merupakan hak eksklusif yang dimiliki pencipta, penempatan tindak pidana hak cipta sebagai delik aduan dimana pemerintah dan penyidik tidak hanya wajib
andil memberikan perlindungan terhadap ciptaannya atau pemegang hak cipta, tetapi pencipta atau pemegang hak cipta tersebut harus pro aktif dalam hak
ekonomi ciptaan musik yang diubah aransemennya tanpa izin.
B. Faktor-Faktor Timbulnya Pengubahan Aransemen Musik Yang
Sudah Ada
Membuat aransemen berarti membuat karya musik dengan menambahkan elemen-elemen kreatif yang baru pada karya musik yang telah ada, misalnya,
membuat musik klasik menjadi musik jazz. Dalam sebuah kasus baru-baru ini di Jepang, sebuah perusahaan musik yang membuat aransemen jazz sebuah musik
klasik tanpa persetujuan penciptanya harus membatalkan penjualan cakram padatnya CD=compact disc karena ada protes dari pencipta musik
bersangkutan.
178
Pengaransemen musik semakin marak terjadi. Hal ini dikarenakan mudahnya para pelaku melakukan aransemen musik. Salah satu kemudahannya
adalah tersedianya aplikasi yang digunakan untuk mengaransemen musik dan dapat di unggah dengan sangat mudah melalui internet. Aplikasi tersebut dapat
diunggah secara gratis. Itulah sebabnya Indonesia pernah dimasukkan kedalam kategori Priority
Watch List daftar negara yang menjadi prioritas untuk diawasi untuk kasus-
178
Tamotsu HOZUMI, Asian Copyright Handbook, Jepang, Japan Publishers Building, 2004, hal .20.
Universitas Sumatera Utara
kasus pelanggaran hak kekayaan intelektual dalam hal ini dalam pengubahan aransemen musik yang dikeluarkan oleh Kantor Perwakilan Perdagangan
Amerika Serikat USTR-United States Trade Representative dan baru tahun 2006 berubah status menjadi negara Watch List daftar negara yang diawasi.
179
Menurut Jawasmer, faktor utama banyak terjadinya pelanggaran hak cipta khususnya pengubahan aransemen musik, yaitu pelaku pengubahan aransemen
musik tidak mempedulikan hak pencipta musik yang diubah tersebut dan hanya memikirkan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal
sekecil-kecilnya. Selain itu, dalam Undang-Undang Hak Cipta, penyidik tidak bisa bergerak atau melakukan penangkapan terhadap pelaku pengubahan
aransemen. Hal ini karena dalam Undang-Undang Hak Cipta menerapkan perumusan delik yang dapat dikategorikan sebagai delik aduan , yang mana
merupakan suatu delik yang dapat dituntut jika ada yang merasa dirugikan atau yang melaporkan. Dengan digunakannya delik ini, penyidik baru dapat melakukan
penangkapan terhadap pelakunya setelah adanya pengaduan dari pihak korban.
180
Selain itu, Menurut Jawasmer, faktor-faktor lain yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak mematuhi hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual
antara lain :
181
a. Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual umumnya dilakukan untuk
mengambil jalan pintas guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran tersebut.
179
Otto Hasibuan, Op.Cit., hal 251-252.
180
Wawancara pada tanggal 20 Oktober 2016, pukul 14.50 WIB.
181
Wawancara pada tanggal 17 desember 2016, pukul 14.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
b. Masyarakat pelanggar menganggap hukum yang dijatuhkan oleh
pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif maupun represif yang dilakukan oleh penegak hukum.
c. Ada sebagian masyarakat yang masih bangga apabila hasil karyanya diubah
aransemen nya oleh orang lain, namun kebiasaan tersebut sudah mulai hilang berkat adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
d. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produk hasil pelanggaran
tersebut tidak perlu di bayar kepada pemerintah. e.
Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang di beli tersebut asli atau palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau.
Sebelum mengetahui faktor yang menyebabkan adanya pelanggaran hak cipta terhadap pengubahan aransemen musik haruslah kita mengetahui juga
faktor-faktor yang menyebabkan pencipta lagu tidak mau mendaftarkan lagu atau karya ciptaan nya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, yaitu:
Informasi yang Minim Minimnya informasi yang dimiliki oleh pencipta lagu tentang segala hal yang
berkaitan dengan pendaftaran terutama yang berkaitan dengan Hak Cipta. Selama ini kebanyakan pencipta lagu tidak pernah tahu informasi tentang Hak
Cipta, sumber informasi yang harus dihubungi dan minimnya sosialisasi tentang Hak Cipta yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
seperti Departemen Hukum dan HAM. Proses Pendaftaran Hak Cipta yang Sulit dan Mahal
Universitas Sumatera Utara
Pendaftaran Hak Cipta dianggap memakan waktu yang lama serta biaya yang banyak. Praktek yang cenderung berbelit-belit serta biaya yang jauh
lebih besar dari yang sudah ditentukan menjadi kendala utama dalam proses pendaftaran hak cipta.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pelanggaran hak cipta khususnya pelanggaran terhadap pengubahan aransemen musik, diantaranya
adalah :
182
1. Undang-Undang Hak Cipta masih kurang memasyarakat.
Banyak pelanggaran hak cipta di Indonesia terjadi karena masyarakat belum memahami apa sebenarnya hak cipta itu. Bisa saja masyarakat tidak
mengetahui adanya undang-undang hak cipta, tidak mengetahui atau menyadari arti pentingnya perlindungan hak cipta bagi pengembahangan kebudayan,
peningkatan kreativitas masyarakat dan pembangunan ekonomi. Adanya undang- undang hak cipta di Indonesia dapat dikatakan sebagai undang-undang yang sudah
lama ada di Indonesia tetapi masyarakat masih kurang memahami termasuk kalangan petugas hukum yaitu polisi, jaksa dan hakim, kemudian pedagang,
pengusaha dan mahasiswa. Kurangnya memasyarakatnya Undang-Undang Hak Cipta diduga disebabkan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain peraturan
tertulis dibuat oleh sekelompok orang, masyarakat kurang berminat membaca peraturan dan minimnya penyuluhan hukum.
183
2. Pembeli tidak pernah dipersoalkan
182
Gatot Supramono, Op.Cit., hal. 152.
183
Ibid, hal. 152-153.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penindakan pelanggaran hak cipta terutama penggerebekan atau penangkapan pada waktu dilakukan di lapangan sasaran petugas hanya sepihak
yaitu ditujukan kepada arranger dan pedagang. Sedangkan kepada warga masyarakat yang membeli barang tersebut tidak pernah dilakukan penindakan.
Hal ini seperti yang telah diutarakan di atas dilatarbelakangi pemikiran bahwa apabila pengubah aransemen atau arranger dan penjual ditindak maka tidak akan
ada lagi barang yang beredar. Apabila barang tersebut tidak ada yang dijual tentu dengan sendirinya tidak ada pembelinya.
3. Hukuman yang diberikan bila terjadi pelanggaran, belum maksimal.
Dalam penanggulangan pelanggaran hak cipta selama ini juga dipersoalkan, salah satu penyebabnya adalah pengadilan belum pernah
menjatuhkan hukuman maksimal terhadap para pelakunya yang terbukti bersalah. Di samping karena tidak dijatuhkan hukuman maksimal terhadap para pelaku
yang terbukti bersalah, pelanggaran dapat disebabkan oleh faktor yang ada disekelilingnya yang mempengaruhi seperti adanya waktu dan kesempatan yang
memungkinkan. 4.
Kesadaran hukum masyarakat masih kurang Undang-undang hak cipta merupakan salah satu hukum tertulis di negara
kita dan undang-undang ini sudah lama dimiliki, namun dalam perjalanan pelaksanaan Undang-undang Hak Cipta selama ini tampak terdapat
penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidahnya berupa pelanggaran baik yang pelakunya diadili maupun yang tidak diadili. Apabila di dalam pelaksanaan
hukum tertulis yaitu undang-undang hak cipta, banyak warga masyarakat tidak
Universitas Sumatera Utara
mematuhi kaidah hukum yang berlaku, maka akan banyak terjadi pelanggaran atau penyimpangan hukum. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran hukum
masyarakat masih sangat kurang. Menurut hasil wawancara dengan Tina dan Tini
184
yang merupakan penikmat musik yang diubah aransemennya, mereka tidak mengetahui apapun
mengenai hak cipta. Jikalau mereka mengetahui mengenai adanya hukum yang mengatur mengenai pengubahan aransemen musik, mereka tetap akan menikmati
karya arranger , dengan cara membeli jika masih dijual ataupun melalui internet yang seperti kita tahu bahwa sangat mudah sekali untuk menemukan atau
mengunduh musik-musik arranger. Menurut mereka, tidaklah suatu pelanggaran jika mereka membeli musik tersebut. Karena mereka hanya membeli sesuatu yang
dijajahkan oleh penjual, digunakan untuk hiburan atau hanya didengar saja dan bukan untuk dibuat hal lain, jadi hal tersebut bukanlah merupakan suatu
pelanggaran yang fatal. 5.
Memberikan keuntungan yang tidak kecil.
185
Keinginan untuk mencari keuntungan finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pemegang hak cipta.Dampak dari kegiatan pelanggaran tersebut
telah sedemikian besarnya terhadap tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi dan hukum.
6. Lemahnya sistem pengawasan dan pemantauan
186
184
Wawancara pada tanggal 17 desember 2016 pukul 21.00.
185
Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta : Analisis dan Penyelesaiannya, Jakarta : Sinar Grafika, 1992, hal. 19.
186
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang berlarut-larut tanpa adanya tindakan dari pemerintah, menimbulkan sikap bahwa pelanggaran yang dilakukan tersebut yaitu pengubahan aransemen
musik merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar undang-undang .
7. Faktor aparat penegak hukum
Penguasaan atau pemahaman materi Undang-Undang Hak Cipta dikalangan aparat penegak hukum khususnya penyidik masih minim disamping terbatasnya
jumlah penyidik. Selain karena kurangnya pengetahuan pengetahuan aparat hukum tentang hak cipta dan hukum yang mengaturnya, kurangnya kesadaran
dalam arti pentingnya perlindungannya dan kebanyakan aparat penegak hukum enggan menyeret pelaku pelanggaran hak cipta kepengadilan dan menghukumnya
secara maksimal.
187
Kurangnya sosialisasi dari pembuat peraturan Hak Cipta juga menjadi salah satu penyebab kurangnya pemahaman aparat penegak hukum akan
Undang-Undang Hak Cipta. Setiap dilakukan adanya perubahan peraturan, pembuat peraturan haruslah mensosialisasikan kembali perubahan tersebut kepada
para aparat penegak hukum di seluruh Indonesia agar para penegak hukum di daerah-daerah juga memahami akan perubahan dari Undang-Undang Hak Cipta
yang baru. Selain itu, rumusan delik aduan yang dianut dalam undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014 membuat aparat penegak hukum harus menunggu
adanya laporan dari salah satu pihak, barulah aparat penegak hukum dapat melakukan penyidikan atau penangkapan.
8. Fasilitas yang memadai atau mendukung
187
Otto Hasibuan, Op.Cit., hal. 259-260.
Universitas Sumatera Utara
Sekarang ini banyak sekali fasilitas yang mendukung para arranger untuk melakukan penguabahan aransemen musik. Salah satunya adalah adanya aplikasi
yang dapat diunduh secara gratis di app store,yang dapat digunakan oleh arranger untuk me remix atau mengubah aransemen musik. Selain itu arranger dapat
dengan mudah mendistribusikan hasil aransemen musiknya, yaitu melalui internet atau sosial media.
Menurut Eka
188
, arranger di Kota Medan, faktor yang menyebabkan adanya pengubahan aransemen musik adalah untuk membuat adanya variasi dari
musik yang akan dimainkan. Setiap arranger yang melakukan pengubahan aransemen musik, akan membuat lagu atau musik tersebut menjadi semakin
berkarakter. Berkarakter disini maksudnya adalah musik tersebut akan diubah sesuai dengan karakter dari masing-masing arranger.Dan pada dasarnya arranger
tidak meminta izin bila ingin melakukan pengubahan aransemen musik karena nyatanya pencipta musik original atau pemegang hak cipta musik original akan
berterima kasih kepada arranger karena secara tidak langsung arranger ikut mempromosikan lagu atau musik tersebut. Jadi lagu atau musik tersebut akan
menjadi semakin populer di kalangan masyarakat.
C. Peran Pemerintah Kota Medan Dalam Melindungi Hak Pencipta