3 konsumen dalam upaya pemenuhan kepuasaannya, dengan tetap memperhatikan
pertimbangan keuntungan yang akan diperolehnya. Sehingga dalam merancang suatu produk susu formula, produsen seakan-akan mencari susu yang merupakan
titik temu antara keterikatan dengan kepentinganya dalam memproduksi susu formula.
Dengan melihat keadaan diatas, penulis memilih judul : ANALISIS FAKTOR KETERTARIKAN IBU TERHADAP SUSU FORMULA UNTUK
BALITA.
Studi Kasus: di Kecamatan Kualuh Selatan, Labuhan Batu Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketertarikan Ibu
terhadap susu formula untuk Balita dengan menggunakan metode analisis faktor, sehingga perusahaan atau pelaku bisnis dapat meracang susu formula yang sesuai
dengan harapan konsumen. 1.3 Tinjauan Pustaka
Dalam pemecahan, permasalahan, penulis melakukan tinjauan pustaka yaitu dengan menggunakan metode analisis faktor.
1.3.1 Analisis factor
Analisis faktor adalah suatu metode untuk menganalisis sejumlah observasi yang dipandang dari segi interkorelasinya. Metode ini pada dasarnya digunakan untuk
menetapkan apakah variasi – variasi yang tampak dalam observasi yang besar, yang didasarkan pada sejumlah kategori dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari
yang diamati atau di observasi fruchter 1954
Kerlinger 1993 menyebutkan bahwa analisis faktor merupakan ratu atau primadona metode analisis sehubungan dengan kekuatan, keluwesan dan
kedekatannya dengan hakikat maksud dan tujuan penelitian. Lebih lanjut dikatakan, bahwa analisis faktor berfungsi melayani tujuan efesiensi kegiatan
Universitas Sumatera Utara
4 ilmiah, karena dapat mengurangi kelipatgandaan tes dan pengukuran hingga
menjadi jauh lebih sederhana. Suatu faktor merupakan kontrak yang dianggap melandasi tes, skala, butir bahkan hampir semua jenis ukuran.
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linier berganda, yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear
dari faktor yang mendasari underlying factors. Jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam
analisis disebut communality. Koveriansi antar variabel yang diuraikan, dinyatakan dalam suatu faktor bersama common factors yang sedikit jumlahnya
ditambah dengan faktor yang unik untuk setiap variabel. Dimana faktor-faktor ini tidak terlihat jelas not overtly observed
Jika variabel – variabel dibakukanstandardized, maka model faktor dapat ditulis sebagai berikut:
1 1 1
2 2
13 3
Im
... ...
I I
IJ J
m I
I
X B F
B F B F
B F B F
V
µ
= +
+ + +
+ + +
Dengan:
1
X
= Variabel ke i yang di bakukan rata-ratanya nol, standar deviasinya satu
IJ
B
= Koefisien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada common faktor ke j
J
F
= Common faktor ke j koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke i pada faktor unik ke i unique factor
I
µ = faktor unik variabel ke i
m
= Banyaknya common factor
Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan common factor. Common factor sendiri dapat
dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel – variabel yang terobservasi, yaitu:
1 1
1 2
2 13
3
...
I I
IK K
F W X
W X W X
W X =
+ +
+ +
Universitas Sumatera Utara
5 Dengan:
1
F =
Estimasi faktor ke i
I
W =
Bobot atau koefisien nilai faktor ke i k = jumlah variable
Variasi observasi yang muncul tentu saja disebabkan adanya konsep variansi. Inilah asumsi pertama dalam analisis faktor. Fruchter 1954
mengemukakan beberapa jenis varians yaitu: common varians, specific varians, dan error varians. dimana common varians merupakan suatu varians yang
reliabel berkorelasi dengan variabel lain. Specifik varians merupakan suatu varians yang dihasilkan dari kesalahan sampling, pengukuran dan kondisi tes yang
besar dibawah standar, kondisi psikologis dan perubahan tertentu pada diri individu dan pengaruh lain yang menimbulkan reliabelitas. Varians ini
diasumsikan tidak berkorelasi dengan varians yang reliabel.
1.4 Tujuan Penelitian