Kerangka Pemikiran Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

32 aksi teror sabotase pada suatu tempat, wilayah, maupun daerah tidak dapat diperkirakan karena hal itu terjadi secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat http:bpbd.sukoharjokab.go.idjenis-bencanaaksi-terorsabotase, diakses pada tangal 26 Februari 2015, pukul 10.00 WIB.

2.5. Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP

Kursus Wanita Karo adalah salah satu pelayanan GBKP untuk menjawab tantangan angkatan kerja wanita muda dengan memberikan keterampilan-keterampilan. Dengan memberi keterampilan angkatan kerja wanita muda diharapkan akan mendapat peluang berwirausaha dibidang keterampilan wanita untuk mengangkat derajat hidupnya serta menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan demikian KWK adalah suatu pemberdayaan wanita-wanita muda Kristen yang kurang mampu untuk mendapatkan dan menciptakan lapangan kerja. Agar pelayanan KWK dapat mencapai sasaran yang sesungguhnya maka dibuat program- program sebagai berikut : 1. Penjemaatan tentang program KWK kepada seluruh jemaat GBKP. 2. Mengadakan kursus yang meliputi menjahit, memasak, kecantikan, merangkai bunga, bahasa inggris, kursus komputer. 3. Pengadaan dan pelatihan guru sehingga mempunyai kemampuan untuk mendidik murid dengan berkualitas. 4. Monitoring dan reuni siswi yang telah selesai dan kembali ke masyarakat. 5. Pemberian kredit usaha bagi mereka yang tidak mampu tetapi bersungguh-sungguh berusaha melalui seleksi http.www.gbkp.or.idindex,php140-gbkpkoinoniamoria213- moria-gbkp.html, diakses tanggal 01 Maret 2015 pukul08.00 WIB.

2.6. Kerangka Pemikiran

33 Bencana alam apapun bentuknya memang tidak dapat dihindari dan dapatterjadi kapan saja. Bukan hanya itu, bencana juga berdampak pada resiko kerugian yang sangat tinggi.Kerugian tersebut melingkupi kerusakan infrastruktur, akses informasi dan komunikasi, kehilangan tempat tinggal dan harta benda, sampai jatuhnya korban meninggal yang mengakibatkan korban kehilangan sanak saudara mereka.Salah satu korban yang paling membutuhkan perhatian khusus saat bencana adalah perempuan pengungsi dari bencana itu sendiri.Bencana erupsi Gunung Sinabung yang terjadi di Kabupaten Karo telah meninggalkan kesan yang dapat dilupakan oleh para korban.Berpuluh ribu orang menjadi korban keganasan erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan mengungsi, pemukiman penduduk yang hancur, tertutup debu, ternak dan tanaman mati sekejap. Gunung yang telah tidur 400 tahun lamanya aktif kembali membuat mata masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional tergerak untuk membantu para korban yang selamat dari erupsi Gunung Sinabung. Akibat letusan Gunung Sinabung akses ekonomi sosial penduduk terhenti, banyak desa-desa menjadi daerah mati, hilangnya harta benda, dan lain-lain meskipun tidak banyak menelan korban jiwa. Salah satu upaya Pemerintah daerah Kabupaten Karo untuk melindungi korban yang masih hidup adalah membangun banyak posko pengungsian untuk menampung korban erupsi Gunung Sinabung.Salah satunya adalah Posko Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP terdapat 178 pengungsi yang tergolong balita, anak-anak, bumil ibu hamil, remaja, dan lansia.Sebagian pengungsi telah meninggalkan KWK-GBKP untuk bertempat tinggal di rumah kerabat atau balik ke rumah asal, bagi yang masih tetap bertahan menunggu penanganan-penanganan yang dilakukan serta menunggu bantuan relokasi rumah baru dari Pemerintah ataupun LSM jika ada.Gambaran korban erupsi Gunung Sinabung di KWK-GBKP pada saat ini mengalami kejenuhan meskipun sudah ada sedikit kepastian dari Pemerintah setempat untuk merelokasi mereka ke daerah baru. Sepertinya tidak memungkinkan jika para pengungsi dikembalikan ke daerah asal mereka karena letak desa 34 berada di zona merah. Selain itu, penanganan bagi korban erupsi Gunung Sinabung semakin berkurang tidak seperti bencana pada saat terjadi, terutama bagi kaum rentan seperti perempuan, mereka berpran jauh lebih besar setelah erupsi Gunung Sinabung tersebut, mereka harus memikirkan keadaan keluarga mereka, bukan hanya makanan sehari-hari, tetapi juga harus memikirkan anak-anak mereka yang bersekolah, ladang yang sudah tidak dapat dikelola, pakaian yang harus dicuci setelah dipakai namun persediaan air tidak mencukupi, tetap menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga sekalipun cuaca setelah erupsi tidak baik. Karena melihat kondisi ini, KWK-GBKP melaksanakan program pemberdayaan perempuan pada perempuan pengungsi Sinabung, terutama yang berasal dari Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau variable-variabel penelitian menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema Siagian, 2011:132. Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran Bencana Gunung Sinabung yang melanda Kabupaten Karo 2010-2015 Program Pemberdayaan Perempuan KWK-GBKPpada perempuan pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo: 1. Kebutuhan minimum 2. Kesehatan 3. Keterampilan 4. Psikososial Rehabilitasi Trauma 5. Perekonomian Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo di Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan KWK-GBKP 35

2.8. Definisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian