Komitmen Kerja TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komitmen Kerja

Definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasi Karina, 2007. Ada dua pendekatan dalam merumuskan definisi komitmen dalam berorganisasi. Pendefinisian pertama, melibatkan usaha untuk mengilustrasikan bahwa komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk, maksudnya arti dari komitmen menjelaskan perbedaan hubungan antara anggota organisasi dan entitas lainnya salah satunya organisasi itu sendiri. Kedua melibatkan usaha untuk memisahkan diantara berbagai entitas di mana individu berkembang menjadi memiliki komitmen. Kedua pendekatan ini tidak compatible namun dapat menjelaskan definisi dari komitmen, bagaimana proses perkembangannya dan bagaimana implikasinya terhadap individu dan organisasi Karina, 2007. Komitmen kerja adalah suatu janji seseorang atau kebulatan tekad untuk melaksanakan kegiatannya sebagai seorang pegawai sesuai dengan tujuan suatu organisasi. Pengertian komitmen secara harfiah adalah kesatuan tujuan dan janji. Berdasarkan pengertian diatas komitmen kerja adalah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan janji yang telah disepakati Karina, 2007. Komitmen kerja adalah setiap pelaksanaan kegiatan manusia baik itu jasmani maupun rohani yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidup Depkes RI, 1994. Berarti komitmen kerja adalah kesatuan tujuan untuk melaksanakan kegiatan jasmani maupun rohani oleh manusia. Komitmen kerja Bidan di Desa BDD adalah suatu janji seorang bidan di desa atau kebulatan tekad dalam kesatuan tujuan untuk melaksanakan kegiatannya sebagai seorang bidan di desa sesuai dengan peran, posisi, dan cakupan yang sudah ditentukan dalam tugasnya. Berarti komitmen kerja bidan di desa adalah merupakan kesatuan tujuan untuk melaksanakan kegiatan baik jasmani maupun rohani dalam megemban tugas sehari-hari. Peran umum BDD yaitu meningkatkan mutu dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu AKI, Angka Kematian Bayi AKB dan angka kelahiran yang didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk bertujuan hidup sehat. Peran khusus 1 meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita, serta pelayanan, konseling KB melalui upaya strategis posyandu dan polindes. 2 Terjaringnya seluruh kasus resiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai kasus dan rujukannya. 3 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya 4 Meningkatkan perilaku hidup sehat pada ibu, keluarga dan masyarakat yang mendukung upaya penurunan AKI dan AKB Depkes RI, 1996. BDD wajib tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa, bekerjasama dengan perangkat desa. BDD bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas setempat. Dipertegas dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Masyarakat No. 278 BM DJ BKK III1994 tentang Tugas Pokok dalam menunjang upaya akselerasi penurunan AKB. Lahirnya kebijaksanaan Depkes menempatkan BDD sejak tahun 1989 karena langkanya tenaga kesehatan yang tinggal menetap di desa sehingga bidan menjadi tumpuan harapan untuk melakukan kegiatan di luar tugas pokoknya dan adanya pengamatan bahwa BDD banyak dibebani dengan tugas lain yang kurang berhubungan langsung dengan tugas pokok sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB Depkes RI, 1995. Kinerja BDD dapat dinilai dari kesesuaian target cakupan pelayanan yang dilakukannya dengan jumlah sasaran yang ada di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, BDD harus mengetahui jumlah sasaran program KIA ibu hamil, bersalin, bayi. Apabila hasil pendataan yang sebenarnya tidak dimiliki, maka dapat dilakukan perkiraan jumlah ibu hamil 2,7-3°o dari jumlah penduduk, dan jumlah bayi 2,5 -2.7 dari jumlah penduduk per tahun. Untuk validasi data maka jumlah yang dicatat BDD tidak boleh berbeda 10 dari patokan di atas. Untuk K 1 per tahun tidak boleh kurang dari 90, bila kurang diasumsikan pemahaman tentang indikator cakupan dan penghitungan oleh BDD masih kurang, maka perlu ditindak lanjuti dalam supervisi dengan pembinaan intensif dan sebagai bahan informasi mengenai kinerja BDD Depkes RI, 2003. Sesuai dengan kebijaksanaan penempatan BDD merupakan salah satu upaya terobosan dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan tingkat fertilitas maka BDD perlu dibina secara mantap terstruktur agar BDD mampu menunjukkan komitmen yang tinggi Gunawan, 1994. Pembinaan yang mantap dapat menjadikan BDD konsisten mempunyai tujuan terarah kepada penurunan AKI, AKB yang punya semangat baja, terampil dan kegiatan program KIA dengan kualitas tenaga barisan terdepan. Menurut Melcher 1995, faktor usia mempengaruhi prestasi kerja seseorang, Usia 30-40 tahun umumnya memiliki nilai motivasi, ambisi dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan atau prestasi. Pada usia ini juga dapat meningkatkan komitmen dan kesetiaan terhadap karier yang dia miliki. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku Depkes RI, 1995. Bidan yang telah menyelesaikan pendidikan ditempatkan di desa sebagai wilayah kerjanya. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara Kesatuan Republik Indonesia Depkes RI, 1991. Bidan Di Desa BDD adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat dan bekerjasama dengan perangkat desa Depkes RI, 1995 Menurut Depkes Tugas Pokok dan Fungsi TUPOKSI BDD adalah sebagai berikut: 1. Tugas Pokok: a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di desa di wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan. b. Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya, agar tumbuh kesadaran untuk dapat berperilaku sehat. 2. Fungsi bidan di wilayah kerjanya : a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani persalinan, pemberian kontrasepsi dan pengayoman medis keluarga berencana. b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan setempat. c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. d Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan. Membina kerjasama lintas program lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat. e. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas atau bila mana dalam keadaan darurat dapat merujuk ke fasilitas kesehatan lainnya. f. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain, dan berusaha untuk mengatasi sesuai dengan kemampuannya Depkes RI, 1995. Implementasi tugas dan fungsi pokok bidan di desa dapat dilihat dari pelaksanaan program KIA di wilayah kerja puskesmas yang bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisian. Program pelayanan KIA puskesmas dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut: 1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran 2. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga kesehatan kebidanan secara berangsur. 3. Peningkatan deteksi dini risiko tinggikomplikasi kebidanan, baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus. 4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan. 5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.

2.2. Motivasi