Membentuk Matrik Korelasi Analisis Data

46 g. Pada menu rotation, klik varimax, rotated solution, loading plots,lalu klik continue h. Pada menu score, klik display factor score coefficient matrix, lalu klik continue i. Pada menu options, pilih missing value, klik exclude cases listwise, lalu klik continue,lalu klik OK

4.6.1 Membentuk Matrik Korelasi

Matriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien-koefisien dari semua pasangan variabel dalam penelitian. Matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variabel, nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analisis faktor. Dengan bantuan program SPSS maka diperoleh korelasi antara variabel sebagai berikut: Dari tabel 4.9 memperlihatkan korelasi yang cukup kuat antara variabel X 1 dengan X 2 sehingga diharapkan nantinya bahwa variabel-variabel ini akan berkorelasi dengan faktor yang sama. Prinsip utama analisis faktor adalah kolerasi, maka asumsi-asumsi yang terkait dengan kolerasi akan digunakan, yakni: Tabel 4.9 matriks korelasi x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x1 1,000 0,223 0,368 0,229 0,187 0,265 0,403 0,218 0,345 x2 0,223 1,000 0,107 0,137 0,181 0,242 0,197 0,275 0,297 x3 0,368 0,107 1,000 0,244 0,210 0,451 0,202 0,221 0,454 x4 0,229 0,137 0,244 1,000 0,043 0,487 0,440 -0,024 0,025 x5 0,187 0,181 0,210 0,043 1,000 0,307 0,169 0,329 0,325 x6 0,265 0,242 0,451 0,487 0,307 1,000 0,463 0,264 0,341 x7 0,403 0,197 0,202 0,440 0,169 0,463 1,000 0,195 0,340 x8 0,218 0,275 0,221 -0,024 0,329 0,264 0,195 1,000 0,536 x9 0,345 0,297 0,454 0,025 0,325 0,341 0,340 0,536 1,000 Universitas Sumatera Utara 47 • Besar korelasi atau korelasi antar variabel independen harus cukup kuat, misalkan di atas 0,5. • Besar korelasi parsial, korelasi antara dua variabel dengan mengganggap tetap variabel yang lain, justru harus lebih kecil. Pada SPSS data dari 9 variabel yang berasal dari 50 orang responden kemudian di analisa pada anti image correlation. Pengujian seluruh matriks korelasi korelasi antar-variabel, yang diukur dengan besaran bartlett test of sphericity dan measure sampling adequacymsa berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria Santoso, 2005 : MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. MSA 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa di analisis lebih lanjut. Dalam tahap lain, hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan yaitu dengan melihat nilai uji Barlett’s test of sphericity dan uji Kaiser Meyer Olkin KMO Measure of Sampling Adequacy. Hasil output SPSS seperti tabel di atas menunjukkan angka KMO dan Barlett’s test adalah 0,739 lebih besar dari 0,5 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka variabel dan sampel sudah layak untuk dianalisis lebih lanjut. Hipotesis untuk uji diatas adalah :  H = sampel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut  H 1 = sampel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut Tabel 4.10 KMO and Bartletts Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,739 Bartletts Test of Sphericity Approx. Chi-Square 102,296 Df 36 Sig. 0,000 Universitas Sumatera Utara 48  Kriteria dengan melihat probabilitas tingkat signifikansi : Angka Sig. 0,05, maka H diterima Angka Sig. 0,05, maka H ditolak

4.6.2 Pengukuran MSA