107
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU
A. Pengaturan Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Kepada Pencipta Lagu Sebagai Pemegang Hak Cipta Lagu Terhadap Pengubahan Aransemen Musik
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri,yang memiliki konsep
bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.Dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum merupakan upaya
yang diatur dalam Undang-Undang untuk mencegah terjadinya pelanggaran Hak Cipta oleh orang-orang yang tidak berhak. Apabila terjadi pelanggaran, maka
pelanggaran itu harus diproses secara hukum dan bilamana terbukti melakukan pelanggaran akan dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 yang mengatur jenis-jenis perbuatan pelanggaran dan ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun pidana.
Dalam ketentuan Karya Cipta ini diatur mengenai perlindungan atas karya-karya yang dilindungi, dengan tidak memandang bentuk dari ekspresi
Universitas Sumatera Utara
karya-karya tersebut.
167
Di samping itu juga diatur mengenai penegakan hukum hak cipta yang menetapkan perbuatan apa saja yang tidak boleh dilanggar dari
kepentingan itu sendiri, mengenai batasan-batasan ciptaannya yang dilindungi, hinga penyelesaian sengketa baik melalui alternatif penyelesaian sengketa,
arbitrase maupun ke pengadilan Niaga. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 95 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu
kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat
pendaftaran ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.
168
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jawasmer Kepala Sub Bidang
Pelayanan Administrasi Hukum Umum dan Hak Kekayaan Intelektual Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bahwa di Indonesia
pendaftaran ciptaan bukanlah pemberian hak ciptaan tersebut dan juga bukan suatu keharusan bagi pencipta untuk melakukannya tetapi hanyalah pencatatan
yang dilakukan sebagai bukti bahwa ciptaan tersebut didaftarkan oleh seseorang dan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa dikemudian hari
terhadap ciptaan.
169
167
Berne Convention, Art 2.
168
Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi,Bogor, Kantor HKI-
IPB, 2005, hal 37.
169
Wawancara tanggal 20 Oktober 2016, pukul 14.40 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan hak cipta sebagai hak eksklusif bagi para penciptanya harus dapat dihormati dan dihargai. Ide yang ditemukan oleh pencipta bukanlah
pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, pencipta membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar sehingga wajarlah hak cipta
dilindungi. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, pencipta memiliki hak moral dan hak ekonomi, dimana hak moral adalah hak yang melekat
pada diri Pencipta Pasal 5 ayat 1 dan hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi Pasal 8.
Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan pengaransemen atau pentransformasian ciptaan. Hasil ciptaan tersebut bahkan
dapat digunakan untuk tujuan komersial dalam kegiatan bisnis yang amat menguntungkan. Dengan demikian segala biaya dan tenaga untuk melahirkan
ciptaan tersebut dapat diperoleh kembali melalui royalti yang diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait, menurut Undang-Undang Hak
Cipta Nomor 28 Tahun 2014 pada pasal 80 ayat 3 mengatur tentang kewajiban royalti kepada pemegang Hak Cipta oleh penerima lisensi, dan ayat 4 mengatur
tentang besarnya atau jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada pemegang Hak Cipta oleh penerima lisensi berdasarkan pada perjanjian lisensi antara
pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait dan ayat 5 mengatur mengenai besaran royalti dalam perjanjian lisensi harus ditetapkan berdasarkan kelaziman
praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan. Perlindungan hukum hak cipta dimaksudkan untuk menciptakan iklim
yang mampu merangsang gairah bangsa Indonesia terutama bagi pencipta untuk
Universitas Sumatera Utara
menciptakan karya-karya dibidang seni khususnya bagi karya cipta musik dan lagu.
Pada umumnya bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta kepada
pencipta lagu ada 2, yaitu : 1.
Bentuk perlindungan dengan cara preventif yang artinya melakukan upaya pencegahan bisa melalui pendaftaran ciptaan lagu dan perjanjian lisensi ;
2. Bentuk perlindungan dengan cara represif yaitu dengan melakukan tindakan
hukum ke Lembaga Peradilan seperti melakukan tuntutan pidana melalui Pengadilan Negeri maupun perdata melalui Pengadilan Niaga dan Arbitrase.
Musik dan lagu dengan atau tanpa teks termasuk di bidang karya seni, dalam konteks hukum karya seni merupakan bagian dari Hak Cipta sebagai
sebuah seni, maka lagu perlu diberi perlindungan dan penegakan hukum sebagai salah satu wujud perlindungan hukum. Musik adalah hak cipta yang merupakan
hak-hak yang dapat dimiliki dan oleh karena itu diberlakukan adanya syarat-syarat pemilikan baik mengenai cara penggunaan maupun cara pengalihan haknya.
Kesemua itu undang-undang akan memberi perlindungan sesuai dengan sifat hak tersebut dan pemerintah akan melaksanakan penegakan hukumnya. Namun, pada
saat ini masih terjadi pelanggaran hak cipta terhadap musik. Pelanggaran hak cipta dapat timbul apabila seseorang melakukan hak eksklusif maupun hak lain yang
bukan kewenangannya tanpa ijin pencipta. Daya kreatif dan inovatif para pencipta akan mengalami penurunan, jika pelanggaran Hak Cipta terus berlangsung tanpa
ada penegakan hukum yang memadai dengan menindak para pelakunya. Negara
Universitas Sumatera Utara
melalui aparat penegak hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung harus bertanggung jawab dengan adanya peristiwa ini dengan berupaya keras
melakukan penanggulangan merebaknya pelanggaran Hak Cipta. Apabila tidak ada penegakan hukum yang konsisten terhadap para pelanggar, maka akan sulit
terwujudnya suatu perlindungan hukum terhadap Hak Cipta yang sudah didaftar. Walaupun pemerintah telah mengatur dan berusaha untuk melindungi para
pemegang hak cipta, dengan suatu peraturan perundang-undangan yang lebih sempurna tetapi pelanggaran di bidang hak cipta khususnya musik tetap saja
masih banyak . Sebagai bukti nyatanya, saat ini banyak sekali ditemukan musik yang telah diaransemen, yang beredar di internet. Salah satu situs media yang
paling sering digunakan adalah www.youtube.com
. Pada situs ini banyak sekali aransemen musik yang diunduh tanpa dicantumkan pencipta aslinya dan
diedarkan melalui situs tersebut. Pengubahan musik merupakan suatu pelanggaran bila si pengarang musik
tersebut melanggar ketentuan undang-undang hak cipta. Musik pada awalnya digunakan untuk menghibur pendengarnya atau melakukan suatu hiburan, namun
terkadang musik juga dapat digunakan untuk mendapat keuntungan dengan cara mengambil ciptaan orang lain tanpa dicantumkan nama pencipta atau pemegang
hak cipta. Aransemen musik dibuat dan diunggah ke www.youtube.com untuk
menghibur dan menarik perhatian pendengar. Namun tak jarang secara tak sadar para pembuat aransemen musik melakukan pelanggaran hak cipta terhadap hasil
Universitas Sumatera Utara
karya cipta musik aslinya. Pengubahan aransemen musik dianggap merupakan pelanggaran hak cipta karena telah melanggar hak eksklusif dari pencipta musik
atau lagu yang asli. Bentuk-bentuk pelanggaran karya cipta aransemen musik antara lain :
1. Aspek Pelanggaran Hak Moral
Hak Moral merupakan hak yang melekat pada diri pencipta lagu yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak
Terkait telah dialihkan. Dianggap melanggar aspek ini karena : a.
Tidak mencantumkan nama pencipta terhadap pemakaian hasil ciptaannya yang digunakan pemakaiannya untuk umum;
b. Mengubah judul maupun anak judul tanpa seijin dari pencipta;
c. Melakukan mutilasi ciptaan tanpa seijin dari pencipta;
d. Melakukan modifikasi suatu ciptaan tanpa seijin dari pencipta.
Hak Moral bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan, dan integritas yang hanya di miliki
oleh pencipta atau penemu. Kekal artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Jadi meskipun ciptaan tersebut
dialihkan ke pihak lain, hak moral tetap akan melekat di diri pencipta musik tersebut. Begitu pula dengan pengubah aransemen musik, hak moral tersebut tidak
akan berpindah ke diri pengubah aransemen musik. Jadi apabila di lihat dalam pengubahan aransemen musik yang tanpa seizin pencipta musik atau lagu,
melakukan modifikasi atau pengubahan terhadap musik atau lagu tersebut maka dianggap melanggar hak moral pencipta musik atau lagu.
Universitas Sumatera Utara
Pencipta aransemen musik apabila memenuhi kriteria bentuk pelanggaran diatas, maka pencipta tersebut telah melanggar hak moral daripada si pencipta yang mana
diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. 2.
Aspek Pelanggaran Hak Ekonomi Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh Pencipta atau Pemegang hak cipta
untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaannya. Dalam Pengubahan aransemen musik, maka pencipta atau pemegang hak cipta musik mendapat
manfaat ekonomi atas musik atau lagu yang diciptakan tersebut. Dianggap pelanggaran apabila pengubah aransemen musik tidak meminta izin kepada
pencipta atau pemegang hak cipta lagu tersebut. Seperti yang dinyatakan dalam pasal 9 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, hak ekonomi
yang dimiliki oleh Pencipta, salah satunya adalah untuk melakukan pengadaptasian, pengaransemenan atau pentransformasian ciptaan. Jadi bagi yang
bukan merupakan pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pengadaptasian, pengaransemenan atau pentransformasian ciptaan, maka dianggap melakukan
pelanggaran hak cipta. Dalam ketentuan sanksi pidana, apabila ada pelanggaran hak ekonomi pencipta, dalam hal ini adalah pengubahan aransemen musik untuk
penggunaan secara komersial, maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 113 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta. Pengubahan ciptaan dalam hal ini yaitu mengubah aransemen musik
secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran
Universitas Sumatera Utara
Hak Cipta jika arranger atau pengubah aransemen musik mencantumkan atau menyebutkan secara lengkap untuk keperluan :
170
a. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
b. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;
c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau
d. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan
tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta. Perlindungan hukum pencipta dapat didapatkan jika dapat memenuhi
beberapa syarat yang telah ditentukan dalam peraturan yang berlaku. Syarat-syarat yang perlu dilengkapi dalam perlindungan pencipta terhadap pengaransemen
musik adalah : 1.
Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 2 dua.
2. Pemohon wajib melampirkan :
a. Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
b. Contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut :
- CDVCDDVD : 2 dua buah disertai dengan uraian ciptaannya;
- Lagu : 10 sepuluh buah berupa notasi dan atau syair;
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang
dilegalisasi notaris, apabila pemohon badan hukum;
170
Buku Panduan Kekayaan Intelektual 2016, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
d. Fotokopi kartu tanda penduduk; dan
e. Membayar biaya pendaftaran.
Prosedur pendaftaran ciptaan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
SKEMA IV
Bagan Pendaftaran Ciptaan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sumber : Buku Panduan Kekayaan Intelektual 2016 , hal.27. Sesuai dengan yang diatur pada Undang-Undang Hak cipta, pendaftaran
hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
- MENGISI FORMULIR PENDAFTARAN;
- MELAMPIRKAN CONTOH CIPTAAN DAN URAIAN ATAS
CIPTAAN YANG DIMOHONKAN; -
MELAMPIRKAN BUKTI KEWARGANEGARAAN PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA;
- MELAMPIRKAN BUKTI BADAN HUKUM BILA PEMOHON
ADALAH BADAN HUKUM; PERMOHONAN PENDAFTARAN
HAK CIPTA
PEMERIKSAAN ADMINISTRATIF TIDAK LENGKAP
DILENGKAPI
TIDAK
DITOLAK
EVALUASI
LENGKAP YA
DIDAFTARKAN
PEMBERIAN SURAT PENDAFTARAN CIPTAAN
Universitas Sumatera Utara
yang kini berada dibawah di bawah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan langsung ciptaannya maupun
melalui konsultan Hak Kekayaan Intelektual. Permohonan pendaftaran hak cipta dikenakan biaya.
Dalam penegakan hukum, menurut Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 pasal 110 ayat 1 menyatakan bahwa selain penyidik pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai hukum acara pidana untuk melakukan
penyidikan tindak pidana Hak Cipta dan Hak Terkait. Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud dalam Pasal 110 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa berwenang melakukan : a.
pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
b. pemeriksaan terhadap pihak atau badan hukum yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait; c.
permintaan keterangan dan barang bukti dari pihak atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
d. pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
Universitas Sumatera Utara
e. penggeledahan dan pemeriksaan di tempat yang diduga terdapat barang bukti,
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
f. penyitaan danatau penghentian peredaran atas izin pengadilan terhadap bahan
dan barang hasil pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait sesuai dengan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana; g.
permintaan keterangan ahli dalam melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait;
h. permintaan bantuan kepada instansi terkait untuk melakukan penangkapan,
penahanan, penetapan daftar pencarian orang, pencegahan dan penangkalan terhadap pelaku tindak pidana di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait; dan
i. penghentian penyidikan jika tidak terdapat cukup bukti adanya tindak pidana
di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait. Upaya hukum dalam penanggulangan kejahatan pengubahan aransemen
musik ini dapat menggunakan jalur penal hukum pidana dan jalur non penal bukan atau diluar hukum pidana. Penanggulangan kejahatan lewat jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat repressive penindasan atau pemberantasan atau penumpasan sesudah kejahatan itu terjadi sedangkan penanggulangan kejahatan
lewat jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventive pencegahan atau penangkalan atau pengendalian sebelum kejahatan itu terjadi.
171
Karena tindak pidana hak cipta merupakan kejahatan seperti yang tercantum dalam
171
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, PT.Alumni, 1984, hal. 149.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 maka tindak pidana hak cipta ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan kebijakan penanggulangan
kejahatan melalui jalur penal dan non penal. 1.
Kebijakan melalui jalur penal. Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan jalur penal atau
dengan menggunakan hukum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia sendiri. Adapula yang menyebutnya sebagai
“older philosophu of crime con
trol”. Dilihat sebagai suatu masalah kebijakan, maka ada yang mempermasalahkan apakah peril kejahatan itu ditanggulangi,
dicegah atau dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana.
172
Menurut Dr. Saparinah Sadli, perilaku menyimpang ini merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari
kehidupan atau keteraturan sosial, dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial, dan merupakan ancaman riil atau potensial
bagi berlangsungnya ketertiban sosial.
173
2. Kebijakan Penanggulangan melalui jalur non penal
Kebijakan penanggulangan kejahatan yang ditempuh dengan jalur non penal yaitu:
174
a. Pencegahan tanpa pidana prevention without punishment
172
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Loc.Cit.
173
Ibid, hal. 148.
174
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
lewat media massa influencing views of society on crime and punishment mass media.
Cara lain yang di anggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu Hak Cipta adalah saat seseorang:
175
1. Memberi wewenang berupa persetujuan atau dukungan kepada pihak lain
untuk melanggar Hak Cipta. 2.
memiliki hubungan dagangkomersial dengan barang bajakan ciptan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta.
3. mengimpor barang-barang bajakan ciptaan yang dilindungi Hak Cipta
untuk di jual eceran atau didistribusikan. 4.
memperbolehkan suatu tempat pementasan umum untuk digunakan sebagai
5. tempat pelanggaran pementasan atau penayangan karya yang melanggar
Hak Cipta. Undang-Undang Hak Cipta telah dilengkapi dengan mekanisme
penegakan hukum sehingga pihak yang melanggar Hak Cipta, dalam hal ini yaitu masalah pengubahan aransemen musik tanpa izin dari Pencipta atau tidak
mencantumkan nama pencipta ciptaan yang diubah, dapat digugat secara : 1.
Secara Keperdataan Pihak yang melanggar dapat digugat secara keperdataan ke pengadilan niaga.
Termasuk di antaranya Penetapan Sementara Injunction Pengadilan Niaga
175
Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, dan Tomi Suryo Utomo, Op.Cit., hal. 123.
Universitas Sumatera Utara
dengan maksud untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, sehingga hakim Pengadilan Niaga diberi kewenangan untuk
menerbitkan penetapan sementara guna mencegah berlanjutnya pelanggaran dan masuknya barang yang diduga melanggar Hak Cipta dan Hak Terkait ke jalur
perdagangan termasuk tindakan importasi.
176
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta, yaitu pada Pasal 99 ayat 1, 2 dan 3
menyatakan bahwa : 1.
Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Cipta atau
produk Hak Terkait. 2.
Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang
diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk
Hak Terkait. 3.
Selain gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait dapat memohon putusan provisi atau
putusan sela kepada Pengadilan Niaga untuk : a.
meminta penyitaan ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan, danatau alat Penggandaan yang digunakan untuk
menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait; danatau
176
Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, dan Tomi Suryo Utomo, Op.Cit., hal. 125.
Universitas Sumatera Utara
b. menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi,
danatau Penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak Terkait.
2. Secara Pidana
Pihak yang melanggar Hak Cipta selain dapat di gugat ganti rugi, juga dapat dituntut secara pidana. Pelanggar Hak Cipta dikenai sanksi pidana berupa pidana
penjara danatau pidana denda. Dalam Pasal 113 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dinyatakan bahwa :
“Setiap orang yang dengan tanpa hak danatau tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta meliputi :
a. penerjemahan Ciptaan;
b. Pengadaptasian, pengaransemen, atau pentransformasian Ciptaan;
c. Pertunjukan Ciptaan;
d. Komunikasi Ciptaan;
yang digunakan untuk kepentingan komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun danatau pidana denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
177
3. Melalui Alternatif penyelesaian sengketa , arbitrase.
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 menempatkan tindak pidana dengan rumusan delik aduan sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal
120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang dimaksudkan untuk menjamin perlindungan yang lebih baik mengingat Hak Cipta
177
OK. Saidin, Op.Cit., hal. 303.
Universitas Sumatera Utara
merupakan hak eksklusif yang dimiliki pencipta, penempatan tindak pidana hak cipta sebagai delik aduan dimana pemerintah dan penyidik tidak hanya wajib
andil memberikan perlindungan terhadap ciptaannya atau pemegang hak cipta, tetapi pencipta atau pemegang hak cipta tersebut harus pro aktif dalam hak
ekonomi ciptaan musik yang diubah aransemennya tanpa izin.
B. Faktor-Faktor Timbulnya Pengubahan Aransemen Musik Yang