Latar belakang Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan penjelasan pada alinea pertama dan kedua, yaitu Indonesia sebagai salah satu Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang sangat beragam dan dengan adanya keanekaragaman ini dijadikan sebagai salah satu andalan Indonesia untuk meningkatkan ekonomi kreatif di Indonesia yang didukung dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Keberagaman tersebut diikuti pula dengan kemajuan teknologi yang semakin memberikan kemudahan dalam berinteraksi dengan antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui radio, televisi dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi lain. Berkembangnya teknologi di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan manusia akan gaya hidup, diantaranya adalah meningkatnya minat masyarakat di bidang hiburan, khususnya meningkatnya minat masyarakat dalam hal bermusik. Kemampuan intelektual masyarakat dalam suatu bangsa sangat menentukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh individu dalam suatu Negara. Kemampuan individu untuk melahirkan suatu karya baik itu karya seni maupun sastra diantaranya seperti karya sinematografi serta lagu-lagu ciptaan yang memiliki kualitas tinggi tidak dihasilkan begitu saja. Kelahiran karya Universitas Sumatera Utara tersebut harus diikuti pula dengan pengorbanan yang tidak sedikit, diantaranya pengorbanan terhadap waktu, tenaga, pengeluaran biaya yang tentunya tidak sedikit. Pengorbanan itulah yang membuat karya tersebut memiliki nilai. Seperti contohnya pada kelahiran suatu karya cipta lagu. Seorang pencipta lagu harus menguras energi dan tenaga untuk menghasilkan suatu karya cipta lagu. Dimulai dari pencipta harus mencari inspirasi dari lagu yang akan dibuatnya, mencari genre lagu yang akan dibuat, membuat lirik lagu, struktur lagu, menentukan nada atau kunci dasar sampai dengan membuat nada awal sampai akhir. Terlihat bahwa tidak mudah untuk melahirkan suatu karya cipta. Untuk itulah , sangat pantas diterbitkan rumusan property rights yang bersifat eksklusif dan diberi penghargaan yang setinggi-tingginya, dalam wujud perlindungan hukum. Property rights yang bersifat eksklusif dimaksudkan sebagai penciptalah yang memiliki hak untuk memiliki atau memanfaatkan karya cipta tersebut dan pihak lain tidak boleh memilikinya, kecuali ada izin dari pemilik karya cipta tersebut. Dalam hal perlindungan atas karya cipta, haruslah dituangkan dalam wujud nyata. Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerja itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud , misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada irama diperlukan pekerjaan otak. 1 1 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Intellectual Property Rights, Cetakan Ke 9,Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2015, hal. 10. Universitas Sumatera Utara Pada masa sekarang, permasalahan yang dihadapi adalah marak sekali pelanggaran yang terjadi pada bidang seni terutama pada karya cipta lagu. Industri musik pada saat sekarang memang sangatlah memprihatinkan karena diikuti dengan kerugian yang akan diterima oleh pencipta. Mulai dari pembajakan , penjiplakan sampai dengan pengubahan nada lagu tanpa adanya izin dari pencipta. Itu menyebabkan orang memanfaatkan hal tersebut tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Tentunya hal ini sangat merugikan pencipta lagu. Hal ini disebabkan oleh kecanggihan teknologi yang semakin meningkat sehingga sangat memberikan kesempatan bagi semua orang untuk melakukan penggandaan karya cipta lagunya, mengunduh lagu secara ilegal atau mengubah instrumen musiknya menjadi musik dengan instrumen yang berbeda. Oleh karena itu, apabila karya cipta tidak dihargai dan dijiplak terus menerus oleh pihak lain tanpa adanya izin dari pemegang hak cipta, maka hal tersebut akan membuat pemegang hak cipta tidak ingin menghasilkan karya cipta apapun lagi dan pastinya akan menghentikan daya kreasi dari anak-anak bangsa. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak menghargai hasil karya orang lain dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Hal ini tidak hanya menyangkut kepentingan tentang kepentingan pencipta sebagai pemegang hak atas kekayaan intelektual yang bersangkutan lebih jauh karena menyangkut aspek penegakan hukumnya yang kian hari semakin longgar yang dibuktikan dengan banyaknya pembajakan dan pengubahan lagu tanpa izin. Sejalan dengan hal tersebut, hukum sebagai bagian dari peradaban manusia juga menuntut perubahan secara terus menerus.diperlukan adanya Universitas Sumatera Utara perlindungan untuk melindungi adanya penjiplakan atau pembajakan atas karya seni tersebut. Karena sangat berkembangnya laju perekonomian di Indonesia diikuti juga dengan perkembangan laju teknologi yang mengharuskan adanya perlindungan akan karya seni yang terdapat didalamnya. Teknologi komunikasi telah menciptakan kemudahan dalam berinteraksi antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui media radio, televisi, dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi lain. Pertukaran tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat antar Negara berlangsung dengan cepat. Gaya hidup, fashion, perkawinan antara ras satu dengan ras yang lain kemudian menciptakan kebudayaan baru yang disebut budaya modern. Indonesia sebagai bagian dari dunia juga tidak bisa lepas dari adanya pengaruh budaya modern. Budaya modern inilah yang mendorong lahirnya perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia. 2 Untuk memberikan perlindungan hukum kepada pencipta, maka pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai Hak Kekayaan Intelektual yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Peraturan ini digunakan untuk memberikan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang hadir dari keanekaragaman tersebut, diantaranya di bidang perdagangan, industri dan investasi. Pada bidang tersebut, telah berkembang sangat pesat sehingga diperlukan adanya peningkatan perlindungan bagi Pencipta 2 Much. Nurachmad, Segala Tentang HAKI Indonesia, Jogjakarta, Buku Biru, 2012, hal.17. Universitas Sumatera Utara karya dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas. Peraturan perundang-undangan yang lain adalah Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Secara historis pengaturan tentang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yaitu sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1885, Undang-Undang Merek mulai diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia dan disusul dengan diberlakukannya Undang-Undang Paten pada tahun 1910. Dua tahun kemudian, diberlakukanlah Undang-Undang Hak Cipta yaitu Auteurswet 1912, staadblad Nomor 600 Tahun 1912 pada tanggal 23 September 1912. 3 Setelah Indonesia merdeka, ketentuan perundang-undangan tentang Hak Cipta yang pertama kali berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 yang diundangkan pada tanggal 17 Mei 1997. Terakhir adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada tanggal 29 Juli 2003 yang mencabut berlakunya Undang-Undang Nomor 12 3 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual HKI di Era Global, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010, hal.6-7. Universitas Sumatera Utara Tahun 1999. 4 Kemudian dilakuakan perubahan lagi yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada tanggal 16 Oktober 2014. Secara internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali terjadi pada tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang, dan desain. Pada tahun 1886 terdapat perjanjian Berne Convention untuk masalah hak cipta copyright. Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang standarisasi, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak kekayaan intelektual. Hasil dari kedua konvensi tersebut adalah dibentuknya biro administratif yang bernama The United International Bureau for The Protection of Inttellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World Intellectual Property Organisation WIPO. WIPO merupakan organisasi internasional di bawah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang khusus menangani masalah HKI. 5 Peraturan lainnya yang terkait dengan HKI secara internasional adalah hasil dari perundingan di Uruguay yang disebut sebagai Putaran Uruguay Uruguay Round. Putaran Uruguay yang berlangsung pada tahun 1986 – 1994 membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau General Agreement on Tariffs and Trade GATT yang kemudian membentuk organisasi perdagangan dunia atau World Trade Organisation WTO. Selain pembentukan WTO, kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay adalah persetujuan tentang 4 Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Edisi 1 Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, hal.8-9. 5 Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi,Bogor, Kantor HKI-IPB, 2005, hal 8. Universitas Sumatera Utara aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs. Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi persetujuan WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994. 6 Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual telah masuk kedalam Agreement Establishing the World Trade Organization Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia yang salah satu bagiannya adalah perumusan mengenai aspek-aspek perdagangan Hak Kekayaan Intelektual yang dikenal sebagai Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang dan Hak- Hak Kekayaan Intelektual atau TRIP’s Agreement tahun 1994. Perjanjian TRIP’s di maksudkan untuk menyeragamkan perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual asing di suatu Negara. 7 Hak cipta adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegang suatu karya baik di bidang ilmu pengetahuan, sastra maupun seni, dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat 1 UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta . Dalam Pasal tersebut dapat terlihat jelas hak yang dimiliki oleh seorang pemegang hak yang dikenal dengan hak eksklusif Pencipta, yaitu hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan- pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehubungan dengan adanya hak eksklusif yang dimiliki oleh pemilik hak cipta atas lagu sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka pemilik hak cipta 6 Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Loc.Cit. 7 Otto Hasibuan, Op.Cit, hal. 24. Universitas Sumatera Utara lagu tersebut dapat memberi izin kepada orang lain untuk memperbanyak atau menggunakan lagu ciptaan nya.Hal ini disebut dengan pemberian lisensi yang ketentuannya telah diatur dalam pasal 80-83 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hak Cipta tidak hanya melindungi hak pencipta saja namun juga memberikan perlindungan terhadap hak kepada Pelaku pertunjukan, Produser rekaman dan juga lembaga penyiaran. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya yang lahir karena kemampuan intelektualnya. 8 Hak Cipta merupakan hak kebendaan yang bersifat absolut dimana sebagai hak absolutdimana sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan yang memegang hak tersebut dapat menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun juga. 9 Dalam Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 menetapkan sebagai berikut : Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan , seni dan sastra, yang mencakup : 1. Buku, pamflet , perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain ; 2. Ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu ; 3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; 8 Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hal. 55. 9 Ibid, hal. 56. Universitas Sumatera Utara 4. Lagu danatau musik dengan atau tanpa teks ; 5. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomin ; 6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; 7. Karya seni terapan; 8. Karya arsitektur ; 9. Peta ; 10. Karya seni batik atau seni motif lain; 11. Karya fotografi ; 12. Potret; 13. Karya sinematografi ; 14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database ,adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; 15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; 16. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya asli; 17. Permainan video; dan 18. Program Komputer. Pada uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada poin d dinyatakan bahwa lagu atau musik dengan atau tanpa teks termasuk dalam Ciptaan yang dilindungi dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi economic rights dan hak moral moral rights. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. 10 Pelanggaran Hak Cipta dengan berbagai bentuk memberikan bukti bahwa orang tidak bisa menghargai hasil karya orang lain dan hanya memanfaatkan hasil ciptaan yang telah dilindungi oleh Undang-Undang untuk kepentingan pribadi. Seperti contohnya di Kota Medan, pengubahan lagu, salah satunya yaitu pengubahan lagu remix sangat diminati oleh warga di Kota Medan dan dijadikan sebagai sumber keuntungan yang besar oleh penjual. Lagu remix adalah suatu bentuk lagu alternatif yang telah diubah ke genre yang berbeda dengan lagu aslinya dengan memasukkan unsur-unsur elektro musiknya kedalam lagu tersebut. 11 Lagu –lagu remix tersebut dijual dalam bentuk CD Compact Disc atau VCD Video Compact Disc. Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa pengubahan aransemen lagu tersebut telah melanggar hak eksklusif dari pencipta lagu tersebut Selain melanggar hak eksklusif, orang tersebut juga melanggar hak moral moral right serta hak ekonomi economic right yang sudah sangat jelas hanya merupakan hak dari pencipta karya. Persoalan ini haruslah diteliti secara mendalam. Persoalan penegakan hukum di Indonesia setelah beberapa kali dilakukan perubahan terhadap peraturan 10 OK. Saidin.,Op.Cit.,hal.170. 11 http:en.wikipedia.orgwikiRemix , diakses pada tanggal 21 September 2016 Pukul 23.27. Universitas Sumatera Utara perundang-undangan hak cipta belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan. Pelanggaran pengubahan lagu dinilai termasuk dalam pelanggaran hak cipta yang berat tanpa disadari. Dimulai dengan pengerjaan lagu remix sampai dengan dimasukkannya lagu tersebut dalam suatu kaset atau Compact.Karena perkembangan teknologi pada masa sekarang, telah dibuat banyak aplikasi yang sangat memudahkan orang untuk membuat sendiri lagu remix. Lagu remix tersebut merupakan lagu atau musik hasil aransemen yang tentunya tidak didasarkan dengan persetujuan dari pencipta-pencipta lagu yang bersangkutan. Apabila dijual lagu-lagu remix tersebut, maka akan sangat menguntungkan dari segi ekonomi, karena dengan lagu remix tersebut dapat memberikan keuntungan yang cukup banyak. Berdasarkan uraian latar belakang diatas menurut Penulis perlu kiranya diteliti lebih jauh mengenai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatur hak moral terhadap pengubahan aransemen musik. Oleh karena itu, Penulis menulis kajian ilmiah akademis dengan judul “ PERLINDUNGAN HAK PENCIPTA TERHADAP PENGUBAHAN ARANSEMEN MUSIK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA STUDI DI KOTA MEDAN ”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

1 5 12

SKRIPSI KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 2 12

PENDAHULUAN KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 4 17

A. Simpulan KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 3 4

KOMERSIALISASI HASIL PERUBAHAN ARANSEMEN KARYA CIPTA LAGU ATAU MUSIK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 1 1

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 1 10

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 0 1

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 0 20

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 0 60

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 3 6