88
BAB IV PENERAPAN ASAS BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA
PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG USAHA PERIKANAN DI INDONESIA
A. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pengembangan Usaha Perikanan di Indonesia
Dalam melaksanakan tujuan negara kesejahteraan dan mewujudkan keadilan bagi masyarakat nelayan dan industri perikanan di Indonesia, maka
pemerintah harus melaksanakan beberapa prinsip dari negara kesejahteraan. Pertama, cabang produksi yang penting menyangkut hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara. Ikan saat ini merupakan kebutuhan penting bagi gizi pertumbuhan tubuh masyarakat, untuk itu harus dikuasai oleh negara agar
kebutuhan rakyat atas ikan daat diperoleh dengan harga yang terjangkau, tidak memberatkan kehidupan rakyat.
Kedua, usaha-usaha swasta diluar cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat hidup orang banyak diperbolehkan, tetapi negara melakkan
pengaturan, sehingga tidak terjadi monopoli atau oligopoli terhadap perikanan Indonesia dari hulu hingga hilir, atau bentuk-bentuk lain yang merugikan
kesejateraan masyarakat nelayan. Ketiga, negara terlibat langsung dalam usaha-usah kesejahteraan
masyarakat nelayan, seperti secaralangsung menyediakan berbagai bentuk peralatan nelayan, penunjang peningkatan industri perikanan dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
89
Keempat, mengembangkan sistem perpajakan progresig, yaitu sistem pajak yang mengenakan pajak persentasenya semakin tinggi besar bagi PMA
bidang perikann. Kelima, pembuatan kebijakan publik harus diakukan secara demokratis,
dimana negara kesejahteraan menganut sistem demokrasi di dalam pengelolaan negaranya.
90
Amanah dari Pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-sebarnya kemakmuran rakyat, termasuk didalamnya sumber daya ikan. Oleh karena itu usaha pengelolaan perikanan haruslah
diserahkan kepada masyarakat Indonesia sebagaimana amanah dari pasal 29 ayat 1 UUP yang menyebutkan usaha perikanan di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia hanya boleh dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia atau badan hukum Indonesia.
Berdasarkan pasal 29 ayat 1 UUP diatas, maka seluruh kegiatan yang dilakukan dalam pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah Indonesia
meliputi penangkapan, praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran hanya boleh dilakukan oleh warga negara Indonesia. Sedangkan warga negara asing
hanya diperbolehkan melakukan usaha perikanan di wilayan ZEEI dengan berbagai persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 ayat 2 UUP yang
menyebutkan bahwa pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
90
Op. Cit., Ramlan, hlm. 194
Universitas Sumatera Utara
90
pada ayat 1 diberikan kepada orang atau badan hukum asing yang melakukan usaha penangkapan ikan di ZEEI, sepanjang hal tersebut menyangkut kewajiban
Negara Republik Indonesia berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional yang berlaku.
Keterlibatan pihak asing dalam usaha perikanan di Indonesia juga didasarkan pada Pasal 63 UUP yang menyebutkan pengusaha perikanan
mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok nelayan kecil atau pembudi daya ikan kecil dalam kegiatan usaha perikanan.
Pengusaha perikanan dalam hal ini termasuk didalamnya pemodal dalam negeri dan pemodal asing. Dengan ini, maka penanam modal asing dapat melakukan
kemitraan dengan nelayan kecil atau pembudi daya ikan kecil dalam kegiatan usaha perikanan.
Namun dalam melakukan kemitraan, perlu juga memperhatikan ketentuan Pasal 2 Ayat 2 dan Ayat 4 Keputusan Presiden Nomor 127 Tahun 2001
tentang Bidang UsahaJenis Usaha yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar dengan Syarat Kemitraan. Pasal 2 Ayat 2 menyebutkan bahwa
bidangjenis usaha terbuka untuk usaha menangah dan usaha besar dengan syarat kemitraan adalah sebagaimana tercantum pada Lampiran II dari Keputusan
Presiden ini. Lalu Pasal 2 Ayat 4 menyebutkan bidangjenis usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat pula dilakukan oleh usaha menengah atau usaha
besar yang dilakukan dalam rangka penanaman modal asing, kecuali untuk bidangjenis usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing. Sedangkan
Lampiran II menyebutkan bidangjenis usaha yang terbuka bagi usaha menengah
Universitas Sumatera Utara
91
atau usaha besar dengan syarat kemitraan di sektor perikanan budidaya meliputi pembesaran ikan kakap putih, kerapu, mutiara, bandeng, udang, labi-labi, nila dan
kodok lembu. Mengacu kepada konsep hukum perikanan nasional yaitu peningkatan
taraf hidup bagi nelayan dan petani ikan kecil dan Pasal 33 UUD 1945, maka sumber daya perikanan yang menjadi salah satu kekayaan alam Indonesia
haruslah dikuasai oleh negara dan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Dalam menafsirkan makna “ dikuasai oleh negara” dari Pasal 33 UUD
1945, Mahkamah Konstitusi MK mengkonstruksikan 5 lima fungsi negara dalam menguasai cabang-cabang produksi penting yang menguasai hajat hidup
oang banyak serta bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Lima fungsi tersebut adalah:
91
1. Fungsi pengaturan regelendaad : fungsi pengaturan oleh negara
dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama dengan pemerintah, dan regulasi pemerintah eksekutif. Jenis peraturan yang
dimaksud sebagiamana dinyatakan dalam Pasal 7 UU Nomor 10 Tahun 2004, serta Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah
yang bersifat mengatur regelendaad 2.
Fungsi pengelolaan beheersdaad : dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham shareholding danatau melalui keterlibatan langsung
dalam manajemen Badan Usaha Milik Negara BUMN. Dengan kata
91
Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Perkara Nomor 001-021-022PUU- I2003 mengenai Pengujian Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.
Universitas Sumatera Utara
92
lain negara c.q. pemerintah mendayagunakan penguasaannya atas sumber-sumber
kekayaan untuk
digunakan bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3. Fungsi kebijakan beleid: dilakukan oleh pemerintah dengan
merumuskan dan mengadakan kebijakan.\ 4.
Fungsi pengurusan bestuursdaad : dilakukan oleh pemerintah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan,
lisensi dan konsesi 5.
Fungsi pengawasan toezichthoudensdaad: dilakukan oleh negara c.q. pemerintah dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar
pelaksanaan penguasaan oleh negara atas cabang produksi yang penting danatau yang menguasai hajat hidup orang banyak dimaksud benar-
benar dilakukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Termasuk dalam fungsi ini yaitu kewenangan pemerintah pusat melakukan
pengujian Perda. Lebih lanjut MK mengatakan bahwa penguasaan negara atas sumber daya
alam lahir dari konsep hubungan publik. Dikatakan sebagai konsep hubungan publik karena konsepsi penguasaan oleh negara merupakan konsepsi hukum
publik yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 19945, baik di bidang politik demokrasi politik maupun ekonomi demokrasi
ekonomi. Pandangan paham kedaulatan rakyat tersebut, menyatakan bahwa rakyatlah yang diakui sebaga sumber, pemilik dan sekaligus pemegang kekuasaan
tertinggi dala m kehidupan bernegara, sesuai doktrin “dari rakyat, oleh rakyat dan
Universitas Sumatera Utara
93
untuk rakyat”. Pengertian kekuasaan tertinggi tersebut, tercakup pula pengertian kepemilikan publik oleh rakat secara kolektif.
92
Mohammad Hatta merumuskan dikuasai oleh negara tidak berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawah, ordernermen. Namun, kekuasaan negara
terdapat pada membuat peraturan guna kelancaran jalan ekonomi, peraturan yang melarang pula penghisapan orang yang lemah oleh orang yang bermodal.
93
Apabila dikaitkan dengan konsep negara kesejahteraan dan dungsi negara menurut W. Friendman,
94
maka hak penguasaan negara yang dinyatakan dalam Pasal 33 UUD 1945 memposisikan sebagai pengatur dan penjamin kesejahteraan
rakyat. Hak penguasaan negara dalam Pasal 33 UUD 1945, membenarkan negara untuk mengusahakan sumber daya alam yang berkaitan dengan public utilities dan
public services. Masuknya PMA bidang perikanan di Indonesia, bukan memberikan
keuntungan kepada masyarakat malah sebaliknya merugikan, sehingga tujuan pengembangan industri perikanan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
khususnya nelayan Indonesia tidak tercapai. Hal tersebut dapat dilihat pada data Departemen Kelautan dan Perikanan DKP tahun 2004 yang melaporkan bahwa
3,91 juta KK atau 16,42 juta jiwa diantara 8.090 desa pesisir di Indonesia tergolong sebagai penduduk miskin dengan piverty headcount index sebesar
0,32. Dan sampai tahun 2011, Indonesia yang memiliki 76.613 jumlah desa dan
92
Ibid.
93
Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 UUD 1945, Jakarta: Mutiara, 1980, hlm 28.
94
Tri Haryati, dkk., Konsep Penguasaan Negara Di Sektor Sumber Daya Alam Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, Jakarta: Sekretariat Jenderal MKRI dan CLGS FHUI, 2005,
hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
94
dari jumlah tersebut 10.639 desa dikategorikan sebagai desa pesisir, sebagian besar penduduknya hidup dalam garis kemiskinan, termasuk di Papua.
95
Menurut BPS, nelayan Indonesia masuk dalam kategori kaum miskin di Indonesia yang jumlahnya pada 2010 hampir mencapai 31.3 juta jiwa. Sedangkan
data dari Bank Dunia menyebut angka yang lebih besar yaitu 108,78 juta jiwa, dan sampai tahun 2011 jumlah nelayan miskin mencapai 7,87 juta orang atau
25,14 dari jumlah penduduk miskin Indonesia yang mencapai 31,02 juta orang.
96
Berdasarkan uraian diatas,seharusnya negara mengatur tata tertib memanfaatkan sumber daya ikan tersebut, tata tertib penangkapan, tata tertib
pengolahannya, tata tertib pemasarannya, dan tata tertib menjaga kualitas sumber daya ikan, dan diserahkan kepada masyarakat untuk mengelolanya sehingga
masyarakat memiliki hak yang penuh atas pengelolaan perikanan di Indonesia dari hulu hingga hilir, dengan demikian dapat tercapai tujuan penggunaannya untuk
kesejahteraan rakyat.
B. Penerapan Asas Berwawasan Lingkungan Pada Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Perikanan Di Indonesia
Melihat kepada pengertian dari asas berwawasan lingkungan yang terdapat pada Pasal 3 UUPM beserta penjelasan menyebutkan bahwa asas berwawasan
lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan
95
Op. Cit., Ramlan, hlm. 200.
96
Op. Cit., Ramlan,
Universitas Sumatera Utara
95
hidup
97
. Artinya bahwa penanaman modal asing di bidang usaha perikanan di Indonesia haruslah memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Dijelaskan sebelumnya bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29, bahwa
usaha perikanan yang diperbolehkan dikelola pemodal asing hanya usaha penangkapan ikan di ZEEI
98
. Lalu Pasal 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.30MEN2012 menentukan bahwa
usaha perikanan tangkap terpadu terdiri dari usaha perikanan tangkap dengan PMDN dan PMA, dan usaha perikanan tangkap non-penanaman modal
99
. Di Pasal 9 menyebutkan bahwa usaha perikanan terpadu merupakan integrasi antara
kegiatan penangkapan ikan, pengangkutan ikan dengan industri pengolahan ikan. Adapun intergrasi ini untuk meningkatkan mutu, nilai tambah, dan daya saing
produk perikanan di Indonesia.
100
Dengan melihat hal di atas, maka penanaman modal yang dilakukan baik oleh pemodal dalam negeri maupun pemodal asing di bidang usaha perikanan
haruslah memperhatikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun tujuannya yaitu :
101
97
Pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
98
Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
99
Pasal 8 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
100
Pasal 9 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
101
Pasal 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
96
a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup; b.
menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c.
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup; f.
menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup
sebagai bagian dari hak asasi manusia; h.
mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i.
mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j.
mengantisipasi isu lingkungan global.
Penanaman modal asing di bidang usaha perikanan di Indonesia hanya diperbolehkan terhadap penangkapan ikan di ZEEI. adapun penangkapan ikan
yang dilakukan oleh pemodal asing haruslah memperhatikan aspek lingkungan, baik asas penanaman modal maupun instrumen hukum lingkungan hidup yaitu
UU PPLH. Melihat kepada Pasal 4 UU PPLH yang menyebutkan, Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup meliputi pertama perencanaan, kedua pemanfaatan, ketiga pengendalian, keempat pemeliharaan, kelima pengawasan, dan keenam
Universitas Sumatera Utara
97
penegakan hukum
102
. Maka Penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing haruslah memperhatikan ke-enam 6 aspek diatas.
Pertama perencanaan, penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing di Indonesia haruslah melalukan perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui tahapan : a.
inventarisasi lingkungan hidup; b.
penetapan wilayah ekoregion; dan c.
penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup atau RPPLH.
103
Kedua pemanfaatan, penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing di Indonesia haruslah melakukan pemanfaatan sumber daya alam
berdasarkan RPPLH. Adapun pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan
memperhatikan : a.
keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup; b.
kebrlangsungan produktivitas lingkungan hidup; dan c.
keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
104
Ketiga pengendalian, penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing di Indonesia haruslah melakukan pengendalian pencemaran danatau
kerusakan lingkungan hidup dalam rangkat pelestarian fungsi lingkungan hidup.
102
Pasal 4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
103
Pasal 5 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
104
Pasal 12 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
98
Adapun pengendalian pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup meliputi :
a. pencegahan pencemaran danatau kerusakan lingkungan;
b. penanggulangan pencemaran danatau kerusakan lingkungan; dan
c. pemulihan fungsi lingkungan hidup.
Keempat pemeliharaan, penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing di Indonesia juga harus melakukan pemeliharaan lingkungan hidup.
Pemeliharaan lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya penurunan atau
kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perbuatan manusia
105
. Pelestarian lingkungan hidup dilakukan melalui upaya :
106
a. konservasi sumber daya alam, yaitu pengelolaan sumber daya alam
untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai serta keanekaragamannya.
107
konservasi sumber daya alam meliputi : 1
perlindungan sumber daya alam; 2
pengawetan sumber daya alam; dan 3
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
108
105
Penjelasan Pasal 57 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
106
Pasal 57 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
107
Pasal 1 butir 16 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
108
Pasal 57 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
99
b. pencadangan sumber daya alam, adapun sumber daya alam disini
maksudnya adalah sumber daya alam yang tidak dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu.
c. pelestarian fungsi atmosfer, meliputi :
109
1 upaya mitigas dan adaptasi perubahan iklim;
2 upaya perlindungan lapisan ozon; dan
3 upaya perlindungan terhadap hujan asam.
Kelima pengawasan, pengawasan penangkapan ikan yang dilakukan oleh penanam modal asing di Indonesia dilakukan oleh menteri, gubernur, atau
bupatiwalikota. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU PPLH yang menyebutkan bahwa Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai dengan
kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
110
Dan terakhir yang keenam penegakan hukum, penegakan hukum dilakukan agar menimbulkan efek jera dan perbuatan perusakan lingkungan tidak
tejadi kembali. Penegakan hukum ini dibagi atas penegakan hukum administrasi, penegakan hukum perdata dan penegakan hukum pidana.
109
Pasal 57 ayat 40 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
110
Pasal 71 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
100
C. Sanksi Administrasi Atas Pelanggaran Asas Berwawasan Lingkungan Pada Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Perikanan
Dijelaskan sebelunya bahwa pengertian dari asas berwawasan lingkungan yang terdapat pada Pasal 3 UUPM beserta penjelasan menyebutkan bahwa asas
berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup
111
. Artinya bahwa penanaman modal asing di bidang usaha perikanan di Indonesia juga terikat kepada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang PPLH. Sebagai hukum fungsional fungsioneel rechtsgebeid, UU PPLh
menyediakan tiga macam penegakan hukum lingkungan, yaitu penegakan hukum administrasi, perdata, dan pidana.
112
Diantara ketiga bentuk penegakan hukum yang tersedia, penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya penegakan hukum terpenting. Hal ini karena
penegakan hukum administrasi lebih ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan. Disamping itu, penegakan hukum
administrasi juga bertujuan untuk menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.
113
111
Pasal 3 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
112
Takdir Rahmadi, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Surabaya: Airlangga University Press, 2003, hlm. 131
113
Sukanda Husin, Peranan Hukum Pidana dalam Memerangi Kejahatan Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, hlm. 501
Universitas Sumatera Utara
101
Penegakan hukum administrasi mempunyai fungsi sebagai instrumen pengendalian, pencegahan, dan penanggulangan perbuatan yang dilarang oleh
ketentuan-ketentuan lingkungan hidup. Melalui sanksi administrasi dimaksud agar perbuatan pelanggar itu dihentikan, sehingga sanksi administrasi merupakan
instrumen yuridis yang bersifat preventif dan represif non-yustisial untuk mengakhir atau menghentikan pelanggaran ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
114
Selain bersifat represif, sanksi administrasi juga mempunyai sifat reparatoir, artinya memulihkan keadaan semula. Oleh karena itu, pendayagunaan
sanksi administrasi dalam penegakan hukum lingkungan penting bagi upaya pemulihan media lingkungan yang rusak atau tercemar.
115
Penegakan hukum perdata merupakan upaya penegakan hukum terpenting kedua setelah hukum administrasi karena tujuan dari penegakannya hanya
terfokus pada upaya permintaan ganti rugi oleh korban kepada pencemar atau perusak lingkungan. Namun, upaya penegakan hukum perdata merupakan upaya
hukum yang meringankan tugas negara, artinya negara tidak perlu mengeluarkan biaya penegakan hukum law enforcement cost karena penegakan hukum disini
dilakukan oleh rakyat dan otomatis biayanya juga ditanggung oleh rakyat.
116
114
Masrudi Muchtar, Sistem Peradilan Pidana Di Bidang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta: Jakarta Pusaka, 2015, hal. 102.
115
Ibid.
116
Julian Conrad Juergensmeyer, Control of Air Pollution Through the Assertion of Private Right, Duke Law Jurnal 1126, 1967., hlm. 1155.
Universitas Sumatera Utara
102
Penegakan hukum pidana dipandang sebagai ultimum remidium atau upaya hukum terakhir karena penegakan hukum disini ditujukan untuk
menjatuhkan pidana penjara atau denda kepada pelaku pencemaran danatau perusak lingkungan hidup.
117
Jadi, penegakan hukum pidana tidak berfungsi untuk mempebaiki lingkungan tercemar. Namun demikia, penegakan hukum pidana ini
dapat menimbulan faktor penjara deterrant factor yang sangat efektif, oleh karena itu dalam praktiknya penegakan hukum pidana selalu diterapkan secara
selektif.
118
Adapun jenis sanksi administrasi yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH adalah sebagai berikut :
1. Teguran Tertulis.
Sanksi administrasi teguran tertulis adalah sanksi yang diterapkan kepada penanggung jawab usaha danatau kegiatan dalam hal telah terjadi
pelanggaran peraturan perudang-undangan dan persyaratan yang ditentukan dalam izin lingkungan. Namum pelanggaran tersebut baik
secara tata kelola lingkungan hidup yang baik maupun secara teknis masih dapat dilakukan perbaikan dan pula belum menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan hidup. Pelanggaran tersebut harus dibuktikan dan dapat dipastikan belum menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup berupa pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup.
117
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Pidana Lingkungan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hlm. 126.
118
Op. Cit., Sukanda Husin, hlm 502
Universitas Sumatera Utara
103
2. Paksaan Pemerintah.
Paksaan pemerintah adalah sanksi administratif berupa tindakan nyata untuk menghentikan pelanggaran danatau memulihkan dalam
keadaan semula. Penerpan sanksi paksaan pemerintah dapat dilakukan terhadap penanggung jawab usaha danatau kegiatan dengan terlebih
dahulu diberikan teguran tertulis. Sanksi paksaan pemerintah dapat dijatuhkan dalam bentuk :
a Pengehentian sementara kegiatan produksi;
b Pemindahan sarana produksi;
c Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d Pembongkaran;
e Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi
menimbulkan pelanggaran; f
Penghentian sementara seluruh kegiatan, danatau g
Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
119
Adapun penerapan sanksi paksaan pemerintah dapat dijatuhkan pula tanpa didahulukan dengan teguran tertulis apabila pelanggaran yang
dilakukan menimbulkan :
119
Pasal 80 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Universitas Sumatera Utara
104
a Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan
hidup; b
Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihetikan pencemaran danatau perusakannya; danatau
c Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak
segera dihentikan pencemaran danatau perusakkannya.
120
3. Pembekuan izin Lingkungan.
Sanksi administratif pembekuan izin lingkungan adalah sanksi yang berupa tindakan hukum untuk tidak memberlakukan sementara izin
lingkungan yang berakibat pada berhentinya suatu usaha danatau kegiatan. Pembekuan izin lingkungan ini dapat dilakukan dengan atau
tanpa batas waktu. Penerapan sanksi Administratif pembekuan izin lingkungan
diterapkan apabila penanggung jawab usaha danatau kegiatan: a
Tidak melaksanakan paksaan pemerintah; b
Melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dala izin lingkungan serta izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup; danatau c
Dugaan pemalsuaan dokumen persyaratan izin lingkungan danatau izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
121
120
Pasal 80 ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Universitas Sumatera Utara
105
4. Pencabutan izin lingkungan.
Sanksi pencabutan izin lingkungan diterapkan apabila penanggung jawab usaha danatau kegiatan :
a Memindah tangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari pemberi izin usaha; b
Tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh paksaan pemerintah yang telah diterapkan dalam waktu tertentu; danatau
c Telah menyebabkan terjadinya pencemaran danatau kerusakan
lingkungan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia.
122
121
Pasal 4 ayat 4 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
122
Pasal 4 ayat 5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan Sanksi Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Universitas Sumatera Utara
106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, antara lain :
1. Asas hukum merupakan dasar-dasar umum yang terkandung didalam
peraturan hukum, dan dasar-dasar umum tersebut merupakan suatu yang mengandung nilai-nilai etis. Asas hukum yang melatarbelakangi
terbentuknya norma hukum. Dalam praktek, terdapat norma hukum yang dapat dikembalikan kepada suatu asas tetapi ada kalanya juga tidak. Jadi
suatu asas merupakan suatu alam pikiran atau cita-cita ideal yang melatarbelakangi pembentukan norma hukum yang kongkret dan bersaifat
umum atau abstrak. Asas hukum memberikan makna etis kepada peraturan-peraturan hukum serta tata hukum. Begitu juga terhadap
penanaman modal asing. Dalam penanaman modal asing juga terdapat asas hukum yang mengikatnya, salah satunya adalah asas berwawasan
lingkungan. Asas ini dapat kita jumpai di dalam Pasa 3 UUPM.. Asas ini menyebutkan bawah dalam penanaman modal yang dilakukan tetaplah
memperhatikan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Maka secara tidak langsung asas ini menyerukan dalam penanaman modal juga
Universitas Sumatera Utara
107
terikat kepada hukum lingkungan, yaitu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup.
2. Penanaman modal sebagai sarana mencari modal baik dari dalam negeri
maupun luar negeri untuk membiayai pembangunan. Kehadiran investor asing mutlak diperlukan untuk membiayai pembangunan yang ada di
Indonesia. Namun, walaupun negara membutuhkan modal asing yang cukup banyak bukan berarti semua bidang bebas dimasuk oleh modal
asing. Termasuk didalamnya bidang usaha perikanan. Dibidang usaha perikanan hanyak satu bidang yang dapat dimasuki oleh modal asing, yaitu
usaha penangkapan ikan yang dilakukan di ZEEI, itupun harus dilakukan dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Selain daripada itu di bidang
usaha perikanan hanya boleh dilakukan pemodal dalam negeri maupun nelayan kecil.
3. Asas berwawasan lingkungan merupakan asas menghubungkan antara
penanaman modal dengan UU PPLH. Begitu juga terhadap penanaman modal di bidang usaha perikanan harus juga memperhatikan lingkungan
hidup. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh pemodal aisng haruslah memperhatikan aspek-aspek yang diatur dalam UU PPLH. Aspek-aspek
tersebut antara lain yaitu aspek perencanaan, aspek pemanfaatan, aspek pengendalian, aspek pemeliharaan, aspek pengawasan dan aspek
penegakan hukum. Didalam praktek, pasti ada pihak-pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan, temasuk juga dibidang perikanan ini.
Sebagai hukum fungsional , UU PPLH menyediakan tiga macam
Universitas Sumatera Utara
108
penegakan hukum lingkungan, yaitu penegakan hukum administrasi, perdata dan pidana. Penegakan hukum administrasi dianggap yang
terpenting karena ditujukan untuk mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran sebagai berikut : 1.
Perlunya pembentukan suatu norma baru atau yang menyebutkan secara jelas bahwa penanaman modal haruslah memperhatikan lingkungan hidup.
Sehingga disetiap penanaman modal baik yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing dilakukan dengan
memperhatikan lingkungan. 2.
Perlunya membuat norma hukum yang jelas mengenai sektor-sektor apa saja yang diperbolehkan dimasuki modal asing di bidang perikanan.
sehingga penegakan hukumnya lebih mudal dan tak berbelit-belit dengan peraturan yang ada.
3. Perlunya memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran atas asas
berwawasan lingkungan ini. Hal ini agar kedepannya tidak ada lagi pemodal asing yang melakukan pelanggaran dengan melakukan
pencemaran danatau perusakan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB II ASAS BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM HUKUM INDONESIA
A. Keberadaan Asas Hukum Dalam Norma Hukum