36
budaya. Agar supaaya asas hukum berlaku dalam praktek maka isi asas itu harus dibentuk lebih kongkret. Seperti misalnya asas praduga tak bersalah presumption
of innocent yang telah dituangkan dalam bentuk kongkret yang terdapat dalam ketentuan Pasal 8 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1970 yaitu: “setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, danatau dihadapkan di depan pengadilan, wajib
dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Jika asas hukum telah dirumuskan secara kongkret dalam bentuk peraturan norma hukum, maka ia sudah dapat diterapkan secara langsung pada peristiwanya.
Sedangkan asas hukum yang belum kongkret dirumuskan dalam ketentuan hukum maka ia belum dapat dipergunakan secara langsung dalam peristiwanya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa asas hukum bukanlah kaidah hukum kongkret, tetapi merupakan latar belakang dari peraturan
kongkret, karena ia adalah dasar pemikiran yang umum dan abstrak dan mendasari lahirnya setiap peraturan hukum.
46
B. Asas-asas Umum Dalam Penanaman Modal
Asas hukum bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya. Oleh karena
itu, untuk memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya tidak bisa hanya meihat fakta peraturan-peraturan hukumnya saja, melainkan harus
46
Ibid., hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
37
menggalinya sampai kepada asas-asas hukumnya. Asas hukum inilah yang memberikan makna etis kepada peraturan-peraturan hukum serta tata hukum.
47
Ahli hukum tata negara Belanda, Koopmans mengemukakan perlunya asas-asas dalam pembentukan hukum peraturan perundang-undangan, seperti
perlu adanya asas-asas dalam penyelenggaraan pemerintahan yang patut serta asas-asas dalam penyelenggaraan peradilan yang patut. Ia membagi asas-asas
tesebut ke dalam:
48
1. Prosedur, yaitu pada proses pengambilan keputusan dan pengumuman
hasil akhirnya; 2.
Bentuk dan kewenangan, yang dimaksud dengan bentuk ialah pembagian tertentu dari batang tubuh yang nampak pada pasal-
pasalnya; 3.
Masalah kelembagaan; dan 4.
Masalah isi peraturan.
Berkenaan dengan asas-asas pembentukan hukum peraturan perundang- undangan di Indonesia. A. Hamid S. Atamimi, mengemukakan ada tiga macam
asas yang secara berurutan disusun sebagai berikut:
49
1. Cita hukum Indonesia;
47
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan kelima, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000., hlm 47.
48
A. Hamid S. Atamimi, “peranan Keputusan presiden Republik Indonesia Dalam penyelenggaraan Pemerintah Negara suatu Studi Analisa Mengenai Keputusan Presiden Yang
Berfungsi Pengaturan Dalam Kurung Waku Pelita I – Pelita IV”, Disertasi, Pascasarjana, Jakarta,
1990, hlm. 327.
49
Ibid., hlm, 344.
Universitas Sumatera Utara
38
2. Asas negara berdasarkan atas hukum dan asas pemerintahan
berdasarkan sistem konstitusi; 3.
Asas-asas lainnya.
Oleh karena itu, asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan Indonesia yang patut akan mengikuti pedoman dan bimbingan yang diberikan:
1. Cita hukum Indonesia yang tidak lain Pancasila sila-sila dalam
Pancasila tersebut berlaku sebagai citaidee, yang berlaku sebagai “bintang pemandu”;
2. Norma fundamental negara yang juga tidak lain adalah Pancasila sila-
sila dalam Pancasila tersebut berlaku sebagai norma; 3.
a asas negara berdasarkan atas hukum yang menempatkan undang- undang sebagai alat pengaturan yang khas berada dalam keutamaan
hukum der primat des rechts b asas-asas pemerintahan berdasarkan sistem konstitusi yag
menempatkan undang-undang sebagai dasar batas penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan.
Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 UUPM ditentukan sejumlah asas dalam penanaman modal, yaitu:
Adapun asas- asas atau prinsip-prinsip tersebut diatur dalam Pasal 3 beserta penjelasan UUPM, yakni:
Universitas Sumatera Utara
39
1. Asas Kepastian hukum, artinya asas dalam negara hukum meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam penanaman modal;
2. Asas keterbukaan, artinya asas yag terbuka terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal;
3. Asas akuntabilitas, artinya asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan keentuan peraturan perundang-undangan;
4. Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, artinya
asas perlakuan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan
penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya;
5. Asas kebersamaan, artinya asas yang mendorong peran seluruh
penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat;
6. Asas efisiensi berkeadilan, artinya asas yang mendasari pelaksanaan
penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif dan berdaya saing;
Universitas Sumatera Utara
40
7. Asas berkelanjutan, artinya asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanam modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan melalui penanaman modal
untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang;
8. Asas berwawasan linkungan, artinya asas penanaman modal yang
dilakukan dengan
tetap memperhatikan
dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup; 9.
Asas kemandirian, artinya asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak
menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya oertumbuhan ekonomi; dan
10. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, artinya
asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Kesepuluh asas tersebut yang dituangkan dalam pasal-pasal terkait untuk menjamin tercapainya tujuan yang ditetapkan dalam UUPM. Adapun tujuan dari
penyelenggaraan penanaman modal antara lain
50
: 1.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; 2.
menciptakan lapangan kerja; 3.
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; 4.
meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
50
Pasal 3 ayat 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
41
5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
6. rnendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
rnenggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan
8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Yang perlu diperhatikan bahwa asas hukum penanaman modal tersebut mempertautkan dengan hukum atau undang-undang lain. Bahkan pertautan tidak
saja dikontruksi intra-bidang, melainkan juga antar-bidang seperti ekonomi, perdagangan internasional.
51
Selain asas-asas yang secara jelas diatur dalam Pasal 3 ayat 1 UUPM, terdapat juga asas-asas lainnya yang tidak diatur dalam Pasal 3 ayat 1 tersebut,
antara lain: 1.
Asas pembatasan bidang usaha, yaitu asas yang diatur dalam Pasal 12 UUPM, yang membatasi bidang usaha dalam penanaman modal yang
tebatas pada 3 jenis bidang usaha. 3 jenis bidang usaha tersebut adalah jenis bidang usaha yang dinyatakan terbuka, tertutup, dan yang
dinyatakan terbuka dengan persyaratan, dengan mengacu kepada aturan-aturan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Asas pengutamaan tenaga kerja dalam negeri, yaitu asas yang diatur
dalam Pasal 10 UUPM, yang mengutamakan penyerapan dan
51
Yakub Adi Krisanto, http:gubugpengetahuan.blogspot.com
. Terakhir diunggah pada tanggal 16 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
42
pemberdayaan tenaga kerja dalam negeriWarga Negara Indonesia WNI dari pada tenaga ekrja dari luar negeriWarga Negara Asing
WNA. Pengutamaan tersebut terlihat dari adanya ketentuan yang hanya boleh menempatkan tenaga kerja WNA pada penempatan posisi
tertentu dengan pada akhirnya melakukan pengalihan fungsi tenaga kerja WNA tersebut kepada tenaga kerja WNI, sebagaimana
pengalihan fungsi tersebut sebagai bentuk pengutamaan tenaga kerja WNI dalam sebuah perusahaan penanaman modal.
3. Asas nasionalisasi, asas ini diatur dalam Pasal 7 UUPM, yang
menyatakan bahwa Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanam modal,
kecuali dengan undang-undang. Lalu disebutkan juga dalam hal Pemerintah mmelakukan tindakan nasionalisasi, Pemerintah akan
memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar.
4. Asas divestasi, asas ini diatur dalam Pasal 8 UUPM, yang
menyebutkan penanam modal dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun aset dalam hal ini yaitu aset yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai aset
yang dikuasai negara. 5.
Asas pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi UMKMK, asas yang diatur dalam Pasal 13 UUPM, yang
Universitas Sumatera Utara
43
mewajibkan pemerintah untuk menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK dan menetapkan bidang usaha besar
dengan mempersyaratkan bahwa bidang usaha yang demikian harus bekerja sama dengan UMKMK. Asas tersebut juga menyatakan bahwa
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan UMKMK dengan melakukan program kemitraan, peningkatan daya saing,
pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya. Asas ini semata-mata dimaksudkan
untuk tujuan pengembangan UMKMK.
C. Pengaturan Mengenai Asas Berwawasan Lingkungan Di Indonesia