Perluasan Wilayah KIPRAH SULTAN BOLKIAH V DI BRUNEI 1485-1524

saudagar muslim, sedangkan kedatangan mereka ke beberapa pantai di dunia Melayu, melalui rute dari Arab-Persia-India-dunia Melayu-Tiongkok. Para pedagang muslim tersebut bukan hanya berdagang akan tetapi mereka mengenalkan dan menyebarkan agama Islam. Hubungan antara kelompok pedagang Muslim dan komunitas lokal diwujudkan secara bertahap. Lewat komunitas jenis inilah proses islamisasi terjadi, lebih-lebih ketika perkawinan terjadi antara pedagang Muslim dan penduduk lokal, sehingga keluarga Muslim yang besar terbentuk. Sejarah mencatat bahwa Islamisasi melalui pernikahan sering kali terjadi, sama halnya merujuk kepada sejarah Brunei. Pernikahan raja Brunei Awang Alak Betatar dengan putri Johor pada masa Pemerintahan Muhammad Syah, sehingga Awang Alak Betatar beralih memeluk Islam. 10 Masuk Islamnya Awang Alak Betatar menjadi babak baru bagi kesultanan Brunei dan juga perkembangan Islam. Proses penyebaran Islam pada dasarnya sudah mulai digiatkan pada masa sultan Ahmad, dengan bantuan seorang Ulama yang kemudian diangkat menjadi menantu oleh sultan Ahmad, yaitu Syarif Ali Mufaqih Muqaddam atau Syarif Berkat. Meninggalnya sultan Ahmad, kepemimpinan di teruskan oleh sultan Sharif Ali Mufaqih Muqaddam dengan dukungan rakyat Brunei. Syarif Ali berasal dari Taif keturunan dari Rasullulah salallah alaihi wa sallam melalui Sayidina Hasan akan tetapi tidak disebutkan ayahnya dengan jelas, 10 Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Ibid . h 25 hanya disebutkan Syarif Ali bin Abu Numaie. 11 Dan kedatangnnnya ke Brunei membawa sebilah pedang yang terkenal dengan nama pedang Si-Bongkok. 12 Naiknya Syarif Ali Mufaqih membuat Islam mulai berkembang, usaha- usaha tersebut dilakukannya secara berangsur-angsur dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat Brunei sendiri. Hal ini terbukti dengan adanya undang- undang Syariat Islam di kerajaan Brunei. 13 Selain itu, sultan mendirikan Masjid yang pertama dengan media ini, ia menggiatkan Shalat Fardhu dan jum’at berjamaah di masjid. 14 Usaha dan perluasan penyebaran Islam dilanjutkan Sultan-sultan Brunei berikutnya. Salah satunya adalah Sultan Bolkiah V , sedangkan Media yang dilakukan Sultan Bolkiah dalam menyebarkan Islam di Brunei. Dari data yang didapatkan bahwa beberapa sumber menjelaskan, disamping ia melanjutkan dari sultan-sultan yang sebelumnya yaitu dengan cara masjid digunakan sebagai sarana ibadah, undang-undang yang telah ada dan juga melakukan pernikahan. Hal ini terbukti, pada masa memangku kekuasaannya dia menikahi puteri Sulu. Pernikahan politik ini segera saja mempercepat tali ikatan kekerabatan antara dua kesultanan besar di sana, Brunei Borneo dengan Bazingh di Sulu. Pada saat yang 11 Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri. “Raja-raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei.” Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 19. Menurut penyelidikan bahwa Nasab Sultan Syari Ali: “Syarif Ali bin Ajlan bin Rumaithah bin Muhammad Abu Numaie Al-Awal bin Abu Saad Al-Hasan bin Ali Al-Akbar bin Abu Aziz Qatadah bin Idris bin Muta’in bin Abdul Karim bin Isa bin Al-Husain bin Sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abu jaafar Muhammad bin Abdullah Al- Akbar bin Muhammad Al-Tha’er bin Musa Al-Thani bin Abdullah Al-Radhi Al-Syeikh Al-Saleh bin Musa Al-Jaun bin Abdullah Al-Muhudh bin Hasan Al-Muthanna bin Hasan Al-Sibti bin Ali bin ibni Abu Talib Kamarallahu Wajhahu.”. 12 Lihat Lampiran no.10 13 Adanya undang-undang Islam bernama “Hukum Kanun Brunei” yang mana berisikan 96 muka surat halaman dan 47 pasal, sedangkan yang berkaitan dengan adat istiadat setempat di atur dalam undang-undang adat Brunei, atau disebut dengan “Naskah Lawas” yang mana terdiri dari 67 muka surat halaman 14 Apipuddin Sm, Sejarah Asia Tenggara. Ibid. h 94 sama Islam telah mapan berdiri tegak di sebagian Sumatra dan Jawa, bahkan Islam telah memiliki pangkalan militer di wilayah Borneo Utara dan semenanjung Melayu. 15 Hal ini tidak lepas dari peranan orang-orang Melayu Malaka sebagai penyebar Islam di semenanjung Sumatra dan Jawa. 16 Silsilah Raja-raja Brunei Versi Datu Imam Aminuddin menyebutkan: Dan Sultan Sulaiman itulah beranakan Sultan Bolkiah, ialah berperang dengan bangsa Suluk dan ialah mengalahkan Negeri Suluk dan Seludang, nama Rajanya Datu Gamban. Maka sultan Bolkiah ialah juga dinamakan orang tua-tua,“Nahkoda Ragam”. Ialah beristrikan akan putri Leila Menchanai. Hasil dari menikahi putri raja Sulu, dan penguasaan Seludang telah meluaskan pengaruh baginda di sana, dan Berjaya meningkatkan perdagangan Brunei serta perkembangan syiar Islam di pulau itu. Disisi lain Sultan Bolkiah gemar mengembara menggunakan kapal laut, sebagai mana telah di sebutkan pada bab sebelumnya. Kebesaran Nahkoda Ragam, memberikan pengaruh terhadap kemajuan dalam perkembangan Islam di Brunei. 17 Bahkan sampai seluruh kepulaun Borneo, Sedu Serawak, Pontianak, Sambas, Banjarmasin, Berau, Kelaka, Bolongan, Pasir Kutai, Seludang Sabah, Kepulauan sulu, Palawan dan Manila di Filipina Selatan. 18 Menurut catatan Antonio Pigafetta, meskipun kebanyakan masyarakat Brunei sudah memeluk agama Islam sejak awal abad ke- 15 M, namun aktivitas kebudayaan masyarakat pada waktu itu masih sangat kental dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Animisme. 19 15 Cesar Adid Majul. Moro Pejuang Muslim Filipina Selatan. Al-Hilal Jakarta, 1987. h 23 16 D.G.E.Hall. Sejarah Asia Tenggara. Ibid. h 194-195 17 Lihat lampiran no.11 18 Apipudin Sm, Sejarah Asia Tenggara. Ibid ,h 94 19 Apipudin Sm, Ibid ,h 93