17
2.6 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor skala pengukuran Situmorang, 2007. Dalam Reliabilitas mencakup dua hal utama
yaitu:
a. Stabilitas ukuran Menunjukan sebuah ukuran untuk tetap stabil dan tidak rentan terhadap
perubahan situasi apa pun. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu: 1. Test retest reliability
Yaitu koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan.
2. Reliabilitas bentuk paralel parallel form realibity Terjadi ketika respon dari dua pengukuran yang sebanding dalam
menyusun konstruk yang sama memiliki kolerasi yang tinggi.
b. Konsistensi Internal Ukuran Merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran yang
menyusun konstruk. Pada saat ini yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan Cronbach`s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai Cronbach`s Alpha 0,60 Ghozali, 2005 atau nilai Cronbach`s Alpha 0,80 Kuncoro, 2003. Konsistensi ukuran
dapat diamati melalui reliabilitas konsistensi antar item konsistensi jawaban responden untuk semua item dalam ukuran dan split-half
reliability yang menunjukkan korelasi antara dua bagian instrumen.
Universitas Sumatera Utara
18
2.7 Teori Matematika 2.7.1 Analisis Faktor
Analisis faktor adalah salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen
antara satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis faktor juga
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah. Analisis faktor agak berbeda dengan analisis regresi, yaitu lebih
memfokuskan analisisnya kepada teknik interdependensi Supranto, 2004. Analisis faktor digunakan untuk hal-hal penting berikut :
A. Untuk mengidentifikasi dimensi atau faktor yang dapat menjelaskan korelasi di antara sekelompok variabel.
B. Untuk mengidentifikasi sebuah variabel baru yang lebih sedikit dan tidak saling berkorelasi untuk menggantikan sekelompok variabel asli atau awal
yang berkorelasi; untuk kemudian dianalisis lebih lanjut dengan analisis multivariate lainnya seperti :analisis regresi dan analisis diskriminan.
C. Untuk mengidentifikasi sekelompok variabel relevan dari sekelompok variable yang lebih besar yang akan digunakan untuk analisis multivariat
lanjutannya.
2.7.2 Model Analisis Faktor
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan analisis regresi, yaitu dalam hal bentuk fungsi linier. Jumlah varians yang dikontribusi dari sebuah variabel
dengan seluruh variabel lainnya lebih dikelompokkan sebagai komunalitas communality. Kovarians di antara variabel dijelaskan terbatas dalam sejumlah
kecil faktor umum common factor ditambah sebuah faktor unik unique factor untuk setiap variabel. Faktor-faktor tersebut tidak secara eksplisit diamati. Jika
variabel distandardisasi, model analisis faktor dapat diekspresikan sebagai :
1 1 1
2 2
13 3
Im
... ...
I I
IJ J
m I
I
X B F
B F B F
B F B F
V
µ
= +
+ + +
+ + +
Universitas Sumatera Utara
19 Dengan :
1
X
= Variabel ke i yang di bakukan rata-ratanya nol, standar deviasinya satu
IJ
B
= Koefisien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada common faktor ke
J
F
=Common faktor ke j koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke i pada faktor unik ke i unique factor
I
µ = faktor unik variabel ke i
m
= Banyaknya common factor
Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri dapat
dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel – variabel yang terobservasi, yaitu:
1 1
1 2
2 13
3
...
I I
IK K
F W X
W X W X
W X =
+ +
+ +
Dengan:
1
F =
Estimasi faktor ke i
I
W =
Bobot atau koefisien nilai faktor ke i k = jumlah variable
Dimungkinkan untuk memilih bobot atau skor koefisien faktor sehingga faktor pertama dapat menjelaskan porsi terbesar dari total varians. Kemudian,
kelompok kedua dari bobot dapat dipilih, sehingga faktor kedua tersebut merupakan varians sisa yang terbesar dengan tetap mempertimbangkan bahwa
faktor kedua ini tidak berkorelasi dengan faktor pertama. Prinsip yang sama dapat diaplikasi untuk memilih penambahan bobot untuk penambahan faktor. Dengan
demikian, faktor dapat diestimasi, dengan skor faktornya yang tidak berkorelasi tidak seperti nilai dari variabel aslinya. Lebih jauh lagi, faktor pertama
Universitas Sumatera Utara
20 diperhitungkan sebagai varians tertinggi dari data, faktor kedua sebagai varians
tertinggi berikutnya, dan seterusnya.
2.7.3 Statistik Yang Berkaitan Dengan Analisis Faktor
Statistik penting yang berkaitan dengan analisis faktor adalah : a Bartlett’s test of sphericity, adalah uji statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis yang menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi dalam populasinya. Dengan kata lain, matrik korelasi
populasi adalah sebuah matrik identitas identity matrix, setiap variabel berkorelasi sempurna dengan variabel itu sendiri r = 1, tetapi tidak
berkorelasi dengan variabel lainnya r = 0.
b Correlation Matrix, adalah matrik segitiga triangle matrix yang lebih rendah yang menunjukkan korelasi sederhana r, antara seluruh
kemungkinan pasangan variabel yang dilibatkan dalam analisis. Seluruh elemen diagonal = 1, biasanya dibaikan. Dalam hal ini bentuk matrik
korelasi misalnya untuk jumlah variabel n= 3
Tabel 2.1 Matrik Korelasi Untuk Jumlah Variabel n = 3
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
�
�
�
��
�
��
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 2.2 Matrik Korelasi Untuk Jumlah Variabel n = 4
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
�
��
�
�
�
��
�
��
�
�
�
��
�
��
�
��
c Communality, adalah jumlah varians yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan seluruh variabel lainnya yang dipertimbangkan. Ini juga
merupakan proporsi dari varians yang diterangkan oleh common factor.
d Eigenvalue, merepresentasikan total varians yang dijelaskan oleh setiap faktor.
e Factor Loadings, adalah korelasi sederhana antara variabel dengan factor.
f Factor Loading Plot, adalah sebuah plot dari variabel asli menggunakan factor loading sebagai koordinat.
g Factor Matrix, mengandung factor loadings dari seluruh variabel dalam seluruh faktor yang dikembangkan.
h Factor Scores, adalah skor komposit yang diestimasi untuk setiap responden pada faktor yang diderivasi.
i Kaiser-Meyer-Olkin KMO Measure of Sampling Adequacy MSA,
adalah indeks yang digunakan untuk menguji kesesuaian analisis faktor. Nilai yang tinggi antara 0,50 sampai 1,00 mengindikasikan analisis
faktor yang sesuai. Nilai di bawah 0,50 menunjukkan bahwa analisis faktor tidak sesuai untuk diaplikasikan.
j Percentage of Variance, adalah persentase total varians yang menjadi
atribut kepada setiap faktor.
Universitas Sumatera Utara
22 k Residuals, adalah selisih antara korelasi observasi, seperti yang diberikan
dalam matrik korelasi input, dengan korelasi yang direproduksi, seperti yang diestimasi dari matrik faktor.
l Scree Plot, adalah sebuah plot dari eigenvalue dan banyaknya faktor yang
dapat dikembangkan.
2.7.4 Pelaksanaan Analisis Faktor
A. Merumuskan masalah dan identifikasi variabel.
Merumuskan masalah akan melibatkan banyak kegiatan. Pertama, tujuan dari analisis faktor harus diidentifikasi. Variabel yang dilibatkan dalam
analisis faktor harus dispesifikasi berdasar kepada penelitian terdahulu, teori dan keinginan peneliti. Ukuran variabel yang sesuai adalah interval
atau rasio. Menentukan banyaknya sampel, sedikitnya empat kali atau lima kali dari banyaknya variabel. Proses analisis berbasis pada matrik
korelasi antar variabel. Agar analisis faktor sesuai, variabelvariabel tersebut harus berkorelasi. Dalam praktek, persoalan yang sering timbul
adalah jika korelasi antar variabel itu kecil, maka analisis faktor tidak sesuai untuk diaplikasi. Harapannya, selain antar variabel itu berkorelasi,
juga berkorelasi tinggi dengan sebuah faktor yang sama atau faktor-faktor lain.
B. Statistik untuk menguji kesesuaian model adalah Bartlett’s test of
sphericity
Yaitu untuk menguji H0 yang menyatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi, atau dengan kata lain bahwa matrik korelasinya
adalah matrik identitas.
Universitas Sumatera Utara
23
C. Statistik lain yang sangat berguna adalah KMO
untuk mengukur tingkat
kecukupan sampel. Indeks tersebut membandingkan ukuran antara korelasi sederhana dengan korelasi parsial.
Nilai KMO yang rendah mengindikasi bahwa korelasi antar pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lain dan analisis faktor bisa
menjadi tidak tepat. Nilai KMO harus 0,5 untuk menunjukkan bahwa analisis faktor sesuai untuk diaplikasikan
D. Menentukan jumlah factor
Adalah hal yang tidak mungkin menghitung faktor sebanyak jumlah variabel. Dalam rangka meringkas informasi yang dikandung dalam
variabel asli, sejumlah faktor yang lebih sedikit akan diekstraksi. Beberapa jenis prosedur untuk menentukan banyaknya faktor yang harus
diekstraksi antara lain: pendekatan berdasar eigenvalue, scree plot, percentage of variance accounted for, split-and-half dan significance test.
1. Penentuan Berbasis Eigenvalue. Pada pendekatan ini, hanya faktor dengan eigenvalue lebih besar daripada
1,00 yang akan dipertahankan. Eigenvalue merepresentasi total varians yang berkaitan dengan faktor. Faktor dengan nilai eigenvalue lebih kecil
daripada 1,00, tidak lebih baik dari sebuah variabel tunggal, karena untuk keperluan standardisasi setiap variabel memiliki varians = 1,0
2. Penentuan Berdasarkan Scree Plot. Scree plot adalah plot nilai egienvalue terhadap banyaknya faktor dalam ekstraksinya. Bentuk plot yang
dihasilkan, digunakan untuk menentukan banyaknya faktor. Biasanya, plot akan berbeda antara slope tegak faktor, dengan eigenvalue yang besar dan
makin mengecil pada sisa faktor yang tidak perlu diekstraksi. Pengecilan slope ini yang disebut sebagai scree.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.1 Scree Plot
3. Penentuan Berbasis Percentage of Variance. Dalam pendekatan ini, banyaknya faktor yang diesktraksi ditentukan
sampai persentase kumulatif varians mencapai tingkat yang memuaskan peneliti. Tingkat kumulatif yang memuaskan tersebut tergantung
kepada persoalannya. Bagaimanapun, sangat direkomendasikan bahwa faktor-faktor yang diekstraksi sampai mencapai kumultaif varians
paling sedikit = 60,00.
4. Penentuan Berdasarkan Split and Half. Sampel dibagi menjadi dua, dan analisis faktor diaplikasikan kepada
masing - masing bagian. Hanya faktor yang memiliki factor loadings tinggi antar dua bagian itu yang akan dipertahankan.
5. Penentuan Berbasis Significance Test. Pendekatan ini adalah mempertahankan faktor yang memiliki separate
eigenvalue signfikan. Dengan sampel besar 200, banyak faktor yang cenderung signifikan, walaupun dari pandangan praktis, banyak dari factor
tersebut yang memiliki proporsi varians yang kecil terhadap total varians.
E. Rotasi Faktor.
Pada banyak persoalan yang kompleks, maka sulit melakukan interpretasi. Untuk itu diperlukan suatu langkah merotasi factor matrix agar lebih
Universitas Sumatera Utara
25 mudah menginterepretasikan faktor. Dalam merotasi faktor, diharapkan
setiap faktor memiliki loading factor atau koefisien non zero, atau signifikan hanya untuk beberapa variabel. Atau, diharapkan setiap variabel
memiliki factor loadings signifikan hanya dengan sedikit faktor, atau jika mungkin hanya dengan sebuah faktor. Rotasi tidak berpengaruh terhadap
komunalitas dan persentase total varians yang dijelaskan. Namun demikan, rotasi berpengaruh terhadap persentase varians dari setiap faktor.
F. Interpretasi Faktor.
Interpretasi difasilitasi melalui identifikasi variabel yang memiliki loadings besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian dapat
diinterpretasi dalam batas variabel yang memiliki loadings tinggi dalam faktor tersebut. Cara lain yang bisa digunakan adalah melalui plot variabel
dengan factor loadings sebagai kordinat. Variabel yang berada pada akhir sebuah sumbu adalah variabel yang memiliki loadings tinggi hanya pada
faktor yang bersangkutan, sehingga bisa digunakan untuk menginterpretasi faktor. Variabel yang berada didekat titik origin memiliki loadings yang
rendah terhadap kedua faktor. Variabel yang yang tidak berada di dekat sumbu manapun mengindikasi bahwa variable tersebut berkorelasi dengan
kedua faktor. Jika sebuah faktor tidak bisa secara jelas didefinisikan dalam batas variabel awalnya, maka disebut sebagai faktor umum saja tidak
perlu diberi label khusus.
Gambar 2.2 Rotated Plot
Universitas Sumatera Utara
26
G. Mengukur Ketepatan Model Model Fit.
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis faktor adalah korelasi dari data awal dapat menjadi atribut dari faktor. Untuk itu, korelasi data awal
dapat direproduksi melalui estimasi korelasi antara variabel terhadap faktor. Selisih antara korelasi dari data observasi dengan korelasi
reproduksi dapat digunakan untuk mengukur kesesuaian model. Selisih tersebut disebut sebagai residuals. Untuk menentukan sebuah model
sesuai atau tidak, maka nilai absolut residuals harus kurang dari 50 sehingga model tersebut dapat diterima.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang lingkup
Keputusan membeli adalah perilaku yang rumit. Perilaku ini dapat dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor. Bagi para pemasar tentu ini menjadi tantangan utama untuk mengendalikan semua faktor yang mampu mempengaruhi perilaku
ketertarikan konsumen dalam membeli suatu produk.
3.2 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Labuhan Batu Utara tepatnya di Kecamatan Kualuh Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive atau sengaja, yaitu di Kecamatan Kualuh Selatan Kab Labuhan Batu Utara. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas usaha yang
menjual produk susu formula. Dari tahun ketahun perkembangan toko yang menyediakan susu formula berkembang pesat. Sehingga para Ibu tidak lagi
kesulitan untuk membeli susu formula untuk balitanya.
3.3 Jenis dan Sumber Data