Lingkungan Abiotik Keanekaragaman Ikan di Bagian Hulu Sungai Horas Kecamatan Hatonduhan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

similaritas yakni apabila IS25 dikatakan sangat tidak mirip, IS25-50 dikatakan tidak mirip dan IS75-100 dikatakan sangat mirip.

4.2 Lingkungan Abiotik

Hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan Sungai Horas dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Data Pengukuran Faktor Fisik-Kimia Perairan Sungai Horas pada Setiap Stasiun Pengamatan No Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

A. Parameter Fisika

1 Suhu o C 23 23 26 2 Kecepatan arus mdet 0,6 1,2 0,8 3 Intensitas cahaya Candel a 435 389 392 4 Penetrasi Cahaya m 0,46 0,44 0,48 B Parameter Kimia 5 Oksigen terlarut DO mgl 6,1 6,7 6,4 6 Kejenuhan Oksigen 72,79 79,95 80,10 7 Derajat Keasaman pH - 7,0 6,8 7,2 8 BOD5 mgl 3,1 3,4 3,7 9 Nitrat NO3-N mgl 0,5 0,6 0,5 Keterangan: 0,5 : dibawah deteksi limit Stasiun 1 : daerah Kontrol Stasiun 2 : daerah Wisata Pemandian Air Terjun Stasiun 3 : daerah PLTM

4.2.1 Parameter Fisika

Berdasarkan Tabel 6 suhu yang terukur di setiap stasiun berkisar antara 23-26 o C. Suhu yang paling tinggi pada stasiun 3 yaitu 26ºC. Variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan pengaruh lebatnya vagetasi tumbuh-tumbuhan disekitar perairan sungai tersebut. Suhu yang diamati pada masing masing stasiun masih ideal untuk pertumbuhan ikan. Menurut Macan 1978, kisaran suhu ini masih dalam kisaran suhu perairan tawar di Indonesia yaitu 21,3ºC-31,4ºC. Menurut Effendi 2003, kisaran suhu optimal bagi kehidupan organisme di perairan tropis adalah 20ºC-30ºC. Universitas Sumatera Utara Kecepatan arus yang terukur di setiap stasiun berada pada kisaran 0,6-1,2 mdet. Adapun yang tertinggi ditemukan pada stasiun 2 yaitu 1,2 mdet. Hal ini dapat disebabkan karena stasiun 2 merupakan daerah pemandian air terjun. Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh jenis kemiringan topografi perairan, jenis batuan besar, debit air, dan curah hujan. Menurut Odum 1996, menyatakan kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kedalaman, dan lebar sungai. Kisaran arus yang diperoleh umum dijumpai pada perairan daerah tropis. Menurut Barus 2004, pada perairan lotik arus mempunyai peranan yang sangat penting. Umumnya kecepatan arus di perairan ini relatif tinggi, bahkan bisa mencapai 6 mdet. Pada umumnya kecepatan arus berkisar pada 3 ms. Meskipun demikian sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus, karena kecepatan arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air serta kondisi substrat yang ada. Menurut Mason 1993, dalam Fisesa 2014, perairan dikategorikan dalam perairan yang berarus sangat deras jika kecepatan arus 1 mdet, berarus deras yaitu 0,5-1 mdet, berarus sedang yaitu 0,25-0,5 mdet, berarus lambat 0,1- 0,5 mdet dan berarus sangat lambat yaitu 0,1-0,25 mdet. Intensitas cahaya merupakan salah satu yang mempengaruhi penyebaran ikan. Intensitas cahaya yang terukur di setiap stasiun berada pada kisaran 389-435 × 200.000 Candela. Stasiun 1 memiliki intensitas cahaya yang tertinggi yaitu 435 candela sedangkan stasiun 2 merupakan yang terendah yaitu 389 candela. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan kanopi atau naungan di setiap stasiun. Menurut Barus 2004, bila intensitas cahaya matahari berkurang maka proses fotosintesis akan terhambat sehingga oksigen dalam air juga akan berkurang, dimana oksigen dibutuhkan organisme akuatik untuk metabolisme. Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi ikan. Penetrasi cahaya yang terukur di setiap stasiun berada pada kisaran 0,44-0,48 m. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 3 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 2. Menurut odum 1996, kecerahan suatu perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan penetrasi cahaya yang datang, sehingga dapat menurunkan intensitas cahaya yang tersedia bagi organisme perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerahan di Sungai Horas masih tinggi dan cocok Universitas Sumatera Utara untuk pembudidayaan ikan. Menurut Sumich 1992, dalam Asmara, 2005, bahwa semakin tinggi kedalaman secci disk semakin dalam penetrasi cahaya kedalam air, yang selanjutnya akan meningkatkan ketebalan lapisan air yang produktif. Tebalnya lapisan air yang produktif memungkinkan terjadinya pemanfaatan unsur hara secara kontinyu oleh produsen primer. Berdasarkan parameter fisika di atas masih mendukung keberadaan ikan yang didapat karena masih dalam toleransi ikan.

4.2.2 Parameter Kimia

Berdasarkan Tabel 6 nilai oksigen terlarut DO yang terukur di setiap stasiun yaitu berkisar 6,1-6,7 mgl. Nilai dianggap masih ideal untuk pertumbuhan ikan. Menurut Boyd 1990 dalam Septiano 2006, nilai DO yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mgl. Menurut Agusnar 2007, bahwa konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam. Derajat keasaman pH yang terukur di setiap stasiun berkisar antara 6,8- 7,2. Nilai pH tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 7,2 dan terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 6,8. Menurut Siagian 2009, ada perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan penambahan atau kehilangan CO 2 melalui proses fotosintesis yang akan menyebabkan perubahan pH di dalam air. Nilai pH yang terdapat di setiap stasiun masih bagus untuk mendukung kehidupan organisme di perairan. Menurut Effendi 2003, menyatakan kehidupan dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Nilai BOD merupakan salah satu indikator pencemaran dalam suatu perairan. Nilai BOD pada setiap stasiun berada pada kisaran 3,1-3,7 mgl. Nilai BOD yang tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu sebesar 3,7 mgl, sedangkan yang terendah pada stasiun 1 yaitu sebesar 3,1 mgl. Kisaran BOD5 ini masih mendukung bagi kehidupan ikan. Menurut Brower et al., 1990, perairan tergolong baik dan belum tercemar apabila BOD5 berkisar 5 mgl-10 mgl, sedangkan perairan tercemar apabila nilai BOD5 10 mgl.. Hal ini menyarakan Universitas Sumatera Utara bahwa pada setiap stasiun dapat dikatakan belum tercemar. Menurut Rahmawati 2011, kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3 mgl - 6 mgl. Nitrat memiliki peranan yang cukup penting juga bagi kehidupan ikan. Nitrat yang terukur di setiap stasiun bervariasi berada pada kisaran 0,5-0,6 mgl. Nilai nitrat pada stasiun 1 dan stasiun 3 berada pada nilai dibawah deteksi limit yang artinya spektrofotometri tidak dapat membacanya. Nilai nitrat ini masih kurang untuk pertumbuhan suatu biota lain tetapi untuk pertumbuhan fitoplankton sudah cukup. Fitoplankton adalah salah satu penyusun rantai makanan dalam suatu perairan. Menurut Wardoyo 1985, dalam Hardiyanto et al., 2012, zat hara sangat diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak, diantaranya adalah nitrogen dalam bentuk nitrat, serta perannya dalam proses sintesa protein hewan dan tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan kandungan nitrat kesuburan perairan dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu kurang subur 0,0-0,1 mgl, sedang 0,1-5,0 mgl dan subur 5,0-50,0 mgl. Oleh sebab itu perairan Sungai Horas tergolong perairan yang subur. Menurut Chu 1943, dalam Herawati, 2008 menyatakan bahwa alga khususnya fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,009-3,5 mgl. Pada konsentrasi di bawah 0,01 mgL atau diatas 4,5 mgl nitrat dapat merupakan faktor pembatas. .

4.3 Nilai Analisis Korelasi Pearson