Kedatangan dan Perkembangan Islam di Brunei

Kajian sejarah memberikan gambaran bahwa penyiaran Islam ke Brunei dilakukan oleh Da’i Mubaliq yang datang dari Arab dan Parsi, melalui negeri China, Indo China dan Melayu. Penemuan Arkeologi yang berangka tahun 440 H 1048 M, memberikan gambaran bahwa islamisasi di Brunei dari abad ke-11, penyebaranya menjadi tangung jawab para pedagang Arab dan Persia. Pedagang tersebut melalui jalan Tiongkok, Indocina, dan Semenanjung Malaya, untuk menyebarkan Islam ke daerah terpencil Brunei Pedalaman Tutung, Belait dan Temburong. Karna penduduk lokal Melayu dari ibukota yang lebih awal memeluk Islam. 23 Sedangkan catatan Cina menerangkan bahwa kerajaan Brunei sudah dikenal orang-orang Cina abad ke-6 M, hubungan Cina dengan wilayah pantai Kalimantan Borneo adalah usaha dari pedagang Arab yang bermukim di Canton sejak abad ke-6. 24 Dan disisi lain bahwa Islam sendiri masuk ke Brunei dipercayai pada tahun 1264 M atau sekitar awal abad ke-13. Hal ini ditandai dengan penemuan batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu 25 yang meninggal pada tahun 663 H-1264 M di perkuburan Islam Rangkas Bandar Sri Begawan. Akan tetapi Chau ju-Kua melaporkan, pada 367977 suatu kerajaan di Borneo barat mengirimkan pula seorang duta bernama P’u A-li ke istana China yang kala itu di kuasai, tetapi 23 Lihat lampiran no 6 24 Apipudin Sm, “Sejarah Asia Tenggara” . Media eka sarana 2008. h 92 25 Menurut Wolfgang Franke dan Chen Tien-Fan bahwa batu nisan itu kepunyaan keluarga “P’u “ iaitu seorang Islam yang datang dari daerah Chuan-chou semasa empayer Sung 960-1279 bersama anaknya yiang Chia. Dan tuan P’u mempunyai kedudukan penting di Negara China. Hal ini di peroleh dari berita China yang berbunyi: …’’Yu Sung Ch’uan-Choup p’an-yuan P’u-kung Chin-mu Chinz-ting chia-tzu nan Ying-chiali”…. Dalam bahasa Melayu” ….”Kubur P’an Yuan, Tuan P’u of Chuan-chou dari Empayer sung. Dibina dalam tahun Chia-tzu Ching-ting oleh anak lelaki nya Ying ?Chia. Dari uraian di atas bahwa tarikh “Ching-ting” bermaksud tahun akhir pemerintahan maharaja Li’tzung dari dinasti Sung selatan yang memerintah dari tahun 1225-1264. Sedangkan tahun “Chia-tzu” ialah tahun kelima dari tarikh bersamaan dengan tahun 1264 M. munurut Hirth dan Rockhill, P’u A-li sangat mungkin seorang pedagang yang sebenarnya bernama ‘Abu Ali ini diperkuat Sejarah Dinasti Sung 9601279. 26 Sedangkan pendapat yang mengatakan Islam di Brunei berasal dari China, yang berdasarkan di temukannya batu nisan tuan P’u-kung Chih-mu bertahun 1264, ada pula yang meyanggahnya. Mohd. Jamil al, Sufri berpendapat bahwa masyarakat Islam di Brunei bermazhab Syafi’I, sama halnya di Tanah Hijaz, Arab Selatan, India Selatan, sebagian Iraq dan sebagian Mesir. Sedangkan hampir seluruh masyarakat Islam China bermazhab Hanafi, sama halnya di Turki, sebagaian Syiria, sebagian India dan Asia Tengah. sehingga diasumsikan sementara bahwa Islamisasi Brunei melalui alur barat, yaitu Melayu, Aceh, India Selatan. Mazhab yang menjadi pegangan Ulama di Brunei adalah Mazhab Imam Syafi’i, seperti kebanyakan para ulama di Nusantara. Bahkan silabus dan kurikulum pendidikan di Brunei, kita dapat menjumpai kitab-kitab agama seperti kitab Fiqih” Sabilul Muhtadin, Al-Mukhtasar, dan Siratal Mustaqiin”, kitab faraidh “Ghayatul-Tagriib Fil-irthi Wat Ta’siib”, dan kitab Tasauf “Misyahul-Afrah, Hidayah Walid Lil Walad” dan lain-lain. 27 Dalam silsilah raja-raja Brunei disebutkan bahwa raja yang pertama memeluk Islam adalah Awang Alak Betatar yang menikahi putri johor sehingga mengganti namanya menjadi sultan Sulaiman pada tahun 1368. Silsilah raja-raja Brunei versi datu imam yaakub menyebutkan: Adalah yang pertama kerajaan di negeri Brunei membawa agama Islam dan mengikuti syariat Nabi Muhammad sallallahu’ Alaihi wa Sallam, iaitu Paduka Seri sultan Muhammad dan saudaranya Sultan Ahmad. 28 26 Azyumardi Azra,”.Jaringan Ulama,Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVIIXVIII” kencana Jakarta 2004. H 29-30 27 Haji Zain bin Haji Serudin.”Pendekatan Mengenai Islam di Brunei Darussalam” Studi Islam di Asia Tenggara. Muhammadiyah Universitas Press, Surakarta 1999. h 82-83 28 Haji Awang Mohd. Jamil Al-sufri’’lika-liku Perjuangan Percapaian, Ibid. h XXI Dengan masuk Islam Awang Alak Betatar sebagai babak baru bagi kesultanan Brunei, dan juga sekaligus menjadi raja yang pertama masuk Islam yang diwariskan kepada keturunannya. Tidak jauh berbeda dengan Patani dan Malaka proses islamisasi di Brunei terjadi ketika kerajaan telah berdiri tahun 1500. Dalam hal ini raja mengambil inisiatif melakukan konversi ke Islam. Akan tetapi pada masa Syarif Ali sultan yang ketiga 1424-1432 sudah mulai ada usaha keseriusan untuk memajukan agama Islam, terbukti dengan adanya undang- undang Syariat dan termasuk sultan yang pertama mendirikan masjid, karena ia masih keturunan rasullah bahkan diceritakan sakin tekunnya beliau dalam beribadah sehingga ia mendapatkan panggilan Sultan Berkat. Perjuangan Syarif Ali dalam menyebarkan Islam tidak begitu mulus karna ia dihadapkan pengaruh Hindu, Bhuda yang masih tertanam di hati masyarakat Brunei. 29 Usaha sultan Syarif dalam menyebarkan Islam ternyata dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya, puncaknya pada abad 15-16. 29 Haji Awang Mohd, Jamil Al-Sufri ” Tarsilah Brunei, Sejarah Awal dan Perkembangan Islam”, Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990., Ibid. h 33 24

BAB III RIWAYAT HIDUP SULTAN BOLKIAH

A. Silsilah Keluarga

Sebuah kerajaan harus memiliki ciri-ciri tertentu, di antaranya silsilah, gelar sultan dan sistem pemerintahan. Ketika islamisasi terjadi di kepulauan Nusantara yang berlangsung sejak paruh abab ke-13, mulai tejadi konversi penguasa lokal ke dalam Islam. Hal itu terbukti dengan adanya pergeseran nama bagi seorang raja menjadi Sultan atau kesultanan. 1 Brunei sendiri mempunyai sejarah yang panjang dan bisa diliat dari silsilah raja-raja Brunei yang sampai kini di jadikan bukti sejarah. Silsilah raja-raja Brunei bisa dilacak dan dijadikan patokan. 2 Mulai dari sultan yang pertama yaitu Awang Alak Betatar dengan adiknya Awang Semaun dan Pateh Berbai, dalam catatan zaman dahulu sejak awal kurun 14 merupakan asal usul keturunan raja-raja Brunei, termasuk di dalamnya silsilah Sultan Bolkiah hingga seterusnya dengan tidak terputus-putus. 3 Menurut ‘Syair Awang Semaun’, 4 bahwa Awang Alak Betatar adalah salah seorang dari 14 saudara, mempunyai 13 orang adik dan Awang Alak Betatar ialah putra yang paling tertua. Saudaranya iaitu Awang Semaun, Pateh Berbai, Pateh Mambang, Pateh Tuba, Pateh Sengkuma, Pateh Menggarun, Pateh Malakai, Patih Pahit, Damang Sari, Pateh Sindayong, Damang Lebar Daun, Hapu Awang 1 Azyumardi Azra”Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah. Ibid. h 78-79 2 Liat lampiran no.7 3 Yura Halim.” Ririsej Brunei Darussalam” Bandar Sri Begawan: Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei, 2002. h 1 4 Sebuah syair yang mungkin terkarang dalam K.M.XVII iaitu pada masa atau selepasnya zaman Sultan Muhammad Hasan, T.M. 1582-1598 karena dalam syair terdapat penyebutan sebuah gelar “ Pangeran di Gadong’ dan pangeran Pamancha” dari kedua gelar tersebut,di adakan bermula pada masa sultan Muhammad Hasan. dan Pateh Laila Langgong. 5 Selain itu disebutkan sepupunya Awang Alak Betatar, iaitu Awang Jerambak yang mempunyai Putra bernama Awang Senuai yang terkenal dalam sambung ayamnya, dalam ceritanya bahwa ayam Awang Senurai mengalahkan ayam batara Majapahit dan akibat kekalahan itu raja Majapahit meninggalkan orang Jawa yang menjadi pengiringnya di Brunei. Dan mereka di tempatkan di suatu kampung, sehingga sekarang kampung tersebut dinamakan “Mejawa”. Menurut sumber ini pula diceritakan bahwa suatu saat Daron dan ayahnya, sabatin mendarat di tanjung Batu Serawak sekarang. Mereka datang dari Giri Ombak sehingga keduanya lanjut usia. Akhirnya keduanya meninggal dunia, dan sebelumnya sudah sepakat bahwa keempat belas anaknya untuk memilih sebagai yang tertua ialah Awang Alak Betarar pada tahun 1360. Merurut beberapa cerita bahwa Awang Alak Betatar yang telah meminta saudaranya Awang Semaun berlayar menuju Johor dalam riwayatnya bahwa ia membawa pulang seorang putri Tumasek ke Brunei dan diperistri oleh Awang Alak Betatar, setelah menikahi putri raja Tumasek Awang Alak Betatar memeluk agama Islam dan selanjutnya diberi nama oleh sultan Johor dengan nama Sultan Muhammad Shah1363-1402. Awang Alak Betatar menjadi sultan Brunei yang pertama beragama Islam. 6 Setelah Awang Alak Betatar menikah dengan putri Johor tumasek selanjutnya Patih Barbai mengganti namanya dengan Ahmad dengan gelar sultan 5 Dr. Haji Awang Mohd, Jamil Al-sufri. “Raja-Raja Dan Asal Usul Sultan-Sultan Brunei”. Brunei. Pusat sejarah, kementerian Belia dan Sukan, 1990. h 10 6 “Singapura Fakta dan Gambar”. Penerbit Kementrian Kebudayaan Pemerintah Singapura 1971.h 1. Nama paling tua bagi Singapura adalah tumasek kota laut, namanya yang sekarang berasal dari sang nila utama, seorang pengeran seriwijaya di Sumatra yang dalam usaha mencari tempat untuk mendirikan kota sendiri sampai ke tumasek. Pengeran Benbahara Sri Maharaja Permaisura sedangkan Awang Semaun tetap tidak mengganti namanya hanya saja bergelar Pangeran Tumenggung. Dari pernikahan Sultan Muhammad Syah dengan putri Johor, lahir seorang putri yang diberi nama Putri Ratna Dewi, selanjutnya putri Ratna Dewi diperistri oleh Ong Sum Ping Awang Sunting- Pelat Brunei 7 , Ong Sum Ping mempunyai adik bernama Putri Kinabatangan chinabatangan selanjutnya diperistri oleh Pateh Barbai dengan gelar Sultan Bendahara yang menjadi sultan Brunei kedua dengan panggilan Sultan Ahmad, menggantikan Sultan Muhammad Syah. Pernikahan Sultan Ahmad Pateh Berbai dengan adik Ong Sum Ping, menjadikan ia keluaraga kesultanan Brunei. Selanjutnya Ong Sum Ping menikah dengan putri Sultan Muhammad Shah dan ia mendapatkan gelar ‘Pangeran Maharaja Lela’. 8 Dari pernikahan Pateh Barbai dengan Putri Kinabatangan lahir seorang putri bernama Ratna Kesuma yang diperistri oleh Syarif Ali, seorang keturunan Arab. Syarif Ali menjadi Raja Brunei yang ketiga 1425-1432 yang juga bergelar sebagai ”Sultan Berkat”. 9 Dari pernikahan Putri Ratna Kesuma dengan Syarif Ali lahir seorang Putra yang di beri nama pangeran muda Sulaiman. Setelah sultan Syarif Ali meninggal 10 7 Ia seorang utusan Maharaja China yang diperintahkan untuk mengambil Mutiara Kumala yang berada di mulut seekor naga di gunung Kinabatang sebuah nama tempat di Sabah 8 Dalam syair Awang Semaun disebutkan: Bermenantu sudah Raja di mingsing. Anak Raja China namanya Wang Sunting Laki istri sama sebandig, Keduanya patut tiada berbanding. Diberi nama baginda ter’ala, Dijadikan Pangeran Maharaja Lela. Di dalam negeri ialah kepala, Habis pengikut rakyat segala. 9 Al-habib Alwi bin Thahir Al-Haddad “Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh” edisi revisi, Penerbit Lentera 2001. h 144-145 10 Sultan Sayrif Ali meninggal pada malam kamis bulan Jumadhil awal 836 Desember 1432. barulah putranya, Pangeran Muda Sulaiman dinaubatkan menaiki tahta Kerajaan Brunei sebagai Sultan Brunei yang keempat dengan nama Sultan Sulaiman1432- 1485. Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa sultan Sulaiman disebut dengan sanjungan gelar “Sang Aji Brunei” atau “Adipati Agong”. Ia banyak menerima didikan agama Islam dari ayahnya dan juga ia seorang raja yang waspada tentang keselamatan dan ketenteraman. Dia membangun kota Batu sebagai benteng Negeri Brunei. Sultan Sulaiman mempunyai seorang Putra yang bernama pangeran muda Bolkiah. Dalam silsilah raja-raja Brunei tidak disebutkan istri dari sultan Sulaiman. Baginda Sulaiman merupakan Begawan sultan pertama dalam catatan silsilah raja-raja Brunei. Dari raja Sulaiman silsilah sultan Bolkiah di mulai, setelah sultan Sulaiman meninggal maka pangeran muda Bolkiah menaiki tahta menjadi Sultan Brunei yang kelima bergelar Sultan Bolkiah 1485-1524. Di bawah kepemimpinannya ialah Brunei menjadi Kesultanan yang maju dan besar. Sultan Bolkiah menikah dengan putri dari suluk yang bernama Putri Laila Menchanai 11 dan dikaruniai seorang putra bernama pangeran muda Abdul Kahar. Ketenaran Bolkiah menjadikan Brunei sebagai salah satu kerajaan yang maju pada abad ke-15 selain Aceh, Brunei sebagai tempat sasaran berdagang. Sultan Bolkiah Wapat pada 9 Ramadan 930H bersamaan 11 Juli 1524M 12 dan kepemiminannya diteruskan oleh putranya yang bernama Sultan Abdul Kahar menjadi sultan yang keenam yang terkenal dengan sebutan “ Mahrum Keramat” 1524-1530. Selanjutnya kesultanan di teruskan oleh putra dari sultan Abdul Kahar iaitu Sultan Saiful Rijal 1533- 11 Setengah riwayat menyebutkan ia putri dari tanah jawa dan ada pula meriwayatkan bahwa ia berasal dari BEUH yang dijumpai dalam masa pelayarannya Bolkiah mengembara di kepulawan Nuasantara. 12 Lihat Lampiran no. 8