berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas haruslah dibuat secara akurat, jelas dan sistematis.
2.1.2. Piutang Usaha 2.1.2.1. Pengertian Piutang Usaha dan Jenis-jenis Piutang Usaha
Menurut Munandar 2006:77, “account receivable adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya
jika sudah sampai pada waktunya”. Menurut Santoso 2007:199, piutang mempunyai dua pengertian yaitu:
a. Dalam arti luas, piutang merupakan segala bentuk tagihan atau klaim
perusahaan kepada pihak lain yang pelunasannya dapat dilakukan dalam bentuk uang, barang, maupun jasa.
b. Pengertian piutang untuk tujuan akuntansi adalah segala tagihan yang
pelunasannya dengan menggunakan uang.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa piutang usaha merupakan tagihan perusahaan pada pihak lain dalam bentuk uang, barang atau jasa karena
adanya transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Piutang usaha merupakan komponen dari aset lancar yang mempunyai nilai cukup material,
sehingga dalam pelaksanaan dibutuhkan pengawasan yang ketat agar tidak disalahgunakan atau diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Sementara itu menurut Hery 2011:36-37, piutang usaha dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Piutang usaha, yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat
penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha memiliki saldo normal di sebelah debit sesuai dengan saldo normal untuk aktiva perusahaan.
b. Piutang wesel, merupakan tagihan perusahaan kepada pembuat wesel. Dalam
hal ini pembuat wesel adalah pihak yang berhutang kepada perusahaan baik
Universitas Sumatera Utara
melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman sejumlah uang.
c. Piutang lain-lain, umumnya diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah
dalam neraca, contoh piutang bunga, piutang deviden, piutang pajak, tagihan kepada karyawan.
2.1.2.2. Pengendalian Internal Piutang Usaha
Adapun sistem pengendalian internal terhadap piutang usaha secara keseluruhan Permatasari, 2013:15 sebagai berikut:
1. Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi
penjualan operasi dari fungsi akuntansi untuk piutang. 2.
Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang.
3. Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan dan penghapusan
piutang harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. 4.
Piutang harus dicatat dalam buku – buku tambahan piutang Accounts Receivable Subsidiary Ledger
. 5.
Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya Aging Schedule
. Menurut Syakur 2009:95, langkah penting yang diperlukan dalam
pengendalian piutang usaha, yaitu:
a. Pelanggan harus diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
manajemen. b.
Transaksi penjualan kredit harus mendapatkan persetujuan bagian kredit berdasarkan prosedur baku yang telah ditetapkan.
c. Dalam faktur harus dicantumkan syarat pembayaran yang ditetapkan.
d. Bagian piutang harus menjalankan fungsinya dengan baik berdasarkan
prosedur baku yang telah ditetapkan, mempunyai catatan sistematis buku piutang, menyimpan copy faktur berdasarkan urutan tanggal jatuh tempo dan
hal lainnya berkaitan dengan piutang tersebut.
e. Kegiatan penagihan harus dikendalikan dengan baik berdasarkan prosedur
baku yang telah ditetapkan. Setiap hari harus membuat laporan tentang penagihan yang telah dilakukan, menyerahkan hasil penagihan disertai
dengan rekapitulasi hasil penagihan kepada bagian penerimaan kas dan menyerahkan kembali faktur yang tidak dapat ditagih dan copy faktur yang
dapat ditagih kepada bagian piutang.
f. Bagian penerimaan kas harus menerima hasil penagihan berdasarkan
prosedur baku yang telah ditetapkan, meneliti dan menghitung rekapitulasi hasil penagihan serta mencocokkannya dengan uang yang diterima dari hasil
penagihan, juga harus membuat prelist tape penerimaan kas dari hasil penagihan yang selanjutnya diserahkan kepada bagian akuntansi.
Universitas Sumatera Utara
g. Bagian akuntansi harus melakukan pencatatan piutang berdasarkan prosedur
baku yang telah ditetapkan, mencocokan prelist tape yang diterima dari bagian piutang dengan prelist tape dari bagian penerimaan kas bila sudah
benar akan dilakukan pencatatan dalam jurnal.
Menurut Sunyoto 2014:4, prosedur pengendalian terhadap piutang dapat dikelompokkan dalam prosedur yaitu:
a. Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan.
Transaksi keuangan terkait penjualan secara kredit yang nilainya melebihi batas plafond yang ditetapkan perusahaan, maka diperlukan otorisasi yang
sah dari pimpinan atau atasan yang ditunjuk.
b. Pemisahan tugas
Dengan dilakukan pemisahan tugas dapat mengurangi kesempatan yang memungkinkan seseorang dalam posisi yang dapat melakukan dan sekaligus
menutupi kekeliruan atau ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas sehari- hari. Dengan dilakukan pemisahan tugas yang jelas dan sistematis, banyak
keuntungan yang diperoleh perusahaan selain semakin kecil kecurangan yang terjadi, juga hasil laporan dari pelaksanaan tugas dari tiap bagian tersebut
lebih akurat dan handal.
c. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk
membantu pencatatan secara semestinya transaksi atau peristiwa. Perusahaan juga perlu membuat kebijakan atas penggunaan dokumen atau
catatan yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan tugas di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencetak dokumen yang bernomor urut
secara sistematis dan didalam dokumen yang tercetak tersebut dicantumkan nama dan tanda tangan pihak yang membuat, diketahui dan disetujui.
d. Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan
catatan, misal penetapan fasilitas yang dilindungi dan otorisasi untuk akses ke program dan arsip data komputer. Kegiatan pengamanan dalam bidang
lain yang dapat diterapkan perusahaan adalah membuat dengan jelas atas pihak yang diberikan akses atau otorisasi untuk mengetahui kegiatan
operasional terhadap hal-hal penting dan urgent.
e. Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian semestinya
atas jumlah yang dicatat, Kegiatan pelaksanaan dan penilaian atas pengecekan pekerjaan klerikal,
rekonsiliasi, perbandingan aktiva yang ada dengan pertanggungjawaban yang tercatat, pengawasan dengan menggunakan program komputer, penelaahan
oleh manajemen atas laporan yang mengikhtisarkan rincian akan saldo piutang dan menurut umur piutang.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa piutang usaha dimiliki perusahaan juga mempunyai resiko terjadinya penyimpangan sehingga perlu
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pengendalian internal yang tepat sasaran dan efektif sehingga penyelewengan nilai piutang usaha dapat dihindarkan. Pimpinan perusahaan juga
perlu menetapkan prosedur dan penyelesaian piutang usaha mulai dari timbulnya transaksi piutang usaha sampai penerimaan pelunasan piutang usaha sehingga harus
jelas dan sistematis sehingga pada saat pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan tidak mengganggu aktivitas utama perusahaan.
2.1.3. Pengendalian Internal 2.1.3.1.Pengertian Pengendalian Internal dan Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengatur kegiatan operasional perusahaan agar tidak
terjadi penyimpangan atau penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan. Dengan adanya pengendalian internal yang jelas dan sistematis semua
penyelesaian transaksi keuangan terjadi di lingkungan perusahaan dilakukan sesuai denagn prosedur yang berlaku, sehingga kemungkinan kecil akan
timbulnya penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan. Bagi perusahaan berskala besar, keberadaan pengendalian internal sangat besar peranannya untuk
melindungi aset perusahaan dari berbagai penyimpangan untuk kepentingan pribadi atau kelompok sehingga pimpinan perusahaan hanya melakukan
pengawasan atas penerapan pengendalian internal di perusahaan. Dengan adanya pengendalian internal yang jelas dan sistematis maka hal ini dapat mendorong
terciptanya pengamanan atas aset perusahaan dari berbagai tindakan penyimpangan yang dapat merugikan perusahaan secara material.
Menurut Agoes 2007:75, mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel
Universitas Sumatera Utara
lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a keandalan laporan keuangan, b
efektivitas dan efisiensi operasi, dan c kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Sawyers 2005 dalam Hamel 2013:275, menjelaskan bahwa pengendalian intern sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan
komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a
kehandalan pelaporan keuangan; b efektivitas dan efisiensi operasi; dan c kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Menurut Mulyadi 2002 dalam Zamzani dan Faiz 2015:22 definisi pengendalian intern terdapat beberapa konsep dasar, yaitu:
1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengendalian intern itu sendiri, bukan merupakan suatu tujuan. Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan
menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern bukan hanya
terdiri dari pedoman kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen
dan personel lain. 3.
Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris
entitas. Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian intern
Universitas Sumatera Utara
dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak. 4.
Pengendalian sistem ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan : pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
Dari definisi di atas mengenai pengendalian internal dapat dikemukakan bahwa pengendalian intern merupakan suatu kegiatan yang penting dalam
pencapaian tujuan usaha. Demikian pula dalam dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian intern agar tidak terjadi
penyimpangan atau kesalahan. Pengendalian intern lazimnya merupakan semua rencana organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu kegiatan
usaha untuk mengamankan harta kekayaannya, mengecek keakuratan dan keandalan data akuntansi usaha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan
mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian intern menurut COSO committee of Sponsoring Organizations,
untuk menyediakan data yang dapat diandalkan, untuk mendorong kepatuhan terhadap kebijakan akuntansi, untuk melindungi aset dan catatan Hamel,
2013:276. Sementara itu menurut Anastasia Lilis dalam Habibie 2013:495, tujuan pengendalian intern menurut COSO Committee of Sponsoring
Organization , yaitu:
1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Reliabilitas pelaporan keuangan
3. Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi dalam Siwu 2013:1708, menyatakan tujuan dari sistem pengendalian intern antara lain:
1. Menjaga kekayaan dan catatan akuntansi; kekayaan fisik suatu perusahaan
dapat di curi, di salah gunakan atau hancur karena kecelakaan kecuali jika kekayaan tersebut di lindungi dengan pengendalian yang memadai.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi; manajemen memerlukan
informasi keuangan yang teliti dan andal untuk menjalanakan usahanya. 3.
Mendorong efisiensi; pengendalian intern ditujukan untuk mencegah aplikasi usaha yang tidak perlu atau pemborosan dalam segala kegiatan bisnis
perusahaan dan untuk mencegah penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak perlu.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen; untuk mencapai tujuan
perusahaan, manajemen menetapkan kebijakan dan prosedur. Sistem pengendalian intern ditujukan untuk memberikan jaminan yang memadai
agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh karyawan perusahaan.
Dengan demikian dapat diketahui pengendalian internal yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya mempunyai tujuan yang sangat
penting dan menyangkut secara langsung kepentingan dan kelancaran operasional. Pengendalian internal yang diterapkan haruslah merata pada semua
divisi tanpa pengecualian sehingga hal ini memberikan pengaruh positif dan karyawan yang bertanggung jawab atas pekerjaannya dapat dilakukan sebaik
mungkin dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Pengendalian internal sangat membantu menciptakan kelancaran usaha
dalam penyelesaian tiap transaksi keuangan yang terjadi sehingga sudah sepantasnya diprioritaskan dalam penerapannya di lingkungan kerja perusahaan
sehingga aset perusahaan yang mudah disalahgunakan atau diselewengkan dapat dihindarkan atau diminimalkan resiko yang dapat terjadi. Perbaikan dan
peningkatan pengendalian internal di lingkungan perusahaan juga perlu dilakukan secara periodik dan konsisten untuk kepentingan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2. Unsur-Unsur Pengendalian Internal
Menurut The Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission
COSO dalam Kumaat 2011:16-17, kerangka pengendalian internal terdiri dari lima bagian yaitu :
1. Lingkungan pengendalian Control Environment
Lingkungan pengendalian meliputi sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian internal organisasi. Faktor-faktor yang
terkait dengan sikap dimaksud adalah : a.
Business Owner Philosophy Single Majority atau Joint Management
Strategic Alignment .
b. Management Style
manajemen yang Progressive atau Conservative. c.
Organization Structure Centralized atau Decentralized.
d. HRCareer Development
Seniority Loyalty-Based atau Competency Performance-Based
. 2.
Penilaian resiko Risk Assestment Semua organisasi menghadapi resiko, yaitu dalam kondisi apapun yang
namanya resiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis Profit dan Non-Profit maupun non bisnis.
3. Prosedur pengendalian Control Procedure
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk standarisasi proses kerja, sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi
terjadinya ketidakberesan serta kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal berikut :
a.
Personel yang kompeten, mutasi tugas, dan cuti wajib. b.
Pelimpahan tanggung jawab dan pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.
c. Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan asset dan operasi.
4. Pemantauan Monitoring
Pemantauan atas sistem pengendalian internal akan dapat menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian
internal dapat dimonitor secara efektif melalui penilaian khusus sejalan dengan kebijakan perusahaan.
5. Informasi dan komunikasi Information and Communication
Informasi dan komunikasi merupakan unsur-unsur penting dari pengendalian internal perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian
resiko, prosedur pengendalian, dan pemantauan diperlukan manajemen, bagi pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum serta
peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa unsur yang terdapat pada pengendalian internal merupakan satu kesatuan yang perlu dimiliki
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu memberikan hasil maksimal dalam menerapan pengendalian internal di lingkungan perusahaan. Setiap unsur pada lingkungan pengendalian
internal mempunyai peranan penting bagi kelancaran operasional perusahaan untuk mencapai tujuan utamanya.
2.1.3.3. Fungsi dan Peranan Pengendalian Internal
Menurut Karyono 2013:48, fungsi pengendalian internal secara menyeluruh guna pelaksanaan kerja audit internal, yaitu:
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian
akuntansi, keuangan serta operasi. 2.
Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.
3. Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan atau organisasi
dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang
dikembangkan dalam organisasi. 5.
Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai fungsi pengendalian internal, diketahui bahwa pengendalian internal mempunyai fungsi penting untuk
menyakinkan dan memastikan bahwa kegiatan transaksi dilakukan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku sehingga tercipta keseragaman dalam
memberikan hasil yang diharapkan. Selain itu, pimpinan juga perlu melakukan pengawasan secara berkesinambungan atas penerapan pengendalian internal
guna mendapatkan kepastian atas hasil yang diharapkan. Berikut ini, peranan pengendalian internal bagi perusahaan Kaunang,
2013:25, yaitu : 1.
Membantu manajemen untuk mendapatkan informasi administrasi perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan keefektifan dari
prosedur internal. 3.
Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien. 4.
Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja. 5.
Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.
6. Menentukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan
manajemen.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa pengendalian internal yang diterapkan perusahaan mempunyai peranan besar dalam menjaga dan
melindungi aset perusahaan serta untuk memastikan manajemen memperoleh informasi keuangan yang dapat dipercaya dan di pertanggungjawabkan dalam
pengambilan keputusan. Keberadaan pengendalian internal yang telah ada di lingkungan perusahaan haruslah dipertahankan dan dievaluasi sehingga
diketahui apakah perlu dilakukan tindakan perbaikan atau tidak.
2.1.3.4. Jenis-jenis Pengendalian Internal dan Keterbasan Pengendalian Internal
Menurut Karyono 2013:50-51, menurut jenisnya ada beberapa macam
pengendalian internal, yaitu :
1. Pengendalian preventif
Dalam hal ini pengendalian preventif dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan, sebagai upaya
antisipasi sebelum terjadinya masalah yang tidak diinginkan,sebagai contoh pemisahan fungsi, editing, pengecekan kehandalan, kelengkapan dan
ketepatan perhitungan.
2. Pengendalian detektif
Pada kondisi ini, pengendalian detektif merupakan jenis pengendalian yang menekankan pada upaya penemuan kesalahan yang mungkin terjadi, sebagai
contoh rekonsiliasi bank, kontrol hubungan, observasi kegiatan operasional. Dengan demikian, karyawan bagian pembukuan perlu melakukan
penyesuaian atau rekonsiliasi atas rekening tertentu sehingga dapat memberikan informasi yang diinginkan.
3. Pengendalian korektif
Universitas Sumatera Utara
Pada kondisi ini, pengendalian korektif adalah upaya untuk mengoreksi penyebab terjadinya masalah yang diidentifikasi melalui pengendalian
detektif, sebagai antisipasi agar kesalahan yang sama tidak berulang untuk masa mendatang. Masalah atau kejadian yang terjadi dapat dideteksi oleh
manajemen sendiri atau oleh auditor. Bila masalah tersebut diketahui berdasarkan hasil temuan auditor, wujud pengendalian korektifnya berupa
pengendalian yang dilakukan atas pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi auditor.
4. Pengendalian langsung
Dalam hal ini, pengendalian langsung adalah bentuk pengendalian yang dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan maksud agar
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perusahaan.
5. Pengendalian komprehensif
Pengendalian komprehensif adalah salah satu bentuk upaya perkuatan pengendalian karena diabaikannya suatu aktivitas pengendalian. Dengan
demikian, pengendalian komprehensif harus dapat memberikan hasil maksimal bagi kepentingan dan kemajuan operasional perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa ada banyak jenis pengendalian internal yang dapat digunakan oleh perusahaan dan hal ini dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan hendak dicapai oleh perusahaan. Selain itu, pimpinan juga dapat menggunakan satu atau menggabungkan
pengendalian internal yang akan digunakan sehingga diharapkan penggunaan pengendalian diterapkan mampu memberikan hasil yang maksimal bagi
kemajuan perusahaan. Menurut Sunyoto 2014:159, ada beberapa keterbatasan pada struktur
pengendalian internal di perusahaan, yaitu: 1.
Kesalahan dalam pertimbangan Pada kondisi ini, sering kali terjadi manajemen dan personel lainnya
melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam setiap pengambilan keputusan bisnis atau dalam melakukan tugas rutin karena kekurangan
informasi yang akurat, keterbatasan waktu atau penyebab lainnya.
2. Kemacetan
Dalam hal ini, kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena karyawan salah mengerti dengan instruksi atau melakukan kesalahan
karena kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Sedangkan perpindahan personel untuk sementara waktu atau tetap, atau perubahan sistem atau
prosedur bisa juga mengakibatkan kemacetan.
Universitas Sumatera Utara
3. Kolusi
Dalam hal ini, kolusi yang dilakukan oleh seorang karyawan dengan karyawan lainnya atau dengan pelanggan atau pemasok bisa tidak terdeteksi
oleh struktur pengendalian internal yang tidak diterapkan dengan ketat.
4. Pelanggaran oleh manajemen
Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur untuk tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi atau membuat laporan keuangan
menjadi terlihat baik.
5. Biaya dan manfaat
Dalam hal ini, biaya penyelenggara suatu struktur pengendalian internal seharusnya tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan
pengendalian internal tersebut. Meskipun pengendalian untuk sesuatu hal diperlukan, namun terkadang tidak diterapkan oleh perusahaan karena biaya
penyelenggara atau pengorbanannya tidak sesuai dengan manfaat yang diperoleh.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengendalian internal yang telah diterapkan oleh perusahaan juga masih memiliki beberapa keterbatasan yang
perlu diketahui sehingga dapat disiapkan langkah antisipasi atau pencegahan untuk meminimalkan resiko yang mungkin dapat terjadi. Manajemen puncak
sebelum menerapkan pengendalian internal haruslah menetapkan langkah antisipasi guna meminimalkan berbagai resiko yang dapat terjadi sehingga adanya
langkah pencegahan tersebut maka terjadi kendala pada saat pelaksanaan tidak akan mengganggu aktivitas normal perusahaan. Penerapan pengendalian internal
perlu dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan agar dapat memberikan manfaaat bagi kelancaran operasional perusahaan dalam memaksimalkan
tujuannya.
2.1.3.5. Efektivitas Pengendalian Internal
Menurut Kaunang 2013:7, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk dapat bekerja secara efektif, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.Memadainya delegasi wewenang dari manajemen. 2.Secara terus menerus harus didukung oleh manajemen.
3.Staf dengan kemampuan yang cukup secara individu dan mempunyai pola pikir yang sesuai dengan keinginan manajemen dan dapat berhubungan atau
berkomunikasi dengan baik. Menurut Kumaat 2011:27, ada berbagai cara yang dapat digunakan
perusahaan untuk membangun komposisi anggota tim audit internal, yaitu: 1.Berdasarkan disiplin ilmu, terdiri dari:
a. Komposisi yang relatif homogeny umumnya accounting based
b. Komposisi yang heterogen yang terdiri dari latar belakang yang multi
discipline .
2.Berdasarkan pengalaman kerja, terdiri dari: a.
Komposisi yang well experienced auditor yang berpengalamanan minimal 2 tahun.
b. Komposisi yang high turnover yang terdiri dari mayoritas fresh-graduate
atau employee. 3.Berdasarlam status karyawan, terdiri dari:
a. Komposisi yang terdiri dari sepenuhnya permanent employees.
b. Komposisi yang terdiri dari sebagain SDM berstatus semi-permanent
kontrak, partime, atau outsourced.
Pentingnya untuk menciptakan efektivitas pengendalian internal menunjukkan bahwa pimpinan perlu memberikan perhatian dan prioritas penting
bagi penerapan pengendalian internal dalam aktivitas perusahaan sehingga karyawan dalam melakukan tugasnya dapat mematuhi dan mengikuti prosedur
yang berlaku. Penyelesaian tiap tugas yang diberikan haruslah dilakukan dan diselesaikan dengan tahapan dan prosedur yang telah ditentukan seperti
penerimaan dan pengeluaran kas sehingga berbagai kemungkinan tingkat kesalahan yang dapat terjadi dapat dihindarkan semaksimal mungkin. Hal-hal
penting menyangkut kepentingan perusahaan atas penerapan pengendalian
Universitas Sumatera Utara
internal perlu mendapatkan perhatian dan prioritas dari manajemen puncak sehingga hal ini dimaksudkan untuk menjaga aset perusahaan.
2.1.4. Kecurangan 2.1.4.1. Pengertian Kecurangan