Indeks Keanekaragaman Shannon- Wienner H’ dan Indeks

tersebut mempunyai kelebihan yaitu mampu mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan dibanding ikan lainnya Bijaksana, 2010. Pada stasiun 2 ditemukan 6 spesies ikan. Puntius binotatus mempunyai nilai kepadatan tertinggi dengan nilai 0,12 indm 2 . Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena stasiun 2 merupakan daerah wisata pemandian air terjun yang memiliki kondisi lingkungan dengan parameter yang cocok untuk ikan tersebut. Stasiun 2 yang merupakan wisata pemandian air terjun memiliki kecepatan arus yang lebih deras dibandingkan stasiun lainnya sehingga kepadatannya lebih tinggi. Menurut Kottelat et al., 1993, menyatakan Puntius binotatus dapat ditemukan pada berbagai tipe perairan dan kondisi parameter fisika kimia perairan yang berbeda-beda. Habitat yang umumnya menjadi tempat bagi kehidupan Puntius binotatus diantaranya adalah di mata air dekat air terjun, sungai besar maupun kecil, hingga saluran pengairan untuk sawah. Pada stasiun 3 hanya didapatkan 5 spesies. Pada stasiun ini tidak ditemukan Mastacembelus unicolor padahal kondisi lingkungan faktor fisik-kimia perairan masih mendukung untuk ikan ini hidup. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena tidak didapatkan pada penangkapan ikan menggunakan jala. Menurut Wardoyo et al., 2002, ikan Mastacembelus unicolor senang menyendiri dan terdapat di sepanjang sungai tetapi lebih banyak ditemukan di sungai bagian hilir karena ikan tilan menyukai habitat yang masih dipengaruhi oleh pasang surut. Ikan ini lebih senang hidup pada perairan tenang yang masih dipengaruhi oleh pasang surut.

4.1.3 Indeks Keanekaragaman Shannon- Wienner H’ dan Indeks

Keseragaman E Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner dan Indeks Keseragaman ikan pada setiap stasiun di Sungai Horas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Data Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan Pada Setiap Stasiun Pengamatan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 H’ 1.62 1.77 1.15 E 0.90 0.98 0.71 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman di tiga stasiun berkisar antara 1,15-1,77 yang tergolong dalam nilai keanekaragaman rendah. Rendahnya nilai keanekaragaman di lokasi penelitian disebabkan oleh jumlah spesies yang sedikit dan distribusi penyebaran jumlah spesies yang tidak merata. Nilai keanekaragaman disetiap stasiun dipengaruhi oleh individu, jumlah spesies dan penyebaran individu masing masing spesies. Indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 1,77. Hal ini dapat disebabkan karena stasiun 2 memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk keberadaan ikan, diantaranya adalah nilai DO dan kecepatan arus yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Menurut Gultom 2010, keanekaragaman ikan pada habitatnya didukung oleh faktor biotik dan faktor abiotik. Menurut Barus 2004, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Menurut Fachrul 2007, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan kelimpahan masing-masing spesies tinggi, sebaliknya keanekaragaman spesies rendah apabila hanya terdapat beberapa jenis yang melimpah. Stasiun 3 memiliki keanekaragaman yang rendah. Hal ini disebabkan karena stasiun 3 merupakan daerah PLTM. Sungai yang menjadi tempat hidup ikan tercampur dengan bahan pencemar yang berasal dari limbah PLTM mengalir ke aliran sungai Horas. Menurut Tjahjo dan Purnamaningtyas 2010, menyatakan bahwa rendahnya keanekaragaman jenis ikan menunjukkan adanya dominansi yang tinggi oleh beberapa jenis ikan. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya ketidakstabilan komunitas ikan. Dominansi yang tinggi di suatu perairan menunjukkan bahwa perairan telah terdegradasi, sehingga hanya sebagian kecil dari jenis ikan yang mampu tumbuh dan berkembang dengan pesat. Ikan-ikan Universitas Sumatera Utara yang mampu mendominasi tersebut cenderung bersifat oportunistik terhadap keadaan lingkungan yang ada. Nilai indeks keseragaman E pada setiap stasiun yang ditunjukkan pada Tabel 6 berkisar antara 0,71-0,98 dengan nilai tertinggi ditemukan pada stasiun 2 sebesar 0,98. Tingginya nilai keseragaman pada stasiun 2 disebabkan oleh keberadaan setiap jenis ikan di perairan tergolong merata. Menurut Ardani dan Organsastra 2009, nilai indeks keseragaman jenis ikan berkisar antara 0-1. Kriteria nilai keseragaman jenis ikan yaitu jika nilai E mendekati 0, maka penyebaran individu antar jenis relatif tidak sama dan ditemukan ada sekelompok individu jenis tertentu yang melimpah.

4.1.4 Indeks Similaritas Ikan IS