Brunei Darussalam di bawah kepemiimpinan sultan Bolkiah V (1485-1524)

(1)

i

BRUNEI DARUSSALAM DI BAWAH KEPEMIMPINAN

SULTAN BOLKIAH V

(

1485-1524

)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi Syarat mendapat Gelar Sarjana (S1) Humaniora

OLEH: Ruliyadi NIM: 106022000921

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v Abstrak Ruliyadi

Brunei Darussalam Di bawah Kepemimpinan Sultan Bolkiah V (1485-1524 )

Brunei Darussalam terletak di pantai barat-laut pulau Kalimantan“ Borneo”, dan berbatasan dengan Serawak di sebelah barat daya, Sabah di sebelah timur laut, sedangkan di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan negara Indonesia. Sedangkan bahasa yang digunakan ialah Melayu, China, dan Inggris. Adapun agama yang berlaku ialah Islam suni dan Bhuda. Ibu kota Brunei Darussalam adalah Bandar Sri Begawan. Brunei adalah sebuah negara kaya dengan sistem pemerintahan kesultanan.

Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini terbukti dengan adanya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan keberadaannya sebelum menjadi sebuah kesultanan Brunei. Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi, Brunei di sebut dengan Po-li, Po-lo,Pu-ni dan Bunlai.

Perkembangan Islam di Brunei mulai terlihat dari masuk Islamnya raja Awang Alak Betatar setelah menikah dengan putri raja Johor. Dan mengganti nama dengan Muhammad Shah. Kesultanan Brunei terus mengalami kemajuan terlebih masa Sultan Syarif Ali. Perkembangan kesultananan Brunei Darussalam dalam bidang ekonomi didukung dengan letak yang strategis dan alam yang sangat mendukung, pelabuhannya aman dari angin ribut dan menjadi tempat transit kapal-kapal asing. Kesultanan Brunei Darussalam mengalami puncak kemajuan pada masa Sultan Bolkiah V (1485-1524) ia terkenal dengan sebutan Nahkoda Ragam karna kegemarannya mengembara . Di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V Brunei menjadi Negara maju bahkan meliputi Sulu dan Filipina.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lebih dalam bagaimanasejarah kesultanan Brunei Darussalam dan perkembangan Islam di Negara tersebut, menguraikan apa saja kemajuan ekonomi yang dicapai Kesultanan Brunei saat di pimpin oleh Sultan Bolkiah V . Penelitian ini menggunakan metode historis yang bersifat deskriftif analitis. Tahapan yang di tempuh dalam penelitian ini terdapat 4 tahapan, diantaranya: Heuristik (Pengumpulan data), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Analisis sejarah) dan Historiografi (Penulisan Sejarah).


(6)

vi

Daftar Lampiran

Lampiran 1 : Peta Negara Brunei Darussalam

Lampiran 2 : Peta Brunei berdasarkan sejarah China

Lampiran 3 : Peta alur perdagangan laut Brunei-China

Lampiran 4 : Gambar Batu Tarsilah

Lampiran 5 : Silsilah Sultan-sultan Brunei Darussalam

Lampiran 6 : Gambar Kronologi Perkembangan Islam di Brunei

Lampiran 7 : Silsilah Raja-raja Brunei

Lampiran 8 : Gambar Makam Sultan Bolkiah V

Lampiran 9 : Peta wilayah Brunei masa Sultan Bolkiah V

Lampiran 10 : Gambar pedang si Bongkok

Lampiran 11 : Peta Kedatangan Islam di Asia Tenggara

Lampiran 12 : Gambar Batu Nisan Pu Zhong Min

Lampiran 13 : Peta Brunei abad 17 India Timur


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT semata. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan pada muara ilham, lautan ilmu yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.Amin

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa terimah kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Sholikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.

5. Seluruh Staff dan Pegawai Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

viii

6. Untuk kedua orangtuaku, Ibu dan Bapak yang telah memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Kakak dan adik penulis, Omsih Sukaisih, Ali Sadikin, De umi azizah, Yogi, Yusron, Terimakasih atas semangat dan doanya.

8. Seluruh Kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khusunya angkatan 2006, Konsentrasi Asia Tenggara, dan Konsentrasi Timur Tengah terimakasih atas Saran, Kritik, serta bantuan moril yang tak terhingga sehingga penulis dengan mudah melewati waktu dalam menyusun skripsi ini. 9. Kawan- kawan KKN kelompok 8 dan Kawan-kawan ISMI (Ikatan Silaturahmi

Alumni Al-Istighotsah), terimakasih atas kebersamaannya.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mendukung serta membimbing dan mengarahkan Penulis hingga terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca sekalian dan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Ciputat, 19 Oktober 2011


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pengesahan Panitia Ujian ...iii

Lembar Pernyataan ... iv

Abstrak ... v

Daftar Lampiran ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II Sejarah Berdirinya Kesultanan Brunei Darussalam A. Sejarah awal kesultanan Brunei Darussalam ... 11

1. Letak Geografis dan Sejarah berdirinya ... 11

B. Sejarah Masuknya Islam di Brunnei Darussalam ... 16

1. Kondisi Sosial, Ekonomi dan keagamaan ... 16


(10)

x BAB III Riwayat Hidup Sultan Bolkiah V

A. Silsilah Keluarga ... 24 B. Pendidikan ... 28 C. Kemashuran ... 29 BAB IV Kiprah Sultan Bolkiah V di Brunei 1485-1524

A.Perluasan Wilayah ... 32 B. Proses Islamisasi ... 34 C. Kemajuan Bidang Ekonomi ... 39 BAB IV Penutup

A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 47 Daftar Pustaka ... 49 Lampiran-lampiran


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam diperkenalkan ke wilayah Asia Tenggara dan berkembang dalam bentuk yang sangat berbeda, Harus diakui bahwa di Asia Tenggara penyebaran Islam melalui media perdagangan dan sufi.1 Karakteristik terpenting Islam di Asia Tenggara itu adalah mempunyai watak yang damai, ramah dan toleran.2

Asia Tenggara adalah wilayah kepulauan yang letaknya sangat strategis untuk jalur perdagangan dan penyebaran Islam di kawasan Melayu. Islam sendiri datang di kawasan Melayu diperkirakan pada sekitar adab ke-7, kemudian mengalami perkembangan secara intensif yang diperkirakan terjadi mulai abad ke-13.3 Kontak perdagangan ini menghasilkan tempat-tempat perniagaan, salah satunya ialah Malaka, Malaka adalah salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara yang menjadi pusat perniagaan abad 13-14. Di samping sebagai pusat perniagaan, Malaka juga mengkonsolidasikan politiknya menjadi pusat bagi penyebaran Islam pada saat itu.

Akan tetapi kekuasan Malaka tak bertahan lama, setelah orang-orang Portugis berhasil menjatuhkan Malaka pada tahun 1511. Hal ini membawa pengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Nusantara dan khususnya Asia

1

Ira M lapidus.”Sejarah Sosial Umat Islam” Pt.Garafindo Persada. 1999.jakarta. h 717. 2

.Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan”Pt. Remaja Rosdakarya 1999. Bandung. h XV.

3

Uka Tjandrasasmita “Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di Indonesia dari Abad XVII sampai XVII Masehi. Jakarta: penerbit menara kudus,2000. h 15-27.


(12)

2

Tenggara. Penaklukan Portugis atas Malaka justru menjadi pendorong bagi munculnya situasi sosial-politik dan keagamaan, yang menjadi basis bagi berlansungnya proses islamisasi yang kian melebar dan intensif, juga melahirkan kerajaan-kerajaan baru sebagai basis Islam dan tempat perdagangan baru, di antaranya kerajaan Aceh, Johor, Perak dan juga Brunei Darussalam4

Bermacam-macam kerajaan di Asia Tenggara yang tertuang dalam sejarah. Diantaranya aspek yang terkait dalam hal ini, tedapat aspek perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tengggara. Salah satu adalah Kesultanan Melayu Brunei Darussalam. Brunei Darussalam merupakan salah satu dari Negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam. Brunei juga sebuah Negara Melayu Islam yang secara geografi terletak di bagian barat laut Borneo. Dan merupakan salah satu kerajaan berdaulat yang tertua di Asia Tenggara. Biarpun kecil, ia telah Berjaya mengekalkan kemerdekaan dan kedaulatannya.5

Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi, sedangkan penyebutan Brunei dalam sejarah China dikenal sebagai Poli, Poni dan Bunlai.6 Sedangkan dalam sumber lain yaitu Naskah Nagarakertagama karya Prapanca, Brunei dikenal dengan nama Barune(ng). Berdasarkan kepada nama-nama tersebut ditemukan data yang mengacu kepada penamaan kerajaan Brunei sebelum Islam. Sumber lain juga menyebutkan bahwa asal mula nama Brunei berasal dari bahasa sansekerta “Varunai” yang semula diambil dari kata sansekerta “Varunadvipa” yang berarti Pulau Kalimantan. Pada awalnya kata

4

Ensiklopedi Islam Tematis Vol 5,Pt. Ichtiar Baru Van Hoeve . h 44 5

Mahmud Saedon bin Awang Othman”Pemimpin Era Baru”Univesitas Brunei Darussalam 1996. h 14.

6


(13)

3

tersebut dieja menjadi ”Brunai” yang kemudian berubah menjadi Brunei, ejaan yang benar.7 Brunei juga mempunyai sejarah yang panjang khususnya dalam islamisasi dan juga pembentukan Negara Brunei itu sendiri.

Islam sendiri masuk ke Brunei dipercayai pada tahun 1264 M atau sekitar awal abad ke-13. Hal ini ditandai dengan penemuan batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu yang meninggal pada tahun 663 H-1264 M di perkuburan Islam Rangkas Bandar Sri Begawan, batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah Al-sultan dan nisan Sayid Alwi Bafaqih (mufaqih) yang menggambarkan mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir pedagang dan juga mubalig-mubalig Islam sehinggga Islam bisa mendapat tempat di hati raja dan juga masyarakat Brunei.8

Dalam Hikayat Brunei dikatakan bahwa raja yang pertama kali memeluk Islam adalah raja Awang Alak Betatar (1363-1402) setelah menikah dengan putri dari kerajaan Johor. Selanjutnya dia di beri nama Sultan Muhammad Shah, sekaligus menjadi Sultan Brunei yang pertama beragama Islam.9 Sejak raja Brunei Awang Alak Betatar beragama Islam dan juga mengganti namanya sultan Muhammad, maka para keturunannya saling bergantian memerintah Negara Brunei hingga masa sekarang yaitu sultan Brunei yang ke-29 yang mana mereka bertanggaung jawab memelihara dan mempertahankan syiar Islam di Brunei.10 Setelah masuk Islam, Awang Alak Betatar menjadikan Brunei sebagai babak baru bagi kantong-kantong muslim yang terdapat di Brunei. Hal ini sebagai nilai

7

Muhammad syamsu As”Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya”Jakarta lentera, 1996. h 144.

8

Haji Zain bin Haji Serudin” Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam” Studi islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta 1999. h 73

9

Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002. h 1

10


(14)

4

tambah karna Brunei mulai menjadi daya tarik bagi para pedagang untuk menjadikan sebagai Brunei pangkalan perdagangan. Hal ini didukung oleh letak geografisnya yang sangat memungkinkan untuk para saudagar-saudagar untuk singgah di dermaga Brunei karena pada akhir abad 14 Brunei sudah menjadi sebuah tempat sasaran untuk berniaga, bahkan pada abad ke-15 rute perjalanan perlayaran dan perdagangan dari Melaka ke Filipina melewati Brunei. Alasan yang sangat sederhana sekali ialah karena abad 15 negara Brunei sudah menjadi dermaga yang maju. Di samping itu, bagi pedagang yang masuk ke Brunei tidak dikenakan pajak.11

Brunei merupakan kerajaan Melayu Islam yang terkenal dengan sistem kesultanannya. Hal ini karena Brunei merupakan kesultanan Islam Melayu. Di samping itu, setiap rajanya berasal dari keturunan raja yang turun-temurun. Brunei mengalami kemajuannya sebagai sebuah kesultanan Islam mulai dari akhir abad ke-14. Hal ini tak lepas dari para pemimpin yang memerintah kerajaan mulai dari Awang Alak Betatar (sultan pertama) sampai sultan sekarang, dan salah satunya ialah Sultan Brunei yang ke lima yaitu Sultan Bolkiah V (1485-1524). Sejarah mencatat bahwa ketika berada di bawah sultan Bolkiah V, Brunei mengalami kemajuan yang pesat baik dalam bidang ekonomi, politik, dan agama Islam. Sultan Bolkiah V dijuluki dengan Nahkoda Ragam. Hal ini dikarenakan ia seorang nahkoda kapal dan penjelajah lautan yang masyur, bahkan terkenal di kalangan rakyat negri tetangganya termasuk Jawa, Sumatra,dan Filipina.12 Karena didikan orang tuanya, Sultan Sulaiman (sultan Brunei ke 4),maka Bolkiah terlahir

11

Uka Tjandrasasmita.”Seminar Internasional Tentang Islam di Asia Tenggara” IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 1986.

12

Ahmad Ibrahim, DKK. Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: P.M. Sharifuddin.”Orang-orang Kedayan” LP3ES 1990. h 388.


(15)

5

sebagai seorang raja yang gagah perkasa dan yang terpenting ialah mempunyai pandangan yang jauh serta senantiasa mengutamakan ajaran Islam.13 Sedangkan dalam perkembangan Islam itu sendiri, sejarah mencatat bahwa dengan kemajuan Brunei pada abad 15 di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V, perkembangan Islam sangat pesat dan bahkan penyebaranya sampai ke Filipina. Harus kita akui bahwa pada zaman itu kekuasan Brunei bukan saja meliputi keseluruhan pulau Borneo, tetapi juga meliputi pulau Sulu, Filipina, Sulawesi ,Palawan, Bayakan, Mindoro, Bonbon hingga Seludang. Dengan demikian, Brunei telah menguasai perdagangan dan juga merintis jalan untuk penyebaran agama Islam di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V dan zaman pemerintahan sultan inilah Brunei dianggap sebagai negara yang berkembang pesat .14 Dengan didikan agama dan juga kemasyuran Nahkoda Ragamnya, maka lahirlah suatu sikap untuk melakukan diplomasi dengan daerah-daerah sekitar Brunei, sehingga Brunei bisa menjadi kerajaan yang maju dan berperan penting dalam perkembangan agama Islam. Dengan maksud inilah penulis ingin lebih jauh mengetahui tentang masa kegemilangan Brunei di bawah Sultan Bolkiah V baik dalam ekonomi, dan perkembangan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah “Brunei Darussalam Di Bawah Kepemimpinan Sultan Bolkiah V 1485-1524”

13

Yura Salim, ibid h 46. 14

Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam(Singapore:Federal publication{s}Pte.Ltd.1984. h 64.


(16)

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembatasan dalam penulisan skripsi ini meliputi kepada pembatasan dalam perkembangan ekonomi dan Perkembangan agama Islam di Brunei pada saat kepemimpinan sultan Bolkiah V. Adapun masalah waktu tahunnya ialah 1485 sampai 1524, dengan pertimbangan bahwa tahun 1485 awal Sultan Bolkiah Menaiki Tahta.

Dari uraian pembatasan tersebut maka didapati perumusan masalah,sebagai berikut.

1. Bagaimanakah sejarah Brunei Darussalam? 2. Bagaimana riwayat hidup Sultan Bolkiah?

3. Bagaimanakah kiprah Sultan Bolkiah dan perkembangan Islam di Brunei?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Sedangkan dalam penulisan skripsi ini terdapat tujuan dan juga manfaat, adapun tujuan skipsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui kiprah Sultan Bolkiah V.

2. Untuk mengetahui Kesultanan Brunei pada masa kepemimpinan Sultan Bolkiah V.

3. Untuk mengetahui sejarah Brunei dan perkembangan Islam di Kesultanan Brunei.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Agar memberikan wawasan kepada mahasiswa maupun masyarakat umum mengenai kemajuan kesultanan Brunei saat dipimpin oleh Sultan Bolkiah V.


(17)

7

2. Dapat dijadikan sebagai kajian sejarah dan juga khazanah Islam di Asia Tenggara.

3. Menjadikan motivasi bagi mahasiswa (terutama jurusan sejarah) untuk lebih menjadikan kajian sejarah sebagai ilmu pengetahuan.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam buku ” Ririsej Brunei Darussalam”15. Menjelaskan mengenai sejarah silsilah raja-raja Brunei. Buku ini mengandung dua bagian, bagian pertama menceritakan silsilah ringkas sultan-sultan Brunei dari tahun 1363-1967 sedangkan bagian kedua menceritakan sultan-sultan Brunei yang pernah menjadi” Begawan Sultan” di sepanjang sejarah pemerintahan Negara Brunei. Terdapat sub bab menjelaskan Sultan Bolkiah dari sebelum menjadi raja sampai menjadi raja serta keberhasilannya memimpin kerajaan Brunei hingga Brunei berjaya dan gemilang.

Buku Brunei berdaulat,16 yang dikeluarkan Oleh kerajaan Brunei, memuat latang belakang sejarah Brunei dan kemajuannya sampai saat ini. Didalamnya di sebutkan bahwa Brunei pada masa kegemilangannya, yaitu pada abad 15, Brunei negara yang kaya. Laporan ini ditulis oleh seorang bernama Antonia Pigafetta, seorang anggota rombongan pengembara Magellan. Ia menceritakan, kala itu pada abad 15 Brunei adalah Negara kaya yang subur dan makmur di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah V.

Buku Pemimpin Era Baru yang dikeluarkan olen Univesitas Brunei, menjelaskan tentang terbentuknya Brunei dan masa kepemimpinan sultan Bolkiah

15

Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002

16

Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam (Singapore:Federal publication{s}Pte.Ltd.1984


(18)

8

V yang membawa Brunei kepada kejayaan dalam bidang ekonomi, dan dilengkapi dengan data-data arkeologis, berupa nisan batu Tarsilah, yang mencatat silsilah raja- raja Brunei dari Sultan yang pertama.

E. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode historis. Metode historis ialah menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.17 Metode ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui fakta dan sejarah pada masa lampau, sedangkan dalam penelitian terdapat 4 tahapan,18 diantaranya adalah:

1. Heuristik

Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-bahan satu sumber sejarah. Hal ini merupakan sebuah tahap awal yang harus dilakukan seorang peneliti. Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode library research dimana penulis akan mencari buku-buku yang berhubungan dengan judul. Penulis mencari data dari majalah, surat kabar, serata jurnal, artikel-artikel. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat kita jumpai di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Adab dan Humaniora, Perpustakaan Nasional, Kedubes Brunei Darussalam, Perpustakaan FIB UI, Perpustakan Iman Jama Lebak Bulus, Perpustakaan LIPI, dan Perpustakaan LP3ES. Pusat Arkeologi Nasional.

17

Louis Gottschalk”Mengerti Sejarah” UI Pres: 1975 h 32 18


(19)

9

2. keritik sumber

Setelah melakukan heuristik atau pengumpulan sumber-sumber maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber. Kritik sumber adalah sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan cerita sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul. Hal yang harus diuji adalah keabsahan tentang keaslian sumber (otentitas) yang dilakukan melalui kritik ekstren dan keabsahan.19 Setelah mencari sumber-sumber penulis akan melakukan verifikasi terhadap sumber-sumber tesebut.

3. Interprestasi

Interpretasi atau penapsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkapkan permasalahan yang ada, sehingga diperoleh pemecahanya. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang telah ditemukan dari hasil heuristik dan verifikasi. Sehingga dalam hal ini penulis menjelaskan masalah kemajuan Brunei yang dicapai Sultan Bolkiah V.

4. Historiografi

Historiografi adalah penulisan sejarah. Tahap ini adalah tahap yang terakhir dalam penulisan skripsi. Setelah melakukan tahap heuritik, verifikasi dan interprestasi selanjutnya historiografi dengan menulis dalam satu urutan yang sistimatik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi. Dalam penulisan ini penulis berusaha menyusun cerita sejarah menurut urutan peristiwa, berdasarkan kronologi dan tema-tema tertentu.

19


(20)

10

F. Sistematik Penulisan

Penulis akan membagi penulisan skripsi ini dalam lima bab, dan masing-masing bab tediri dari beberapa bab sebagai berikut:

Bab I. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematik penulisan.

Bab II. Sejarah Berdirinya kesultanan Brunei Darussalam. Sejarah awal kesultanan Brunei. Letak geografis dan sejarah berdirinya. Sejarah masuknya Islam di Brunei. Kondisi sosial, ekonomi dan keagamaan. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Brunei.

Bab III. Riwayat Hidup Sultan Bolkiah. Silsilah keluarga, Pendidikan. Dan Kemasyuran

Bab IV. Kiprah Sultan Bolkiah V di Brunei Darussalam 1485-1524. Perluasan politik. Proses islamisasi. Kemajuan ekonomi.


(21)

11

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA KESULTANAN BRUNEI DARUSSALAM

A. Sejarah awal Kesultanan Brunei

1. Letak Geografi dan Sejarah berdirinya

Secara geografi negara Brunei Darussalam terletak di pantai barat-laut pulau Kalimantan “ Borneo”, dan berbatasan dengan Serawak di sebelah barat daya, Sabah di sebelah timur laut, sedangkan di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan negara Indonesia.1 Brunei adalah salah satu negara yang mempunyai luas wilayah yang tergolong kecil, dan menempati urutan ke-148 di dunia setelah Siprus dan sebelum Trinidad. Dalam perbandingannya negara Brunei Darussalam sebanding dengan luas wilayah Aceh Tengah di Indonesia. Dengan luas wilayah 5.765 Km2, berpenduduk sekitar 281.000 jiwa(1995), dengan kepadatan 178 per mil. Penduduknya terdiri dari Melayu 65%, China 20%, dan sisanya sekitar 15%, adalah penduduk Brunei lainnya dari suku dayak yang menghuni daerah pinggiran, seperti orang-orang kedayan2 yang tersebar di bagian barat-laut Borneo sepanjang daratan pesisir.3

Wilayah Brunei bagian utara menghadap ke laut China Selatan, negara ini memiliki daratan pantai yang sempit dengan garis pantainya berupa rawa-rawa hutan bakau semakin ke pedalaman tampak serangkaian perbukitan yang meliputi hutan tropis. Sedangkan titik tertinggi negara ini adalah gunung Pagon (1,850 m)

1

Lihat lampiran no 1 2

Dari beberapa sumber mengatakan bahwa suku Kedayan ialah masyarakat yang memiliki asal-usul keturunan dari orang-orang Jawa, sedangkan adatnya seperti pernikahan mengikuti Melayu. Mungkin inilah penduduk asli Brunei. Lihat Ahmad amin(El. al) , Islam di Asia PerkembanganKotemporer. Jakarta:LP3ES, 1990. h 367-393

3

Ahmad Ibrahim, DKK.”Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: LP3ES 1990. h 387.


(22)

12

yang terletak di sebelah tenggara, Brunei mencakup 33 pulau kecil. Pulau tersebut mendukung sekitar 14% dari total luas negara ini dan sebagian pulau tersebut belum dihuni pendududuk sehingga pulau-pulau tersebut dijadikan daerah konservasi bagi berbagai satwa langka.4 Sedangkan bahasa yang digunakan ialah Melayu, China, dan Inggris. Adapun agama yang berlaku ialah Islam suni dan Bhuda. Ibu kota Brunei Darussalam adalah Bandar Sri Begawan. Brunei adalah sebuah negara kaya dengan sistem pemerintahan kesultanan.

Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini terbukti dengan adanya sumber-sumber sejarah yang menjelaskan keberadaannya sebelum menjadi sebuah kesultanan Brunei. Sejarah mencatat bahwa Brunei sudah ada abad ke-6 Masehi, Brunei di sebut dengan Po-li, Po-lo,Pu-ni.5 Di zaman Dinasti Liang (T.M. 502-556) Po-li dikatakan sebuah kerajaan memerintah 136 tempat (kampung), sedangkan rajanya bernama ‘Pinka’. Pada tahun 518 raja Pinka telah menghantar utusan ke China untuk mambawa surat dan hadiah terdiri dari tikar emas. Sedangkan pada T,M. 523 raja Pinka sekali lagi menghantar utusan ke China yang diketuai Chu-pa-ti tujuannya membawa hadiah barang-barang antaranya burung nuri, alat perkakas kaca, kapas, cawan-cawan terbuat dari kulit siput, wangi-wangian dan obat-obatan.6

Dalam zaman Dinasti Sui (589-618 M). Raja Po-li pada masa itu bernama Hu-Lan-Na-Po (orang cerdik). Dalam T.M 616 raja Hu-Lan-Na-Po ini telah menghantar utusan kepada Maharaja China dengan membawa bermacam-macam hadiah. Menurut Dinasti Tang (610-906 M) Po-Li disebut Po-Lo, tetapi rajanya

4

Ensiklopedia Geografi. Pt. lentera abadi, Jakarta 2006. h 322. 5

Lihat lampiran no. 2 6


(23)

13

bernama Hu-la-na-po juga, sama sebagaimana Dinasti Sui riwayatkan. Akan tetapi ketika ke luar istana, raja Hu-la-na po menggunakan kendaraan yang di tarik gajah dan membawa hasil negri untuk dijadikan barang dagangan ke China. Diantaranya mutiara, kulit kura dan kerang-kerangan. Raja Dinasti Tang pada tahun 669 M, telah mengantar utusan ke China bersama-sama utusan Huan-wang (siam) tujuanya menguatkan hubungan yang telah putus.7

Dalam zaman Dinasti Sung (960-1279 M) Po-li atau Po-lo disebut Puni. Sementara dalam catatan sejarah China masa dinasti Sung (960-1276). Terdapat cacatan mengenai kerajaan Islam, yang disebut P’u-ni dan letaknya di pantai barat Borneo ( Kalimantan) dan yang dimaksud Puni ialah Brunei.8 Sedangkan rajanya bermana Hiang-ta. Pada tahun 977 M ada seorang saudagar China bernama Pu-lu-shieh berniaga ke Puni. Dan kala itu raja Hiang-ta memerintahkan pembesarnya agar memperbaiki kapal saudagar China karena rusak. Pada masa lu-shieh ini raja Hiang-ta telah mengantar utusan ke China diketuai oleh Pu-ya-li, Shih Nu dan Qadhi Kasim untuk membawa surat dan barang-barang hadiah tediri dari 100 kulit kura-kura, kapur barus, lima keping gaharu, tiga dulang cendana, kayu raksamala dan enam batang gading gajah. Isi surat yang di serahkan kepada raja China berisikan di antaranya:

1. Memberitahu mengenai kedatangan Pu-li-shieh ke Brunei dan telah membantu dan telah membantu memperbaiki kapal Pu-li-shieh yang rusak.

2. Menghantar utusan menghadap raja China sebagai wakil baginda (Puni) untuk menyerahkan barang-barang dari baginda.

7

Lihat lampiran no. 3 8

A.Hasymy “ Sejarah Masuk dan Berkembangannya Islam di Indonesia” pt, alma’arif. 1993.h 332. P’u-ni yang berjarak layar (tiupan angin biasa) 45 hari dari jawa dan 40 hari dari shabo-tsai (Palembang) serta dari Champa 30 hari.


(24)

14

3. Meminta jasa raja China untuk memberitahukan kerajaan Champa agar memelihara keselamatan kapal-kapal Brunei yang tergampar di Champa. Sedangkan dalam Dinasti Ming (1368-1643 M), pada tahun 1370 M Maharaja Hung-wu telah memerintahkan satu utusan ke jawa, diketuai oleh Chang Ching Tze bersama seorang pegawai Daerah Fukien bernama Sin-tze dan utusan tersebut singgah di Puni. Menurut Sin-tze raja Puni itu beragama Islam, bernama Ma-ha-mo-sha. Dari riwayat tersebut ternyata raja Puni yang bernama Ma-ha-mo-sha beragama Islam sebutan bagi Sultan Muhammad Shah yang sesuai dengan Awak Alak Betatar sebagaimana diceritakan orang tua-tua dalam sejarah Islam. Penyebutan semua tentang Brunei diatas, berdasarkan kepada nama-nama yang ditemukan mengacu kepada penamaan kerajaan Brunei sebelum kedatangan Islam.9

Sedangkan dalam sumber lain yaitu Naskah Nagarakertagama karya Prapanca Brunei dikenal dengan nama Barune(ng), berdasarkan kepada nama-nama tersebut ditemukan data yang mengacu kepada penama-namaan kerajaan Brunei sebelum Islam. Sumber lain juga menyebutkan bahwa asal mula nama Brunei berasal dari bahasa sansekerta “Varunai” yang semula diambil dari kata sansekerta “Varunadvipa” yang berarti Pulau Kalimantan. Pada awalnya kata tersebut dieja ”Brunai” yang kemudian berubah menjadi “Brunei” ejaan yang benar.10

Terlepas dari bukti-bukti catatan China, bahwa penyebutan Brunei dengan Bunlai Hal ini di dasarkan karna lidah orang China cedal, Sedangkan dari faktor

9

Mahmud Saedon bin Awang Othman ”Pemimpin Era Baru” Univesitas Brunei Darussalam 1996. h 14.

10Muhammad Syamsu As ”Ulama Pembawa Islam di Nusantara dan Sekitarnya” Jakarta lentera, 1996. h 144.


(25)

15

yang lain ialah bahwa Indonesia dan Brunei mempunyai daya tarik karena letaknya yang strategis dalam jalur perlayaran dan perdagangan. Brunei berindikasi mempunyai pelabuhan yang strategis dan terlindung, dan menjadikannya terkenal sebagai tempat persinggahan pulang perginya pedagang Arab, India dan China.

Dalam beberapa cacatan Arab Brunei dikenal dengan sebutan Zabaj, Ranj. Dalam kitab Nukhbatud Dahri fii’ Ajaaibil Barri wal Bahri, karya dari Syekh Syamsuddin Al-Damsyik (1281/1865 m) Brunei dikenal oleh kalangan pedagang Arab dengan nama Zabaj. Akan tetapi data tentang terbentuknya kerajaan Brunei sangat minim sekali tetapi ada data. Itupun hanya dari cerita rakyat yang berlaku sampai sekarang yang menyatakan bahwa :

“menjelang tebentuknya kerajaan Brunei bermula dari pencarian lokasi yang baik oleh Alak Betatar sebagai penguasa Brunei, waktu dan rombongan menggunakan kendaraan perahu masuk dan menyusuri sungai, sampailah rombongan itu di suatu kawasan yang nyaman dan strategis yaitu di sebuah kelokan sungai. ketika rombongan sampai ke tepi sungai, berkatalah seseorang “Baru Nah”,sebutan Brunei waktu itu masih memakai sebutan po-lo”

Kata “Baru Nah” ini diduga yang kemungkinannya berubah menjadi sebutan Brunei.11 Data sejarah menunjukan bahwa pada abad XIV M, Brunei telah menjadi pusat pemerintahan dengan bentuk kerajaan dan pusat perdagangan antara China dengan wilayah Asia Tenggara. Pada saat itu kerajaan Brunei baru mengalami perubahan corak pemerintahan. Hal ini diketahui dari pergantian nama rajanya yang semula bernama Alak Betatar, kemudian berganti sultan Muhammad Syah.

11

Awang haji Mohd, Jamil Al-Sufri ” Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan Perkembangan Islam”, Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990.


(26)

16

B. Sejarah Masuknya Islam di Brunei Darussalam 1. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Keagamaan

Brunei adalah salah satu negara kaya di kawasan Asi Tenggara, dan sebuah Negara Islam yang masih mempertahankan sistem kesultanannya. Sejarah menyebutkan Brunei memang sudah melakukan kontak sosial dan perdagangan sebelum Islam berkembang di sana. Perjalanan perniagaan antara China dengan Puni (Brunei) menggunakan jong-jong atau wangkang (sejenis kapal kecil) membawa barang dagangannya sepeti tembikar, kerang-kerangan, perak, emas, kain sutera, dan lain-lain12

Diceritakan bahwa Marco Polo yang pernah berkunjung ke China dan negri-negri rantau, menyatakan pada 1291 bahwa perdagangan antara Puni dan China berjalan baik bahkan cara mereka berjual beli dengan dikemas dan teratur serta di awasi oleh juru tulis, timbangan, dan pegawai. Bukan itu saja Tome Pires dan Ruy de Brito yang menyebutkan bahwa terdapat sekurang-kurangnya tiga buah jong dari Brunei datang ke Malaka dengan membawa bahan-bahan mentah seperti beras, ikan, daging, hasil ternakan, madu lebah, sagu, kulit-kulit kerang, emas dan kapur barus, selanjutnya dari Malaka, bahan-bahan ini dibawa pulang ke Pegu sedangkan bahan-bahan yang dibeli dan dibawa balik oleh pedagang-pedagang Brunei ialah kain India, cermin serta alat perhiasan dari Asia Barat.13 Disini terlihat bahwa sebelum kedatangan Islam, Brunei sudah melakukan kontak sosial dan ekonomi dengan dunia luar terlebih China bahkan sudah terdapat mata

12

Dr, Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri,“lika-liku Perjuangan Percapaian Kemerdekaan Negara Brunei Darussalam”, jabatan Pusat sejarah Kementerian Kebudayaan Belia dan Sukan, Brunei Darussalam,1992. h XVIII

13

Muhammad Yusoff Hashim Ph.D” Kesultanan Melayu Malaka” Dewan Bahasa dan Perpustakaan Kementrian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur 1990. h 250


(27)

17

uang di Brunei yang disamakan harganya sekayu empat send dan istilah itu digunakan sebelum perang dunia kedua.

Dari kontak dagang ini di ketahui bahwa masyarakat Brunei bertemu dengan para pedagang muslim, China, Persia dan India. Ini sangat erat hubungannya dengan pelafalan nama Brunei itu sendiri, karna kita bisa mengetahui bahwa sebelum Islam datang ke Brunei kondisi keagamaan disana bisa di bilang Hindu dan Bhuda. Bukti bahwa sebelum Islam datang ke Brunei, bahwa masyarakat disana masih memegang teguh Hindu dan Budha. Hal itu dapat dijumpai dalam Negarakertagama di sebutkan didalamya, bahwa tradisi pengaruh keagaman Majapahit mencakup seluruh Sumatra, semenanjung Melayu, Mendawai, Brunei dan Tanjung Puri di Kalimantan, termasuk timur Jawa meliputi Bali, Makasar, Banda dan Maluku.14 Replika stupa yang dapat ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Budha pada suatu masa dahulu pernah dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka. untuk mengembangkan agama tersebut di tempat itu. Hal lain bisa dilihat dari nama raja Brunei sebelum mereka berganti menjadi nama Islam dan juga penyebutan Brunei. Masuknya Islamnya Awang Alak betatar sebagai babak baru bagi perkembangan Islam di Brunei.

14


(28)

18

2. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Brunei

Keberadaan agama Islam di wilayah Asia Tenggara serta perkembangan Islamnya mempunyai sejarah yang berbeda. Karena agama Islam Khususnya di Asia Tenggara, dalam penyebarannya melalui media perdagangan dan sufi.15 Dari sinilah terjadi hubungan antara masyarakat dengan para saudagar dan sufi.

Hal inilah yang memicu kontak dagang dengan pedagang muslim kala itu. Ada beberapa poin penting, di antaranya ialah bahwa portabilitas sistem keimanan Islam dengan pengertian bahwa sebelum kedatangan Islam, sistem kepercayaan lokal yang mana berpusat kepada penyembahan arwah nenek moyang dan perilaku ini berubah dengan adanya kontak dengan pedagang muslim yang mendorong konversi masal terhadap Islam yang terjadi di wilayah pesisir, khususnya kota-kota pelabuhan yang kemudian berkembang menjadi entitas politik. Bukan itu saja, faktor asosiasi Islam dengan kekayaan, bisa dipastikan karna masyarakat lokal Indo-Melayu peratama kali bertemu dan bertransaksi dengan orang muslim di pesisir dan pelabuhan dengan pedagang muslim yang kaya raya.16

Menurut Barbara Watsson dan Leonerd T, Andaya, bahwa Islam datang pertama kali ke Brunei Darussalam dari bagian barat Asia Tenggara, setelah melalui India, Sumatra Utara, dan Malaka sejak abad XVI M. Dalam laporanya sebagai berikut:

“Lama menjadi bagian jaringan perdagangan internasional, Brunei sering dikunjungi oleh pedagang-pedagang Muslim dan karena itu bersinggungan dengan ajaran Islam. Kepergian dari banyak pedagang Muslim dan bahkan mungkin sejumlah pejabat Melayu

15

Ira M lapidus.”Sejarah Sosial Umat Islam” Pt.Garafindo Persada. 1999.jakarta. h 717. 16

Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah wacana dan kekuasaan” Pt.Remaja


(29)

19

setelah penaklukannya oleh Portugis tahun 1511 meletakan dasar bagi peralihan Brunei. Penguasa Brunei akhirnya mengadopsi Islam beberapa waktu antara 1514 dan 1521.” (Barbara Watsson dan

Leonard Y. Andaya, 1982; 58) Akan tetapi pendapat kedunya berbeda, dengan bukti-bukti sejarah lain.

Termasuk data Arkeologi sejarah “Batu Tarsilah atau Silsilah Brunei” yang menarik garis belakang Brunei mundur lebih jauh lagi sebelum abad XI M. Hal ini didukung dengan di temukan Nisan bertulisan Putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan tertanggal 440 H/ 1048 di Brunei. Hampir semasa dengan keberadaan seorang muslimah di Leran (Gersik) bernama Fatimah binti Maeimun bin Hibatallah (1082 M), nyaris semasa dengan nisan Ahmad anak Abu Ibrahim, anak Abu Arradah (1039 M) di Phan-rang/Padhurangga, suatu tempat di wilayah Champa.17

Batu Tarsilah18 dalam bentuk bendanya sebagai benda Arkeologi dari masa lalu kesultanan Brunei Darussalam dan berfungsi sebagai data kesejarahan melalui inskripsi dimana terukir di dalamnya juga kesultanan Brunei Darussalam. Sedangkan bentuk bendanya seperti sebuah cermin, dan terbuat dari batu pasir, yang beriasan suluran di bagian pinggirnya, tiga buah bunga menghiasi bagian atasnya dan kedua pinggirnya.

Data yang tertulis ialah berupa tentang susunan nama-nama raja/sultan yang pernah menaiki tahta kesultanan Brunei, sejak masa Sultan Muhammad Shah (Awang Alak Betatar) sampai sultan Muhammad Tajuddin. Jumlah nama sultan yang tertulis di Batu Tarsilah berjumlah 29 nama. Namun dalam kenyataanya menurut hitungannya sampai kepada sultan Hasanal Bolkiah Mu’izuddin Waddaulah telah naik tahta sampai pada urutan ke-31 sultan.

17

Pemukiman orang-orang Cham, yaitu masyarakat kuno memakai bahasa Melayu-Polinesia dan kebanyakan dari meraka beragama Islam.

18


(30)

20

Perbedaaan ini disebabkan adanya sultan menaiki tahta dua kali dan ada pula karena meninggal yang baru beberapa saat naik tahta, kemudian digantikan sultan sebelumnya.19

Batu Tarsilah dapat dikatakan sebagai data awal yang dapat digunakan dalam mengkaji dan meneliti tentang keberadaan kesultanan Brunei dan secara Arkeologi sebuah prastati yang dapat mengungkapkan latar belakang Brunei, dalam usaha merekontruksi sejarah dan budaya masa lalu.

Sedangkan pendekatan Arkeologi sejarah, diterapkan bertujuan merekontruksi fase-fase situs besar di Brunei ( Kota Batu, Pulau Cermin, Keianggeh [Residensi], Kampung Air, serta makam Diraja/ Rengas/ Bandar Sri Begawan ). Pendekatan ini dipilih karena makam-makam kesultanan di Brunei Darussalam, termasuk Batu Tarsilah memiliki tingkat reliabilitas dan representativ yang cukup memadai.

Selain Batu Tarsilah, ternyata terdapat bukti lain dengan di temukan nisan Putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan tertanggal 440 H/ 1048 di perkuburan Muslim di jalan Penduduk, Bandar Seri Begawan.20 Sebagian menyebutkan bahwa makan tertua di Brunei adalah seorang muslimah bernama Mahdarah (Roqayah) yang meninggal tahun 1048 M/ 440 H, belum jelas latar belakang ketokohannya.21 Mungkin yang di maksud ialah putri Sultan Abdul Majid bin Muhammad Shah Al Sultan.22

19

Lihat lampiran no.5 20

Uka Tjandrasasmita. “Arkeologi Islam Nusantara”. Pt Gramedia, Jakarta 2009. h 20 21Hasan Muarif dan Achmad Cholid Sodrie.”Hubungan Budaya Antara Kesultanan Samudra Pasai dan Kesultanan Brunei Darussalam Dilihat dari Data Arkeologi” Pusat Penelitian Arkeologi Nasional 1995. h 2-3

22


(31)

21

Kajian sejarah memberikan gambaran bahwa penyiaran Islam ke Brunei dilakukan oleh Da’i/ Mubaliq yang datang dari Arab dan Parsi, melalui negeri China, Indo China dan Melayu. Penemuan Arkeologi yang berangka tahun 440 H/ 1048 M, memberikan gambaran bahwa islamisasi di Brunei dari abad ke-11, penyebaranya menjadi tangung jawab para pedagang Arab dan Persia. Pedagang tersebut melalui jalan Tiongkok, Indocina, dan Semenanjung Malaya, untuk menyebarkan Islam ke daerah terpencil Brunei (Pedalaman Tutung, Belait dan Temburong). Karna penduduk lokal (Melayu) dari ibukota yang lebih awal memeluk Islam.23

Sedangkan catatan Cina menerangkan bahwa kerajaan Brunei sudah dikenal orang-orang Cina abad ke-6 M, hubungan Cina dengan wilayah pantai Kalimantan (Borneo) adalah usaha dari pedagang Arab yang bermukim di Canton sejak abad ke-6.24 Dan disisi lain bahwa Islam sendiri masuk ke Brunei dipercayai pada tahun 1264 M atau sekitar awal abad ke-13. Hal ini ditandai dengan penemuan batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu25 yang meninggal pada tahun 663 H-1264 M di perkuburan Islam Rangkas Bandar Sri Begawan. Akan tetapi Chau ju-Kua melaporkan, pada 367/977 suatu kerajaan di Borneo barat mengirimkan pula seorang duta bernama P’u A-li ke istana China yang kala itu di kuasai, tetapi

23

Lihat lampiran no 6 24

Apipudin Sm, “Sejarah Asia Tenggara” . Media eka sarana 2008. h 92 25

Menurut Wolfgang Franke dan Chen Tien-Fan bahwa batu nisan itu kepunyaan keluarga “P’u “ iaitu seorang Islam yang datang dari daerah Chuan-chou semasa empayer Sung (960-1279) bersama anaknya yiang Chia. Dan tuan P’u mempunyai kedudukan penting di Negara China. Hal ini di peroleh dari berita China yang berbunyi:

…’’Yu Sung Ch’uan-Choup p’an-yuan P’u-kung Chin-mu Chinz-ting chia-tzu nan Ying-chiali”….

Dalam bahasa Melayu”

….”Kubur P’an Yuan, Tuan P’u of Chuan-chou dari (Empayer) sung. Dibina dalam (tahun) Chia-tzu Ching-ting oleh anak lelaki (nya) Ying( ?)Chia.

Dari uraian di atas bahwa tarikh “Ching-ting” bermaksud tahun akhir pemerintahan maharaja Li’tzung dari dinasti Sung selatan yang memerintah dari tahun 1225-1264. Sedangkan tahun “Chia-tzu” ialah tahun kelima dari tarikh bersamaan dengan tahun 1264 M.


(32)

22

munurut Hirth dan Rockhill, P’u A-li sangat mungkin seorang pedagang yang sebenarnya bernama ‘Abu Ali ini diperkuat Sejarah Dinasti Sung (960/1279).26 Sedangkan pendapat yang mengatakan Islam di Brunei berasal dari China, yang berdasarkan di temukannya batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu bertahun 1264, ada pula yang meyanggahnya. Mohd. Jamil al, Sufri berpendapat bahwa masyarakat Islam di Brunei bermazhab Syafi’I, sama halnya di Tanah Hijaz, Arab Selatan, India Selatan, sebagian Iraq dan sebagian Mesir. Sedangkan hampir seluruh masyarakat Islam China bermazhab Hanafi, sama halnya di Turki, sebagaian Syiria, sebagian India dan Asia Tengah. sehingga diasumsikan sementara bahwa Islamisasi Brunei melalui alur barat, yaitu Melayu, Aceh, India Selatan. Mazhab yang menjadi pegangan Ulama di Brunei adalah Mazhab Imam Syafi’i, seperti kebanyakan para ulama di Nusantara.

Bahkan silabus dan kurikulum pendidikan di Brunei, kita dapat menjumpai kitab-kitab agama seperti kitab Fiqih” Sabilul Muhtadin, Al-Mukhtasar, dan Siratal Mustaqiin”, kitab faraidh “Ghayatul-Tagriib Fil-irthi Wat Ta’siib”, dan kitab Tasauf “Misyahul-Afrah, Hidayah Walid LilWalad”dan lain-lain.27

Dalam silsilah raja-raja Brunei disebutkan bahwa raja yang pertama memeluk Islam adalah Awang Alak Betatar yang menikahi putri johor sehingga mengganti namanya menjadi sultan Sulaiman pada tahun 1368. Silsilah raja-raja Brunei versi datu imam yaakub menyebutkan:

Adalah yang pertama kerajaan di negeri Brunei membawa agama Islam dan mengikuti syariat Nabi Muhammad sallallahu’ Alaihi wa Sallam, iaitu Paduka Seri sultan Muhammad dan saudaranya Sultan Ahmad.28

26

Azyumardi Azra,”.Jaringan Ulama,Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII&XVIII” kencana Jakarta 2004. H 29-30

27

Haji Zain bin Haji Serudin.”Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam” Studi Islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta 1999.h 82-83

28


(33)

23

Dengan masuk Islam Awang Alak Betatar sebagai babak baru bagi kesultanan Brunei, dan juga sekaligus menjadi raja yang pertama masuk Islam yang diwariskan kepada keturunannya. Tidak jauh berbeda dengan Patani dan Malaka proses islamisasi di Brunei terjadi ketika kerajaan telah berdiri tahun 1500. Dalam hal ini raja mengambil inisiatif melakukan konversi ke Islam. Akan tetapi pada masa Syarif Ali sultan yang ketiga (1424-1432) sudah mulai ada usaha keseriusan untuk memajukan agama Islam, terbukti dengan adanya undang-undang Syariat dan termasuk sultan yang pertama mendirikan masjid, karena ia masih keturunan rasullah bahkan diceritakan sakin tekunnya beliau dalam beribadah sehingga ia mendapatkan panggilan Sultan Berkat. Perjuangan Syarif Ali dalam menyebarkan Islam tidak begitu mulus karna ia dihadapkan pengaruh Hindu, Bhuda yang masih tertanam di hati masyarakat Brunei.29 Usaha sultan Syarif dalam menyebarkan Islam ternyata dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya, puncaknya pada abad 15-16.

29

Haji Awang Mohd, Jamil Al-Sufri ” Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan Perkembangan Islam”, Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990., Ibid. h 33


(34)

24

BAB III

RIWAYAT HIDUP SULTAN BOLKIAH

A. Silsilah Keluarga

Sebuah kerajaan harus memiliki ciri-ciri tertentu, di antaranya silsilah, gelar sultan dan sistem pemerintahan. Ketika islamisasi terjadi di kepulauan Nusantara yang berlangsung sejak paruh abab ke-13, mulai tejadi konversi penguasa lokal ke dalam Islam. Hal itu terbukti dengan adanya pergeseran nama bagi seorang raja menjadi Sultan atau kesultanan.1 Brunei sendiri mempunyai sejarah yang panjang dan bisa diliat dari silsilah raja-raja Brunei yang sampai kini di jadikan bukti sejarah. Silsilah raja-raja Brunei bisa dilacak dan dijadikan patokan.2 Mulai dari sultan yang pertama yaitu Awang Alak Betatar dengan adiknya Awang Semaun dan Pateh Berbai, dalam catatan zaman dahulu sejak awal kurun 14 merupakan asal usul keturunan raja-raja Brunei, termasuk di dalamnya silsilah Sultan Bolkiah hingga seterusnya dengan tidak terputus-putus.3 Menurut ‘Syair Awang Semaun’,4bahwa Awang Alak Betatar adalah salah seorang dari 14 saudara, mempunyai 13 orang adik dan Awang Alak Betatar ialah putra yang paling tertua. Saudaranya iaitu Awang Semaun, Pateh Berbai, Pateh Mambang, Pateh Tuba, Pateh Sengkuma, Pateh Menggarun, Pateh Malakai, Patih Pahit, Damang Sari, Pateh Sindayong, Damang Lebar Daun, Hapu Awang

1

Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah. Ibid. h 78-79 2

Liat lampiran no.7 3

Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002. h 1

4

Sebuah syair yang mungkin terkarang dalam K.M.XVII iaitu pada masa atau selepasnya zaman Sultan Muhammad Hasan,( T.M. 1582-1598 ) karena dalam syair terdapat penyebutan sebuah gelar “ Pangeran di Gadong’ dan pangeran Pamancha” dari kedua gelar tersebut,di adakan bermula pada masa sultan Muhammad Hasan.


(35)

25

dan Pateh Laila Langgong.5 Selain itu disebutkan sepupunya Awang Alak Betatar, iaitu Awang Jerambak yang mempunyai Putra bernama Awang Senuai yang terkenal dalam sambung ayamnya, dalam ceritanya bahwa ayam Awang Senurai mengalahkan ayam batara Majapahit dan akibat kekalahan itu raja Majapahit meninggalkan orang Jawa yang menjadi pengiringnya di Brunei. Dan mereka di tempatkan di suatu kampung, sehingga sekarang kampung tersebut dinamakan “Mejawa”.

Menurut sumber ini pula diceritakan bahwa suatu saat Daron dan ayahnya, sabatin mendarat di tanjung Batu( Serawak sekarang). Mereka datang dari Giri Ombak sehingga keduanya lanjut usia. Akhirnya keduanya meninggal dunia, dan sebelumnya sudah sepakat bahwa keempat belas anaknya untuk memilih sebagai yang tertua ialah Awang Alak Betarar pada tahun 1360. Merurut beberapa cerita bahwa Awang Alak Betatar yang telah meminta saudaranya Awang Semaun berlayar menuju Johor dalam riwayatnya bahwa ia membawa pulang seorang putri Tumasek ke Brunei dan diperistri oleh Awang Alak Betatar, setelah menikahi putri raja Tumasek Awang Alak Betatar memeluk agama Islam dan selanjutnya diberi nama oleh sultan Johor dengan nama Sultan Muhammad Shah(1363-1402). Awang Alak Betatar menjadi sultan Brunei yang pertama beragama Islam.6 Setelah Awang Alak Betatar menikah dengan putri Johor (tumasek) selanjutnya Patih Barbai mengganti namanya denganAhmad dengan gelar sultan

5Dr. Haji Awang Mohd, Jamil Al-sufri. “Raja-Raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei”. Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 10

6

“Singapura Fakta dan Gambar”. Penerbit Kementrian Kebudayaan Pemerintah Singapura 1971.h 1. Nama paling tua bagi Singapura adalah tumasek kota laut, namanya yang sekarang berasal dari sang nila utama, seorang pengeran seriwijaya di Sumatra yang dalam usaha mencari tempat untuk mendirikan kota sendiri sampai ke tumasek.


(36)

26

Pengeran Benbahara SriMaharaja Permaisura sedangkan Awang Semaun tetap tidak mengganti namanya hanya saja bergelar Pangeran Tumenggung.

Dari pernikahan Sultan Muhammad Syah dengan putri Johor, lahir seorang putri yang diberi nama Putri Ratna Dewi, selanjutnya putri Ratna Dewi diperistri oleh Ong Sum Ping (Awang Sunting- Pelat Brunei)7, Ong Sum Ping mempunyai adik bernama Putri Kinabatangan (chinabatangan) selanjutnya diperistri oleh Pateh Barbai dengan gelar Sultan Bendahara yang menjadi sultan Brunei kedua dengan panggilan Sultan Ahmad, menggantikan Sultan Muhammad Syah. Pernikahan Sultan Ahmad (Pateh Berbai) dengan adik Ong Sum Ping, menjadikan ia keluaraga kesultanan Brunei. Selanjutnya Ong Sum Ping menikah dengan putri Sultan Muhammad Shah dan ia mendapatkan gelar ‘Pangeran Maharaja Lela’.8 Dari pernikahan Pateh Barbai dengan Putri Kinabatangan lahir seorang putri bernama Ratna Kesuma yang diperistri oleh Syarif Ali, seorang keturunan Arab. Syarif Ali menjadi Raja Brunei yang ketiga (1425-1432) yang juga bergelar sebagai ”Sultan Berkat”.9

Dari pernikahan Putri Ratna Kesuma dengan Syarif Ali lahir seorang Putra yang di beri nama pangeran muda Sulaiman. Setelah sultan Syarif Ali meninggal10

7

Ia seorang utusan Maharaja China yang diperintahkan untuk mengambil Mutiara Kumala yang berada di mulut seekor naga di gunung Kinabatang (sebuah nama tempat di Sabah)

8

Dalam syair Awang Semaun disebutkan: Bermenantu sudah Raja di mingsing.

Anak Raja China namanya Wang Sunting Laki istri sama sebandig,

Keduanya patut tiada berbanding. Diberi nama baginda ter’ala, Dijadikan Pangeran Maharaja Lela. Di dalam negeri ialah kepala, Habis pengikut rakyat segala. 9

Al-habib Alwi bin Thahir Al-Haddad “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh” edisi revisi, Penerbit Lentera 2001. h 144-145

10

Sultan Sayrif Ali meninggal pada malam kamis bulan Jumadhil awal 836 Desember 1432.


(37)

27

barulah putranya, Pangeran Muda Sulaiman dinaubatkan menaiki tahta Kerajaan Brunei sebagai Sultan Brunei yang keempat dengan nama Sultan Sulaiman(1432-1485). Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa sultan Sulaiman disebut dengan sanjungan gelar “Sang Aji Brunei” atau “Adipati Agong”. Ia banyak menerima didikan agama Islam dari ayahnya dan juga ia seorang raja yang waspada tentang keselamatan dan ketenteraman. Dia membangun kota Batu sebagai benteng Negeri Brunei. Sultan Sulaiman mempunyai seorang Putra yang bernama pangeran muda Bolkiah. Dalam silsilah raja-raja Brunei tidak disebutkan istri dari sultan Sulaiman. Baginda Sulaiman merupakan Begawan sultan pertama dalam catatan silsilah raja-raja Brunei.

Dari raja Sulaiman silsilah sultan Bolkiah di mulai, setelah sultan Sulaiman meninggal maka pangeran muda Bolkiah menaiki tahta menjadi Sultan Brunei yang kelima bergelar Sultan Bolkiah (1485-1524). Di bawah kepemimpinannya ialah Brunei menjadi Kesultanan yang maju dan besar. Sultan Bolkiah menikah dengan putri dari suluk yang bernama Putri Laila Menchanai11 dan dikaruniai seorang putra bernama pangeran muda Abdul Kahar. Ketenaran Bolkiah menjadikan Brunei sebagai salah satu kerajaan yang maju pada abad ke-15 selain Aceh, Brunei sebagai tempat sasaran berdagang. Sultan Bolkiah Wapat pada 9 Ramadan 930H bersamaan 11 Juli 1524M12 dan kepemiminannya diteruskan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Kahar menjadi sultan yang keenam yang terkenal dengan sebutan “ Mahrum Keramat” (1524-1530. Selanjutnya kesultanan di teruskan oleh putra dari sultan Abdul Kahar iaitu Sultan Saiful Rijal

11

Setengah riwayat menyebutkan ia putri dari tanah jawa dan ada pula meriwayatkan bahwa ia berasal dari BEUH yang dijumpai dalam masa pelayarannya Bolkiah mengembara di kepulawan Nuasantara.

12


(38)

28

1581), sekaligus menjadikan sultan yang ketujuh. Dari sultan Saiful Rijal kesultanan di teruskan oleh putranya yang bernama Sultan Shah Brunei (1581-1582) dan Sultan Muhammad Hasan (1582-1598). Sultan Muhammad Hasan menjadi sultan yang kesembilan.

A. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu perhatian sentral masyarakat Islam. Secara terminologi, “Pendidikan Islam” adalah suatu proses yang komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, meliputi intelektual, emosi, fisik sehingga seorang muslim disiapkan dengan baik untuk menjadi hamba Allah di dunia.13 Sedangkan terbentuknya jaringan ulama Timur Tengah dengan kawasan Asia, terjadi dengan cara media pendidikan agama yang menghadirkan pola pendidikan Islam melalui halaqoh-halaqoh, surau, masjid hingga terbentuknya sistem pendidikan pormal di kawasan Asia Tenggara.

Memang tak ada keterangan yang menjelaskan secara rinci terhadap sultan Bolkiah bagaimana ia mendapatkan pendidikan, akan tetapi kita bisa melihat itu semua dari beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa Bolkiah mendapatkan itu semua dari peranan keluarga, terlebih ayahnya sultan Sulaiman.

Sedangkan Sultan Sulaiman mendapatkan pendidikan dari ayahnya Sultan Syarif Ali, Sulaiman bukan hanya bijaksana dalam pentadbiran tetapi juga berusaha menunjukan teladan dalam meluaskan penyebaran Islam. Dia juga mencontohkan berani dan jujur dalam memimpin rakyatnya karna sulaiman berpikir bahwa putranya (Bolkiah) akan mewarisi tahta kerajaan sehingga perlu

13

Taufik Abdullah. “Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara” LP3ES 1989. h 409


(39)

29

dibimbing, dilengkapi diri sebagai seorang manusia yang mengenal tujuan hidupnya. Sultan Sulaiman terus mendidik dan menasehati terhadap Bolkiah agar menunaikan kewajiban yang seharusnya dilakukan seorang pemimpin terhadap rakyatnya dan membimbing mereka ke arah cara Islam yang diridhoi allah SWT.14 Bukan itu saja, ternyata gemarmya sultan Bolkiah mengembara hingga ia mendapatkan julukan “Nahkoda Ragam” mendatangkan pengalaman yang luas dan memahami keadaan alam nusantara yang terdiri pulau-pulau, aneka ragam corak laut dan daratan. Keadaan itu menjadikan Bolkiah amat mencintai hidup berlayar di samping hiburan dan mendapatkan pendidikan dari alam.15 Pengetahuan yang di peroleh itu ia gunakan untuk kemakmuran rakyatnya dan juga kemajuan kesultanan Brunei Darussalam.

B. Kemashuran

Kebesaran nama Brunei membawa keberuntungan bagi raja-raja yang memimpinya. Terjadi kontak perdagangan dengan China, Arab, Persia dan India. Inilah yang menjadi bukti betapa terkenalnya kesultanan Brunei kala itu, dari masa kepemimpinan sultan Muhammad Syah, sultan Ahmad, sultan Syarif Ali dan sultan Sulaiman. Akan tetapi kesultanan Brunei mulai mengalami kemajuan ketika Syaif Ali menaiki tahta dan puncak-puncaknya pada kepemimpinan sultan Bolkiah dan seterusnya.

Kemashuran sultan Bolkiah menaiki tahta kerajaan, dan memimpin pemerintahan terus-menerus ia jalankan dengan rasa keadilan. Semasa menjalankan pemerintahan, sultan Bolkiah terkenal sebagai seorang raja yang

14

Yura Salim.”Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002. h 45-46

15


(40)

30

gagah perkasa, dan ia juga gemar melakukan pengembaraaan menggunakan kapal layar sehingga dengan kegemaran inilah ia mendapatkan sebutan “Anak Kuda Ragam” atau “ Nahkoda Ragam”.16 Sejarah mencatat bahwa pada zaman inilah Brunei termashur ke seluruh kepulauan nusantara, sedangkan kekuasaannya bukan saja meliputi kepulauan Borneo,17 bahkan sampai sebagian kepulauan Filipina menjadi pesisir Brunei.18

Bahkan karena kesukaannya berlayar ke luar negri, setiap kali berangkat berlayar angkatannya dilengkapi dengan makanan, serta alat kebesaran Diraja Brunei yang mengandung berbagai alat bunyi-bunyian, diiringi oleh ahli-ahli tertentu, serta hulu belalang yang taat sebagai anak buah kapal yang mahir dan mengetahui keadaan bintang-bintang di langit dan alam lautan. Diriwayatkan dalam pelayarannya baginda membawa segantang lada sulah, yang mana akan ditinggalkan sebiji setiap pulau-pulau yang dilalui, disinggahi sehingga tidak tersisa sebiji pun.19

Begitu besarnya nama Sultan Bolkiah, melakukan perluasan pemerintahan sampai Suluk dan Seludang. Hal ini tersebut dalam silsilah raja-raja Brunei dari Datu Imam Aminuddin:

Dan sultan (Sulaiman) itulah beranakan sultan Bolkiah, ialah berperang dengan bangsa Suluk dan Seludang, nama rajanya Datu Gamban. Maka sultan Bolkiah ialah juga dinamakan orang tua-tua, ‘Nahkoda Ragam’. Ialah beristri akan Lela Menchanai.

16

Kapten kapal ragam. Sedangkan dalam Bustanus-Salatin (sejarah Melayu) sultan Bolkiah bergelar Adipati Suluk pada zaman ayahhanda Sultan Sulaiman (1432-1485) menunjukan suluk dan sabah pada masa itu di bawah naungan Brunei Darussalam.

17

Liat lampiran no.9 18

Yura salim.“Ririsej Sejarah Brunei”.Ibid ,h 3 19


(41)

31

Sejak sultan Bolkiah memerintah, Brunei menjadi berkembang akan tetapi ia belum berpuas diri dengan apa yang dicapainya, ia meminta para wajir, mentrinya, untuk memikirkan rancangan baru untuk memajukan kesultanan. Selanjutnya sultan Bolkiah belayar mencari pengetahuan dan pengalaman, apa-apa yang ia dapa-apatkan sewaktu berlayar dikasihkan kepada mentrinya untuk dikaji. Jika terdapat kesesuain tehadap rakyat Brunei, sebarkanlah bagi kemakmuran rakyat dan kesultanan Brunei.

Hal ini terbukti ketika Bolkiah menurunkan jangkarnya di kepulauan Jawa, ia mendengar cerita bahwa Jawa terkenal dengan kekayaan buminya, sekalipun Brunei namanya terkenal tetapi sangat terbelakang dalam masalah pertanian dengan Jawa masa itu. Ketika Bolkiah mendarat di pulau Jawa ia melihat ladang-ladang hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan makanan dan hasil bumi paling pokok di Asia Tenggra dan abad ke-15, padi sudah menjadi tanaman yang disukai di mana saja bisa tumbuh dengan baik.20 Dengan melihat itu semua ia sadar bahwa padi sangat berarti bagi masyarakat Jawa apalagi bagi masyarakat Brunei. Dari sinilah orang Jawa dibawa ke Brunei untuk mengajarkan rakyat Brunei menanam padi untuk kemakmuran rakyatnya. Nama daerah itu ialah Distrik Jerudung, hingga sekarang daerah tersebut terkenal sebagai daerah penghasil padi dan tanaman pangannya.21

20

Anthony Reid. “Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680”. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992. h 23

21Ahmad Ibrahim, DKK.”Islam di Asia Tenggara “Perkembangan kontemporer”: LP3ES 1990. h 388-389.


(42)

32

BAB IV

KIPRAH SULTAN BOLKIAH V DI BRUNEI 1485-1524

A. Perluasan Wilayah

Kontak-kontak kultural antara bangsa serumpun di Asia Tenggara semenanjung dan kepulauan, sesungguhnya telah terjalin baik secara teoritis maupun empiris. Hal ini banyak persamaannya dengan konsep/praktek bernegara di Brunei Darussalam dengan kerajaan Melayu lainya, akhirnya Brunei menjadi ciri politik yang bertahan dan berkembang, terutama adanya cara dan bukti bernegara yang mandiri dan sekaligus dikenal di kawasan Nusantara.1

Letak geografis yang setrategis, yang dilewati para saudagar-saudagar baik Arab, China dan India, mengakibatkan Brunei melakukan kontak politik melalui perdagangan. Perluasan politik Brunei pada awalnya sudah digambarkan oleh cacatan-cacatan China, bahwa kala itu Brunei sudah melakukan kontak politik dengan cara perdagangan, secara tidak langsung kesultanan Brunei menjadi besar dan terkenal.

Dalam Sejarah Dinasti Sung (960-1279) bahwa Puni atau Brunei ialah sebuah negri yang besar dan kuat, memerintah 14 buah daerah. Rakyatnya gagah perkasa, jika perang mereka menggunakan pedang, tombak, dan memakai Baju perang yang mana terbuat dari tembaga, baju perang tersebut berguna untuk melindungi badan dari musuh.2 Diceritakan bahwa Marco Polo yang pernah

1

Lik Arifin Mansurnoor. Kesultanan Brunei Ditinjau dari konsep Pemerintahan di Dunia Melayu dan Konsep yang Tergambar Dalam Teks Lokal. Universitas Brunei Darussalam 1995. h 1

2

Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Kerajaan Awal Brunei. www.kkbs.gov.bn h 46.


(43)

33

berkunjung ke China dan negri-negri rantau, menyatakan bahwa pada 1291 perdagangan antara Puni dan China berjalan baik.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mempunyai akibat terjalinnya politik antara Portugis dengan Brunei Darussalam. Brunei menjadi daerah jalur niaga dari Malaka ke daerah penghasil rempah-rempah di daerah Ternate.3 Tome Pires dan Ruy de Brito yang menyebutkan bahwa terdapat sekurang-kurangnya tiga buah jong dari Brunei datang ke Malaka dengan membawa bahan-bahan mentah seperti beras, ikan, daging, hasil ternakan, madu lebah, sagu, kulit-kulit kerang, emas dan kapur barus. Selanjutnya dari Malaka, bahan-bahan ini dibawa pulang ke Pegu sedangkan bahan-bahan yang dibeli dan dibawa balik oleh pedagang-pedagang Brunei ialah kain India, cermin serta alat perhiasan dari Asia Barat.4

Pada masa sultan Bolkiah V perluasan wilayah kesultanan Brunei meliputi Suluk dan Seludang. Sultan Bolkiah V menikahi putri raja suluk dan melumpuhkan Seludang. Pernikahan politik ini mengakibatkan kekuasaan Brunei semakin luas sampai ke Filipina, bahkan Suluk dan Seludang (Manila) menghantar upeti ke Brunei setiap tahun.5 Pada masa Sultan Bolkiah V hubungan perdagangan Brunei dengan Manila, Tondo, Balayan, Mindoro, Cebu, Cabayan, Suluk, dan Mangindanao berjalan baik. Akan tetapi setelah Spanyol menginjakan kaki di Cebu dan Manila, hubungan perdagangan itu terputus.6

3

Marwati Djoened Poesponegoro ,Sejarah Nasional Indonesia 111. Balai Pustaka, Jakarta, 1993. h 130

4

Muhammad Yusoff Hashim Ph.D” Kesultanan Melayu Malaka” Ibid 250 5

Haji Zain bin Haji Serudin. Ibid. h 77 6

Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei. www.kkbs.gov.bn h 41


(44)

34

Kemashuran sultan Bolkiah sebagai Nahkoda Ragam, dengan kegemarannya berlayar melakukan pengembaraaan menggunakan kapal layar, turut membantu dalam perluasan politiknya, tetapi perlayarannya bukan tidak mempunyai tujuan. Akan tetapi disamping hubungan politik dengan bangsa lain, ia juga bertujuan mencari bahan yang akan memajukan Negara dan rakyat Brunei Darussalam.7 Hal ini terbukti ketika Bolkiah menurunkan jangkarnya di kepulauan Jawa, ia mendengar cerita bahwa Jawa terkenal dengan kekayaan buminya, sekalipun Brunei namanya terkenal tetapi sangat terbelakang dalam masalah pertanian dengan Jawa masa itu. Ketika Bolkiah mendarat di pulau Jawa ia melihat ladang-ladang hijau, ditumbuhi padi. Bahkan beras merupakan bahan makanan dan hasil bumi paling pokok di Asia Tenggra dan pada abad ke-15, padi sudah menjadi tanaman yang disukai, di mana saja bisa tumbuh dengan baik.8 Dengan melihat itu semua ia sadar bahwa padi sangat berarti bagi masyarakat Jawa apalagi bagi masyarakat Brunei. Dari sinilah orang Jawa dibawa ke Brunei untuk mengajarkan rakyat Brunei menanam padi.

B. Proses Islamisasi

Penyebaran Islam sangat erat hubungannya dengan prosesnya islamisasi. Dari proses tersebut dapat diketahui siapa yang mengenalkal Islam, penerima Islam, negri asal mereka, dan juga jaringan yang digunakan. Akan tetapi secara garis besar, penyebaran Islam dan prosesnya dapat dilakukan melalui jalur perdagangan, perkawinan, birokrasi, pendidikan, sufisme, seni, dan lain-lainnya.9 Pada masa awal perdagangan mempunyai peranan yang penting khususnya bagi

7Brunei Berdaulat” Kerajaan Negara Brunei Darussalam. Ibid h 64.

8

Anthony Reid. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680. Ibid. h 23 9


(45)

35

saudagar muslim, sedangkan kedatangan mereka ke beberapa pantai di dunia Melayu, melalui rute dari Arab-Persia-India-dunia Melayu-Tiongkok. Para pedagang muslim tersebut bukan hanya berdagang akan tetapi mereka mengenalkan dan menyebarkan agama Islam.

Hubungan antara kelompok pedagang Muslim dan komunitas lokal diwujudkan secara bertahap. Lewat komunitas jenis inilah proses islamisasi terjadi, lebih-lebih ketika perkawinan terjadi antara pedagang Muslim dan penduduk lokal, sehingga keluarga Muslim yang besar terbentuk.

Sejarah mencatat bahwa Islamisasi melalui pernikahan sering kali terjadi, sama halnya merujuk kepada sejarah Brunei. Pernikahan raja Brunei Awang Alak Betatar dengan putri Johor pada masa Pemerintahan Muhammad Syah, sehingga Awang Alak Betatar beralih memeluk Islam.10 Masuk Islamnya Awang Alak Betatar menjadi babak baru bagi kesultanan Brunei dan juga perkembangan Islam. Proses penyebaran Islam pada dasarnya sudah mulai digiatkan pada masa sultan Ahmad, dengan bantuan seorang Ulama yang kemudian diangkat menjadi menantu oleh sultan Ahmad, yaitu Syarif Ali Mufaqih Muqaddam atau Syarif Berkat. Meninggalnya sultan Ahmad, kepemimpinan di teruskan oleh sultan Sharif Ali Mufaqih Muqaddam dengan dukungan rakyat Brunei. Syarif Ali berasal dari Taif keturunan dari Rasullulah salallah alaihi wa sallam melalui Sayidina Hasan akan tetapi tidak disebutkan ayahnya dengan jelas,

10


(46)

36

hanya disebutkan Syarif Ali bin Abu Numaie.11 Dan kedatangnnnya ke Brunei membawa sebilah pedang yang terkenal dengan nama pedang Si-Bongkok.12

Naiknya Syarif Ali Mufaqih membuat Islam mulai berkembang, usaha-usaha tersebut dilakukannya secara berangsur-angsur dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat Brunei sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang Syariat Islam di kerajaan Brunei.13 Selain itu, sultan mendirikan Masjid yang pertama dengan media ini, ia menggiatkan Shalat Fardhu dan jum’at berjamaah di masjid.14

Usaha dan perluasan penyebaran Islam dilanjutkan Sultan-sultan Brunei berikutnya. Salah satunya adalah Sultan Bolkiah V , sedangkan Media yang dilakukan Sultan Bolkiah dalam menyebarkan Islam di Brunei. Dari data yang didapatkan bahwa beberapa sumber menjelaskan, disamping ia melanjutkan dari sultan-sultan yang sebelumnya yaitu dengan cara masjid digunakan sebagai sarana ibadah, undang-undang yang telah ada dan juga melakukan pernikahan. Hal ini terbukti, pada masa memangku kekuasaannya dia menikahi puteri Sulu. Pernikahan politik ini segera saja mempercepat tali ikatan kekerabatan antara dua kesultanan besar di sana, Brunei (Borneo) dengan Bazingh di Sulu. Pada saat yang

11

Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri. “Raja-raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei.” Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 19. Menurut penyelidikan bahwa Nasab Sultan Syari Ali:

“Syarif Ali bin Ajlan bin Rumaithah bin Muhammad Abu Numaie Al-Awal bin Abu Saad Al-Hasan bin Ali Al-Akbar bin Abu Aziz Qatadah bin Idris bin Muta’in bin Abdul Karim bin Isa bin Husain bin Sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abu jaafar Muhammad bin Abdullah Al-Akbar bin Muhammad Al-Tha’er bin Musa Al-Thani bin Abdullah Al-Radhi Al-Syeikh Al-Saleh bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Muhudh bin Hasan Al-Muthanna bin Hasan Al-Sibti bin Ali bin ibni Abu Talib Kamarallahu Wajhahu.”.

12

Lihat Lampiran no.10 13

Adanya undang-undang Islam bernama “Hukum Kanun Brunei” yang mana berisikan 96 muka surat (halaman) dan 47 pasal, sedangkan yang berkaitan dengan adat istiadat setempat di atur dalam undang-undang adat Brunei, atau disebut dengan “Naskah Lawas” yang mana terdiri dari 67 muka surat (halaman)

14


(47)

37

sama Islam telah mapan berdiri tegak di sebagian Sumatra dan Jawa, bahkan Islam telah memiliki pangkalan militer di wilayah Borneo Utara dan semenanjung Melayu.15 Hal ini tidak lepas dari peranan orang-orang Melayu Malaka sebagai penyebar Islam di semenanjung Sumatra dan Jawa.16 Silsilah Raja-raja Brunei Versi Datu Imam Aminuddin menyebutkan:

Dan Sultan (Sulaiman) itulah beranakan Sultan Bolkiah, ialah berperang dengan bangsa Suluk dan ialah mengalahkan Negeri Suluk dan Seludang, nama Rajanya Datu Gamban. Maka sultan Bolkiah ialah juga dinamakan orang tua-tua,“Nahkoda Ragam”. Ialah beristrikan akan putri Leila Menchanai.

Hasil dari menikahi putri raja Sulu, dan penguasaan Seludang telah meluaskan pengaruh baginda di sana, dan Berjaya meningkatkan perdagangan Brunei serta perkembangan syiar Islam di pulau itu. Disisi lain Sultan Bolkiah gemar mengembara menggunakan kapal laut, sebagai mana telah di sebutkan pada bab sebelumnya. Kebesaran Nahkoda Ragam, memberikan pengaruh terhadap kemajuan dalam perkembangan Islam di Brunei.17 Bahkan sampai seluruh kepulaun Borneo, Sedu (Serawak), Pontianak, Sambas, Banjarmasin, Berau, Kelaka, Bolongan, Pasir Kutai, Seludang (Sabah), Kepulauan sulu, Palawan dan Manila di Filipina Selatan.18 Menurut catatan Antonio Pigafetta, meskipun kebanyakan masyarakat Brunei sudah memeluk agama Islam sejak awal abad ke-15 M, namun aktivitas kebudayaan masyarakat pada waktu itu masih sangat kental dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Animisme.19

15

Cesar Adid Majul. Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan. Al-Hilal Jakarta, 1987. h 23 16

D.G.E.Hall. Sejarah Asia Tenggara. Ibid. h 194-195

17

Lihat lampiran no.11 18

Apipudin Sm, Sejarah Asia Tenggara. Ibid ,h 94 19


(48)

38

Disisi lain, bahwa Islam memberikan identitas penting kepada dunia Melayu melalui raja. Peranan raja dalam pengislaman yang sebagaimana yang tergambar dalam teks-teks Melayu seperti Hikayat raja-raja Pasai, Sejarah Melayu dan Hikayat Merong Mahawangsa, jelas menunjukan centralitas seorang raja dalam agama. Pendidikan agama yang keluarga ajarkan kepada sultan Bolkiah, menyebabkan ia mengedepankan nilai-nilai keagamaan dalam meluaskan penyebaran ajaran Islam.

Di Mindanao mubaliq-mubaliq Islam yang datang dari Brunei dan Ternate telah mendirikan Masjid dan sekolah agama sebagai tempat pengajaran Al-Qur’an. Paderi Domino de Salazar dalam laporannya pada tahun 27 juni 1588, menyebutkan:20

Di pulau Mindanao, undang-undang Islam telah disiyarkan secara terbuka yang diadakan sudah lebih tiga tahun oleh ulama-ulama dari Brunei dan Ternate yang datang kesana-bahkan di antaranya dipercayai datang dari Mekah. Mereka telah membina beberapa buah masjid, dan budak-budak lelaki dikhitankan dan di sana ada sebuah sekolah tempat mengajar Al-Qur’an.

Perkembangan Islam di Brunei pada kenyataannya berkesinambungan. Hal ini dapat dilihat bahwa ketika sultan Bolkiah meninggal kepemimpinan di teruskan oleh putranya yaitu sultan Abdul Kahar bin sultan Bolkiah. Abdul kahar terkenal seorang raja yang sangat alim dan kuat mengembangkan akidah syariat Islam. Di masa Abdul Kahar Brunei telah dikunjungi dan dilewati ulama-ulama pengembang Islam dari beberapa pesisir di pulau Borneo dan kepulauan selatan Filipina.21 Akan tetapi penyebaran Islam di Filipina tidak selalu berjalan lurus, hal ini terbukti ketika Spanyol mendarat di Filipina tahun 1565, melihat da’i dari

20

Dr, Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri, “lika-liku Perjuangan Percapaian. Ibid . h XLII 21


(49)

39

Borneo melakukan dakwahnya di pulau Luzon dan pulau Mindoro. Orang-orang Spanyol memandang orang-orang Borneo itu sebagai saingan mereka dan batu penghalang bagi ambisi kolonialisme mereka.22 Mereka tak segan-segan merampok semua kapal yang datang dari Borneo dengan menghancurkan perekonomian Borneo, bertujuan sebagai langkah awal menuju perkembangan pengaruh kekuasaannya atas Filipina.

Bahkan Don Fancisco de Sande pernah mengirim surat kepada Sultan Saiful Rijal pada 13 April 1578 mengenai permintaan agar pihak Brunei menghentikan persebaran agama Islam di kepulauan Filipina.

C. Kemajuan Bidang Ekonomi

Sejarah mencatat bahwa, Asia Tenggara merupakan sebutan yang umum dipakai untuk menggambarkan wilayah daratan Asia bagian timur yang terdiri Jazirah Indo-China dan banyak kepulauan, yang meliputi Indonesia dan Filipina.23 Salah satu Negara yang turut andil dalam kontak perdagangan dan menjadi pelabuhan yang maju di Asia Tenggara ialah kesultanan Brunei Darussalam.

Sebagaiman telah tersebut dalam bab sebelumnya, bahwa Brunei dalam sejarahnya menurut laporan China sudah melakukan kontak perdagangan dengan China. Kala itu Brunei disebut dengan Po-li, Po-lo atau Pu-ni, sedangkan letaknya di sebelah laut barat daya China24. Sedangkan pengembara Arab

22

Cesar Adid Majul. Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan. Ibid. h 29-30 23

D.G.E. Hall. Sejarah Asia Tenggara, Ibid. h 3 24

Diketahui bahwa jarak yang di tempuh ialah, jika mengikuti tiupan angin biasa jauhnya dua bulan perjalanan ke China. Sedangkan ke Jawa 45 hari jarak tempuhnya, ke San-Bo-Tsai (Palembang ) 40 hari dan ke Champa 30 hari.


(50)

40

menyebutnya sebagai bandar negri terapung di atas air, cuacanya panas dan pasang surutnya dua kali sehari.

Kepastian Pu-ni itu Brunei diketahui dari kisah Pu Zhong Min,25 yang telah dihantar oleh raja China bernama Chun You ke Pu-ni pada 1247 M dan ia meninggal dunia di Pu-ni, sebagaimana ditemukan Batu nisan Pu Zhong Min di Brunei ternyata Pu-ni itu Brunei.26 Catatan China ini, menggambarkan bahwa kemajuan Brunei mempunyai proses dan perjalanan sejarah yang panjang.

Masuk Islamnya para raja Brunei, telah menambahkan dimensi baru dalam konsep pemerintahan. Islam bukan hanya memperkenalkan sistem keagamaan baru, melainkan juga sistem ekonomi.27 Kemajuan Brunei sudah terlihat ketika Syarif Ali menjadi sultan Brunei, dengan dibangunnya kota Batu sebagai pusat pemerintahan.28 Sejarah mencatat puncak kemajuan Brunei masa Sultan Bolkiah, bisa terlihat dari laporan para pengembara Magellan. Sebagaimana disebutkan Antonio Pigafetta dalam perjalannya ke Brunei:

Ketika sisa-sisa ekspedisi Magellan mencapai Brunei pada tahun 1521, mereka dijamu dengan serangkaian lauk-pauk daging yang belum pernah meraka lihat:” tiap (sembilan) baki membawa sepuluh atau dua belas piring porselen yang penuh dengan anak lembu, daging ayam, daging merak, dan daging hewan lainya serta ikan. Kami makan di lantai bertikar anyaman dengan tiga puluh atau tiga puluh dua macam daging, selain ikan dan makanan-makanan lainnya” (pigafetta 1521: 189).29

25

Lihat lampiran no.12 26

Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri. Raja-raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei.Ibid h 1.

27

Milner, A.C.Kerajaan: Malay Politic Culture. Tuscon. University of Arozona Press. 1982. h 3.4

28

Ahmad Cholid Sodrie. Hubungan Indonesia Dengan Brunei Darussalam Melalui Kajian Inskripsi Pada Batu Nisan.Balai Arkeologi Yogyakara, 1995. h 1

29


(51)

41

Laporan lainnya tentang pengembara magellan Antonia Pigafetta, yang telah merekam perasaan takjubnya terhadap kekayaan dan keindahan Brunei masa Sultan Bokiah V. Dia Menyebutkan:

Kami pergi ke istana dengan menaiki gajah dan orang yang membawa hadiah-hadiah kami itu berjalan di hadapan kami seperti di hari sebelumnya juga. Semua jalan-jalan dari rumah gubernur hingga ke istana raja dipenuhi oleh orang yang memegang pedang, tombak, dan perisai, mereka ini adalah diperintah oleh raja. Kami telah dibawa ke istana raja dengan menaiki gajah juga. Kami dibawa naik oleh beberapa gubernur itu keatas pentas dengan diiringi oleh beberapa orang pegawai, dan masuk ke dalam suatu dewan yang besar yang penuh dengan menghadap raja. Dalam dewan ini kami telah didudukkan di atas permadani dengan hadiah-hadiah di dalam tempayan dekat kami.30

Kemajuan Brunei terutama disebabkan oleh posisi geografis yang terletak pada jalur lintas perlayaran dan pedagangan internasional di laut China Selatan. Laut China Selatan yang menjadi alur utama lintas barang, jasa dan orang, antara bagian barat (Asia), China, Asia Tenggara daratan dan Nusantara. Karna pelabuhan Brunei menurut pengembara Arab adalah pelabuhan yang aman, terlindung dan kaya, sehingga berbagai bangsa berniaga. Selain Arab, terdapat juga peniaga dari China, Jawa, Siam, Palembang, Kelantan, Pahang, Kamboja, Makassar, Suluk dan Pattani. Tujuanya tiada lain untuk berniaga di pelabuhan Brunei. Sedangkan fungsi pelabuhan ialah sebagai penghubung antara jalan maritim dan jalan darat.31

Pada abad ke-15 rute perjalanan perlayaran dan perdagangan dari Malaka ke Filipina melewati Brunei. Alasan yang sangat sederhana sekali ialah karna abad 15 negara Brunei sudah menjadi dermaga yang maju. Di samping itu juga bagi pedagang yang masuk ke Brunei tidak dikenakan pajak. Disisi lain bahwa

30

Brunei Berdaulat” Ibid h 63. 31

Marwati Djoened Poesponegoro ,Sejarah Nasional Indonesia 111. Balai Pustaka, Jakarta, 1993. h 153


(52)

42

jalur Brunei ke Filipina di pakai Portugis menuju Maluku. Hal ini diperkuat dengan laporan kapal Victoria dan Trinidade dari ekspedisi Magella dari Filipina ke Tidore pada tahun 1521.

Di bawah kepemimpinan Sultan Bolkiah, pelabuhan Brunei semakin berkembang. Ada beberapa Faktor yang mendukung kemajuan pelabuhan Brunei terlebih dalam bidang ekonomi, adalah:32

1.Pelabuhan Brunei aman, selamat dan terlindung dari angin ribut 2.Pelabuhan Brunei kaya dengan barang makanan, air.

3.Penduduk Brunei berbudi bahasa, mesra dan ramah tamah, senang membuat hubungan

4.Cara jual beli teratur dan barang-barang yang diniagakan selamat dan dilindungi oleh pihak pemerintah

Sedangkan barang-barang yang di jual di pelabuhan Brunei ialah kapur barus, batu permata, lilin, madu lebah, mutiara, emas, tembikar, sutera, rotan dan barang-barang makanan. Pada masa awal pertumbuhan Brunei dapat berkembang karena dukungan oleh adanya hubungan dagang dengan China sejak abad sebelum kedatangan Islam, selain mendapat proteksi lewat hubungan dagang dengan China. Kesultanan Brunei juga mendapat keuntungan dari perdagangan yang telah terjalin sejak lama. Perlu di ketahuai bahwa bangsa China merupakan konsumen terbesar atas produk-produk yang di hasilkan wilayah Asia Tenggara seperti rempah-rempah, sirip ikan hiu, tripang dan berbagai macam hasil laut dan hutan. Menurut Tome Pires, bahwa pada tahun 1520 masyarakat Brunei pada umumnya memperdagangkan emas, lilin, madu lebah, beras, ikan, daging, kulit

32

Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei. www.kkbs.gov.bn h 38


(53)

43

kerang dan sagu. Sedangkan catatan Pigefetta memberikan informasi bahwa saat itu kesultanan Brunei sudah mampu mengembangkan sistem perdagangan yang komplek dan wajar, serta menjalin hubungan dengan Negara-negara di semenanjung Melayu.

Brunei terkenal sebagai penghasil emas yang besar. Di samping karena kualitasnya yang sangat baik, kuantitasnya yang sangat melimpah juga sehingga membuat negri Brunei terkenal. Tome Pires menyebutkan bahwa pada tahun 1515, bahwa Brunei adalah satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang mengekspor kulit kerang, bahkan kulit kerang dan emas menjadi ciri khas Brunei di mancanegara.

Di sisi lain, ternyata jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511 menjadi pendorong kesultanan Brunei menjadi kekuatan kelautan dan perniagaan Melayu, menjadi pelabuhan yang maju dalam ekonomi dan perdagangan.33 Para pedagang muslim Arab, China dan India yang dahulu ke Malaka sebagai pertemuan dagang dari berbagai bangsa, kemudian mulai beralih ke wilayah pelabuhan yang lain salah satunya Brunei. setiap kapal yang masuk ke Malaka dikenakan pajak yang besar.

Sebelum kedatangan Spanyol, perekonomian Filipina terutama banyak dipengaruhi oleh Brunei (borneo, kalimantan).34 Pengaruh ekonomi Borneo ini sangat dominan sekali dan kian besar saja di Filipina. 35 Kemajuan Brunei dalam perekonomian ternyata diteruskan oleh sultan selanjutnya. Bahkan pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Kahar Brunei mempunyai mata uang sendiri yang disebut Pitis. Mata uang itu sah digunakan bagi pertukaran perniagaan dalam

33

Cesar Adib Majul.Dinamika Islam Filipina. LP3ES 1989. h 9 34

Lihat lampiran no.13 35


(54)

44

wilayah kesultanan Brunei.36 Sedangkan pada masa pemerintahan sultan Muhammad Hasan (1582-1598). Tiap-tiap kapal yang masuk ke pelabuhan Brunei dikenakan cukai. Kapal besar cukainya 1000 riyal sedangkan untuk kapal kecil cukainya 700 riyal. Akan tetapi jika saudagar atau nahkoda kapal memohon bebas dari cukai, hal ini bisa dipertimbangkan dengan syarat saudagar atau nahkoda kapal hendaknya memberikan barang persembahan dan hadiah kepada raja dan pembesar-pembesar baginda menurut selayaknya. Setelah memberi hadiah, maka saudagar itu pun bebas berjual beli, dan hartanya pun tidak akan dirampas.37 Setelah pelabuhan Brunei termashur dan diketahui oleh saudagar-saudagar asing, maka ramailah saudagar dan nahkoda datang berduyun-duyun ke Brunei, untuk berniaga dengan penduduk Brunei dan saudagar dari Negara lain. Mereka datang dari Arab, China dan India, ada juga yang datang dari berbagai wilayah jiran seperti Pegu, Patani, Manila, Suluk, Balayan, Mindoro, Mangindanao, Jawa, Bugis, Batak, Palembang, Aceh. Minangkabau, Pahang, Malaka, Terenggganu, Kelantan, Riau, Siam dan Kamboja.

36

Yura Halim,Ririsej Brunei Darussalam, Ibid. h 52

37 Awang Haji Muhammad bin Abdul Latif. Perdagangan Awal Brunei. Ibid. h 40


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)