Daerah Aliran Sungai DAS Keanekaragaman Ikan

2.2 Daerah Aliran Sungai DAS

Ekosistem Daerah Aliran Sungai DAS merupakan suatu satuan wilayah pembangunan yang perlu ditata agar pemanfaatannya dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Kegiatan di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, pariwisata dan pemukiman membutuhkan air, lahan dan mineral yang berada dalam suatu wilayah Daerah Aliran Sungai DAS Bappedal, 2002. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Perubahan pola pemanfaatan lahan berarti telah terjadi perubahan jumlah dan jenis vegetasi penutup tanah Asdak, 2010.

2.3 Keanekaragaman Ikan

Berdasarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI 2010, diperkirakan terdapat 4000-6000 jenis ikan di seluruh perairan Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat 2917 jenis ikan air tawar yang teridentifikasi. Menurut Kottelat et al., 1993, jumlah setiap jenis ikan pada pulau-pulau besar di Indonesia berbeda. Di Sumatera ada 272 jenis dengan 30 jenis endemik 11, jenis ikan di Kalimantan berjumlah sekitar 394 jenis dengan 149 jenis endemik 38, di Jawa berjumlah 132 jenis dengan 52 jenis endemik 9 dan di Sulawesi berjumlah 68 jenis dengan 52 jenis endemik 76. Menurut Eschmeyer 1998, ikan dikelompokkan dalam 6 kelas, yaitu: a. Kelas Myxini memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular, tidak mempunyai tulang belakang vertebrata, tidak mempunyai rahang mata rudimenter, tidak ada sirip berpasangan, tidak ada sirip dorsal, bertulang rawan, lubang hidung pada bagian kepala, nostril di bagian depan kepala, terdapat 5-15 kantung insang pada setiap sisi, sistem garis sisi mengalami degenerasi. Semua anggota kelas Myxini hidup di laut yaitu sebagian besar di zona intertidal pada dasar berlumpur lunak dan berpasir. b. Kelas Cephalaspidomorphi memiliki ciri-ciri bentuk seperti ular, vertebrae terdiri atas tulang rawan, tidak mempunyai rahang, mata berkembang baik, Universitas Sumatera Utara nostril di bagian atas kepala, tidak ada lengkung insang sejati untuk menyokong dan melindungi insang sebagai gantinya terdapat suatu kantung yang terletak di luar insang, arteri insang dan saraf terletak di dalamnya, satu lubang hidung, sirip berpasangan tidak ada, sirip dorsal satu atau dua, usus bersilia, telur kecil dengan kait. Salah satu spesies ikan anggota kelas ini adalah ikan lamprey Lampreta planeri, Petromyzon marinus c. Kelas Holocephali umum disebut sebagai ratfish karena ekornya yang ramping dan memanjang serta kepala yang meruncing memberikan gambaran seperti tikus, rahang atas menyatu dengan kranium, jumlah insang ada empat pasang dan celah insang satu pasang, ikan dewasa tidak bersisik, tidak punya spirakel dan tidak ada kloaka, ikan jantan mempunyai alat penyalur sperma disebut tenakulum yang terletak di kepala bagian depan. d. Kelas Elasmobranchii mempunyai rahang, jumlah insang dan celah insang berkisar antara 5-7 pasang yang setiap pasangnya mempunyai sekat pelat insang, spirakel terletak di depan celah insang, sirip berpasangan, terdapat sepasang nostril dirhinous, bersisik plakoid atau tidak bersisik, ikan jantan biasanya mempunyai alat penyalur sperma yang dinamakan klasper miksopterigium, bentuk sirip ekor tidak simetris heteroserkal. e. Kelas Sarcopterygii merupakan sebagian kelas yang sudah punah dan tinggal fosil. Salah satu anggota kelas ini adalah coelacanth yang berupa fosil dan diperhitungkan hidup pada kurun waktu antara masa pertengahan Devonian 350 juta tahun yang lalu sampai akhir Cretaceous 66 juta tahun yang lalu. f. Kelas Actinopterygii merupakan kelas yang dominan di bumi. Kelas ini mempunyai ciri-ciri lengkung insang merupakan tulang sejati yang terletak di bagian tengah insang mengandung arteri dan saraf, notokorda seperti rangkaian manik atau seperti manik-manik yang terpisah mempunyai rahang maksila dan premaksila rangka terdiri atas tulang sejati, mempunyai sirip yang berpasangan sirip dada dan sirip perut, mempunyai sepasang lubang hidung, mempunyai sisik yang umumnya bertipe sikloid dan stenoid tetapi ada juga yang bersisik tipe ganoid dan beberapa kelompok tanpa sisik biasanya mempunyai gelembung gas tidak ada kloaka. Universitas Sumatera Utara Kelimpahan ikan dalam suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembatas: fekunditas, ruang gerak, penyakit dan batas waktu bertahan hidup Samuel, 1982, dalam Kristina, 2001. Kekayaan jenis memiliki hubungan positif dengan suatu area yang ditempati tergantung pada dua faktor. Pertama peningkatan jumlah mikro habitat akan meningkatkan keragaman. Kedua, area yang lebih luas sering memiliki variasi habitat yang lebih besar dibandingkan dengan area yang sempit Wooton 1975. Sehingga semakin panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula jumlah jenis ikan yang menempati Kottelat et al., 1993. Komposissi komunitas ikan dapat menunjukkan spesies yang mempunyai dominansi ekologis. Spesies yang dominan merupakan spesies yang mempunyai peran yang jauh lebih besar terhadap komunitas dan lingkungannya Restu, 1990, dalam Kristina, 2001.

2.4 Ekologi Ikan