a. Hak Cipta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
b. Paten Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001.
c. Merek Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001.
d. Varietas Tanaman Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000.
e. Rahasia Dagang Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000.
f. Desain Industri Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000.
g. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000.
Selain dari peraturan perundang-undangan nasional diatas, Indonesia juga telah meratifikasi beberapa konvensi atau traktat internasional antara lain
Konvensi Paris yang diratifikasi melalui Keppres No. 15 Tahun 1997, Patent Cooperation Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 16 Tahun 1997, Trade
Mark Law Treaty Ratifikasi melalui Keppres No. 17 Tahun 1997, Konvensi Bern yang diratifikasi melalui Keppres No. 18 Tahun 1997 serta WIPO Copyrights
Treaty yang diratifikasi melalui Keppres No. 19 Tahun 1997.
B. Tinjauan Umum tentang Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta
Istilah Hak Cipta diusulkan pertama kali oleh Sutan Muhammad Syah pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 yang kemudian
diterima oleh Kongres tersebut sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak pengarang itu
memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang dicakup oleh pengarang itu
Universitas Sumatera Utara
hanyalah hak dari pengarang saja, padahal tidak demikian. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs Rechts.
34
Istilah hak cipta ini merupakan pengganti Auters Recht atau copyrights yang kandungan artinya lebih tepat dan luas, dibandingkan jika menggunakan
istilah hak pengarang. Secara yuridis, istilah hak cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta 1982 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang
dipergunakan dalam Auteurswet 1912.
35
Hak cipta adalah hak eksklusif atau yang hanya dimiliki si Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil karya atau hasil olah
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan atau hak untuk menikmati suatu karya. Hak cipta juga
sekaligus memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi pemanfaatan, dan mencegah pemanfaatan secara tidak sah atas suatu ciptaan. Mengingat hak
eksklusif itu mengandung nilai ekonomis yang tidak semua orang bisa membayarnya, maka untuk adilnya hak eksklusif dalam hak cipta memiliki masa
berlaku tertentu yang terbatas.
36
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak cipta mengandung pengertian dan sifat hak cipta, yakni:
37
34
Usman Rachmadi, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual; Perlindungan dan Dimensi Hukum di Indonesia, Bandung, PT Alumni, 2003, hal. 85
35
Ibid, hal. 85-86
36
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI Hak Kekayaan Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya., hal.14.
37
Yulia, Modul Hak atas Kekayaan Intelektual, Lhokseumawe, Unimal Press, 2015, hal.19.
Universitas Sumatera Utara
a. Hak cipta itu merupakan hak yang bersifat khusus istimewa atau eksklusif
yang diberikan kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Dengan hak yang bersifat khusus ini berarti tidak ada orang lain yang boleh menggunakan hak
tersebut terkecuali dengan izin pencipta atau pemegang hak cipta yang bersangkutan.
b. Hak yang bersifat khusus, tunggal, atau monopoli tadi meliputi hak pencipta
atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan ciptaanya, memperbanyak ciptaannyadan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau
memperbanyak hasil ciptaaanya tersebut. c.
Dalam melaksanakan hak yang bersifat khusus ini, baik pencipta, pemegang hak cipta, maupun orang lain yang telah diberi izin untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaan tadi harus dilakukan menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku, yang merupakan pembatasan-pembatasan tertentu.
d. Hak cipta tersebut dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial
yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain baik untuk seluruh maupun sebagian.
Memperhatikan pada pengertian hak cipta yang diberikan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dapat ditentukan unsur-unsur dari hak cipta, yakni :
38
a. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta ;
b. Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan ;
c. Timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan ;
d. Tanpa mengurangi pembatasan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
38
Arif Lutviansori, Op.Cit., hal.78.
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Hak Cipta
Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yakni :
39
a. Yang dilindungi hak cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.
Salah satu prinsip yang paling fundamental dari perlindungan hak cipta adalah konsep bahwa hak cipta hanya berkenaan dengan bentuk perwujudan
dari suatu ciptaan, sehingga tidak berkenaan atau tidak berurusan dengan substansinya. Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua subprinsip, yaitu :
1 Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian orisinil untuk dapat menikmati
hak-hak yang diberikan undang-undang keaslian, sangat erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu ciptaan.
2 Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang bersangkutan
diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk material yang lain. Ini berarti bahwa suatu ide atau suatu pikiran atau suatu gagasan atau cita-cita
belum merupakan suatu ciptaan. b.
Hak cipta timbul dengan sendirinya otomatis. Suatu hak cipta eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan idenya dalam
suatu bentuk yang berwujud idenya. Dengan adanya wujud dari suatu ide, suatu ciptaan lahir. Ciptaan yang dilahirkan dapat diumumkan to make
public openbaarmaken. Suatu ciptaan yang tidak diumumkan, hak ciptanya tetap ada pada pencipta.
39
Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal.8-10.
Universitas Sumatera Utara
c. Suatu ciptaan tidak perlu diumumkan untuk memperoleh hak cipta.
Suatu ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak diumumkan publishedunpublished work kedua-duanya dapat memperoleh hak cipta.
d. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum legal right
yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan.
e. Hak cipta bukan hak mutlak absolut.
Hak cipta bukan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoly. Hal ini dapat terjadi karena hak cipta secara konseptual tidak
mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang pencipta menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta
terlebih dahulu. Subjek dan Objek Hak Cipta
1. Subjek Hak Cipta
Dalam menciptakan suatu karya cipta, tentu ada subjek atau orang yang membuat atau menciptakan karya cipta tersebut. Menurut Vollmar, setiap
makhluk hidup mempunyai apa yang disebut wewenang berhak yaitu kewenangan untuk membezit mempunyai hak-hak dan setiap hak tentu ada subjek haknya
sebagai pendukung hak tersebut.
40
Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Setiap pendukung hak dan kewajiban disebut subjek hukum yang terdiri atas manusia
40
HFA Vollmar, terjemahan I.S. Adiwimarta, Pengantar Studi Hukum Perdata I, Rajawali Press, Jakarta, 1983 dalam OK.Saidin., hal. 235.
Universitas Sumatera Utara
natuurlijk person dan badan hukum rechtspersoon.
41
Jika dikaitkan dengan hak cipta, maka subjeknya ialah pemegang hak yaitu pencipta atau orang atau
badan hukum yang secara sah memperoleh hak untuk itu.
42
Dalam Undang-Undang Hak Cipta menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak
yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan yang dimaksud dengan Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-
sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dari pengertian pencipta dan pemegang hak cipta dalam Undang-Undang
Hak Cipta, maka dapat dilihat adanya perbedaan antara pencipta dan pemegang hak cipta. Seorang pencipta otomatis menjadi pemegang hak cipta yang
merupakan pemilik dari hak cipta, sedangkan pemegang hak cipta belum tentu merupakan pencipta. Hal ini dimungkinkan karena pemegang hak cipta mungkin
saja menerima pengalihan hak dari pencipta atau membeli hak cipta dari pencipta. Cara memperoleh suatu hak, bisa dengan pewarisan, hibah, wasiat atau pihak lain
dengan perjanjian. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
41
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, PN. Balai Pustaka,Jakarta, 1980, hal. 2.
42
OK.Saidin, Op.Cit.,hal.235.
Universitas Sumatera Utara
Subjek yang dianggap sebagai pencipta dapat dilihat dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa yang menjadi
pencipta, yaitu orang yang namanya : a.
disebut dalam Ciptaan; b.
dinyatakan sebagai Pencipta pada suatu Ciptaan; c.
disebutkan dalam surat pencatatan Ciptaan; danatau d.
tercantum dalam daftar umum Ciptaan sebagai Pencipta. Selain penjelasan diatas, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta juga menyatakan siapa saja yang dimaksud sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, yaitu :
1. Pencipta adalah Orang yang melakukan ceramah yang tidak menggunakan
bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa pencipta ceramah tersebut.
43
2. Pencipta adalah orang yang memimpin penyelesaian seluruh ciptaan atau
apabila tidak ada yang memimpin maka yang menjadi pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing
bagiannya, ini berlaku terhadap suatu ciptaan yang terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih.
44
3. Pencipta dapat diartikan sebagai orang yang merancang suatu ciptaan,
walaupun seseorang yang sudah merancang suatu ciptaan namun dia
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 266, tanggal 16 Oktober 2014, Pasal 32 .
44
Ibid, Pasal 33.
Universitas Sumatera Utara
menyuruh orang lain untuk mengerjakannya, maka pencipta tetaplah orang yang merancang ciptaan tersebut.
45
4. Pemegang hak pencipta adalah pihak yang untuk dinasnya ciptaan itu
dikerjakan atau orang yang memesan suatu ciptaan dalam hubungan dinas kecuali diperjanjikan lain. Jadi apabila seseorang menciptakan suatu ciptaan
dalam hal untuk kepentingan dinas atau tugasnya yang terikat dengan suatu perusahaan atau badan-badan lainnya maka yang memegang hak cipta adalah
pihak yang menyuruh atau memesan suatu ciptaan tersebut.
46
5. Pencipta atau pihak yang membuat ciptaan adalah ciptaan yang dibuat dalam
hubungan kerja atau berdasarkan pesanan.
47
6. Dalam hal badan hukum melakukan pengumuman, pendistribusian atau
komunikasi atas ciptaan yang berasal dari badan hukum tersebut, dengan tanpa menyebut seseorang sebagai pencipta, yang dianggap sebagai pencipta
yaitu badan hukum.
48
Dalam kaitannya dengan hak cipta di bidang musik atau lagu, pemegang hak cipta sebagai subjek hak cipta adalah termasuk :
49
1. Pencipta melodi lagu Komposer, yaitu orang yang menciptakan melodi dari
suatu lagu atau musik. 2.
Pencipta lirik lagu lirikus, yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik dari suatu lagu atau musik.
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Op.Cit.,Pasal 34.
46
Ibid, Pasal 35.
47
Ibid, Pasal 36.
48
Ibid, Pasal 37.
49
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Performing Right Hak Cipta atas Karya Musik dan Lagu Serta Aspek Hukumnya, Jakarta, Ind Hill Co.,2011, hal.58.
Universitas Sumatera Utara
3. Penata musik arranger yaitu orang yang mengubah lagu atau musik ciptaan
orang lain sampai ke tingkat tertentu atau menambah sedemikian rupa sehingga dengan kontribusi kreatifnya karya lagu atau musik tersebut
diwarnai dimensi yang khas dan bersifat pribadi. 4.
Pengadaptasi lirik sub-lirikus, yaitu orang yang menciptakan teks atau lirik baru atau menterjemahkan lirik asli dari suatu karya musik yang diterbitkan
kembali di wilayah Indonesia. 5.
Publisher dan sub publisher , badan hukum yang diberi kuasa oleh pencipta untuk menjadi pemegang hak cipta dan oleh sebab itu memiliki kepentingan
terhadap seluruh karya lagu atau musik tersebut. Pada ciptaan yang telah diterbitkan tapi tidak diketahui nama penciptanya
atau hanya tertera nama samaran, dalam hal ini, hak cipta atas ciptaan tersebut dipegang oleh Negara untuk kepentingan penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. 2.
Objek Hak Cipta Objek Hak Cipta merupakan suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta.
Ciptaan biasa disebut sebagai objek hak cipta atau Pencipta itu sendiri. Yang dimaksud dengan Ciptaan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 angka 3
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang berbunyi : “Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampila
n, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.”
Universitas Sumatera Utara
Bentuk yang khas artinya bentuk yang lain dari ciptaan yang sudah ada. Menunjukkan keaslian artinya bukan tiruan atau jiplakan dari ciptaan orang lain.
Ciptaan itu bersifat pribadi artinya berasal dari kemampuan intelektual yang menyatu dengan diri pencipta. Setiap ciptaan digolongkan dalam bidang ilmu
pengetahuan , seni, dan sastra. Walaupun berasal dari kemampuan intelektual, suatu penemuan tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra,
melainkan termasuk bidang teknologi.
50
Berdasarkan Penciptanya, ciptaan diklasifikasikan sebagai berikut : a.
Ciptaan warga Negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia. b.
Ciptaan bukan warga Negara Indonesia, bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia, atau diumumkan di Indonesia dalam jangka waktu 30 tiga
puluh hari sejak ciptaan itu diumumkan untuk pertama kali di Indonesia. c.
Ciptaan bukan warga Negara,bukan penduduk, bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan :
1 Negara mempunyai perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta
dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta dengan Negara Republik Indonesia.
2 Negaranya dan Negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
dalam suatu perjanjian multilateral yang sama mengenai perlindungan hak cipta dan hak lain yang berkaitan dengan hak cipta.
51
50
Abdulkadir Muhammad, 2001, Op.Cit., hal.112.
51
Ibid, hal. 113-114.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang Hak Cipta dapat dilihat jenis ciptaan yang menjadi objek hak cipta antara lain yang meliputii ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra, yaitu:
52
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya; b.
ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; c.
alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d.
lagu danatau musik dengan atau tanpa teks; e.
drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f.
karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; o.
terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
52
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 40 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer maupun media lainnya; q.
kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
r. permainan video; dan
s. Program Komputer.
Pengelompokan jenis ciptaan tersebut tetap dipakai karena ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang universal. Pengelompokan jenis ciptaan
inipun sangat penting, dalam kaitannya dengan ketentuan lamanya perlindungan. Di Indonesia, perlindungan antara Hak Cipta yang asli original dengan yang
turunan derivatif tidaklah sama. Perlindungannya dibedakan jangka waktunya, tetapi diakui sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas
ciptaan aslinya. Selain itu, karya cipta yang tidak atau belum diumumkan akan tetapi sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata yang memungkinkan
perbanyakan hal karya itu juga dilindungi.
53
Dalam Pasal 41 dan 42 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,ada beberapa jenis hak cipta yang tidak diberikan hak ciptanya, antara
lain: a.
Hasil rapat terbuka lembaga Negara; b.
Peraturan perundang-undangan; c.
Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah; d.
Putusan pengadilan atau penetapan hakim; dan
53
Hasbir Paserangi, Ibrahim Ahmad, Op.Cit., hal. 32-33.
Universitas Sumatera Utara
e. Kitab suci atau symbol keagamaan.
Fungsi dan Sifat Hak Cipta Hukum yang mengatur mengenai hak cipta dibuat, bertujuan untuk
melindungi karya-karya ciptaan dari para pencipta. Pencipta terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer komputer dan sebagainya. Hak
pencipta harus dilindungi dari penjiplakan, pembajakan dan lainnya. Hak pencipta dihormati dan dilindungi dalam Undang-Undang Hak Cipta
sepanjang tidak bertentang dengan kepentingan umum. Ajip Rosidi pernah mengemukakan bahwa lebih dari hak milik yang manapun juga, suatu ciptaan
menjalankan fungsi sosialnya melalui penyebarannya dalam masyarakat dan selama masyarakat masih memerlukannya, selama itulah hak cipta menjalankan
fungsi sosialnya.
54
Maka dapat diartikan bahwa seorang pencipta harus sanggup mengorbankan hak ciptanya bila kepentingan umum menghendaki.
Fungsi sosial hak cipta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan pendidikan, ilmu
pengetahuan, bahan pemecah masalah, pembela perkara di pengadilan, bahan ceramah, dengan tetap mencantumkan sumbernya secara lengkap.
55
54
Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982, Pandangan Seorang Awam, Jakarta, Djambatan, 1984, hal.12.
55
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 116.
Universitas Sumatera Utara
Hak Cipta memiliki sifat-sifat yang melekat padanya. Otto Hasibuan mengemukakan beberapa sifat dasar yang melekat pada Hak Cipta The Nature of
Copyrights adalah :
56
1. Hak Cipta adalah hak milik property right ;
Dalam hubungan kepemilikan terhadap Hak Cipta, hukum menjamin pencipta untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya itu dan
penghargaan terhadap hasil kreasi dari pekerjaan manusia yang memakai kemampuan intelektualnya, maka pribadi yang menghasilkannya mendapatkan
kepemilikannya berupa hak milik dan tidak seorang pun bisa mempunyai hak atas apa yang dihasilkannya. Lahirnya ciptaan baru atau ciptaan yang sudah ada
sebelumnya harus didukung dan dilindungi oleh hukum. Wujud perlindungan itu dikukuhkan dalam undang-undang dengan menempatkan sanksi pidana terhadap
orang yang melanggar hak cipta dengan cara melawan hukum.
57
2. Hak Cipta adalah hak yang terbatas waktunya limited duration;
Perlindungan Hukum Hak Cipta diberikan untuk memberikan kepastian hukum sampai kapan suatu ciptaan atau karya intelektual tersebut dapat dijamin
perlindungannya dan dapat diberi tindakan atas pelanggaran yang dilakukan terhadap ciptaan tersebut. Adanya jangka waktu perlindungan, diharapkan
mampu memberikan rasa aman untuk pencipta sebagai pemilik karya cipta agar dapat terus menciptakan karya-karya cipta yang baru. Batas-batas waktu tersebut
menentukan berlaku dan berakhirnya masa perlindungan suatu ciptaan. Oleh
56
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op.Cit., hal.72.
57
OK.Saidin, Op.Cit., hal.276.
Universitas Sumatera Utara
karena itu, dengan berakhirnya jangka waktu pemilikan tersebut, maka jadilah karya cipta itu sebagai karya milik umum public domain. Pembatasan jangka
waktu yang ada dalam Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia bukanlah satu- satunya peraturan hak cipta yang memberikan batasan.
58
Pengaturan mengenai jangka waktu suatu ciptaan dapat dilihat dalam pasal 57 sampai dengan pasal 63
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta. Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta, Undang-Undang Hak
Cipta Indonesia dan Konvensi Internasional membedakan pula jangka waktu perlindungan hak cipta yang didasarkan pada bentuk dan sifat ciptaan.
59
Khusus untuk ciptaan :
60
a. Karya fotografi;
b. Potret;
c. Karya sinematografi;
d. Permainan video;
e. Program komputer;
f. Perwajahan karya tulis;
g. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; h.
Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
58
Stewart S.M, Stewart, S.M., International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, Buuterworths Co Publisher Ltd, London, 1989 dalam Henry Soelistyo, hal.111.
59
OK.Saidin, Op.Cit., hal. 220.
60
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
i. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
Program Komputer atau media lainnya; dan j.
Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli.
Pada ciptaan yang disebutkan diatas, masa berlaku nya adalah berlaku selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.
Demikian juga terhadap perlindungan Hak Cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 dua puluh lima tahun sejak pertama kali dilakukan
Pengumuman.
61
Pada hak cipta atas ekspresi budaya tradisional yang dipegang oleh Negara, masa berlaku nya adalah tanpa batas.
62
Hak Cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang dipegang oleh Negara berlaku selama 50 lima puluh tahun
sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman. Begitupula dengan Hak Cipta yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan Pengumuman berlaku
selama 50 lima puluh tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali dilakukan Pengumuman.
63
Masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dilakukan Pengumuman bagian per bagian dihitung sejak tanggal Pengumuman bagian yang
terakhir. Dalam menentukan masa berlaku perlindungan Hak Cipta atas ciptaan
61
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 59.
62
Ibid, Pasal 60 ayat 1 jo Pasal 38 ayat 1.
63
Ibid., Pasal 60 ayat 1 2 jo. Pasal 39 ayat 1 2.
Universitas Sumatera Utara
terdiri atas 2 dua jilid atau lebih yang dilakukan Pengumuman secara berkala dan tidak bersamaan waktunya, setiap jilid Ciptaan dianggap ciptaan tersendiri.
64
3. Hak Cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif exclusive right; dan
Ketentuan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini dimaksudkan dengan mengumumkan atau memperbanyak termasuk dalam kegiatan menerjemahkan,
menjiplak , melakukan pengubahan baik dalam sebagian ataupun seluruhnya, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.
65
Dapat juga dilihat dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan
bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri dari hak moral dan hak ekonomi.
Beberapa eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk :
a. Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut
termasuk, pada umumnya, salinan elektronik ; b.
Mengimpor dan mengekspor ciptaan ;
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 61.
65
Ibid, Penjelasan Pasal 1 Ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
c. Menciptakan karya turunan atau derivativatif suatu ciptaan mengadaptasi
ciptaan ; d.
Menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum ; e.
Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
4. Hak Cipta adalah sebuah kumpulan hak di dalam sebuah karya a multiple
right, a bundle of rights in the work. Dalam suatu ciptaan terkandung hak-hak yang dimiliki oleh Pencipta. Ada
2 hak yang terkandung dalam hak cipta yaitu hak moral dan hak ekonomi. Hak-Hak Pencipta : Hak Moral Moral Right dan Hak Ekonomi Economic
Right Hak pencipta secara umum dibagi menjadi dua yaitu hak moral Moral
Right dan hak ekonomi Economic Right. Hak Pencipta ini dilindungi pula melalui The Universal Declaration of Human Rights 1948
66
, dinyatakan dalam Pasal 27 :
1. Everyone has the right freely to participate in the cultural life of the
community, to enjoy the art and to share in scientific advancement and its benefit.
2. Everyone has the right to the protection of the moral and material interest
resulting for many scientific, literary or artistic production of which he is the author.
66
The Universal Declaration of Human Rights, 1948.
Universitas Sumatera Utara
Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan moral dan material atas hasil ciptaannya
tersebut. Dan hak dari pencipta tersebut dilindungi secara moral dan material ekonomis atas hasil ciptaannya, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau
karya lainnya yang mana orang tersebut adalah pencipta aslinya.
SKEMA III
Sumber : Skema Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, Bandung, PT. Alumni, 2009, hal. 57.
Hak Moral Moral Rights Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk:
67
67
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 5. Hak Cipta
Hak ekonomi Dapat dialihkan
Hak untuk mengumumkan
Hak untuk memperbanyak
Hak Moral Tidak dapat dialihkan
Hak melarang melakukan perubahan
isi ciptaan Hak melarang
melakukan perubahan judul ciptaan
Hak melarang
melakukan perubahan
nama pencipta Hak melakukan
perubahan ciptaan
Universitas Sumatera Utara
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; b.
Menggunakan nama aliasnya atau samaran; c.
Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d.
Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan e.
Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya. Distorsi ciptaan adalah tindakan pemutarbalikan suatu fakta atau identitas ciptaan. Mutilasi ciptaan adalah proses atau tindakan menghilangkan
sebagian ciptaan. Modifikasi ciptaan adalah pengubahan atas ciptaan. Hak moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki si
pencipta atas hasil ciptaannya dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Hak moral ini mempunyai tiga dasar yaitu untuk mengumumkan the right of
publication, hak peterniti the right of paternity dan hak integritas the right of integrity. Sedangkan Komen dan Verkade menyatakan bahwa hak moral yang
dimiliki oleh seorang pencipta itu, meliputi larangan mengadakan perubahan dalam ciptaannya, larangan mengubah judul, larangan mengubah penentuan
pencipta, dan hak untuk mengadakan perubahan.
68
Ketentuan mengenai hak moral berakar pada ketentuan Berne Convention yaitu pada revisi Roma 1929,
69
dinyatakan dalam Pasal 6 bis :
70
“Article 6 bis 1
68
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal.74.
69
Ibid.
70
Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works, 1979
Universitas Sumatera Utara
Independently of the author’s economic rights, and even after the transfer of the said rights, the author shall have the right to claim authorship of the work and to
object to any distortion, mutilation or other modification of, or other derogatory action in relation to, the said work, which would be prejudicial to his honor or
reputation.
“Article 6 bis 2
The rights granted to the author in accordance with the preceeding paragraph shall, after his death, be maintained, at least until the expiry of the economic
rights, and shall be exercisable by the persons or institutions authorized by the legislation of the country where the protection is claimed. However, those
countries whose legislation, at the moment of their ratification of or accession to this Act, does not provide for the protection after the death of the author of all the
rights set out in the preceeding paragraph may provide that some of these rights may, after his death, cease to be maintained.”
Article 6 bis 3
The means of redress for safeguarding the rights granted by this Article shall be governed by the legislation of the country where protection is claimed.
Sesuai rumusan diatas, substansi Hak Moral meliputi :
71
71
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral,Jakarta, Rajawali Pers, 2011, hal 105- 106.
Universitas Sumatera Utara
1. The right to claim authorship; yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan
sebagai pencipta. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyebutkan atau mencantumkan nama pencipta dalam ciptaan.
2. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the
work; yaitu hak pencipta untuk menolak tindakan yang dapat mendistorsi, memotong atau menghilangkan sebagian dari ciptaan ataupun memodifikasi
ciptaan secara sedemikian rupa sehingga merusak atau merugikan reputasi dan kehormatan pencipta.
3. The right to object other derogatory action in relation to the said work; yaitu
hak pencipta untuk menolak segala bentuk tindakan atau perlakuan yang dapat mengganggu atau merendahkan kehormatan dan reputasi pencipta.
Dengan demikian sekalipun hak moral itu sudah diserahkan baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain, namun Penciptanya atau ahli
warisnya tetap mempunyai hak untuk menggugat seseorang yang tanpa persetujuannya:
72
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum dalam ciptaan;
b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
c. Mengganti atau mengubah judul ciptaan; dan
d. Mengubah isi ciptaan.
Hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal
72
Walter Simanjuntak, Perlindungan Hak Cipta di Indonesia, Jakarta, Direktorat Hak Cipta, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Desain Industri.
Universitas Sumatera Utara
dunia.
73
Dalam hal pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau
penolakan pelaksanaan hak tersebut dinyatakan secara tertulis.
74
Hak moral pencipta berlaku tanpa batas waktu dalam hal :
75
a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; b.
Menggunakan nama aliasnya atau samaran; c.
Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat
Hak moral pencipta berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang bersangkutan, yaitu dalam hal :
76
a. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
b. Mengubah judul dan anak judul ciptaan.
Sesuai dengan uraian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa konsepsi hak moral adalah :
77
1. The Right of Paternity Hak Atribusi
adalah hak pencipta untuk menuntut namanya dicantumkan dalam ciptaan. 2.
The Right of Integrity Hak Integritas adalah hak pencipta untuk melindungi reputasinya dengan menjaga martabat
dan keutuhan ciptaannya.
73
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 5 ayat 2.
74
Ibid, Pasal 5 ayat 3.
75
Ibid, Pasal 57 ayat 1 jo Pasal 5 ayat 1 huruf a , b e.
76
Ibid,Pasal 57 ayat 2 jo Pasal 5 ayat 1 huruf c d.
77
Henry Soelistyo,Op.Cit., hal. 112.
Universitas Sumatera Utara
3. The Right of Publication Divulge
adalah hak pencipta untuk menentukan ciptaannya mau diumumkan atau tidak.
4. The Right of Withdraw
adalah hak pencipta untuk menarik ciptaan dari peredaran. Hak Ekonomi Economic Rights
Hak ekonomi diperhitungkan karena hak kekayaan intelektual dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau
perdagangan yang mendatangkan keuntungan.
78
Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya.
79
Hak cipta sebagai hak ekonomi dapat dilihat dari penerapan hak eksklusif, seorang penciptapemegang hak cipta
melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual di pasaran, maka ia memperoleh keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut. Demikian pula dengan
memberi izin kepada pihak lain untuk memproduksi, memperbanyak dan menjual hasil copy-an ciptaan adalah bukan semata-mata karena perbuatan memberi izin
saja melainkan penciptapemegang hak cipta juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perbuatan tersebut. Hal ini memang wajar, penciptapemegang
78
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 19.
79
Hasbir Paserangi, Op.Cit., hal. 36.
Universitas Sumatera Utara
hak cipta ikut serta mendapat bagian keuntungan, karena pihak yang diberi izin mendapatkan keuntungan dari penerimaan izin tersebut.
80
Berne Convention menetapkan hak ekonomi economic right yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
81
a. Article 8 : right of translation hak penerjemahan.
b. Article 9 : right of reproduction hak perbanyakan.
c. Article 11, 11bis, 11ter : right of public performance and wireless
broadcasting and cabling of works hak untuk penampilan di muka umum dan penyiaran kembali tanpa kabel serta perlengkapan ciptaan.
d. Article 12 : right of adaptation hak adaptasi.
e. Article 14 : 1 i : the right of authorizing the cinematographic adaptation
and reproduction of work and the distribution of the work thus adopted or reproduced hak untuk memberikan hak bagi pihak lain untuk adaptasi dan
perbanyakan ciptaan termasuk pendistribusiannya. f.
Article 14: 1 ii : right of pulic performance and communication by wire of cinematographic adaptations and reproductions of work hak untuk
penunjukan di muka umum dan pengomunikasian dengan kabel dari adaptasi ciptaan film dan perbanyakan ciptaan.
g. Article 14 ter1 : artist resale right subject to reprocity test art hak
penjualan kembali seniman yang tunduk pada tes timbal balik.
80
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Bandung : Penerbit Rineka Cipta, 2010, hal. 45.
81
Arif Lutviansoori, Op.cit.,hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
Hak ekonomi pada setiap undang-undang selalu berbeda, baik terminologinya, jenis hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis hak
ekonomi tersebut. Secara umumnya, setiap Negara minimal mengenal dan mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak :
82
a. Hak Reproduksi atau Penggandaan Reproduction Right
- Memperbanyak secara mekanis Mechanical Reproduction;
- Memperbanyak secara cetaktertulis Printing Reproduction
b. Hak Adaptasi Adaptation Right
Hak untuk mengadakan adaptasi, dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain, aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah
menjadi cerita fiksi dari karangan nonfiksi, atau sebaliknya. Hak ini diatur baik dalam Konvensi Berne maupun Konvensi Universal Universal
Copyright Convention.
83
c. Hak Distribusi Distribution Right
Hak distribusi adalah hak yang dimiliki pencipta untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya. Penyebaran tersebut dapat berupa bentuk
penjualan, penyewaan, atau bentuk lain yang maksudnya agar ciptaan tersebut dikenal oleh masyarakat. Dari hak distribusi itu dapat dimungkinkan timbul
hak baru berupa foreign right, yaitu suatu hak yang dilindungi di luar negaranya.
84
d. Hak Pertunjukan Public Performance Right
82
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hal. 67.
83
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsuddin, Op.Cit., hal.5.
84
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Setiap orang atau badan yang menampilkan, atau mempertunjukkan sesuatu karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik hak performing tersebut.
e. Hak Penyiaran Broadcasting Right
Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan kabel. Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan
mentransmisikan ulang. f.
Hak Program Kabel Cablecasting Right Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja mentransmisikan
melalui kabel. Badan penyiaran televise mempunyai suatu studio tertentu, dari sana disiarkan program-program melalui kabel kepada pesawat para
pelanggan. Jadi siaran sudah pasti bersifat komersial. g.
Droit de Suite adalah hak pencipta.Hak ini mulai diatur dalam Pasal 14 bis Konvensi Berne
revisi Brussel 1948, yang kemudian ditambah lagi dengan Pasal 14 ter hasil, revisi Stockholm 1967. Ketentuan Droit de Suite ini menurut petunjuk dari
WIPO yang tercantum dalam buku Guide to the Berne Convention, merupakan hak tambahan. Hak ini bersifat kebendaan.
h. Hak Pinjam Masyarakat Public Landing Right
Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang
diciptakannya sering dipinjam oleh masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Bagi manusia yang menghasilkan karya cipta tersebut memang memberikan kepuasan, tetapi dari segi yang lain karya cipta tersebut sebenarnya
juga memiliki arti ekonomi. Hal ini rasanya perlu dipahami dan tidak sekedar menganggapnya semata-mata sebagai karya yang memberikan kepuasan batiniah,
bersifat universal dan dapat dinikmati oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun juga, apalagi dengan sikap bahwa sepantasnya hak itu dapat diperoleh secara
cuma-cuma. Mengenai hak ekonomi, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
mengaturnya dalam pasal 8 sampai dengan 11, yaitu : 1.
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan :
85
a. Penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
www.hukumonline.com
c. Penerjemahan Ciptaan;
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan Ciptaan;
g. Pengumuman Ciptaan;
h. Komunikasi Ciptaan; dan
i. Penyewaan Ciptaan.
2. Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi wajib mendapatkan izin
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
86
85
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 9 ayat 1 .
Universitas Sumatera Utara
3. Setiap orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan Penggandaan danatau Penggunaan secara komersial Ciptaan.
87
Tabel I
Ruang Lingkup Hak Ekonomi Pencipta Menurut Undang-Undang Hak Cipta
88
Hak Mengumumkan Hak Memperbanyak
Hak Membacakan Hak menambah jumlah
menggandakan
Hak Menyiarkan Hak mengalihwujudkan
Hak Memamerkan Hak Menjual
Hak Mengedarkan Hak Menyebarkan
3. Pendaftaran Hak Cipta
Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh seseorang. Hal ini mendasari semua Undang-
Undang Hak Kekayaan Intelektual yang ada di seluruh dunia dan membawa konsekuensi bahwa pemilik kekayaan intelektual yang tidak melakukan
86
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 9 ayat 2.
87
Ibid, Pasal 9 ayat 3.
88
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga,Op.Cit., hal.77.
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang yang dianggap telah menggunakan kekayaannya secara melawan hukum.
Secara umum, dikenal dua sistem pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, yaitu:
1 First To File System, berdasarkan pada pendaftar pertama. Artinya, jika ada
dua orang yang mendaftarkan kekayaan intelektual pada hari yang sama dengan objek yang sama, pihak yang mendaftar terlebih dahululah yang
diprioritaskan untuk diproses. 2
First To Use System, berdasarkan pada pengguna pertama. Artinya, pemilik kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah orang pertama yang
menggunakan kekayaan intelektual tersebut. Sistem yang dianut Hak Cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah
sistem first to use system, dimana tidak mewajibkan dilakukan pendaftaran. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 64 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta yang menyatakan bahwa Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan merupakan syarat untuk mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait. Ini
berarti suatu ciptaan, baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetaplah dilindungi.
Pada hak cipta berlaku pendaftaran secara sukarela voluntary registration, artinya apabila pencipta ingin mendaftarkan ciptaannya, dia dapat
melakukan pendaftaran dengan persyaratan dan tata cara yang telah diatur dengan Undang-Undang. Pendaftaran ciptaan tidak bermaksud untuk mengesahkan hak
cipta, melainkan untuk memudahkan pembuktian dalam hal terjadi sengketa
Universitas Sumatera Utara
mengenai hak cipta. Ciptaan yang tidak terdaftar atau didaftarkan akan lebih sulit pembuktiannya apabila ada pelanggaran hak cipta jika dibandingkan dengan hak
cipta yang didaftarkan. Pencatatan ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa
logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam perdagangan barang jasa atau digunakan sebagai lambing organisasi, badan usaha, atau badan
hukum.
89
Tujuan untuk dilakukannya pendaftaran diharapkan dapat memberikan kepastian hukum serta memudahkan dalam proses pengalihan haknya. Seperti
yang dinyatakan oleh Prof. Mariam Darus, pendaftaran itu tidak hanya semata- mata mengandung arti untuk memberikan alat bukti yang kuat, akan tetapi juga
menciptakan hak kebendaan. Hak kebendaan atas suatu benda untuk umum terjadi pada saat pendaftaran itu dilakukan. Selama pendaftaran belum terjadi, hak hanya
mempunyai arti terhadap para pihak pribadi dan umum dianggap belum “mengetahui” perubahan status hukum atas hak yang dimaksudkan. Pengakuan
dari masyarakat baru terjadi pada saat hak tersebut milik didaftarkan.
90
Pencatatan ciptaan dan produk Hak Terkait diajukan dengan Permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh pencipta, pemegang hak cipta, pemilik
Hak Terkait, atau Kuasanya kepada Menteri .
91
Permohonan tersebut dilakukan secara elektronik danatau non elektronik dengan :
a. Menyertakan contoh ciptaan, produk Hak Terkait, atau penggantinya;
89
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 65.
90
Ibid, hal. 248.
91
Ibid, Pasal 66 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
b. Melampirkan surat pernyataan kepemilikan ciptaan dan Hak Terkait, dan
c. Membayar biaya.
Permohonan pendaftaran hak cipta dapat diajukan oleh :
92
a. Beberapa orang yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan atau
produk Hak Terkait, Permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut, atau
b. Badan hukum, Permohonan dilampiri salinan resmi akta pendirian badan
hukum yang telah disahkan oleh pejabat berwenang. Permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon harus
dituliskan semua dengan menetapkan satu alamat pemohon yang terpilih.
93
Permohonan diajukan oleh pemohon yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Permohonan wajib dilakukan melalui konsultan
kekayaan intelektual yang terdaftar sebagai Kuasa.
94
Yang melakukan pemeriksaan atas permohonan pencatatan hak yang telah diajukan itu adalah Kementerian Hukum dan HAM dan digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menerima atau menolak permohonan pencatatan tersebut.
95
Mengenai pendaftaran Hak Cipta, Menteri Kehakiman Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu peraturan, yaitu Peraturan Menteri Kehakiman Nomor M.01-
HC,03,01 tentang Pendaftaran ciptaan. Dalam peraturan tersebut, dinyatakan secara tegas bahwa prosedur permohonan pendaftaran ciptaan dapat diajukan
92
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit.,Pasal 67 ayat 1.
93
Ibid, Pasal 67 ayat 2.
94
Ibid, Pasal 67 ayat 3.
95
OK.Saidin, Op.Cit., hal. 246.
Universitas Sumatera Utara
kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Direktur Hak Cipta, dengan syarat sebagai berikut :
1. Dengan surat rangkap dua ;
2. Ditulis dalam bahasa Indonesia ;
3. Diketik di atas kertas folio berganda ;
4. Lembar pertama dibubuhi Materai Rp. 6000,-;
5. Ditanda tangani oleh pemohon atau pemohon-pemohon atau kuasanya.
Surat permohonan pendaftaran ciptaan tersebut berisi sebagai berikut : 1.
Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta; 2.
Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang Hak Cipta; 3.
Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa; 4.
Jenis dan judul ciptaan yang dimohonkan; 5.
Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau diluar wilayah Indonesia;
6. Uraian ciptaan;
Dalam permohonan tersebut Menteri melakukan pemeriksaan terhadap permohonan yang telah memenuhi syarat, menteri memberikan keputusan
menerima atau menolak permohonan dalam waktu paling lama 9 Sembilan bulan terhitung sejak tanggal di terimanya permohonan.
96
Pendaftaran ciptaan dikenakan biaya.Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
96
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 68 ayat 4.
Universitas Sumatera Utara
Manusia dalam Lembaran Negara No. 125 Tahun 2014 dan Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5541. Besarnya biaya pencatatan ciptaan tergantung
pada jenis permohonan yang diajukan, yaitu sebagai berikut :
Tabel II. Tarif Permohonan Pendaftaran Ciptaan
No. Jenis Pendaftaran
Satuan Tarif Rp.
1. Permohonan pendaftaran suatu
ciptaan Per Permohonan
300.000,-
2. Permohonan pendaftaran suatu
ciptaan berupa
program komputer
Per Permohonan 500.000,-
3. Permohonan
pencatatan pemindahan hak atas suatu
ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum ciptaan
Per Nomor Daftar 150.000,-
4. Permohonan perubahan nama
dan alamat suatu ciptaan yang terdaftar dalam daftar umum
ciptaan Per Nomor Daftar
100.000,-
5. Permohonan
petikan tiap
pendaftaran ciptaan
dalam Per Nomor Daftar
100.000,-
Universitas Sumatera Utara
daftar umum ciptaan
6. Permohonan
salinan surat
pendaftaran hak cipta Per Nomor Daftar
100.000,-
7. Pencatatan lisensi hak cipta
Per Nomor Daftar 100.000,-
8. Permohonan keterangan tertulis
mengenai ciptaan terdaftar Per Permohonan
100.000,-
9. Permohonan
perbaikan data
permohonan pendaftaran ciptaan Per
Permohonan Hak Cipta
100.000,-
10. Koreksi
surat pendaftaran
ciptaan atas kesalahan data permohonan pendaftaran ciptaan
yang disampaikan
oleh pemohon
Per Nomor Daftar 100.000,-
11. Permohonan
Rekomendasi Cakram Optik
a. UMKM
b. Non UMKM
Per Judul Per Jenis
Sumber : -
Tabel OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Milik Intelektual Intellectual Property Rights, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015, hal. 271.
- Buku Panduan Kekayaan Intelektual 2016 , hal.26.
300.000 1.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
4. Pengalihan Hak Cipta
Pengaturan mengenai pengalihan hak dan hukum hak cipta dapat dilihat dalam Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak maka hak ciptanya dapat dipindahtangankan, dilisensikan, dialihkan, dijualbelikan oleh pemilik atas
pemegang haknya, baik secara keseluruhan ataupun hanya sebagian melalui pewarisan, hibah, wasiat ataupun melalui suatu perjanjian seperti perjanjian jual
beli, sewa menyewa atau lisensi.
97
Hak Cipta beralih atau dialihkan, baik secara keseluruhan ataupun hanya sebagian melalui pewarisan, hibah, perjanjian tertulis
dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undang yang berlaku di Indonesia.
Perlu juga dipahami bahwa yang dapat beralih atau dialihkan hanya hak ekonomi, sedangkan hak moral tetap melekat pada diri Pencipta. Pengalihan Hak
Cipta harus dilakukan secara jelas dan tertulis baik dengan atau tanpa akta notaris.
98
Persetujuan yang dilakukan secara lisan tidak diakui oleh Undang- Undang Hak Cipta. Dalam hal ini dalam pengubahan aransemen lagu, tidak
meminta persetujuan baik secara lisan ataupun tulisan kepada pemegang hak cipta, tentu saja pihak yang melakukan pengubahan aransemen lagu tersebut tidak
memiliki hak untuk melakukan pengubahan aransemen. Persetujuan secara tertulis dibutuhkan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan daripada
persetujuan secara lisan, apalagi persetujuan yang dilakukan tanpa diketahui pihak manapun, Hal ini mengingat banyaknya kepentingan yang tersangkut dalam
97
Eddy Damian, Op.Cit, hal.19.
98
OK.Saidin, Op.Cit, hal.202.
Universitas Sumatera Utara
persoalan-persoalan hak cipta di kemudian hari. Di bagian akhir redaksi Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 disebutkan bahwa tanpa
mengurangi pembatasan-pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Dengan kata lain, cara penggunaannya fungsi atau cara
pemindahannya harus sesuai dengan ketentuan-ketentun yang berlaku, tidak mengurangi hak-hak orang lain dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak
ketiga. Ini adalah konsekuensi logis dari keberadaan hak atas kekayaan yang dalam penggunaannya harus menghormati hak orang lain. Setiap sisi dari hak,
berpadanan dengan
itu terdapat
kewajiban. Hukum
berperan untuk
menyeimbangkannya. Abus de droit , atau misbruik van rechts adalah pelanggaran hak atau penyalah-gunaan yang menyebabkan orang lain dirampas
haknya.
99
Tidak hanya benda bergerak saja, tetapi juga hak cipta dapat beralih maupun dialihkan, baik sebagian maupun dalam keseluruhannya. Pengalihan
dalam hak cipta ini dikenal dengan dua macam cara, yaitu : a.
„transfer’ : merupakan pengalihan hak cipta yang berupa pelepasan hak kepada pihak orang lain, misalnya dalam pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian
tertulis, dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan.
b. „assignment’ : merupakan pengalihan hak cipta dari suatu pihak kepada pihak
lain berupa pemberian izin persetujuan untuk pemanfaatan hak cipta dalam jangka waktu tertentu, misalnya perjanjian lisensi.
99
OK.Saidin, Op.Cit, hal.203.
Universitas Sumatera Utara
Hak cipta dapat beralih baik seluruhnya maupun sebagian melalui pewarisan, hibah, wasiat, dan dijadikan milik negara. Hak-hak eksploitasi dari
pemegang hak cipta, misalnya hak reproduksi, hak mempertunjukkan, hak mengadaptasi, dan hak menerjemahkan dapat dialihkan secara keseluruhan, dapat
juga secara satu persatu atau sebagian saja, bahkan dapat juga hanya dalam bentuk tertentu saja, antara lain sebagai berikut :
100
a. Bidang hak reproduksi, yang dialihkan hanyalah hak reproduksi menerbitkan
ciptaan itu dalam bentuk buku, bukan dalam majalah, bukan dalam surat kabar, dan sebagainya;
b. Bidang hak mempertunjukkan memainkan, yang dialihkan hanyalah hak
untuk memainkan musik tertentu; c.
Bidang hak adaptasi, yang dialihkan adalah hak untuk membuat film dari ciptaan yang bersangkutan bukan untuk disandiwarakan;
d. Bidang hak terjemahan, yang dialihkan adalah hak untuk menerjemahkan
karangan yang bersangkutan. Penjelasan mengenai cara pengalihan hak tesebut, adalah sebagai berikut :
101
a. Pewarisan
Hak Cipta merupakan salah satu harta kekayaan pewaris yang menjadi objek warisan. Hak cipta dapat diwariskan setelah pencipta atau pemegang hak
cipta pewaris meninggal dunia. Ahli waris yang berhak mewaris diutamakan adalah golongan pertama dan apabila tidak ada baru ahli waris
golongan berikutnya. Jika ahli warisnya lebih dari satu orang tidak menjadi
100
J. C. T. Simorangkir, Op.Cit., hal. 74.
101
Gatot Supramono, Op.Cit., hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
masalah dalam menerima warisan karena hak cipta dapat dimiliki oleh mereka secara bersama-sama.
b. Hibah
Pengalihan hak cipta dengan cara hibah dapat dilakukan dengan cara hibah. Pemegang hak cipta dapat membuat akta hibah dihadapan seorang notaris.
Apabila tidak paham caranya maka pemegang hak cipta mengutarakan niatnya kepada notaris yang nantinya langsung dibuatkan akta sehingga yang
bersangkutan tinggal menandatangani akta bersama notaris dan para saksi yang biasanya pegawai notaris. Dengan dasar akta hibah tersebut penerima
hibah sah sebagai pemegang hak cipta atas suatu ciptaan yang pada akhirnya berhak menjalankan hak eksklusifnya .
c. Wasiat
Pada dasarnya semua harta kekayaan orang yang meninggal dunia pewaris menurut Undang-Undang adalah milik ahli warisnya namun demikian ada
kekecualiannya mengenai hal tersebut yaitu apabila ada surat wasiat testamen yang dibuat oleh pewaris.
d. Perjanjian Tertulis
Bentuk perjanjian yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Hak Cipta, penulis bukan perjanjian hibah seperti diatas tapi lebih cenderung kepada
perjanjian yang bertimbal balik dimana kedua belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang saling
bertimbal balik antara satu dengan yang lainnya. Apabila bentuk perjanjian yang bertimbal balik maka perjanjiannya dapat berupa perjanjian jual beli
Universitas Sumatera Utara
atau perjanjian tukar menukar. Pemegang hak cipta dapat menjual hak ciptanya kepada orang lain, atau menukarkan hak ciptanya dengan barang lain.
Kedua perjanjian tersebut berakibat beralihnya hak milik atas suatu benda. e.
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan Apabila mengacu bagaimana cara memperoleh hak suatu benda ada tiga
macam yaitu, karena warisan, perjanjian dan putusan pengadilan. Mengenai karena warisan dan perjanjian yang berhubungan dengan beralihnya hak cipta
sudah dilakukan pembahasan sebagaimana diatas. Mungkin beralihnya hak cipta karena sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan antara lain dengan putusan pengadilan. 5.
Lisensi Hak Cipta Sejalan dengan hak cipta sebagai hak eksklusif dan hak ekonomi, pihak
pencipta pemegang hak cipta mempunyai hak untuk memberi izin kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya dan pemberian izin
tersebut tidak dapat dilepaskan dari masalah keuntungan dari penggunaan hak cipta. Pemberian izin dari pencipta pemegang hak cipta kepada orang lain itulah
yang disebut dengan lisensi.
102
Pengertian lisensi menurut Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang
Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu. Jadi
pada dasarnya lisensi hak cipta merupakan suatu bentuk pemberian izin
102
Gatot Supramono, Op.Cit., hal. 47.
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan atau penggunaan hak cipta, yang bukan merupakan pengalihan hak, yang dimiliki oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi dalam jangka waktu
tertentu, yang pada umumnya disertai dengan imbalan berupa royalti. Adanya izin dalam lisensi hak cipta tersebut bersifat mutlak dan izin yang diberikan harus
dituangkan dalam bentuk perjanjian. Hal ini membawa konsekuensi bahwa lisensi harus dibuat secara tertulis antara pihak pemberi lisensi yaitu pemegang hak cipta
dengan pihak penerima lisensi. Lisensi Karya Cipta Indonesia merupakan izin untuk mengumumkan atau
memperbanyak lagu milik pemegang Hak Cipta Indonesia dan Asing yang dikelola oleh Karya Cipta milik Indonesia. Sistem ini menghindarkan para
pengguna dari kewajiban mencari, meminta izin, bernegosiasi dan membayar royalti kepada pemegang Hak Cipta satu persatu. Adapun mekanisme pemberian
lisensi hak mengumumkan dilakukan dengan cara “Blanket License” yaitu lisensi diberikan untuk memutar atau memainkan seluruh repertoire
103
yang dikelola Karya Cipta Indonesia KCI, yaitu jutaan lagu sedunia dalam satu paket. Izin
tidak diberikan lagu perlagu. Dalam sistem ini royalti dibayar di muka, sesuai dengan konsep umum perizinan dan pengguna tinggal melaporkan repertoire
yang dipergunakan kepada KCI. Sedangkan mekanisme pemberian lisensi hak memperbanyak dilakukan tidak menggunakan sistem “Blanket License”,
melainkan izin untuk per lagu dengan tarif untuk merekam lagu dalam kaset, CD, VCD, DVD, dan sebagainya dipergunakan presentase dari harga jual dealer.
104
103
Repertoire adalah seluruh karya cipta musik yang diserahkan oleh para pemegang hak cipta untuk dikelola baik dalam maupun luar negeri kepada Karya Cipta Indonesia untuk dikelola
hak ekonomi pengumuman musiknya.
104
www.kci.or.id , Lisensi Hak Cipta, hal.22.
Universitas Sumatera Utara
Dari rumusan ketentuan pasal diatas , maka yang menjadi objek lisensi bukan hanya hak cipta tetapi juga hak lain yang terkait dengan hak cipta. Hak
cipta yang dimaksudkan misalnya hak cipta di bidang lagu atau musik, dimana lagu berkaitan dengan suara yang dapat direkam sehingga menimbulkan hak di
bidang rekaman. Kemudian apabila ciptaan itu disiarkan kepada masyarakat juga menimbulkan hak siar. Hak rekam dan hak siar merupakan hak yang menjadi
ruang lingkup objek lisensi.
105
Pada dasarnya lisensi di bidang Hak Kekayaan Intelektual tidak semata- mata hanya sekedar perbuatan pemberian izin saja,akan tetapi perbuatan tersebut
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang saling bertimbal balik antara pihak satu dengan pihak lain. Atas hal tersebut maka lisensi merupakan
perjanjian yang mengikat mereka. Dalam ilmu hukum perjanjian yang demikian disebut perjanjian obligatoire.
106
Perjanjian lisensi hak cipta juga merupakan merupakan perjanjian konsensualise, karena terjadinya perjanjian itu dilandasi dengan sebuah consensus
atau kata sepakat. Kemudian lahirnya perjanjian lisensi hak cipta mengikuti asas kebebasan berkontrak, bahwa setiap orang dapat membuat perjanjian apa saja,
kapan saja, dan berisi apa saja asal tidak bertentangan dengan hukum, kebiasaan, dan kepatutan. Batasan-batasan yang diberikan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta terhadap kebebasan dalam melakukan perjanjian lisensi adalah seperti yang disebutkan dalam Pasal 82 bahwa perjanjian lisensi dilarang
memuat ketentuan yang mengakibatkan kerugian perekonomian Indonesia; isi
105
Gatot Supramono, Loc.Cit.
106
Ibid
Universitas Sumatera Utara
perjanjian lisensi dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perjanjian lisensi dilarang menjadi sarana untuk menghilangkan atau
mengambilalih seluruh hak pencipta atas ciptaanya. Perjanjian lisensi harus memenuhi syarat yang terdapat dalam Pasal 80
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa lisensi hak cipta dibuat dengan dasar perjanjian tertulis. Sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 83 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, maka suatu perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang
kemudian dimuat dalam Daftar Umum dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Namun, jika perjanjian lisensi tidak
dicatatkan, maka perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.
Pada dasarnya perjanjian yang berbentuk tulisan sengaja dibuat oleh mereka memang untuk kepentingan pembuktian apabila dikemudian hari timbul
sengketa,akan lebih mudah membuktikan peristiwanya.Tetapi walaupun Undang- Undang menghendaki demikian, namun keharusan membuat perjanjian lisensi
secara tertulis ternyata tidak diikuti dengan sanksi hukum yang tegas, sehinggaapabila perjanjiannya dilakukan secara lisan tidak mempunyai akibat
hukum. Perjanjian lisensi secara tidak tertulis tetap sah sepanjang para pihak melaksanakan perjanjiannya dengan itikad baik.
107
Mekanisme lisensi di bidang hak cipta ternyata terdapat perbedaan mekanisme dalam pelaksanaan pemberian lisensi antara obyek hak cipta yang satu
107
Gatot Supramono,Op.Cit., hal.51.
Universitas Sumatera Utara
terhadap obyek hak cipta yang lain, baik antara lisensi lagu atau musik, lisensi penerbitan buku maupun lisensi komputer program atau piranti lunak program
komputer. Di samping itu, di dalam mekanisme lisensi hak cipta, menyangkut pembuatan perjanjian lisensi ada yang menggunakan kontrak baku dan ada pula
yang tidak. Di dalam mekanisme lisensi pengumuman lagu atau musik, perjanjian lisensinya dibuat setelah para pengguna user mengumumkan lagu atau musik
terlebih dahulu dan itupun ditagih oleh kuasa dari para pencipta atau pemegang hak cipta lagu atau musik.
Dalam konteks Ciptaan lagu atau musik, pada dasarnya ada 5 lima macam lisensi penggunaan karya cipta lagu atau musik, yaitu:
108
1. Lisensi mekanikal mechanical licenses;
Lisensi mekanikal mechanical licenses diberikan kepada perusahaan rekaman sebagai bentuk izin penggunakan karya cipta. Seorang pencipta lagu
dapat melakukan negosiasi langsung atau melalui penerbit musiknya dengan siapa saja yang menginginkan lagu ciptaannya untuk dieksploitir. Artinya, siapa saja
yang ingin merekam, memperbanyak, serta mengedarkan sebuah karya cipta bagi kepentingan komersial bekewajiban mendapatkan Lisensi Mekanikal.
Bila sebuah lagu telah dirilis secara komersial untuk pertama kalinya dan telah melewati batas waktu yang disepakati bersama, si pencipta lagu dapat
memberikan lisensi mekanikal untuk lagu ciptaannya tersebut kepada siapa saja yang memerlukannya untuk dieksploitasi kembali. Biasanya bentuk album rilis
108
Syarifuddin, Perjanjian Lisensi dan Pendaftaran Hak Cipta, Bandung, 2013, hal. 87.
Universitas Sumatera Utara
kedua dan selanjutnya ini diterbitkan dalam bentuk cover version, album seleksi atau kompilasi.
2. Lisensi pengumumanpenyiaran performing licenses;
Lisensi pengumumanpenyiaran performing licenses ialah bentuk izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta bagi lembaga-lembaga penyiaran seperti
televisi, radio, konser dan lain sebagainya. Setiap kali sebuah lagu ditampilkan atau diperdengarkan kepada umum untuk kepentingan komersial, penyelenggara
siaran tersebut berkewajiban membayar royalti kepada si pencipta lagunya. Pemungutan royalti performing rights ini umumnya dikelola atau ditangani oleh
sebuah lembaga administrasi kolektif hak cipta collective Administration of Copyright atau Collecting Society atau yang dalam disertai ini disebut Lembaga
Manajemen Kolektif LMK. 3.
Lisensi sinkronisasi synchronization licenses; Lisensi Sinkronisasi synchronization licenses adalah lisensi yang
diberikan untuk kepentingan pengumuman sebuah lagu dalam bentuk cetakan, baik untuk partitur musik maupun kumpulan notasi dan lirik lagu-lagu yang
diedarkan secara komersial. Hal ini banyak diproduksi dalam bentuk lagu nyanyian atau dimuat pada majalah musik dan lain-lain.
4. Lisensi mengumumkan lembar hasil cetakan print licenses;
Lisensi penerbitan lembar cetakan print licenses adalah bentuk izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta kepada seseorang atau pihak lain untuk dapat
mengeksploitasi ciptaan dalam bentuk visual image untuk kepentingan komersial.
Universitas Sumatera Utara
Visual image ini biasanya berbentuk biasanya berbentuk film, video, VCD, program televisi atau audio visual lainnya.
5. Lisensi luar negeri Foreign licenses.
Lisensi luar negeri foreign licenses adalah sebuah lisensi yang diberikan pencipta lagu atau penerbit musik kepada sebuah Agency di sebuah negara untuk
mewakili mereka dalam memungut royalti lagunya atas penggunaan yang dilakukan oleh user di negara bersangkutan malah diseluruh dunia.
Disamping lima macam lisensi yang diuraikan di atas, dalam lingkungan hukum hak cipta di kenal istilah lisensi paksa atau lisensi wajib compulsory
license. Maksud dari lisensi wajib ini adalah bahwa untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian dan pengembangan,
pemerintah dapat mewajibkan agar pencipta memberi izin untuk menerjemahkan, dan atau memperbanyak ciptaannya. Walaupun disebut lisensi wajib, biasanya
pencipta tetap juga mendapat imbalan, tetapi jumlahnya bukan berdasarkan hasil kesepakatan, melainkan ditentukan sendiri oleh pemerintah.
Pemberian lisensi oleh pencipta atau pemegang hak cipta dalam karya cipta lagu dan musik kepada pengguna dilakukan oleh pihak ketiga dalam hal ini
Yayasan Karya Cipta Indonesia selanjutnya disebut YKCI atas dasar Pasal 81 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sebagai pemberi
lisensi, akan memperoleh royalti dari penerima lisensi Pasal 80 ayat 3 dan 4 UUHC. Disinilah hak ekonomi atas ciptaan dapat terwujud.
Pada karya musik dan lagu, perjanjian lisensi ini berkaitan dengan hak ekonomi yang dimiliki pemilik atau pemegang hak cipta pemberi kuasa lagu
Universitas Sumatera Utara
untuk mendapatkan keuntungan ekonomi secara maksimal atas hasil ciptaan mereka.
Besarnya royalti tersebut yang wajib diperjanjikan dalam perjanjian lisensi, agar terdapat kejelasan tentang royalti didalam klausulnya. Jumlah royalti yang
wajib dibayarkan kepada pemberi lisensi oleh penerima lisensi adalah berdasarkan kelaziman praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan, sebagaimana
disebutkan dalam pasal 80 ayat 5 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014.
C. Tinjauan Umum tentang Neighboring Rights