commit to user
B. Posisi Studi
Posisi studi ini dapat dijelaskan melalui tabel II.1. yang menyajikan variabel-variabel amatan dan alat analisis yang digunakan.
Tabel II.1. Posisi Studi
Peneliti Tahun
Variabel Dependen Variabel Independen
Variabel Intervening
Alat Statistik Davis
et al 1989 Actual system use
External variable Perceived usefulness
Perceived ease of use Attitude
Behavioral intention to use
Regression
Adams et al 1992
Behavioral Intention Easy of use
Usefulness SEM
Karahanna et
al1999 Behavioral Intention
Behavioral belief Normative belief
Perceived
about voluntariness
adopting IT
Attitude toward
adopting IT Subjective
Norm toward adopting IT
SEM
Templeton; Byrd
2003
Relative advantage Ease of use
Voluntariness Knowledge
of proximity
Trialability Compatibility
Regression
Wang; Lin 2003 Behavioral Intention
Computer Self
Efficancy Perceived usefulness
Perceived easy of use Perceived credibility
SEM Nysvenn
et all
2005
Intention to use Perceived usefulness
Perceived easy of use Perceived enjoyment
Perceived Expressivenes
Normative pressure Attitude towards use
SEM
Snook 2005
Actual System Use Perceived usefulness
Perceived easy of use Subjective Norm
Behavioral intention to use
Regression Thompson 2006
Future intention Personal
innovativeness Perc,
behavioral control
Computer
self efficacy
Ease of use Social factor
Perceived usefulness Affect
SEM
Shen et al 2006
Usage technology Perceived usefulness
Perceived easy of use Regression
Liao et al 2007
Behavioral intention Perceived easy of use
Perceived usefulness Perceived enjoyment
Attitude SEM
Cui
et al 2009
Intention to use Refusal
Delay E. decision making
Pretest Usefulness
easy of use fun
attitude Regression
commit to user
C. Landasan Teori
Sub bab ini menjelaskan landasan teori serta hubungan sebab akibat variabel yang menjadi objek amatan dalam penelitian ini yang selanjutnya
akan digunakan untuk merumuskan hipotesis sebagai dasar pembentukan model yang dikontruksikan.
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
Definisi UMKM antara lain: a. Usaha Mikro Menurut Keputusan Menkeu No. 40KMK.062003,
tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil: Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia; Memiliki
hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. b. Usaha Kecil Menurut UU No. 91995, tentang Usaha Kecil: Usaha
produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi; bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Besar; memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.
Berdasarkan Kepmenkeu No. : 571KMK 032003 Menteri Boediono maka pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku
melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak
commit to user
dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto tak lebih dari Rp 600 juta.
c. Usaha Menengah menurut Inpres No. 101999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah: Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia,
yang berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum
termasuk koperasi; berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Besar; memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai
dengan Rp. 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per
tahun. Usaha Produktif Menurut Keputusan Menkeu No. 40KMK.062003,
tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil: Usaha pada semua sektor ekonomi yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah
dan meningkatkan pendapatan usaha. Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh berbagai instansi di
Indonesia, yaitu: UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil mengatur kriteria usaha kecil
berdasarkan nilai aset tetap di luar tanah dan bangunan paling besar Rp 200 juta dengan omzet per tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu
berdasarkan Inpres No.10 tahun 1999 tentang usaha menengah, batasan
commit to user
aset tetap di luar tanah dan bangunan untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.
BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per
tahun. Untuk usaha menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. Berdasarkan
definisi tersebut, data BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2002 menunjukkan populasi usaha kecil mencapai sekitar 41,3 juta unit
atau sekitar 99,85 persen dari seluruh jumlah usaha di Indonesia; sedangkan usaha menengah berjumlah sekitar 61,1 ribu unit atau 0,15
persen dari seluruh usaha di Indonesia. Sementara itu persebaran UKM paling banyak berada di sektor pertanian 60 persen dan perdagangan 22
persen dengan total penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut sekitar 53 juta orang 68 persen penyerapan tenaga kerja secara total.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai
dengan Rp. 5 milyar. Sementara itu, usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap
kurang dari Rp. 200 juta dan omzet per tahun kurang dari Rp. 1 miliar sesuai UU No. 9 tahun 1995.
Bank Indonesia menggolongkan UK dengan merujuk pada UU No. 91995, sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria
commit to user
aset tetapnya dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur Rp. 200 juta sd Rp. 5 miliar dan non manufaktur Rp. 200 – 600 juta.
Badan Pusat Statistik BPS menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19
orang; usaha menengah memiliki pekerja 20-99 orang; dan usaha besar memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.
Sebaran responden UMKM di Kota Surakarta berdasarkan skala usaha adalah 38 persen merupakan skala mikro, 33 persen skala kecil dan
29 persen skala menengah. Rata-rata usia usaha UMKM di Kota Surakarta adalah 22 tahun. Secara umum, variasi UMKM di Kota Surakarta
berdasarkan sektor usaha adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar 43 persen; yang diikuti oleh Sektor Perdagangan sebesar 32 persen; Sektor
Jasa sebesar 13 persen; Sektor Pertanian sebesar 6 persen; dan Sektor Pengangkutan sebesar 5 persen. Sementara berdasarkan cakupan
pemasaran terdapat sekitar 31 persen UMKM berorientasi lokal, 25 persen regional, 30 persen nasional dan 12 persen berorientasi ekspor sumber:
Data BLS Bank Indonesia Surakarta.
Jika dilihat dari aspek usaha terdapat sekitar 87 persen UMKM yang memiliki keterbatasan dalam pengembangan usaha. Faktor-faktor
yang dominan membatasi perkembangan usaha UMKM antara lain yaitu: persaingan persaingan klaster, persaingan domestik dan persaingan luar
negeri, penyelundupan, kebjakan ekonomi, kebijakan harga, penguasaan
commit to user
teknologi, permodalan dan manajerial. Sementara itu, penggunaan bank sebagai mitra pengembangan UMKM di kota Surakarta belum optimal.
Baru sekitar 48 persen UMKM di Kota Surakarta yang sudah berhubungan dengan Bank. Meskipun demikian pembinaan UMKM di Kota Surakarta
belum optimal, setidaknya terdapat 63,4 persen UMKM yang belum mendapat pembinaan dari aparat yang berwenang. Secara umum, jika
dilihat dari aspek potensi pengembangan produk UMKM, siklus produk UMKM Kota Surakarta 36 persen dalam tahap perkembangan, 42,5 persen
berada dalam tahap matang sumber: Data BLS Bank Indonesia Surakarta.
2. Technology Acceptance Model TAM
Technology Acceptance Model TAM dikenalkan oleh Davis
1989 yang diadaptasi dari Theory Reason Action TRA, model yang menjelaskan fenomena adopsi inovasi. TAM dikembangkan untuk
menjelaskan penemuan dampak faktor eksternal teknologi pada keyakinan konsumen. Dua pengukur utamanya adalah easy of use dan
usefulness, yang ditunjukkan dari validasi empirik oleh Davis et al. Dua ukuran tersebut telah ditemukan dapat mengukur konsistensi hubungan
dengan target perilaku pada pengguna inovasi teknologi. TAM sudah berhasil menjelaskan tentang alasan seseorang menerima atau menolak
inovasi Templeton et al, 2003.
commit to user
Model dasar TAM oleh Davis dapat dilihat pada Gambar II.1. gambar tersebut memperlihatkan bahwa penerimaan terhadap teknologi
informasi information technology acceptance ditentukan oleh 6 faktor, yaitu variable dari luar external variables, persepsi akan manfaat
teknologi tersebut perceived usefullness, persepsi terhadap kemudahan penggunaan teknologi tersebut perceived ease of use, sikap pengguna
terhadap penggunaan teknologi attitude toward using, kecenderunangan perilaku behavioral intention, dan pemakaian aktual actual usage.
Gambar II.1
TAM original Davis, 1989
3. Computer Self-efficacyCSE
CSE adalah salah satu variabel yang penting untuk studi perilaku individual dalam bidang teknologi informasi Agarwal, et al. 2000, dalam
Wang, 2003. Computer self-efficacy didefinisikan sebagai pertimbangan atau keputusan dari kemampuan seseorang dalam menggunakan komputer
Compeau and Higgins, 1995. Dalam penelitian ini berarti kemampuan pemilik UMKM dalam pengoperasian komputer dan internet.
commit to user
Definisi self efficacy menurut Bandura 1986 dalam Compeau and Higgins, 2006adalah:
“People’s judgement of their capabilities to organiized and execute courses of action required to attain designated types performance.
It is concerned not with the skills one has but with judgements of what one can do with whatever skills one possesses”
Definisi tersebut menunjukkan bahwa karakteristik kunci dari konstruk self efficacy yaitu: komponen skill keahlian dan ability
kemampuan dalam hal mengorganisir dan melaksanakan suatu tindakan. Dalam konteks komputer, CSE menggambarkan persepsi individu tentang
kemampuanya menggunakan komputer untuk menyelesaikan tugas-tugas seperti menggunakan software untuk analisis data, menulit surat mail
marge, dan bahkan menggunakan internet berbasis komputer.
4. Perceived Usefullness PU
Perceived usefulness didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang ketika menggunakan suatu produk maka akan meningkatkan
kinerja seseorang Lihat Davis, dalam Nysveen et al, 2007. Pada studi ini perceived usefulness dimaksudkan dengan menggunakan teknologi
internet maka akan meningkatkan potensi usaha dari pemilik UMKM. Perceived Usefulness didefinisikan oleh Davis sebagai suatu
tingkat atau keadaan dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya Davis 1989. Davis
mendefinisikan persepsi mengenai kegunaan usefulness ini berdasarkan definisi dari kata useful yaitu capable of being used advantageously, atau
commit to user
dapat digunakan untuk tujuan yang menguntungkan. Persepsi terhadap usefulness adalah manfaat yang diyakini individu dapat diperolehnya
apabila menggunakan teknologi informasi. Dalam konteks komersial, kegunaan ini tentu saja dikaitkan dengan peningkatan kinerja individu
yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada kesempatan memperoleh keuntungan baik yang bersifat fisik atau materi maupun non-
materi.
5. Perceived Ease of Use PEOU
Perceived Easy of Use didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang ketika menggunakan suatu produk tidak akan menemui kendala
Lihat Nysveen et al, 2005. Sehingga ketika menggunakan teknologi internet maka merasakan kemudahan dalam mengoperasikan.
Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkann kesan-kesan indera
mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda tergantung dari kesan yang mereka
dapatkan dari indera mereka. Faktor yang mempengaruhi persepsi individu adalah pelaku persepsi perceiver, obyek yang dipersepsikan, atau situasi
dimana persepsi tersebut dilakukan. Menurut Davis 1989, persepsi kemudahan penggunaan perceived ease of use didefinisikan sebagai
suatu tingkat atau keadaan dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha apapun free of
effort. Kemudahan ease bermakna tanpa kesulitan atau terbebaskan dari
commit to user
kesulitan atau tidak perlu berusaha keras. Dengan demikian persepsi mengenai kemudahan menggunakan ini merujuk pada keyakinan individu
bahwa sistem teknologi informasi yang akan digunakan tidak merepotkan atau tidak membutuhkan usaha yang besar pada saat digunakan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan internet akan mengurangi usaha baik waktu maupun tenaga
seseorang respondenpelaku UMKM di dalam melaksanakan aktivitas menggunakan internet. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan
indikasi bahwa seseorang pelaku UMKM yang menggunakan tenologi internet tidak menemukan kendala dalam menggunakan internet.
Pengguna internet mempercayai bahwa internet lebih fleksibel, mudah dipahami, dan mudah pengoperasiannya sebagai karakteristik kemudahan
penggunaan.
6. Attitude Toward Using A
Atitude toward Using didefinisikan sebagai penilaian positif atau negatif individu terhadap objek atau produk yang dihadapi. Lihat
Nysveen et al, 2005. Liao et al, 2007 mendefinisikan attitude to use sebagai tingkatan sikap seseorang dari suka sampai tidak suka terhadap
suatu produk. Di sini dimasudkan bagaimana sikap koresponden terhadap teknologi internet dalam skala tertentu.
Sikap attitude adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai obyek, orang, atau peristiwa. Siegel dan Marcony 1989
mengemukakan sikap dipelajari sebagai kecenderungan untuk bereaksi
commit to user
secara mendukung atau tidak terhadap manusia, obyek, ide atau situasi. Siegel dan Marcony 1989 menyatakan bahwa sikap bukan perilaku.
Sikap menjadi bagian dari pribadi individu yang membantu konsistensi perilaku sedangkan perilaku mengacu pada bagaimana suatu kekuatan
bereaksi terhadap obyek sikap. Davis 1989, mendefinisikan attitude toward the system, yang dipakai dalam Technology Acceptance Model
TAM sebagai suatu tingkat penilaian terhadap dampak yang dialami oleh seseorang bila menggunakan suatu sistem tertentu dalam pekerjaannya.
Kegunaan dan kemudahan yang dipersepsikan terhadap internet oleh para pelaku UMKM akan membentuk sikap mereka untuk menerima atau
menolak internet tersebut, yang selanjutnya akan mempengaruhi niat para pelaku UMKM untuk menggunakan internet dan pada akhirnya
berpengaruh pada penerimaan mereka terhadap penggunaan internet.
7. Intention to Use ITU
Intention to Use didefinisikan sebagai kekuatan minat atau keinginan seseorang untuk menunjukkan perilaku secara lebih khusus
terhadap suatu produk Lihat Nysveen et al, 2005. Perilaku niat untuk menggunakan dapat dilihat dari kecenderungan seseorang untuk
mengadopsi produk atau teknologi Lihat Liao et al, 2007. Intention to use niat menggunakan adalah niat atau
kecenderungan dari perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi internet dapat diprediksi dari sikap
dan perhatianya pada teknologi tersebut, misalnya keinginan untuk
commit to user
mengup-date hal terbaru berkaitan dengan teknologi tersebut, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna
lain.
8. Moderation
Moderation, dalam hal ini adalah moderating variable didefinisikan sebagai variabel yang mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen serta memiliki kecenderungan untuk stabil, Paul Jose, 2008. Variabel moderasi mempunyai pengaruh
yang bersifat kontinjen contingent terhadap hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dan bisa berarti memperkuat atau memperlemah
hubungan kedua variabel yang dimoderasi.
D. Hipotesis
Populasi pengguna internet yang naik secara drastis dari waktu ke waktu memberikan dampak yang cukup signifikan di bidang bisnis dan ekonomi.
Internet memberi kemudahan akses terhadap konsumen dan berbagai kemudahan lainya yang memberi efek pada penurunan biaya produksi dan
pemasaran dari sudut produsen. UMKM sebagai bagian dari produsen tentunya mempertimbangkan adopsi teknologi internet sebagai basis bisnis
atau sebagai penunjang dalam bisnis mereka, misalnya sebagai sarana pemasaran iklan yang murah namun tepat sasaran. Kemudian pada akhirnya,
penggunaan internet tersebut erat kaitanya dengan penguasaan komputer. Maka penelitian mengenai hubungan antara kemampuan seseorang dalam
commit to user
menggunakan komputer dengan adopsi teknologi internet untuk kebutuhan penunjang bisnis dirasa perlu untuk dilakukan. Untuk itulah disusun hipotesis
dengan beberapa penjelasan seperti tersebut di bawah ini; Computer self efficacy
Computer self-efficacy didefinisikan sebagai pertimbangan atau keputusan dari kemampuan seseorang dalam menggunakan komputer Compeau and Higgins,
1995. Melanjutkan usaha penelitian computer self-efficacy bisa dilihat di penelitian-penelitian Agarwal et al., 2000; Johnson and Marakas, 2000; Hong
et al., 2001; Chau, 2001; dalam Wang, 2003, di mana menegaskan peran kritis computer self-efficacy dalam pemahaman respon individu kepada tekhnologi
informasi. Usulan mengenai hubungan antara computer self-efficacy dan perceived ease of use didasarkan pada argumen teoritis oleh Davis 1989 dan
Mathieson 1991. Berdasarkan pada teori social cognitive yang dibangun oleh Bandura 1986, Igbaria dan Iivari 1995 membuat postulasi axiom bahwa
computer self-efficacy berpengaruh pada sebuah individual’s computer anxiety, yang mana pada giliranya mempengaruhi perceived ease of use,
perceived usefulness dan e-commerce. Untuk itu, berdasarkan pada dukungan teoritis dan empiris dari literature di atas, maka diujilah hipotesis-hipotesis
berikut:
H1 : Computer self-efficacy akan berpengaruh positif terhadap perceived
usefulness H2 :
Computer self-efficacy akan berpengaruh positif terhadap perceived ease of use
commit to user
Perceived ease of use Penelitian yang luas pada dekade yang telah lalu menyediakan bukti pengaruh
yang signifikan dari perceived ease of use dalam tujuan penggunaan, tiap langsung maupun tidak langsung sampai hal tersebut mempengaruhi perceived
usefulness Agarwal and Prasad, 1999; Davis et al., 1989; Hu et al., 1999; Jackson et al., 1997; Venkatesh, 1999,; Venkatesh and Davis, 1996,;
Venkatesh and Morris, 2000. Supaya menjaga “under-used” persoalan manfaat sistem, sistem e-commerce memerlukan kedua hal yaitu mudah
dipelajari dan mudah digunakan. Hal itu berarti bahwa mudah untuk digunakan akan mengurangi ancaman bagi individu Moon and Kim, 2001.
Hal ini mengimplikasikan bahwa perceived ease of use diharapkan berpengaruh positif dalam persepsi pengguna dari kredibilitas dalam interaksi
mereka dengan e-commerce. Jadi, dibuatlah hipotesis bahwa perceived ease of use akan memiliki efek positif terhadap perceived usefulness untuk
menggunakan e-commerce.
H3 : Perceived ease of use akan berpengaruh positif terhadap perceived
usefulness
Perceived usefulness Peceived usefulness juga merupakan topik yang sering diteliti dan didapatkan
bukti adanya pengaruh yang signifikan dari perceived usefulness pada tujuan
commit to user
penggunaan Agarwal and Prasad, 1999; Davis et al., 1989; Hu et al., 1999; Jackson et al., 1997; Venkatesh, 1999; Venkatesh and Davis, 1996; Venkatesh
and Morris, 2000. Alasan pokok masyarakat memanfaatkan e-commerce adalah mereka menemukan sistem yang sangat berguna bagi kegiatan
pemasaran mereka. Demikianlah, maka akan diuji hipotesis berikut:
H4 : Perceived usefulness akan berpengaruh positif terhadap attitude
toward using
Attitude toward using Attitude toward using sikap terhadap penggunaan di dalam TAM
dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan teknologisistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang
menggunakannya di dalam pekerjaanya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap attitude sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku
individual. Sikap seseorang atas unsur kognitifcara pandang cognitive, afektif affective, dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku
behavioral components. Jadi, dibuat hipotesis bahwa perceived ease of use akan memiliki efek positif terhadap attitude towards using untuk
menggunakan e-commerce.
H5 : Perceived ease of use akan berpengaruh positif terhadap attitude
toward using
Intention to use
commit to user
Intention to use kecenderungan pemakaian adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah
teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah peripheral
pendukung, selau up-date pada hal terbaru berkaitan dengan teknologi tersebut, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk
memotivasi pengguna lain. Demikianlah maka akan diuji intention to use kecenderungan pemakaian ini akan dipengaruhi oleh perceived usefulness
persepsi kemanfaatan dan attitude toward using sikap terhadap penggunaan.
H6 : Perceived
usefulness akan
berpengaruh positif
terhadap intention to use
H7 : Attitude toward using akan berpengaruh positif terhadap intention
to use
Moderation Dalam statistik, moderasi terjadi ketika hubungan di antara dua variabel
tergantung pada variabel ketiga. Variabel ketiga dikenal sebagai variabel moderator atau hanya moderasi saja. Pengaruh dari variabel moderasi
digolongkan secara statistik sebagai sebuah interaksi, baik secara kualitatif gender, ras, golongan atau kuantitatif tingkat upah adalah variabel yang
mempengaruhi arah dan atau kekuatan dari hubungan antara variabel dependen dan independen. Secara rinci di dalam kerangka analisis korelasi,
commit to user
moderasi sebagai variabel ketiga yang mempengaruhi korelasi zero-order antara dua variabel lainya. Pengaruh moderasi pada dasarnya bisa
merepresentasikan interaksi antara variabel independen dan faktor yang ditetapkan sesuai kondisi di lapangan. Baron and Kenny, 1986: p. 1174.
H8a : Computer self-efficacy dimoderasi oleh gender akan berpengaruh
signifikan terhadap perceived ease of use
H8b : Computer self-efficacy dimoderasi oleh gender akan berpengaruh
signifikan terhadap perceived usefulness
H8c : Computer self-efficacy dimoderasi oleh usia akan berpengaruh
signifikan terhadap perceived ease of use
H8d : Computer self-efficacy dimoderasi oleh usia akan berpengaruh
signifikan terhadap perceived usefulness
H8e : Computer self-efficacy dimoderasi oleh pendidikan akan
berpengaruh signifikan terhadap perceived ease of use
H8f : Computer self-efficacy dimoderasi oleh pendidikan akan
berpengaruh signifikan terhadap perceived usefulness
H8g : Computer self-efficacy dimoderasi oleh pengalaman akan
berpengaruh signifikan terhadap perceived ease of use
H8h : Computer self-efficacy dimoderasi oleh pengalaman akan
berpengaruh signifikan terhadap perceived usefulness
commit to user
E. Model Penelitian