot.com
Dalam sistem klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis Linn. f. Sumarna,Y.2001.
Serbuk gergaji kayu jati mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu. Komponen kimia didalam kayu
mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu juga dengan mengetahuinya kita dapat membedakan jenis kayu. Komponen kimia kayu
jati dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Komponen-komponen Kimia Kayu Jati Komponen Kimia
Kandungan
Selulosa Lignin
Pentosa Abu
Silika 45,5
29,9 14,4
1,4 0,4
Universitas Sumatera Utara
2.2 Polimer