Kelimpahan ikan dalam suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas: fekunditas, ruang gerak, penyakit dan batas waktu bertahan hidup
Samuel, 1982, dalam Kristina, 2001. Kekayaan jenis memiliki hubungan positif dengan suatu area yang
ditempati tergantung pada dua faktor. Pertama peningkatan jumlah mikro habitat akan meningkatkan keragaman. Kedua, area yang lebih luas sering memiliki
variasi habitat yang lebih besar dibandingkan dengan area yang sempit Wooton 1975. Sehingga semakin panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula
jumlah jenis ikan yang menempati Kottelat et al., 1993. Komposissi komunitas ikan dapat menunjukkan spesies yang mempunyai
dominansi ekologis. Spesies yang dominan merupakan spesies yang mempunyai peran yang jauh lebih besar terhadap komunitas dan lingkungannya Restu, 1990,
dalam Kristina, 2001.
2.4 Ekologi Ikan
Menurut Myers 1951 dalam Rahardjo et al., 2011 ikan yang ditemukan di perairan air tawar secara garis besar dipisahkan dalam enam kelompok yaitu:
a. Ikan primer adalah kelompok ikan yang tidak atau sedikit bertoleransi terhadap air laut misalnya Cyprinidae dan Clariidae. Air asin bertindak sebagai
pembatas distribusi ikan. b. Ikan sekunder adalah kelompok ikan yang sebarannya terbatas pada perairan air
tawar tetapi cukup bertoleransi terhadap salinitas, sehingga mereka dapat masuk ke laut dan kadang kala melintasi hambatan air asin misalnya Cichlidae.
c. Ikan diadromus adalah kelompok ikan yang secara reguler beruaya antara perairan tawar dan perairan laut, misalnya Sidat dan Salmon.
d. Ikan vicarious adalah kelompok ikan laut yang bukan peruaya yang hidup di perairan tawar misalnya Burbot Lota.
e. Ikan komplementer adalah kelompok ikan laut peruaya yang mendominasi habitat tawar bila itidak ada ikan primer dan sekunder misalnya Belanak dan
Obi. f. Ikan sporadik adalah kelompok ikan yang kadangkala masuk perairan atau
yang dapat hidup dan memijah di antara salah satu perairan misalnya Belanak.
Universitas Sumatera Utara
Penyebaran suatu organisme tergantung pada tanggapannya terhadap faktor lingkungan. Organisme yang dapat hidup pada selang faktor lingkungan
yang lebar euri cenderung akan tersebar luas pula di permukaan bumi ini, sebaliknya jenis organisme yang hanya dapat hidup pada selang faktor lingkungan
yang sempit steno penyebarannya sangat terbatas. Penyebaran organisme ditentukan oleh pola penyebarannya. Organisme yang tersebar sangat luas
umumnya pola penyebarannya berkelompok atau beraturan Suin, 2002.
2.5 Karakteristik Ikan Sungai dan Pola Adaptasinya
Ikan merupakan organisme akuatik dan bernafas dengan insang. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus
disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit ikan terdiri dari dermis dan epidermis. Dermis terdiri dari jaringan
pengikat dilapisi oleh epithelium. Di antara sel-sel epithelium terdapat kelenjar uniseluler yang mengeluarkan lender yang menyebabkan kulit ikan menjadi licin
Radiopoetro, 1990, dalam Siagian 2009. Tubuh ikan mempunyai suatu pola dasar yang sama yakni kepala, badan dan ekor. Selain memiliki pola dasar yang
sama, umumnya ikan mempunyai bentuk tubuh yang simetris bilateral Rahardjo et al., 2011.
Sebagian besar ikan yang hidup di perairan sungai membentuk komunitas yang berbeda-beda. Setiap jenis ikan memiliki spesialisasi dan mampu
memanfaatkan pakan dengan seefisien mungkin karena persaingan antar jenis ikan sangat tinggi dalam hal memperoleh pakan alami. Jenis-jenis ikan tersebut sangat
peka terhadap lingkungan Kottelat et al., 1993. Proses adaptasi terhadap lingkungan baru bisa terjadi dalam kurun waktu
yang singkat aklimatisasi dan bisa juga dalam kurun waktu yang lama adaptasievolusi. Respon dalam waktu singkat misalnya eksresi urin yang
berlebihan bagi ikan yang akan masuk ke perairan dengan konsentrasi garam ion lebih tinggi. Sedangkan ikan akan menghindari kekurangan cahaya dengan
bergerak arah permukaan avoidence. Perubahan tersebut bisa terjadi dalam waktu yang lama seperti proses endemisitas ikan air tawar Willmer, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Faktor Fisik-Kimia dan Biologis Perairan Sungai 2.6.1 Suhu Air Sungai