Jarak Kelahiran dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

5.2.4. Jarak Kelahiran dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Jarak kelahiran dalam penelitian ini rata-rata 1,90 tahun dengan standar deviasi 1,23. Untuk jarak yang aman dalam kelahiran berikutnya haruslah minimal berjarak 2 tahun. Jarak kelahiran yang terlalu dekat menimbulkan risiko tinggi pada kelahiran, dapat mempengaruhi daya tahan tubuh dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi atau berisiko tinggi terhadap berat badan bayi lahir rendah. Menurut Nining 2002, seorang wanita yang berturut-turut melahirkan dalam jangka waktu pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatiannya kepada ke dua anak dalam waktu yang sama. Menurut Berg 1986, jarak waktu kelahiran yang pendek juga merupakan faktor yang membuat masalah pada kegiatan menyusui bayi, yang selanjutnya si bayi tidak memperoleh ASI disebabkan oleh karena ibu sudah mengalami kehamilan berikutnya. Keadaan ini menyebabkan anak-anak kurang mendapatkan asupan yang cukup dan baik sehingga berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Rata-rata jarak kelahiran di daerah penelitian 1,9 tahun 21 bulan masih kurang dari 2 tahun 24 bulan, jika dilihat hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan antenatal tidak mempunyai hubungan, karena nilai p=0,550 masih lebih besar dari 0,05. Jarak kelahiran pada ibu tidak menyebabkan ibu memanfaatkan pelayanan antenatal. MURNIATI : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL OLEH IBU HAMIL DI KABUPATEN ACEH TENGGARA,2008.

5.2.5. Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran ibu yang mempunyai pendidikan paling banyak adalah pada tingkat SLTA 53,3. Pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi. Informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi daripada pendidikan rendah. Dalam hal ini pendidikan pada ibu-ibu hamil sebagian besar sudah termasuk baik adalah SLTA 53,3 dan Perguruan Tinggi 7,5 , dan pendidikan yang paling rendah adalah SD 15,8 dan SLTP 23,3 . Dari hasil uji statistik didapat pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, dimana nilai p lebih besar dari 0,05 p= 0,0516. Walaupun demikian, pendidikan dapat mendukung pengetahuan bagi ibu. Pendidikan kesehatan atau penyuluh kesehatan memegang peranan penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Pendidikan kesehatan tidak dapat terlihat segera dan tidak dapat diukur dengan mudah, karena pendidikan merupakan ”behavioral investment” jangka panjang. Hasil pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu pendek pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan pengetahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan MURNIATI : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL OLEH IBU HAMIL DI KABUPATEN ACEH TENGGARA,2008. berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehtan masyarakat sebagai keluaran outcome pendidikan kesehatan Notoatmodjo, 1997.

5.3. Hubungan Komponen Pemungkin dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal