Kontrol Diri Sebagai Prediktor Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service
KONTROL DIRI SEBAGAI PREDIKTOR
KECANDUAN MENGGUNAKAN BLACKBERRY
SERVICE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
LETTY TRISILIA
071301113
FAKULTAS PSIKOLOGI
(2)
KONTROL DIRI SEBAGAI PREDIKTOR
KECANDUAN MENGGUNAKAN BLACKBERRY
SERVICE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh :
LETTY TRISILIA
071301113
FAKULTAS PSIKOLOGI
(3)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:
Kontrol Diri Sebagai Prediktor Kecanduan Menggunakan BlackBerry
Service
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2012
LETTY TRISILIA NIM : 071301113
(4)
Kontrol Diri Sebagai Prediktor Kecanduan Menggunakan BlackBerry
Service
Letty Trisilia dan Cherly Kemala Ulfa
ABSTRAK
Kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya (Cooper, 2000). Kecanduan menggunakan BlackBerry service adalah suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap BlackBerry service akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga secara otomatis akan menggunakan BlackBerry
service pada berbagai kesempatan yang ada. Penyebab kecanduan salah satunya
mencakup kontrol diri yang rendah (Yuwanto, 2010). Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif (Lazarus, 1976). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontrol diri merupakan prediktor dari kecanduan menggunakan BlackBerry service.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi. Jumlah subjek penelitian ini adalah delapan puluh orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang keseluruhannya menggunakan BlackBerry service.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan prediktor dari kecanduan menggunakan BlackBerry service. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis regresi, didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.471 dengan p(0.000). Kriteria penolakan H0 jika p < α (0.05). Berdasarkan hasil perhitungan uji dua sisi, didapat nilai p(0.000), karena p(0,000) < α (0.05) maka
H0 ditolak. Hasil analisis regresi didapat nilai koefisien determinan (R2) sebesar
22.2%. Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Υ`=β0 +β1X1.
Berdasarkan rumus tersebut, persamaan garis regresinya adalah Y`= 98.387-0.206X1, artinya nilai kontrol diri sebesar 98.387-0.206 jika nilai kecanduan
menggunakan BlackBerry service = 1 satuan, maka semakin tinggi kontrol diri berarti semakin rendah kecanduan menggunakan BlackBerry service. Dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan prediktor terhadap kecanduan menggunakan BlackBerry service.
(5)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Kontrol Diri Sebagai Prediktor Kecanduan Menggunakan BlackBerry service”, guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Berbagai proses telah penulis alami selama ini. Perlu banyak usaha, kerja keras dan kemauan yang tinggi dalam setiap prosesnya. Bagi penulis penyelesaian penelitian ini merupakan titik awal untuk mencapai mimpi-mimpi lainnya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terutama sekali penulis ingin mengucapkan Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas segala Nikmat dan KaruniaMu, penulis juga ingin berterima kasih kepada kedua orang tua penulis Rusman dan Salna Jamilah, ayuk penulis Indah Fitriasary, kakak penulis Febry Adesta, ayuk dan abang ipar penulis Ika Valensia dan Erizal yang telah memberikan banyak perhatian, dukungan baik secara moril dan materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Nenek dan kakek penulis atas segala perhatian, doa dan semangat yang sangat berguna bagi penulis. Serta kepada keponakan penulis, opal, abil, dan ara yang selalu memberi penulis senyuman dan kerinduan. Penulis juga sangat mengucapkan terima kasih dan
(6)
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Ibu Cherly Kemala Ulfa, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah sepenuh hati, sabar dan iklas membimbing, mendorong, memberikan saran, perhatian, bantuan serta dukungan sehingga penulis lebih bersemangat dan pantang menyerah. Terima kasih juga atas segala kesabaran dalam membimbing penulis selama proses pengerjaan penelitian ini.
3. Ibu Etty Rahmawati, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing akademis, yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Psiikologi USU.
4. Buat sahabat penulis yang tiada hentinya memberikan penulis arahan, saran, dukungan dari awal proses pembuatan skripsi sampai dengan selesai, Intan Syawalina Siregar, S.Psi dan bang Hanifan Akbar, S.Psi. 5. Buat sahabat-sahabat penulis Ladies, Nindy, Kak Endang, Kak Dinda, Kak
Vivi yang telah memberikan bantuan, semangat kepada penulis. Dan kepada Devi yang juga telah memberikan penulis semangat serta bantuannya.
6. Buat teman seperjuangan, satu dosen pembimbing, Debby dan Rina (bulek) terima kasih untuk semua informasi dan bantuannya.
7. Buat teman-teman Novita, Nisa, Septri, Tari, Imel, Rizki, dan semua teman angkatan 2007 lainnya.
8. Kepata Bang Alif (Omar) terima kasih untuk ilmu SPSS, informasi, serta pengetahuannya
(7)
9. Kepada kak fi, kak devi yang telah membantu penulis dalam penyebaran skala serta semua subjek penelitian penulis baik dari Fakultas Kedokteran Gigi, Mipa Komputer dan juga Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
10.Buat kak yus, kak lela, bang geri dan semua pekerja kantin atas kesediannya untuk memperbolehkan menggunakan kantin sampai sore 11.Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan
mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat masa perkuliahan maupun yang berhubungan dengan penelitian. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya, kepada Allah jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Januari 2012
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 8
C. TUJUAN PENELITIAN ... 8
D. MANFAAT PENELITIAN ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
E. SISTEMATIKA PENULISAN ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. KECANDUAN MENGGUNAKAN BLACKBERRY SERVICE ... 11
1. Definisi Kecanduan ... 11
2. Jenis Kecanduan ... 12
3. Penyebab Kecanduan... 12
4. Dampak Kecanduan ... 15
5. BlackBerry service ... 15
(9)
B. KONTROL DIRI ... 17
1. Definisi Kontrol Diri ... 17
2. Perkembangan Kontrol Diri ... 19
3. Jenis dan Aspek Kontrol Diri ... 22
C. KONTROL DIRI SEBAGAI PREDIKTOR KECANDUAN MENGGUNAKAN BLACKBERRY SERVICE ... 22
D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 26
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL ... 26
1. Kecanduan Menggunakan BlackBerry service ... 27
2. Kontrol Diri ... 27
C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 28 1. Populasi dan Sampel ... 28
2. Teknik Pengambilan Sampel………29
2. Jumlah Sampel Penelitian ... 30
D. METODE PENGUMPULAN DATA ... 30
1. Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry service ... 31
2. Skala Kontrol Diri ... 33
E. UJI VALIDITAS, RELIABILITAS ALAT UKUR DAN UJI DAYA BEDA AITEM ... 35
(10)
3. Uji Daya Beda Item ... 36
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR ... 37
1. Hasil Uji Coba Skala Kontrol Diri ... 37
2. Hasil Uji Coba Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service ... 39
G. PROSEDUR PENELITIAN ... 41
1. Tahap Persiapan Penelitan ... 42
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 43
3. Tahap Pengolahan Data ... 43
H. METODE ANALISIS DATA ... 43
1. Uji Normalitas ... 44
2. Uji Linieritas ... 44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 45
A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN ... 45
1. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 46 2. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 46
3. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Paket BlackBerry yang Digunakan ... 47
4. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Uang Saku yang Diterima Tiap Bulan ... 47
B. HASIL UTAMA PENELITIAN ... 48
1. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 48
(11)
b. Uji Linieritas ... 49
2. Hasil Uji Analisi Data ... 50
a. Korelasi Kontrol Diri Dengan Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service ... 50
3. Kategorisasi Penelitian ... 52
a. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik ... 52
1). Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Kontrol Diri ... 52
2). Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service ... 53
b. Kategorisasi Kontrol Diri ... 54
c. Kategorisasi Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service 55 C. HASIL TAMBAHAN PENELITIAN ... 56
D. PEMBAHASAN ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 62
B. SARAN ... 63
1. Saran Metodologis ... 63
2. Saran Praktis ... 64 DAFTAR PUSTAKA
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kontrol Diri ... 33
Tabel 2. Blue Print Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service .... 35
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba ... 38
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri yang Akan Digunakan Dalam Penelitian ... 39
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service Uji Coba ... 40
Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service yang Akan Digunakan Dalam Penelitian ... 41
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 46
Tabel 9.Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Paket BlackBerry yang Digunakan ... 47
Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Uang Saku yang Diterima Tiap Bulan ... 49
Tabel 11. Uji Normalitas ... 49
Tabel 12. Uji Linieritas ... 50
Tabel 13. Correlations ... 51
Tabel 14. Hasil Ringkasan Analis Regresi ... 51
(13)
Tabel 16. Perbandingan Mean Hipotetik dan Empirik Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service ... 54 Tabel 17. Norma Kategorisasi Kontrol Diri ... 54 Tabel 18. Kategorisasi Data Kontrol Diri ... 55 Tabel 19.Norma Kategorisasi Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service
... 55 Tabel 20. Kategorisasi Data Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service 56
(14)
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A. Uji Coba dan Hasil Uji Coba
1. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service
2. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Kontrol Diri
3. Reliabilitas Uji Coba Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry
Service
4. Reliabilitas Uji Coba Skala Kontrol Diri
LAMPIRAN B. Penelitian dan Hasil Penelitian
1. Skala kecanduan menggunakan BlackBerry service dan kontrol diri 2. Tabulasi skor skala kecanduan menggunakan BlackBerry service
dan kontrol diri
3. Reliabilitas skala kecanduan menggunakan BlackBerry service dan kontrol diri
4. Uji Normalitas dan Uji Linieritas 5. Hasil perhitungan analisis regresi LAMPIRAN C. Hasil Tambahan Penelitian
1. Uji t-tes berdasarkan jenis kelamin 2. Uji t-tes berdasarkan usia
3. Uji t-tes berdasarkan jenis paket BlackBerry yang digunakan
4. Uji Oneway-Anova berdasarkan jumlah uang saku yang diterima setiap bulan
(15)
Kontrol Diri Sebagai Prediktor Kecanduan Menggunakan BlackBerry
Service
Letty Trisilia dan Cherly Kemala Ulfa
ABSTRAK
Kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya (Cooper, 2000). Kecanduan menggunakan BlackBerry service adalah suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap BlackBerry service akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga secara otomatis akan menggunakan BlackBerry
service pada berbagai kesempatan yang ada. Penyebab kecanduan salah satunya
mencakup kontrol diri yang rendah (Yuwanto, 2010). Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif (Lazarus, 1976). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kontrol diri merupakan prediktor dari kecanduan menggunakan BlackBerry service.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode regresi. Jumlah subjek penelitian ini adalah delapan puluh orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang keseluruhannya menggunakan BlackBerry service.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol diri merupakan prediktor dari kecanduan menggunakan BlackBerry service. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis regresi, didapat nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.471 dengan p(0.000). Kriteria penolakan H0 jika p < α (0.05). Berdasarkan hasil perhitungan uji dua sisi, didapat nilai p(0.000), karena p(0,000) < α (0.05) maka
H0 ditolak. Hasil analisis regresi didapat nilai koefisien determinan (R2) sebesar
22.2%. Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah Υ`=β0 +β1X1.
Berdasarkan rumus tersebut, persamaan garis regresinya adalah Y`= 98.387-0.206X1, artinya nilai kontrol diri sebesar 98.387-0.206 jika nilai kecanduan
menggunakan BlackBerry service = 1 satuan, maka semakin tinggi kontrol diri berarti semakin rendah kecanduan menggunakan BlackBerry service. Dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan prediktor terhadap kecanduan menggunakan BlackBerry service.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BlackBerry atau sering disingkat BB adalah sebuah smartphone buatan
Research In Motion (RIM), yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997
oleh perusahaan Kanada yang memiliki kemampuan layanan push e-mail, telepon, sms (Short Message Servive), menjelajah internet, serta menyediakan software
Messenger built-in. Layanan-layanan ini memungkinkan pengguna BlackBerry
bisa mengakses internet sepuasnya dengan tarif yang lebih murah sehingga lebih irit. Dengan demikian memungkinkan penggunanya bisa menggunakan layanan BlackBerry sepuasnya (Aprianto, 2009).
BlackBerry merupakan perangkat yang sama dengan handphone lain, bisa menjalankan fungsi dasar untuk telepon dan sms, yang membedakannya hanyalah
Operating system pada BlackBerry yang merupakan Operating System (OS)
berbasis Java buatan RIM (vendor BlackBerry) dengan koneksi GPRS, EDGE, dan 3G. Selain itu, jika pada handphone lain untuk membuka e-mail ke inbox harus dilakukan secara manual atau harus menginstal aplikasi tertentu, namun dengan BlackBerry, mail muncul secara otomatis, seperti pengiriman SMS,
e-mail di BlackBerry akan muncul beberapa saat setelah dikirimkan (Risal, 2009).
Perbedaan lainnya yang merupakan keunggulan BlackBerry terdapat dalam kemampuan memperkecil ukuran e-mail yang masuk ke inbox, perbandingan dengan e-mail handphone biasa adalah 1:100, jadi e-mail yang
(17)
dikirim dengan ukuran 1000Kb dapat dibaca di BlackBerry dalam ukuran 10Kb. Selain itu kapasitas mail dalam BlackBerry bisa mencapai lebih dari 1000
e-mail tergantung kapasitas memori (Risal, 2009).
Keunggulan-keunggulan BlackBerry ini membuat para pengguna BlackBerry semakin meningkat dari tahun ketahun dan ada beberapa penelitian mengungkapkan bahwa para pengguna BlackBerry banyak yang sudah kecanduan. Dimana, banyak di antara mereka merasa seperti kehilangan anggota tubuh ketika BlackBerrynya tertinggal di rumah. Hal ini sesuai dengan wawancara awal dengan seorang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ketika dia tidak membawa BlackBerrynya :
“Bb aku ketinggalan, rasanya macem hampa gitu…, ada separuh jiwaku yang pergi, ya kek gitu lah rasanya. Rasanya pengen pulang lah ngambil bb aku” (Komunikasi personal, C, 20 Mei, 2011)
Serta wawancara yang dilakukan dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang belum mengaktifkan BlackBerry service-nya :
“Abis pulsa bb ini, gak enak, gak bisa bbm-an, twitteran karna uda biasa. Siapa ya yang jual pulsa, beli dulu lah nanti, biar bisa diaktifin. Gak enak kali soalnya kalo da biasa bbman trus gak ada pulsa gini, macem gak tau mau ngelakuin apa, gak berguna kurasa bb ini kalo gak diaktifkan bbmnya, sama aja kayak handphone biasa” (Komunikasi personal, N, 24 Mei 2011)
“Lagi abis paket bb nya, jadi gak aktif bbm aku. Gak enak kali lah biasanya bisa langsung hubungin pake bbm aja gak capek-capek. Tadi bangun pagi-pagi lupa kalo udah abis ni paketnya, mau pake sms juga gak enak rasanya, enakan pake bbm” (Komunikasi personal, S, 28 Mei 2011) “Lagi gak ada duit buat ambil paket bb nya, jadi gak aktif bbmnya. Perbulan bisa smpe 100 ribu. Makanya mau cari yang lumayan murahlah tapi ambil paket yang khusus bisa chat bbm tapi gak bisa browsing juga gapapa sih, yang penting bisa bbm-an. Paket yang kayak gitu kan lebih murah tuh daripada pake yang bisa browsing” (Komunikasi personal, H,
(18)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa para pengguna BlackBerry saat ini sudah tidak bisa jauh atau melepaskan diri dari layanan BlackBerry, dimana mereka menyatakan bahwa ada perasaan tidak enak saat BlackBerry mereka tidak aktif ataupun saat mereka harus menggunakan sms yang biasanya mereka menggunakanBBM. Dan mereka juga kesal saat mereka lupa mengaktifkan layanan BlackBerry dan mereka juga akan mencari cara agar layanan BlackBerry mereka terus aktif.
Selain itu ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Maryland yang melibatkan 1000 pelajar di seluruh dunia, termasuk Inggris. Dalam penelitian ini para pelajar diberikan pertanyaan dan diminta untuk tidak mengakses telepon genggam selama 24 jam dengan pengawasan dari pihak peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi merupakan pusat kehidupan bagi para pelajar tersebut yang dibuktikan dengan 50% responden dalam penelitian ini tidak dapat menahan diri tanpa mengakses telepon genggam dalam waktu 24 jam. Seperti yang diutarakan oleh salah satu partisipan dalam penelitian tersebut, Rayen Blondino yang mengaku ia merasa cacat. Hanya saja bukan cacat fisik, tetapi cacat karena tidak menggunakan telepon genggamnya. Dia juga merasa telepon genggamnya terus menerus bergetar dan merasa masih menerima pesan walaupun ia tidak membawa telepon genggamnya. Salah seorang partisipan lain secara terang-terangan mengakui dirinya kecanduan dan merasa ada sesuatu yang hilang. Gejala-gejala yang dialami kedua partisipan ini juga terlihat pada kebanyakan partisipan lainnya (Tempointeraktif, 2011).
(19)
Dalam Journal Personal and Ubiquitous Computing yang merilis penelitian tentang kebiasaan secara kompulsif memeriksa handphone, hal tersebut sangat umum. Secara berulang-ulang seseorang bisa mengecek handphonenya paling tidak selama 30 detik dalam rentang waktu kurang dari 10 menit. Seseorang yang terkena gejala ini bisa bolak-balik memeriksa handphonenya sedikitnya 34 kali dalam sehari. Kebiasaan ini terjadi di bawah sadar yang dapat dijelaskan dalam dua tahapan. Pertama, seseorang menyukai perasaan ketika menerima e-mail, twitter, atau informasi baru. Orang selalu menyukai hal baru yang mereka terima pada smartphonenya dan tanpa sadar selalu mengharapkan kehadiran notifikasi baru, secara tidak sadar otak senang dengan hal tersebut. Kedua, memeriksa handphone menjadi hal yang otomatis bahkan tanpa perlu dipikirkan. Penelitian ini juga mengungkapkan ketika seseorang menghentikan kegiatan penting hanya untuk memeriksa BlackBerry, mean orang tersebut akan menjadi sulit untuk kembali ke tugas sebelumnya dengan mood dan konsentrasi yang sama (Kwanghyo, 2011).
Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Individu dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu
(20)
yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.
Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Dan seorang pencandu tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, pencandu asik sehingga lupa waktu, sekolah, pekerjaan, lingkungan sekitarnya, hingga kewajiban lain. Hasil penelitian Leung (dalam Yuwanto, 2010) dengan subjek penelitian sebanyak 200 remaja yang berusia 17-18 tahun, didapatkan bahwa ada 4 gejala kecanduan telepon genggam antara lain inability to
kontrol craving (ketidakmampuan mengontrol keinginan menggunakan telepon
genggam), anxiety and feeling lost (kecemasan dan merasa kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam), withdrawal and escape (menarik dan melarikan diri, artinya telepon genggam digunakan sebagai sarana untuk mengalihkan diri saat mengalami kesepian atau masalah), dan productivity loss (kehilangan produktivitas).
Yuwanto (2010) mengungkapkan beberapa faktor penyebab kecanduan telepon genggam yang dikelompokkan menjadi 4, yaitu faktor internal, faktor situasional, faktor sosial, dan faktor eksternal. Faktor yang pertama, yaitu faktor internal terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu. Tingkat sensation seeking yang tinggi (individu yang memiliki tingkat sensation
seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam aktivitas
yang sifatnya rutin), self-esteem yang rendah, kepribadian ekstraversi yang tinggi, kontrol diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam yang tinggi,
(21)
expectancy effect yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi
prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam. Faktor yang kedua, yaitu faktor situasional yang terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam. Faktor yang ketiga, yaitu faktor sosial terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas mandatory behavior dan connected presence yang tinggi. Mandatory behavior mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri. Faktor yang keempat, yaitu faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya.
Sedangkan menurut Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) ada beberapa penyebab kecanduan seperti, pertama, adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu (terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan). Kedua, adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika
(22)
walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu penyebab kecanduan adalah faktor internal dimana salah satunya adalah kurangnya kontrol diri. Maka dari itu, kontrol diri seperti yang telah dikemukakan Yuwanto (2011) merupakan salah satu prediktor dari kecanduan. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan bahwa kontrol diri (self kontrol) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Goldfried dan Merbaum (Dalam Lazarus, 1976) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.
Menurut Zulkarnain (2002), kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin intens pengendalian tingkah laku, semakin tinggi pula kontrol diri seseorang. Sedangkan manfaat kontrol diri menurut Roberts dan Hogan (2002) adalah dapat mencegah kearah aktivitas yang negatif dan dapat membimbing serta mengarahkan ke aktivitas yang positif baik dari segi fisiologis, psikologis maupun perilaku.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah kontrol diri merupakan prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service.
(23)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti apakah kontrol diri merupakan prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kontrol diri merupakan prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu Psikologi, bidang Psikologi Industri dan Organisasi khususnya dalam Perilaku Konsumen, terutama mengenai kontrol diri.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengguna BlackBerry agar dapat mengatur kontrol dirinya agar tidak menjadi kecanduan terhadap berbagai fitur yang disediakan oleh BlackBerry
service.
(24)
Utara dan bagaimana kontrol diri mahasiwa Psikologi Universitas Sumatera Utara terhadap penggunaan BlackBerry service.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi permasalahan, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini memuat tinjauan teoritis terkait dengan kecanduan, penyebab kecanduan, kontrol diri, aspek kontrol diri serta faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel, rancangan penelitian, populasi penelitian, instrumen dan alat ukur, validitas dan reabilitas.
BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Bab analisis data dan pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisis data.
(25)
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan saran metodologis serta saran praktis yang akan diuraikan.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KECANDUAN BLACKBERRY SERVICE
1. Definisi Kecanduan
Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal yang berkenaan dengan zat adiktif (misalnya alkohol, tembakau, obat-obatan) yang masuk melewati darah dan menuju ke otak, dan dapat merubah komposisi kimia ke otak. Istilah kecanduan sendiri berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat, sehingga istilah kecanduan tidak selamanya melekat pada obat-obatnya tetapi dapat juga melekat pada kegiatan atau suatu hal tertentu yang dapat membuat seseorang ketergantungan secara fisik atau psikologis. Kata kecanduan (adiksi) biasanya digunakan dalam konteks klinis dan diperhalus dengan perilaku berlebihan (excessive). Konsep kecanduan dapat diterapkan pada perilaku secara luas, termasuk kecanduan teknologi komunikasi informasi (ICT) (Yuwanto, 2010)
Menurut Hovart (1989), kecanduan tidak hanya terhadap zat saja tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan dampak negatif. Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila
(27)
dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.
Berdasarkan uraian di atas maka kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi hasrat dan kebiasaannya.
2. Jenis Kecanduan
Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The heart of
Addiction” (dalam Yee, 2006) ada dua jenis kecanduan, yaitu :
a. Physical addiction,
Yaitu jenis kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain, dan
b. Nonphysical addiction,
Yaitu jenis kecanduan yang tidak melibatkan dua hal di atas (alcohol dan kokain)
3. Penyebab Kecanduan
Yuwanto (2010) dalam penelitiannya mengenai mobile phone addict mengemukakan beberapa faktor penyebab kecanduan telepon genggam yaitu :
(28)
1. Faktor internal
Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu. Pertama, tingkat sensation seeking yang tinggi, individu yang memiliki tingkat sensation seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam aktivitas yang sifatnya rutin. Kedua,
self-esteem yang rendah, individu dengan self self-esteem rendah menilai negatif
dirinya dan cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Menggunakan telepon genggam akan membuat merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Ketiga, kepribadian ekstraversi yang tinggi. Keempat, kontrol diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam.
2. Faktor situasional
Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam.
(29)
3. Faktor sosial
Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas mandatory behavior dan connected presence yang tinggi.
Mandatory behavior mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk
memuaskan kebutuhan berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri.
4. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya.
Sedangkan menurut Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) kecanduan disebabkan karena:
1. Adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu, terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan. 2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu
merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan.
3. Terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.
(30)
4. Dampak Kecanduan
Beberapa dampak dari kecanduan telepon genggam menurut Yuwanto (2010) antara lain :
a. Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator) sehingga membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang digunakan.
b. Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam.
c. Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang berubah d. Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan orang lain. e. Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan sesuatu yang
penting dengan kata lain berkurangnya produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan.
f. Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain.
5. BlackBerry service
Perangkat BlackBerry menggunakan sistem yang meng-update kotak pesan pengguna dan berbagai kemudahan komunikasi lainnya dengan mengirimkannya ke server RIM. BlackBerry memiliki kemampuan layanan push
e-mail, telepon, SMS, menjelajah internet, dan berbagai kemampuan nirkabel
(31)
sebagai perangkat yang mampu menyampaikan informasi melalui jaringan data nirkabel dari layanan perusahaan telepon genggam.
Di Indonesia, smartphone ini diperkenalkan pertama kali pada pertengahan Desember 2004. Awalnya, layanan BlackBerry hanya bisa diakses melalui smartphone BlackBerry saja. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, ketiga operator ini telah menyediakan fasilitas BlackBerry Connect yang memungkinkan BlackBerry Internet Solution diakses melalui smartphone jenis lain seperti Nokia dan Sony Ericsson. Produk yang menjadi andalan utama dan membuat BlackBerry digemari di pasar adalah push e-mail. Produk ini mendapat sebutan ‘surategegas’ karena seluruh e-mail yang masuk, daftar kontak, dan informasi jadwal (calendar) masuk ke dalam BlackBerry secara otomatis. Dengan
push e-mail, semua e-mail masuk dapat diteruskan langsung ke ponsel. E-mail
juga sudah mengalami proses kompresi dan scan di server BlackBerry sehingga aman dari virus. Kelebihan lainya adalah kemampuan BlackBerry yang dapat menampung e-mail hingga puluhan ribu tanpa ada risiko hang, asalkan masih ada memori tersisa. BlackBerry juga bisa digunakan untuk chatting, yaitu BlackBerry Messenger (BBM). Faslitas ini mirip dengan Yahoo Messenger (YM), namun dilakukan melalui jaringan BlackBerry dengan memasukan nomor identitas (PIN). Fasilitas lain yang menjadi andalan BlackBerry adalah pesan instan. YM, Google
Talk dan Skype kini telah menjadi rekanan BlackBerry. Tetapi yang berbeda pada
BlackBerry adalah proses instalasi lengkap yang bisa dilakukannya melalui jaringan nirkabel (Rusmanto, 2009).
(32)
6. Kecanduan BlackBerry service
Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih.
BlackBerry service adalah layanan yang disediakan BlackBerry dimana
terdapat fitur-fitur seperti push e-mail, telepon, SMS, menjelajah internet, dan berbagai kemampuan nirkabel lainnya berupa fasilitas bbm (BlackBerry
messanger).
Jadi, kecanduan BlackBerry service adalah suatu kondisi dimana individu merasakan ketergantungan terhadap BlackBerry service akibat kurangnya kontrol terhadap perilaku sehingga secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada berbagai kesempatan yang ada.
B. KONTROL DIRI
1. Definisi Kontrol Diri
Menurut Mahoney dan Thoresen, (dalam Robert, 1975) kontrol diri merupakan komponen yang secara utuh (integrative) yang dilakukan individu
(33)
terhadap lingkungannya. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan menggunakan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam kondisi yang berbeda atau bervariasi. Hurlock (1984) menyatakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang terdapat dalam dirinya. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri
(self-kontrol) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku
seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976), mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Lazarus, 1976). Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, menutup perasaannya (Roosianti, 1994).
Calhoun dan Acocella (1990), mengemukakan dua alasan yang mengaruskan individu untuk mengontrol diri secara kontinyu. Pertama, Individu
(34)
harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Kedua, Masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, sehingga dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut dibuatkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.
2. Perkembangan Kontrol Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), perkembangan kontrol diri (self
kontrol) adalah penting untuk dapat bergaul dengan orang lain dan untuk
mencapai tujuan pribadi. Kontrol diri kadang-kadang dianggap sebagai lawan dari kontrol eksternal. Pada mulanya, individu menetapkan standartnya sendiri, sedangkan terakhir, standar ditetapkan untuk dia.
Proses belajar merupakan pusat bagi perkembangan kontrol diri. Melalui pengkondisian responden, kita mempelajari asosiasi dengan stimulus yang menyenangkan dan menyakitkan, jadi melatih diri sendiri untuk menunda pemuasan. Melalui pengkondisian operan, kita belajar mengontrol diri sendiri untuk mencapai konsekuensi yang memuaskan. Perilaku kita mungkin diperkuat dengan penguatan positif (stimulus menyenangkan) atau penguatan negatif
(35)
(pemusnahan stimulus yang tidak menyenangkan). Perilaku dapat dilemahkan melalui hukuman atau pemusnahan.
Ketika apa yang dipelajari seseorang dalam satu situasi atau tentang respon seseorang yang dipindahkan kesituasi atau respon lain, terjadilah generalisasi. Apabila perbedaan dibuat antara situasi atau respon, proses itu dinamakan diskriminasi. Respon-respon yang kompleks dapat dipelajari melalui pembentukan, proses mempelajari suatu respon melalui penguatan dari pendekatan yang berturut-turut mengenai respon itu, atau melalui peneladanan, belajar tentang suatu respon dengan mengamati orang lain.
Kontrol Diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif.
3. Jenis Dan Aspek Kontrol Diri
Averill (dalam Skinner, 1996) menyebut kontrol diri dengan sebutanpersonal control, yang terdiri dari kontrol perilaku (behavior kontrol), kontrol kognitif (Cognitive kontrol) dan mengontrol keputusan (decesional
kontrol).
a. Behavioral
Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi
(36)
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal, kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.
b. Cognitive kontrol
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
c. Decisional Kontrol
Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Menurut Block dan Block (dalam Lazarus, 1976) ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over kontrol, under kontrol, dan appropriate kontrol. Over
(37)
yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Under kontrol merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.
Appropriate kontrol merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan
implus secara tepat.
Dari uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Kemampuan mengontrol perilaku b. Kemampuan mengontrol stimulus
c. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian d. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian
e. Kemampuan mengambil keputusan
C. KONTROL DIRI SEBAGAI PREDIKTOR KECANDUAN
MENGGUNAKAN BLACKBERRY SERVICE
Mark, Murray, Evans, & Willig (2004) mengemukakan penyebab kecanduan yaitu: pertama, karena adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu (terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan). Kedua, karena adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan. Ketiga, terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada
(38)
Sedangkan menurut Yuwanto (2010) beberapa faktor penyebab kecanduan telepon genggam seperti salah satunya kecanduan BlackBerry service yaitu : Faktor internal, yang terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik individu. Tingkat sensation seeking yang tinggi (individu yang memiliki tingkat
sensation seeking yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan
dalam aktivitas yang sifatnya rutin), self-esteem yang rendah, kepribadian ekstraversi yang tinggi, kontrol diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam yang tinggi, expectancy effect yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon genggam. Faktor situasional yang terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon genggam. Faktor sosial terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor ini terdiri atas
mandatory behavior dan connected presence yang tinggi. Mandatory behavior
mengarah pada perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain. Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini terkait
(39)
dengan tingginya paparan media tentang telepon genggam dan berbagai fasilitasnya.
Yuwanto (2010) melakukan validasi simtom-simtom kecanduan telepon genggam dengan subjek penelitian sebanyak 200 mahasiswa berusia 17-18 tahun dengan teknik incidental sampling. Hasil penelitiannya mengungkapkan terdapat empat simtom kecanduan telepon genggam antara lain ketidakmampuan mengontrol keinginan menggunakan telepon genggam, kecemasan dan kehilangan bila tidak menggunakan telepon genggam, mengalihkan diri dari masalah, dan kehilangan produktifitas.
Widarti (2010) dalam penelitiannya mengenai Hubungan Antara Kontrol
Diri dan Kecanduan Game Online pada Remaja di Malang, mendapatkan hasil
yang menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan kecanduan
game online.
Seperti yang dikemukakan di atas, salah satu penyebab kecanduan adalah ketidakmampuan dalam mengontrol keinginan. Dan kecanduan dengan kontrol diri memiliki hubungan yang negatif, dimana kontrol diri merupakan prediktor kecanduan seseorang terhadap penggunaan telepon genggam seperti kecanduan menggunakan BlackBerry service. Jadi, berdasarkan paparan diatas, peneliti ingin mengetahui apakah kontrol diri merupakan prediktor dari kecanduan menggunakan BlackBerry service.
(40)
D. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian dipaparkan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
(41)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000).
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah kontrol diri merupakan kecanduan menggunakan BlackBerry service.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah :
1. Dependent Variable : Kecanduan menggunakan BlackBerry
Service
2. Independent Variable : Kontrol Diri
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Defenisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Defenisi operasional memberikan batasan arti suatu variabel dengan dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 2002).
(42)
1. Kecanduan Menggunakan BlackBerry service
Kecanduan menggunakan BlackBerry service adalah perilaku ketergantungan dimana individu secara terus menerus mengakses BlackBerry
servicenya serta tidak memperdulikan akibat buruknya.
Kecanduan BlackBerry service dapat diukur dengan skala kecanduan berdasarkan penyebab kecanduan menurut Mark, Evans, & Willig (2004) yaitu :
1. Adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu, terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan.
2. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan.
3. Terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.
Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka menunjukkan semakin tinggi pula kecanduan yang dialami individu dan sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin rendah pula kecanduan yang dialami individu.
2. Kontrol Diri
Kontrol diri adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk mengendalikan perilaku, mengubah perilaku yang sesuai dengan diri dan lingkungannya.
Kontrol diri dapat diukur dengan menggunakan aspek kontrol diri yang diungkapkan oleh Averil (dalam Skinner, 1996). Aspek-aspek tersebut, meliputi :
(43)
1. Kemampuan individu untuk mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu di luar dirinya.
2. Kemampuan mengatur dan memodifikasi stimulus, dimana individu mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dapat dihadapi.
3. Memperoleh informasi dan individu menggunakan informasi mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki, sehingga dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
4. Melakukan penilaian, individu menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan memperhatikan segi-segi yang positif.
5. Menentukan dan memilih tindakan, individu memilih hasil atau suatu tindakan yang tepat dan diterima secara sosial.
Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor total yang dimiliki subjek maka menunjukkan semakin tinggi pula kontrol diri yang dimiliki individu dan sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek maka menunjukkan semakin rendah pula kontrol diri yang dimiliki individu.
C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENELITIAN SAMPEL
1. Populasi dan Sampel
Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa
(44)
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan (Hadi, 2002).
Populasi adalah keseluruhan penduduk atau individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah para pengguna BlackBerry.
Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Sampel penelitian ini adalah Mahasiswa Psikologi USU yang menggunakan BlackBerry. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa Fakultas Psikologi USU 2. Menggunakan BlackBerry
3. Menggunakan fitur yang tersedia dalam BlackBerry servive 2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang mewakili populasi (Hadi, 2000).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability
sampling. Menurut Hadi (2000), nonprobability sampling adalah teknik sampling
yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis nonprobability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan
(45)
pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).
3. Jumlah Sampel Penelitian
Mengenai jumlah sampel, tidak ada batasan mengenai berapa jumlah ideal sampel penelitian, seperti yang dikatakan Siegel (1997) bahwa kekuatan tes statistik meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel. Sedangkan Azwar (2000) menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Dalam penelitian ini, jumlah total sampel adalah 80 orang yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2002). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala.
Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2002).
Menurut Azwar (2002) karakteristik dari skala psikologi yaitu: (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak
(46)
diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda dinterpretasikan secara berbeda pula.
Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000).
1. Skala Kontrol Diri
Skala kontrol diri yang disusun berdasarkan aspek-aspek kontrol diri yang diungkapkan oleh Averil (dalam Sarafino, 1994), yaitu :
a. Kemampuan individu untuk mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau sesuatu di luar dirinya.
b. Kemampuan mengatur dan memodifikasi stimulus, dimana individu mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dapat dihadapi.
c. Memperoleh informasi dan individu menggunakan informasi mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki, sehingga dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
d. Melakukan penilaian, individu menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan memperhatikan segi-segi yang positif. e. menentukan
(47)
dan memilih tindakan, individu memilih hasil atau suatu tindakan yang tepat dan diterima secara sosial.
Model skala yang digunakan adalah penskalaan model likert yang dimodifikasi yang terdiri atas 50 aitem sebelum uji coba dengan 4 kategori jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bentuk pernyataan dari setiap butir terdiri dari aitem yang favorable dan aitem yang unfavorable. Aitem yang favorable adalah aitem yang bersifat mendukung pernyataan, sedangkan aitem unfavorable bersifat kebalikannya. Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban respondenpada tiap-tiap aitem dalam skala ditentukan oleh sifat aitemnya.
Penilaian aitem yang favorable diberikan untuk tiap jawaban SS adalah 4, untuk jawaban S adalah 3, untuk jawaban TS adalah 2, dan 1 untuk jawaban STS. Sedangkan untuk aitem yang unfavourable, subjek yang menjawab SS dinilai 1, S dnilai 2, TS dinilai 3, dan nilai 4 untuk jawaban STS. Distribusi item skala kontrol diri dapat dilihat dalam blue print pada tabel 1.
(48)
Tabel 1. Blue Print Skala Kontrol Diri
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable
Behavioral 1. Regulated administration –kemampuan individu dalam mengendalikan situasi 11,15,25,27, 36 13,16,19,33, 41,43 11 2.Stimulus modifiability –kemampuan individu untuk menerima dan menolak stimulus
4,9,23,31,42 21,22,24,34 9
Cognitive kontrol 1.Information gain –kemampuan individu untuk mengantisipasi peristiwa atau keadaan 10,14,29,32, 37,44,47
3,7,28,30,46 12
2.Appraisal –kemampuan individu untuk menafsirkan peristiwa atau kejadian
1,6,18,20 17,35,39,50 8
Decisional kontrol
1.Decisional –kemampuan individu untuk mengambil keputusan
12,26,38,40, 45
2,5,8,48,49 10
Total 26 24 50
2. Skala kecanduan BlackBerry service
Skala kecanduan BlackBerry service disusun berdasarkan penyebab kecanduan menurut Mark, Evans, & Willig (2004) yaitu :
a. Adanya keinginan yang kuat untuk selalu terlibat dalam perilaku tertentu (terutama ketika kesempatan untuk perilaku tertentu tidak dapat dilakukan).
(49)
b. Adanya kegagalan dalam melakukan kontrol terhadap perilaku, individu merasakan ketidaknyamanan dan stress ketika perilaku ditunda atau dihentikan.
c. Terjadinya perilaku terus menerus walaupun telah ada fakta yang jelas bahwa perilaku mengarah kepada permasalahan.
Model skala yang digunakan adalah penskalaan model likert yang dmodifikasi yang terdiri atas 50 aitem sebelum uji coba dengan 4 kategori jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bentuk pernyataan dari setiap butir terdiri dari aitem yang favorable dan aitem yang unfavorable. Aitem yang favorable adalah aitem yang bersifat mendukung pernyataan, sedangkan aitem unfavorable bersifat kebalikannya. Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban respondenpada tiap-tiap aitem dalam skala ditentukan oleh sifat aitemnya.
Penilaian aitem yang favorable diberikan untuk tiap jawaban SS adalah 4, untuk jawaban S adalah3, untuk jawaban TS adalah 2, dan 1 untuk jawaban STS. Sedangkan untuk aitem yang unfavourable, subjek yang menjawab SS dinilai 1, S dnilai 2, TS dinilai 3, dan nilai 4 untuk jawaban STS. Distribusi item skala kecanduan Menggunakan BlackBerry service dapat dilihat dalam blue print pada tabel 2.
(50)
Tabel 2. Blue Print Skala Kecanduan BlackBerry Service
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable Kecanduan BlackBerry service 1.Keinginan yang kuat untuk selalu mengakses BlackBerry Servuce –selalu mengakses BlackBerry service setiap
saat 1,2,9,15,17,2 9,31,41,42 6,8,27,39,43, 44 15 2.Kegagalan dalam mengontrol penggunaan BlackBerry service
–merasa tidak nyaman dan tertekan saat tidak mennakan BlackBerry service 5,10,11,14,1 8,20,22,24,3 3,45 7,13,16,23,2 8,40 16 3.Mengakses BlackBerry service secara
terus menerus –tetap mengakses BlackBerry service meskipun berdampak negatif 3,4,19,25,26, 30,34,36,37, 48,49,50 12,21,32,35, 38,46,47 19
Total 31 19 50
E. UJI VALIDITAS, RELIABILITAS ALAT UKUR DAN DAYA BEDA ITEM
1. Uji Validitas
Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang disebut dengan validitas isi (content
validity). Pelaksanaan validitas isi dilakukan dengan menggunakan pertimbangan professional judgement.
(51)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat yang sama (Suryabrata, 2000)
Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasikan menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient) dengan bantuan komputerisasi dari program SPSS versi 16.0 for windows.
3. Uji Daya Beda Item
Daya beda item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi item adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala. Dengan kata lain, dasarnya adalah memilih item yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan (Azwar, 2002). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien
(52)
F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Uji coba skala kontrol diri dan skala kecanduan menggunakan BlackBerry
service dilakukan pada 100 orang mahasiswa Universitas Sumatera yang
menggunakan BlackBerry service. 1. Hasil Uji Coba Skala Kontrol Diri
Hasil uji coba skala kontrol diri menunjukkan koefisien reliabilitas rxx =
0,863 dengan rit aitem yang bergerak dari -0,152 sampai dengan 0,629. Jumlah
aitem yang di ujicobakan adalah 50 aitem, dan dari 50 aitem terdapat 30 aitem yang memiliki daya diskriminasi yang tinggi (rix ≥ 0,3). Tabel 3 menunjukkan
(53)
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri Setelah Uji Coba
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable
Behavioral 1.Regulated administration
–kemampuan individu dalam mengendalikan situasi
15, 25 13, 33 4
2. Stimulus modifiability –kemampuan individu untuk menerima dan menolak stimulus
4, 9, 23 22, 24, 34 6
Cognitive kontrol 1.Information gain –kemampuan individu untuk mengantisipasi peristiwa atau keadaan
10, 14, 32 3, 28, 30 6
2.Appraisal –kemampuan individu untuk menafsirkan peristiwa atau kejadian
1, 6, 20 17, 35, 50 6
Decisional kontrol
1.Decisional –kemampuan individu untuk mengambil keputusan
26, 38, 40, 45
2, 5, 28, 48 8
Total 14 16 30
Hasil uji coba skala kontrol diri setelah aitem yang memiliki daya diskriminasi yang rendah dibuang (rix < 0,3), sehingga menjadi 30 aitem yang
menunjukkan koefisien reliabilitas rxx = 0, 896 dengan rit aitem yang bergerak dari
0,303 sampai dengan 0,661. Setelah dilakukan uji coba, maka peneliti melakukan penomoran kembali pada setiap aitem untuk digunakan dalam penelitian, seperti yang tertera pada tabel 4.
(54)
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kontrol Diri yang Digunakan dalam Penelitian
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable
Behavioral 1.Regulated administration
–kemampuan individu dalam mengendalikan situasi
4(15), 17(25) 5(13), 15(33) 4
2.Stimulus modifiability –kemampuan individu untuk menerima dan menolak stimulus 9(4), 18(9), 30(23) 6(22), 14(24), 26(34) 6 Cognitive kontrol 3.Information gain –kemampuan individu untuk mengantisipasi peristiwa atau keadaan 3(10), 10(14), 19(32) 7(3), 24(28), 29(30) 6
4.Appraisal –kemampuan individu untuk menafsirkan peristiwa atau kejadian 2(1), 11(6), 20(20) 8(17), 16(35), 23(50) 6 Decisional kontrol
5.Decisional –kemampuan individu untuk mengambil keputusan 1(26), 12(38), 25(40), 28(45) 13(2), 21(5), 22(28), 27(48) 8
Total 14 16 30
2. Hasil Uji coba Skala Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service Hasil uji coba terhadap skala kecandua menggunakan BlackBerry service menunjukkan koefisien reliabilitas rix=0,891 dengan rit aitem yang bergerak dari
0,63 sampai dengan 0,583. Jumlah aitem yang diujicobakan adalah 50 aitem, dan dari 50 aitem terdapat 32 aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem yang tinggi (rix≥0,3). Tabel 5 menunjukkan aitem-aitem setelah dilakukan uji coba.
(55)
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecanduan Menggunakan
BlackBerry Service
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable Kecanduan BlackBerry service 1.Keinginan yang kuat untuk selalu mengakses BlackBerry Service –selalu mengakses BlackBerry service setiap
saat
2, 9, 15, 17, 29, 31
6, 8 8
2.Kegagalan dalam mengontrol penggunaan BlackBerry service
–merasa tidak nyaman dan tertekan saat tidak mennakan BlackBerry service
5, 10, 11, 14, 18, 20, 22,
24, 33
13, 23, 28, 40
13
3.Mengakses
BlackBerry service secara
terus menerus –tetap mengakses BlackBerry service meskipun berdampak negatif
3, 4, 25, 26, 34, 36, 48,
49, 50
32, 35 11
Total 24 8 32
Hasil uji coba skala kecanduan menggunakan kecanduan menggunakan
BlackBerry service setelah aitem dibuang (rix<0,3), sehingga menjadi 32 aitem yang menunjukkan reliabilitas alpha sebesar 0,895 ritaitem yang bergerak dari
0,318 sampai dengan 0,595. Setelah dilakukan uji coba maka peneliti melakukan penomoran kembali pada setiap aitem untuk digunakan dalam penelitian, seperti yang tertera pada tabel 6.
(56)
Tabel 6. Distribusi Aitem-Aitem Skala Kecanduan Menggunakan
BlackBerry service yang Digunakan dalam Penelitian
Dimensi Komponen Indikator Item Total
Favorable Unfavorable Kecanduan BlackBerry service 1.Keinginan yang kuat untuk selalu mengakses BlackBerry Service –selalu mengakses BlackBerry service setiap
saat 1(2), 2(9), 9(15), 16(17), 21(29), 27(31)
5(6), 17(8) 8
2.Kegagalan dalam mengontrol penggunaan BlackBerry service
–merasa tidak nyaman dan tertekan saat tidak mennakan BlackBerry service 3(5), 4(10), 10(11), 15(14), 20(18) ,26(20), 28(22), 30(24), 31(33) 6(13), 11(23), 18(28), 23(40) 13 3.Mengakses BlackBerry service secara
terus menerus –tetap mengakses BlackBerry service meskipun berdampak negatif 7(3), 8(4), 13(25), 14(26), 19(34), 22(36), 25(48), 29(49), 32(50) 12(32), 24(35) 11
Total 24 8 32
G. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
(57)
1. Tahap persiapan penelitian
Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah : a. Pembuatan Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan dua skala yang disusun sendiri oleh peneliti. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala tersebut terdiri dari 100 aitem yang terdiri dari 50 aitem skala kontrol diri dan 50 aitem skala kecanduan menggunakan BlackBerry service. Skala kontrol diri dan skala kecanduan menggunakan BlackBerry service dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 dan setiap pernyatan memiliki 4 alternatif jawaban sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.
b. Uji Coba Alat Ukur
Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur, uji coba dilakukan mulai tanggal 12 dan 13 Desember 2011 pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara sebanyak 100 orang subjek penelitian.
c. Revisi Alat Ukur
Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur, maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha dari Cronbach dengan bantuan aplikasi program SPSS 16,0 for windows. Setelah diketahui ait$em-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut menjadi alat ukur yang
(58)
2. Tahap Pelaksanakan Penelitian
Setelah alat ukur diujicobakan dan direvisi, maka pada tanggal 21, 22, 23 Desember 2011 peneliti melaksanakan uji sebenarnya dengan mengambil data pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pengambilan data ini dilakukan dengan memberikan alat ukur berupa skala kontrol diri dan skala kecanduan menggunakan BlackBerry service.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah diperoleh hasil skor skala kontrol diri dan skala kecanduan menggunakan BlackBerry service, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16,0
for windows.
H. METODE ANALISIS DATA
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data yang diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data penelitian ini adalah analisis statistik karena dapat menunjukkan kesimpulan atau generalisasi penelitian. Menurut Hadi (2000), analisis statistik diharapkan dapat menyediakan dasar-dasar yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang benar atau mengambil keputusan-keputusan yang baik. Pertimbangan lain adalah statistik dapa bekerja dengan angka, bersifat objektif dan universal (Hadi, 2000).
(59)
Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana yang bertujuan untuk mengetahui apakah kontrol diri merupakan prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service. Uji analisis yang digunakan adalah :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for
Windows versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai ρ > 0,05. 2. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel. Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus. Jadi peningkatan atau penurunan kuantitas di suatu variabel, akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan nilai p < 0.05.
(60)
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil utama penelitian.
A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 80 orang yang telah memenuhi karakteristik populasi penelitian. Dari total 80 mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara yang terpilih sebagai subjek penelitian, diperoleh gambaran berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis paket BlackBerry yang digunakan, serta jumlah uang saku yang diterima tiap bulan.
Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: laki-laki dan perempuan. Pengelompokan subjek berdasarkan usia terdiri atas dua kategori, yaitu remaja dengan rentang usia 11-19 tahun, dan dewasa awal dengan rentang usia 20-39 tahun. Pengelompokan subjek berdasarkan jenis paket BlackBerry yang digunakan terdiri atas dua kategori yaitu paket life style (social
network tanpa browsing internet) dan paket Unlimited (browsing internet, download, social network, dan sebagainya). Sedangkan pengelompokan subjek
(61)
kategori, yaitu : Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00, Rp 1.000.000,00–Rp. 2.000.000,00, dan > Rp. 2.000.000,00. Berikut pemaparannya:
1. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan, dengan penyebaran yang dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)
Perempuan 69 86.25 %
Laki-laki 11 13.75 %
Total 80 100 %
Berdasarkan gambaran subjek penelitian dilihat dari jenis kelamin pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah subjek perempuan sebanyak 69 orang (86.25 %) dan subjek laki-laki sebanyak 11 orang (13.75 %).
2. Pengelompokan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Pengelompokan subjek berdasarkan usia dilakukan berdasarkan teori Papalia (2004) mengenai tahapan perkembangan manusia. Pengelompokan subjek berdasarkan usia ini terdiri atas 2 kategori, yaitu : remaja (11-19 tahun), dewasa awal (20-39 tahun) dengan gambaran penyebaran subjek seperti terlihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Rentang Usia Jumlah (N) Persentasi (%)
11-19 tahun 27 33.75 %
(62)
Berdasarkan data pada tabel 8 di atas dapat di ihat bahwa subjek remaja sebanyak 27 orang (33.75%) dan subjek dewasa muda sebanyak 53 orang (66.25 %).
3. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Jenis Paket BlackBerry yang Digunakan
Pengelompokan subjek berdasarkan jenis paket BlackBerry yang digunakan terdiri atas 2 kategori, yaitu paket life style (social network tanpa
browsing internet) dan paket Unlimeted (browsing internet, download, social network, dan sebagainya). Dengan gambaran penyebaran subjek seperti yang
terlihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Paket BlackBerry yang Digunakan
Jenis Paket BlackBerry Jumlah (N) Persentasi (%)
Life Style 34 42.5 %
Unlimited 46 57.5 %
Total 80 100 %
Berdasarkan data pada tabel 9 di atas, maka dapat di lihat bahwa subjek yang menggunakan paket BlackBerry jenis life style sebanyak 34 orang (42.5 %), sedangkan yang menggunakan paket BlackBerry jenis unlimited sebanyak 46 orang (57.5 %).
4. Pengelompokan Subjek Berdasarkan Jumlah Uang Saku yang Diterima Tiap Bulannya
Pengelompokan subjek berdasarkan jumlah uang saku yang diterima tiap bulannya terdiri atas 3 kategori, yaitu: Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00, Rp
(63)
1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00, dan >Rp. 2.000.000,00 dengan gambaran penyebaran subjek seperti yang terlihat pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Jumlah Uang Saku per bulan
Jumlah Uang Saku Jumlah (N) Persentasi (%) Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 54 67.5 % Rp 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 23 28.75 %
> Rp. 2.000.000,00 3 3.75 %
Total 80 100 %
Berdasarkan data pada tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa subjek dengan jumlah uang saku tiap bulan Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 sebanyak 54 orang (67.5 %), jumlah uang saku Rp 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 tiap bulan sebanyak 23 orang (28.75 %) dan jumlah uang saku >Rp. 2.000.000,00 tiap bulan sebanyak 3 orang (3.75 %).
B.HASIL UTAMA PENELITIAN
Berikut ini akan dipaparkan hasil utama penelitian kontrol diri sebagai prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service yang meliputi hasil uji asumsi yaitu uji normalitas sebaran dan uji linearitas, hasil uji analisis data dan kategorisasi penelitian.
1. Hasil Uji Asumsi Penelitian
Sebelum analisis data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian, baik pada variabel kontrol diri maupun pada kecanduan
(64)
variabel-variabel penelitian tersebut untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel kontrol diri dan kecanduan menggunakan BlackBerry service. Uji asumsi tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS version 16.0 for windows.
a. Uji normalitas sebaran
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian terdistribusi secara normal. Uji normalitas sebaran menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov satu sampel. Kaidah yang digunakan yaitu p > 0.05 maka
sebaran data normal, sedangkan jika p < 0.05 maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai z Nilai p Keterangan
Kontrol diri 0.837 0.485 Sebaran normal
Kecanduan menggunakan BlackBerry service
0.978 0.249 Sebaran normal
Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p > 0.05. Berdasarkan tabel 11 di atas, diperoleh nilai z Kontrol diri = 0.837 dengan nilai p > 0.485. nilai z Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service = 0.978 dengan nilai p > 0.249.
Variabel-variabel pada tabel di atas memiliki nilai probabilitas (p) > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas sudah terpenuhi.
b. Uji linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kontrol diri dengan variabel kecanduan menggunakan BlackBerry service. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan test for linierity. Variabel bebas (kontrol diri) dapat dikatakan memiliki hubungan yang linier terhadap variabel
(65)
tergantung (kecanduan mengunakan BlackBerry service) apabila memiliki nilai p < 0,05 untuk linierity dan p > 0,05 untuk deviation from linierity. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12. Hasil Uji Linieritas Variabel Linierity Deviation from
linierity
Keterangan Kontrol Diri*
Kecanduan Menggunakan BlackBerry Service
0.000 0.499 Hubungan linier
Berdasarkan tabel 12 di atas diperoleh bahwa nilai p = 0.000. Hasil ini menunjukkan nilai p < 0.05 yang berarti terdapat hubungan yang linier antara kontrol diri dengan kecanduan menggunakan BlackBerry service.
2. Hasil Uji Analisis Data
a. Korelasi kontrol diri dengan kecanduan menggunakan BlackBerry
service
Berikut ini akan dijelaskan pengolahan data mengenai kontrol diri sebagai prediktor kecanduan menggunakan BlackBerry service yang diperoleh dengan teknik analisis regresi dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
(1)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. KontrolDiri *
KecanduanMenggunakan BlackBerryService
Between Groups (Combined) 967.721 34 28.462 1.620 .065 Linearity 390.586 1 390.586 22.230 .000 Deviation
from Linearity 577.135 33 17.489 .995 .499
Within Groups 790.667 45 17.570
Total 1758.387 79
5.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi
Regression
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered Variables Removed
1 KecanduanMeng gunakanBlackBe rryServicea
. E
(2)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered Variables Removed
1 KecanduanMeng gunakanBlackBe rryServicea
. E
b. Dependent Variable: KontrolDiri
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .471a .222 .212 4.188
a. Predictors: (Constant), KecanduanMenggunakanBlackBerryService
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 390.586 1 390.586 22.273 .000a
Residual 1367.802 78 17.536
Total 1758.387 79
a. Predictors: (Constant), KecanduanMenggunakanBlackBerryService b. Dependent Variable: KontrolDiri
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 98.387 3.485 28.229 .000
KecanduanMenggunakanBla
(3)
LAMPIRAN C
Hasil Tambahan Penelitian
5.
Uji t-tes berdasarkan jenis kelamin
6.
Uji t-tes berdasarkan usia
7.
Uji t-tes berdasarkan jenis paket BlackBerry yang
digunakan
8.
Uji Anova berdasarkan jumlah uang saku yang
(4)
1.
Uji t-tes Berdasarkan Jenis Kelamin
T-Test
Group Statistics
Gender N Mean Std. Deviation Std. Error Mean KecanduanMenggunakanBla
ckBerryService
L 11 78.73 13.410 4.043
P 69 79.25 10.442 1.257
Independent Sampl Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. t
KecanduanMenggunakanBlackB erryService
Equal variances assumed .230 .633 -.147
Equal variances not assumed -.123
2.
Uji t-tes Berdasarkan Usia
T-Test
Group Statistics
Usia N Mean Std. Deviation Std. Error Mean KecanduanMenggunakanBla
ckBerryService
D 53 77.11 11.043 1.517
(5)
Independent Sampl Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. t
KecanduanMenggunakanBlackB erryService
Equal variances assumed .635 .428 -2.468
Equal variances not assumed -2.618
3.
Uji t-tes Berdasarkan Jenis Paket BlackBerry yang Digunakan
T-Test
Group Statistics JenisPa
ketBlac
kBerry N Mean Std. Deviation Std. Error Mean KecanduanMenggunakanBla
ckBerryService
U 46 79.85 9.230 1.361
L 34 78.26 12.712 2.180
Independent Sampl Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. t
KecanduanMenggunakanBlackB erryService
Equal variances assumed 1.631 .205 .646
(6)
4. Uji Oneway-Anova Berdasarkan Jumlah Uang Saku yang Diterima Setiap
Bulan
Oneway
Descriptives KecanduanMenggunakanBlackBerryService
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Lower Bound Upper B Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 54 79.54 10.907 1.484 76.56
Rp. 1.000.000 - Rp. 2.000.000 23 79.57 10.891 2.271 74.86
> Rp. 2.000.000 3 69.67 3.055 1.764 62.08
Total 80 79.18 10.801 1.208 76.77
Test of Homogeneity of Variances KecanduanMenggunakanBlackBerryService
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.959 2 77 .388
ANOVA KecanduanMenggunakanBlackBerryService
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 281.805 2 140.903 1.214 .302 Within Groups 8933.745 77 116.023